Professional Documents
Culture Documents
Hb : 13,3 g/dl
Ht : 42 %
Leukosit : 9.720/mm3
Trombosit : 210.000/mm
Na/K/Cl : 144/3,7/111mmol/L
Pemeriksaan AGD
Ph : 7,22
PCO2 : 47 mmHg
SO2 : 95,7%
Irama sinus, QRS rate 70 x/menit, axis normal, gelombang P normal, PR interval 0,12
detik, QRS duration 0,08 detik, ST depresi V5-V6, T inverted V1-V5, LVH (+), RVH (-).
Pemeriksaan Rontgen
CTR 60%, segmen aorta normal, segmen pulmonal normal, jantung deviasi ke kiri
dengan apex sulit dinilai, corakan bronkovaskuler meningkat di basal paru, infiltrat (+)
kranialisasi (-).
Framingham Score
Timi Score
Age 64 :0
Risiko Kardiovaskular ≥3 :1
Known CAD :0
ST – T Changes :1
Positive biomarker :1
Grace Score
Usia 64 tahun : 55
HR140 : 23
TD Sistolik 180 : 11
Klasifikasi Killip : 21
Peningkatan biomarker : 15
Deviasi segmen ST : 30
DIAGNOSIS KERJA
ALO AHF
NSTEMI Timi Score 3/7 Grace Score 166
CAP
TATALAKSANA
- Ranitidin 50 mg
- Atorvastatin 1 x 40 mg
- Ceftriazon 1 x 2 gr iv
- Flumuicyl nebu 2 x 1
- Novorapid 2 x 16 IU
- Levemir 1 x 12 IU
Follow up
20/4/2018
O/ KU Kes TD Nd Nf T
A/ - ALO AHF
- CAP
P/ - Lasix 10 mg/jam
- Ranitidin 50 mg
- Atorvastatin 1 x 40 mg
- Ceftriazon 1 x 2 gr iv
- Flumuicyl nebu 2 x 1
- Novorapid 2 x 16 IU
- Levemir 1 x 12 IU
BAB III
DISKUSI
April 2018 dengan keluhan sesak napas sejak 1 hari SMRS, sesak tidak menciut, tidak
dipengaruhi cuaca dan makanan. Riwayat DOE (+), PND (-), OP (+), riwayat kaki sembab(-).
Pasien pernah dirawat di RS Siti Rahmah 1 bulan yang lalu karena keluhan sesak. Kemudian
dilakukan rontgen thorax, dirawat 3 hari dan diberikan obat-obatan lalu dipulangkan karena
perbaikan. Sesak napas merupakan usaha bernapas yang terjadi akibat kongesti pembuluh
darah paru dan perubahan kemampuan pengembangan paru1. Secara garis besar penyebab
sesak dibagi dua yaitu sesak kardiak dan non kardiak. Sesak napas pada pasien ini mengarah
pada sesak napas yang disebabkan karena masalah jantung, yang ditandai dengan adanya
dispneu on effort yaitu bertambah sesak ketika melakukan aktifitas.2 Sesak dirasakan sejak 2
bulan terakhir, meningkat setelah pasien melakukan aktivitas bertani. Selain itu sesak pada
pasien ini juga muncul setelah aktifitas ringan, yaitu muncul setelah pasien BAK di malam
hari.
Pasien lebih nyaman tidur dengan 3 bantal untuk menyangga kepala, apabila kurang
pasien akan merasa sesak. Hal ini menandakan orthopnea (+) akibat posisi berbaring yang
memudahkan darah dari ekstremitas kembali ke jantung sehingga terjadi bendungan pada
paru yang berakibat sesak napas. Gejala ini merupakan gejala tipikal yang mengarah kepada
gagal jantung.2 Berdasarkan pedoman tatalaksana dan diagnosis gagal jantung akut dan
kronik dari European Society of Cardiology (ESC) 2016, yang termasuk gejala tipikal gagal
jantung yaitu sesak nafas, ortopneu, toleransi aktifitas yang berkurang, dan cepat kelelahan.3
Pada pasien ini terdapat risiko kardiovaskular yaitu usia ≥ 45 tahun, hipertensi dan
diabetes melitus yang baru diketahui di rumah sakit. Pada pasien ini juga terdapat faktor
resiko untuk penyakit kardiovaskuler yaitu merokok. Pasien sudah merokok sejak 55 tahun
yang lalu dengan rata-rata 16 batang/ hari. Merokok dapat menyebabkan beban miokard
Merokok juga dapat menurunkan kadar HDL kolesterol melalui mekanisme yang belum jelas,
pembuluh darah yang mengarah pada peningkatan resiko penyakit arteri koroner.2
Batuk berdahak meningkat sejak 3 hari yang lalu, dahak berwarna putih kental.
