Professional Documents
Culture Documents
Tuberosum L. Varietas Kalosi Dengan Teknik ELISA (Enzyme Linked
Tuberosum L. Varietas Kalosi Dengan Teknik ELISA (Enzyme Linked
ABSTRACT
A research about Optimization of Early Detection of Potato Virus Y (PVY) in Potato
Solanum tuberosum L. varieties Kalosi by ELISA Technique (Enzyme linked immunosorbent
assay) was done. The purpose of this research was to determine the level of sensitivity of the
combination of antibody and antigen dilutions with ELISA technique in detecting the virus
PVY in potato plants. The research was carried out in the Laboratory of Agricultural
Biotechnology, Research Center of Hasanuddin University, Makassar. Sample was tested
using extracts of potato tuber varieties kalosi Generation 2. Leaf extract of infected potato
was used as positive control, and buffer extract as a negative control. In the early stages of a
process of optimization of the ELISA reagents through the process of sample extraction
positive control, dilutions of antigen and antibodies was used. It was aimed to determine the
minimum level of dilution that can still be used to detect the virus PVY. Observation
measured by Elisa Reader that operated in wavelength 405 nm. Positive result signed if tested
samples has average point more than 2x point of negative sample. The results showed that the
optimization of some level of dilution suggests that the level of antigen dilutions up to 10-4
could still detect the presence of the virus PVY and the maximum level of antibody dilution
is 1:1200. Testing the results against the potato tuber varieties kalosi on a combination of
antibodies (10-3) with antigen (10-3) did not reveal any positive reaction to the virus PVY.
Keywords: PVY virus disease, ELISA (Enzyme Linked Immunosorbent Assay), potato seed tubers
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kentang merupakan salah satu makanan pokok dunia di samping gandum, padi, dan
jagung dengan kemampuan produksi perhektar lebih tinggi dibanding ketiga pangan pokok
Selatan misalnya, dari tahun 1998-2002 baru mencapai 7,02 ton perhektar, sementara potensi
hasilnya dapat mencapai 30 ton perhektar. Sedangkan menurut Rukmana (1997) bahwa
dengan pemeliharaan yang intensif, sebenarnya produktivitas kentang dapat mencapai 30 - 35
ton perhektar.
Kebutuhan bibit kentang nasional setiap tahunnya diprediksi mencapai 120.000 ton
padahal kualitas produksi kentang yang dihasilkan sangat ditentukan oleh mutu benih atau
bibit awal yang digunakan dalam budidaya. Selama ini kebutuhan bibit yang sehat dan
bermutu baru dapat tercukupi sekitar 2.100 ton, yang sebagian besar adalah import (Pitojo,
2004). Jumlah bibit bermutu yang dipasok oleh penangkar sangat terbatas, dilain pihak bibit
impor bermutu tinggi harganya sangat mahal. Kondisi ini menyebabkan para petani enggan
untuk menggunakan bibit bermutu (bersertifikat) untuk proses produksi. Selain itu tingginya
serangan hama dan penyakit dan rendahnya penguasaan teknologi baru juga merupakan
masalah yang perlu segera ditangani (Masjkur, 2001 dalam Baharuddin, 2005).
Umumnya petani memperoleh bibit dengan menyisihkan sebagian umbi dari hasil
panennya yang berukuran kecil tanpa melakukan seleksi bibit, atau dari petani lain berupa
Banyaknya penyakit pada kentang yang terbawa benih akibat penggunaan benih
oleh virus. Penyakit tersebut bisa menyebabkan daya hasil atau produksi kentang menurun
hingga 100% (Setiadi dan Nurulhuda, 2005). Salah satunya adalah Potato Virus Y (PVY)
yang merupakan virus paling penting pada kentang yang dapat menurunkan produksi kentang
Penggunaan benih sehat yang bebas atau berkadar virus rendah perlu dipersyaratkan
karena terbukti bahwa makin rendah kelas benih (G2, G3, G4, dan non-sertifikat), makin tinggi
persentase virus setelah benih ditanam di lapang (Mulyana , 2005; Pradjadinata , 2005 dalam
Pengenalan Penyakit Patogen, 1983), yaitu benih yang tidak bersertifikat memiliki
dini penyakit virus sebagai salah satu upaya mengurangi infeksi virus dan munculnya penyakit
di lapangan. Teknik deteksi patogen pada benih kentang dapat dilakukan dengan metode
mikroskopis. Metode ini membutuhkan waktu yang lama dan dilakukan pada benih yang
ELISA digunakan dalam bidang imunologi untuk mendeteksi kehadiran antibodi atau
antigen dalam suatu sampel. Penggunaan ELISA melibatkan setidaknya satu antibodi dengan
spesifitas untuk antigen tertentu. Metode ELISA telah berkembang sampai tingkatan yang
sangat sulit untuk membuat generalisasi tentang kemampuan kinerja berbagai konfigurasi.