Batuk sudah dirasakan sejak 4 bulan ini, bersifat hilang timbul. Batuk adalah suatu refleks
napas yang terjadi karena adanya rangsangan reseptor iritan yang terdapat di saluran napas.
Pada pasien didapatkan keluhan batuk yang berdahak. Batuk berdahak menunjukkan adanya
kelainan saluran napas bawah. Dahak berwarna putih kental dapat disebabkan oleh infeksi
bakteri berupa TB, bronkiektasis, ataupun pneumonia. Batuk selain disebabkan penyakit
saluran napas, dapat juga disebabkan penyakit kardiovaskular yaitu edema paru dan infark
paru. Batuk yang sudah dirasakan sejak 4 bulan ini dan hilang timbul, memperlihatkan suatau
gambaran penyakit yang kronis. Penyebabnya dapat karena bronkitis, bronkiektasis, TB Paru
kooperatif, TD 180/70mmHg, nadi 140 kali/menit, suhu 36,8ºC, nafas 32 kali/menit, TB 162
cm, BB 70 kg, konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik dan JVP 5-1 cmH2O. Secara
umum, vital sign pasien terdapat peningkatan tekanan darah, takikardi, dan takipnea. Pada
pemeriksaan fisik toraks terlihat bentuk dada barrel chest, pergerakan dada simetris.
Pemeriksaan paru ditemukan inspeksi, palpasi, dan perkusi dalam batas normal, auskultasi
suara nafas vesikuler, Rh +/+, Wh -/-. Pada paru didapatkan adanya ronkhi basah halus yang
menunjukkan adanya proses kongesti pada paru. Hal ini dapat terjadi karena terganggunya
kemampuan pengosongan ventrikel oleh jantung akibat dari kontraktilitas ventrikel kiri yang
menurun dan peningkatan volume residu ventrikel. Dengan meningkatnya volume akhir
diastolik ventrikel, terjadi peningkatan tekanan akhir diastolik ventrikel kiri. Akibatnya
terjadi juga peningkatan tekanan atrium kiri yang diteruskan ke belakang ke dalam pembuluh
darah paru, meningkatkan tekanan kapiler dan vena paru. Apabila tekanan hidrostatik
anyaman kapiler paru melebihi tekanan onkotik pembuluh darah, akan terjadi transudasi
cairan ke dalam intersisial sehingga terjadi edema intersisial. Peningkatan lebih lanjut akan
mengakibatkan cairan merembes ke alveoli dan terjadilah edema paru yang bermanifestasi
Pada pemeriksaan fisik jantung ditemukan iktus kordis terlihat. Palpasi ditemukan
iktus kordis teraba di linea axilaris anterior RIC VII. Perkusi ditemukan batas jantung kiri
anterior aksilaris RIC VII. Auskultasi didapatkan S1-S2 reguler, gallop (-), murmur (-). Pada
pemeriksaan jantung, didapatkan kardiomegali, ini merupakan salah satu tanda dari gagal
jantung.
yang dilakukan mendapat hasil negatif. Pada pemeriksaan punggung tidak didapatkan
kelainan. Alat kelamin dan anus tidak diperiksa. Pada ekstremitas tidak terdapat edema, serta
pada pemeriksaan ditemukan akral hangat dan CRT <2 s yang menandakan perfusi ke
Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan darah rutin dalam batas normal dan
glukosa darah sewaktu didapatkan meningkat yaitu 208 mg/dl. Peningkatan glukosa darah
pasien baru diketahui di rumah sakit. Sebelumnya pasien tidak mengeluhkan adanya
polidipsi, poliuri, polifagi dan penurunan berat badan yang tidak diketahui penyebabnya
Pada pemeriksaan EKG didapatkan Irama sinus, QRS rate 70 x/menit, axis normal,
gelombang P normal, PR interval 0,12 detik, QRS duration 0,08 detik, ST depresi V5-V6, T
inverted V1-V5, LVH (+), RVH (-). Kesan: LVH, Iskemik anterolateral. Pada gambaran
EKG didapatkan adanya LVH (+) yang menunjukkan adanya pembesaran jantung dan ST
deperesi pada V5-V6 menandakan adanya iskemik pada bagian lateral jantung. Setelah
dilakukan EKG, dilakukan pemeriksaan biomarka jantung yaitu CK-MB dan Troponin I.
ditemukan iskemik pada pasien, namun tidak ada keluhan nyeri dada pada pasien. Hal ini
karena adanya neuropati autonom kardiak pada pasien yang diabetes dan pasien usia tua.