Namun dalam hal ini, teknik ini dimulai dengan menggunakan konfigurasi sederhana dengan
substrat yang padat. Assai asli menggunakan permukaan gelas yang sebelumnya telah
komponen plastik telah hampir secara universal diterima sebagai pilihan dari substrat padat
yang hingga kini telah tersedia plastik dengan berbagai daya adsorbsi yang dapat
dalam proses pengerjaannya, tidak membutuhkan peralatan yang rumit serta tidak
membutuhkan proses ekstraksi, elektroforesis dan pewarnaan seperti yang dilakukan pada
metode PCR. Selama ini, uji serologi dengan menggunakan metode ELISA dikatakan kurang
sensitif jika dibandingkan dengan metode molekuler. Namun hal tersebut dapat diatasi dengan
Pada penelitian sebelumnya telah dilakukan pengujian keberadaan PLRV, PVY, dan
PVX pada kentang varietas granola, atlantik, super john, raja, kalosi dan masale dengan teknik
ELISA (Masira Salahuddin 2009), dari pengujian tersebut hanya sampel planlet kentang
varietas Kalosi yang positif mengandung virus Y (PVY) sedangkan pada varietas lainnya
negatif. Oleh karena itu, untuk mengetahui seberapa jauh keberadaan PVY pada tanaman
kentang varietas kalosi generasi 2 (G2) maka diadakan penelitian untuk mendeteksi virus
PVY dengan teknik ELISA dengan kombinasi tingkat pengenceran antibodi dan antigen.
pengenceran antibodi dan antigen dengan teknik ELISA dalam mendeteksi virus PVY pada
tanaman kentang.
Penelitian ini diharapkan nantinya dapat bermanfaat untuk proses seleksi dalam
METODOLOGI PENELITIAN
3.1.1 Bahan
Bahan yang digunakan adalah general ekstrak buffer, aquades, Conjugated Antibodi
PVY (coat protein), antibodi (PVY), daun kentang terinfeksi PVY sebagai kontrol positif
PVY, umbi kentang varietas Kalosi generasi dua (G2), coating buffer, PBST (phosphate
buffer saline tween), ECM buffer, larutan PNP (para-nitrophenyl phosphate), PNP buffer,
3.1.2 Alat
Alat-alat yang digunakan adalah mikroplate ELISA, EID Reader BIO-RAD Model
550, pipet Eppendorf 100 µl, pipet tip steril 100 µl, mortar dan pestel, erlemeyer, hot plate
dan pH meter.
3.2 Metode Pelaksanaan
Larutan yang perlu disediakan yaitu Coating Buffer (1X) 1000 ml (Lampiran 1),
PBST/Wash Buffer (1X) 1000 ml (Lampiran 1), ECM Buffer (1X) 1000 ml (Lampiran 1),
PNP Buffer (1X) 1000 ml (Lampiran 1), dan General Exctraction Buffer (GEB 1X) 1000 ml
(Lampiran 1).
Untuk kontrol positif digunakan daun tanaman kentang yang terinfeksi PVY,
selanjutnya dideteksi terlebih dahulu menggunakan ELISA. Jika pada daun yang bergejala
tersebut memberikan reaksi yang positif, maka pengujian dilanjutkan untuk mendeteksi
keberadaan virus PVY pada sampel umbi G2 varietas Kalosi. Pertama-tama daun kentang
GEB dengan perbandingan 10-1, 10-2, 10-3, 10-4, 10-5 dan 10-6 dengan metode pengenceran
bertingkat.