Pada pemeriksaan foto toraks didapatkan CTR 60%, segmen aorta normal, segmen
pulmonal normal, jantung deviasi ke kiri dengan apex sulit dinilai, corakan bronkovaskuler
meningkat di basal paru, infiltrat (+) kranialisasi (-). Pemeriksaan ini menggambarkan bahwa
terdapat pembesaran jantung pada pasien ini dan adanya tanda kongestif paru atau infiltrat
pada pasien. Terdapat dua kemungkinan dari infiltrat tersebut yaitu berupa pneumonia pada
pasien dan adanya edema paru. Hal ini masih tumpang tindih dikarenakan gejala pada pasien
Penegakan diagnosis pada pasien ini berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan
pemeriksaan penunjang. Pada pasien ini didapatkan dari anamnesis adanya PND
(paroxysmal nocturnal dyspneu) sesak bertambah saat aktivitas / DOE (Dyspneu on Effort).
Pada pemeriksaan fisik dan rontgen didapatkan kardiomegali. Hal ini merupakan manifestasi
didapatkan gejala berupa sesak napas hebat, penurunan saturasi dan ronki basah halus pada
l/2 lapangan paru bawah. Hal ini dapat menggambarkan proses akut berupa edema paru yang
kemudian dikonfirmasi dengan foto thorax. Penyebab dari gagal jantung pada pasien ini
dapat karena adanya sindrom koroner akut pada pasien ini berupa NSTEMI. Ada beberapa
faktor pencetus dan penyebab dari gagal jantung akut yaitu Sindrom koroner akut, infeksi dan
Edema paru akut adalah akumulasi cairan pada jaringan interstisial paru yang
disebabkan oleh ketidakseimbangan antara tekanan hidrostatik dan onkotik dalam pembuluh
darah kapiler paru dengan jaringan sekitarnya. Gejala yang biasanya terjadi pada pasien
edema paru adalah respiratory distress yang berat, pernapasan yang cepat, ortopnea, ronki
pada seluruh lapangan paru, saturasi oksigen arteri biasanya dibawah 90% pada suhu ruangan
sebelum mendapat terapi oksigen. Edema paru terjadi apabila jumlah cairan yang difiltrasi
melebihi clearance capability sistem limfe, keadaan ini sering dijumpai pada keadaan
peningkatan tekanan hidrostatik kapiler oleh karena meningkatnya tekanan pada pembuluh
darah kapiler pulmonalis. Peningkatan tekanan hidrostatik kapiler pulmoner secara cepat dan
tiba-tiba akan menyebabkan peningkatan filtrasi cairan transvaskular dan ini merupakan
karakteristik utama suatu acute cardiogenic edema atau volume-overload edema. Pada edema
paru kardiogenik, peningkatan tekanan hidrostatik pada pembuluh darah kapiler paru
umumnya disebabkan oleh karena peningkatan tekanan vena pulmonalis sebagai akibat
Edema paru akut dapat timbul sebagai manifestasi klinis dari suatu gagal jantung
akut (de novo) ataupun dijumpai pada pasien gagal jantung kongestif yang mengalami
eksaserbasi dengan faktor pencetus seperti infark miokard, anemia, obat-obatan, diet yang
banyak mengandung air maupun garam, hipertensi, aritmia, tirotoksikosis, infeksi,
Gagal jantung akut merupakan kejadian atau perubahan yang cepat dari tanda dan
gejala gagal jantung. Kondisi ini mengancam nyawa dan harus ditangani dengan segera.
Presentasi dari gagal jantung akut ini dapat berupa pertama kali atau gagal jantung
dekompensasi akut pada gagal jantung kronis yang sebelumnya stabil. Terdapat 6 bentuk dari
Remodeling struktural ini dipicu dan diperberat oleh berbagai mekanisme kompensasi
sehingga fungsi jantung terpelihara relatif normal (gagal jantung asimtomatik). Sindrom
gagal jantung yang simtomatik akan tampak bila timbul faktor presipitasi seperti infeksi,
aritmia, infark jantung, anemia, hipertiroid dan kehamilan, aktivitas beHebihan,emosi atau
konsumsi garam berlebih, emboli paru, hipertensi, miokarditis, virus, demam reuma,
endokarditis infektif. Gagaljantung simtomatik juga akan tampak kalau terjadi kerusakan
Sindroma koroner akut adalah manifestasi akut dari plak ateroma pembuluh darah
koroner yang koyak atau pecah. Hal ini dikarenakan stabilisasi dari plak yang dipengaruhi
inti sel lemak dan penipisan tudung fibrus dari plak tersebut. Berdasarkan anamnesis,
pemeriksaan fisik, EKG dan biomarka jantung, sindrom koroner akut dibagi menjadi