Pada tahapan ini digunakan dua buah mikroplate, sumuran mikroplate pertama diisi
dengan 100 µl antibodi yang telah dilarutkan dalam coating buffer dengan perbandingan 1 :
200 dan lubang mikroplate kedua diisi dengan 100 µl hasil pengenceran antibodi ( 1 : 200, 1 :
400, 1 : 600, 1 : 800, 1 : 1000, dan 1 : 1200 ), kemudian diinkubasikan pada kotak lembab
dengan temperatur ruang selama 4 jam. Larutan dalam mikroplate dibuang dan kemudian
dicuci dengan PBST sampai 8 kali. Lalu dikeringkan dengan cara membalik dan menepuk-
nepukkan pada kertas tissue. Kemudian sumuran mikroplate pertama diisi dengan 100 µl
pengenceran antigen dari hasil ekstraksi sampel daun kentang dengan pengenceran 10-1, 10-
2
, 10-3, 10-4, 10-5 dan 10-6 dan sumuran mikroplate kedua diisi dengan 100 µl hasil ekstraksi
daun kentang dengan ekstrak buffer (1:1 g/ml). Kontrol positif dan kontrol negatif
diinkubasikan pada suhu ruang selama 2 jam. Setelah itu sumuran mikroplate dicuci kembali
ECM Buffer disediakan 10 menit sebelum waktu inkubasi berakhir. Semua mikroplate
diisi dengan 100 µl enzim konjugat yang telah dilarutkan dengan konjugat buffer dengan
perbandingan 1 : 200. Kemudian plate ditutup dengan kertas tissue lembab, lalu diinkubasi
pada suhu ruang selama 2 jam. Setelah itu, lubang mikroplate dicuci dengan PBST sampai 8
kali.
Selanjutnya disediakan larutan PNP dalam substrat buffer kira-kira 15 menit sebelum
waktu inkubasi dengan takaran 1 mg / ml. sumuran mikroplate diisi dengan 100 µl larutan
PNP lalu mikroplate tersebut diinkubasi pada suhu ruang dalam kotak lembab selama 30 - 60
hasil dilakukan dengan menggunakan ELISA reader dengan panjang gelombang 405 nm.
3.3 Uji Terhadap Umbi Kentang Solanum tuberosum L. varietas Kalosi Generasi 2 (G2)
Hasil dari optimasi deteksi dini PVY ini akan diujikan pada umbi kentang varietas
Kalosi generasi 2 (G2) yaitu hasil optimasi pada pengenceran antigen dikombinasikan dengan
hasil optimasi pengenceran antibodi dengan tahapan ELISA yang sama pada awal pengerjaan.
3.4 Pengamatan
Pengamatan hasil ELISA dilakukan secara:
1. Kualitatif dengan adanya perubahan warna menjadi kuning pada reaksi pengujian di
mikroplate jika sampel yang diuji mengandung virus. Semakin tinggi intensitas warna
yang terbentuk, maka semakin tinggi pula konsentrasi virus yang terdapat pada
sampel.
2. Kuantitatif dari nilai absorbance yang diukur akan terekam pada kertas yang terdapat
pada ELISA Reader dengan panjang gelombang 405 nm. Nilai kuantitatif dihitung
setelah mikroplate dimasukkan pada ELISA Reader. Sampel uji dinyatakan positif
terinfeksi virus, jika nilai pembacaan ELISA Reader menunjukkan nilai ≥ dua kali
BAB IV
4.1 Hasil
Hasil pengujian Potato Virus Y (PVY) dari pengenceran antibodi dan antigen pada
tanaman kentang dan hasil pengujian terhadap umbi kentang varietas kalosi generasi 2 (G2)
Tabel 1: Nilai absorbansi ELISA Reader hasil pengenceran antigen dari sampel kontrol
positif
Perlakuan
Ulangan
Antigen
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
A 1,516 1,515 1,471 1,442 1,385 1,334 1,349 1,329 1,355 1,311 1,313 1,462
B 0,643 0,645 0,656 0,657 0,646 0,606 0,636 0,612 0,409 0,592 0,593 0,615
C 0,443 0,439 0,434 0,426 0,435 0,439 0,426 0,410 0,407 0,407 0,402 0,412
D 0,159 0,168 0,173 0,160 0,164 0,161 0,155 0,161 0,157 0,151 0,152 0,158
E 0,075 0,077 0,079 0,081 0,074 0,078 0,081 0,077 0,079 0,081 0,081 0,081
F 0,078 0,076 0,079 0,085 0,076 0,307 0,074 0,074 0,077 0,078 0,072 0,081
Keterangan :
Tabel 2: Nilai rata-rata absorbansi ELISA Reade hasil pengenceran antigen dari sampel
kontrol positif
10-2 0,609 +
10-3 0,423 +
10-4 0,159 +
10-5 0,079 -
10-6 0,096 -
Keterangan :
positif), nilai kontrol negatif yang dijadikan standar acuan untuk PVY adalah sebesar 0,072
dan 0,073 dengan nilai rata-rata (Tabel 2) sebesar 0,073 dan kontrol positif sebesar 1,338 dan
positif yaitu untuk (10-1) 1-12 sebesar 1,399; (10-2) 1-12 sebesar 0,609; (10-3) 1-12 sebesar
0,423; (10-4) 1-12 sebesar 0,159; (10-5) 1-12 sebesar 0,079; dan (10-6) 1-12 sebesar 0,096.
Pada pengenceran antigen 10-1 sampai 10-4 memperlihatkan nilai yang berada pada kisaran
dua kali kontrol negatif sehingga dapat disimpulkan bahwa pada pengenceran tersebut
mampu mendeteksi keberadaan PVY pada kontrol positif sedangkan pengenceran 10-5 dan
10-6 tidak memperlihatkan nilai yang berada pada kisaran dua kali kontrol negatif sehingga
disimpulkan pada pengenceran tersebut tidak terdeteksi lagi keberadaan virus PVY.
Tabel 3: Nilai absorbansi ELISA Reader pada kontrol positif dengan beberapa tingkat
pengenceran antibodi
Perlakuan
Antibodi
Ulangan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
A 2,118 2,203 2,206 2,130 2,046 2,182 2,145 2,136 2,063 2,182 2,133 2,140
B 1,287 1,505 1,342 1,188 1,265 1,245 1,282 1,271 1,310 1,288 1,296 1,347
C 0,787 0,856 0,709 0,671 0,610 0,660 0,626 0,674 0,526 0,618 0,621 0,769
D 0,670 0,725 0,610 0,576 0,543 0,573 0,547 0,492 0,547 0,498 0,557 0,560
E 0,202 0,154 0,148 0,127 0,152 0,173 0,242 0,341 0,416 0,616 0,648 1,191
F 0,133 0,102 0,118 0,116 0,234 0,296 0,601 1,131 0,784 0,371 0,218 0,283
Keterangan :
Tabel 4 : Nilai rata-rata absorbansi ELISA Reader pada kontrol positif dengan beberapa
tingkat
1 : 200 2,140 +
1 : 400 1,302 +
1 : 600 0,677 +
1 : 800 0,575 +
1 : 1000 0,368 +
1 : 1200 0,366 +
Kontrol (+) 2,112 +
Keterangan :
Pada pembacaan nilai absorbansi ELISA Reader pada kontrol positif (hasil
pengenceran antibodi), nilai kontrol negatif (Tabel 3) yang dijadikan standar acuan untuk
PVY adalah sebesar 0,047 dan 0,043 dengan nilai rata-rata (Tabel 4) sebesar 0,041 dan
kontrol positif (Tabel 3) sebesar 2,141 dan 2,082 dengan nilai rata-rata (Tabel 4) adalah
sebesar 2,112.
kontrol positif yaitu untuk (1:200) 1-12 sebesar 2,140; (1:400) 1-12 sebesar 1,302; (1:600) 1-
12 sebesar 0,677; (1:800) 1-12 sebesar 0,575; (1:1000) 1-12 sebesar 0,368; dan (1:1200) 1-12
sebesar 0,366. Pada pengenceran antibodi 1 : 200 sampai 1 : 1200 memperlihatkan nilai yang
berada pada kisaran dua kali kontrol negatif sehingga dapat disimpulkan bahwa pada semua
Tabel 5: Nilai absorbansi ELISA Reader uji penyakit PVY pada umbi kentang varietas kalosi
pada kombinasi antibodi (10-3) dengan antigen (10-3)
Sumber :
Perlakuan Data
Kombinasi
Ulangan
Ab/Ag
(10-3/10-3) Primer
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
sebelum
A 0,378 0,280 0,265 0,256 0,276 0,275 0,270 0,268 0,280 0,274 0,272 0,280
B 0,275 0,305 0,302 0,246 0,238 0,251 0,251 0,256 0,241 0,260 0,253 0,288 diolah,
C 0,312 0,299 0,259 0,273 0,257 0,295 0,265 0,277 0,268 0,264 0,279 0,277
D 0,342 0,311 0,332 0,269 0,265 0,257 0,270 0,281 0,246 0,254 0,250 0,284 2011
E 0,411 0,296 0,292 0,251 0,266 0,261 0,307 0,248 0,246 0,241 0,266 0,282
Keteran
F 0,381 0,296 0,262 0,256 0,262 0,267 0,264 0,270 0,260 0,263 0,282 0,213
G gan :
H 1,957 0,735 0,245 0,293
A –
2 – 12 = Ulangan perlakuan
Tabel 6: Rata-rata nilai absorbansi ELISA Reader uji penyakit PVY pada umbi kentang
varietas kalosi pada kombinasi antibodi (10-3) dengan antigen (10-3)
Nilai Absorbansi Rata-rata PVY
pada kombinasi pengenceran Keterangan
antibodi (10-3) dan antigen (10-3)
0,281 -
0,263 -
0,277 -
0,280 -
0,281 -
0,273 -
Keterangan :
Pada pengujian nilai absorbansi ELISA Reader pada tanaman kentang varietas Kalosi
G2 pada kontrol negatif yang dijadikan standar menunjukkan nilai 0,245 dan 0,293 dengan
nilai rata-rata sebesar 0,538 dan kontrol positif menunjukkan nilai 1,975 dan 0,735 dengan
nilai rata-rata sebesar 1,346. Pada pengujian ini, nilai absorbansi pada kombinasi
pengenceran antibodi (10-3) dengan antigen (10-3b) menunjukkan nilai rata-rata 0,281 dan pada
pengulangan berikutnya menunjukkan nilai rata-rata 0,263, 0,277, 0,280, 0,281 dan 0,273.
Terlihat pada pengujian ini, keseluruhan nilai rata-rata absorbansi menunjukkan nilai yang
tidak jauh berbeda dari standar acuan pada kontrol negatif, sehingga dapat dikatakan bahwa
kombinasi pengenceran antibodi dan antigen pada tingkat pengenceran 10-3 tidak
c d
Gambar 1. Hasil deteksi PVY dengan beberapa pengenceran antigen dari sampel kontrol
positif. Keterangan: a = tingkat pengenceran antigen, b = ulangan, c = kontrol
positif, d = kontrol negatif.
Gambar 2. Hasil deteksi PVY pada sampel kontrol positif dengan beberapa tingkat
pengenceran antibodi. Keterangan: a = tingkat pengenceran antigen, b =
ulangan, c = kontrol positif, d = kontrol negatif.
c d
Gambar 3. Hasil uji penyakit PVY pada umbi kentang varietas kalosi pada kombinasi
antibodi (10-3) dengan antigen (10-3). Keterangan: a = tingkat pengenceran
antigen, b = ulangan, c = kontrol positif, d = kontrol negatif.
menunjukkan antigen yang berikatan dengan antibodi dengan kata lain intensitas warna
4.2 Pembahasan
Keberhasilan pada tahap awal yang dimulai dari skrining laboratorium hingga Screen
House, tidak memberikan jaminan bebas virus untuk generasi berikutnya disebabkan adanya
kemungkinan terinfeksi virus pada saat di lapangan. Menurut Wahyuni (2005), hal ini terkait
dengan sejauh mana pencegahan terhadap faktor penularan virus seperti serangga vektor,
nematoda, jamur, perlukaan baik melalui manusia, hewan atau antar tanaman sehat dan
Menurut Manzila et al. (2003) bahwa, kepekatan virus pada bagian tanaman berbeda-
beda sehingga dianjurkan memilih bagian tanaman yang jelas terlihat gejalanya dan
penggerusan sampel dengan ekstrak buffer yang paling efektif adalah dengan pengenceran
100 atau dengan perbandingan 1 : 10. Namun jika kepekatan virus pada tanaman tinggi,
Pada penelitian ini dilakukan dua pengenceran yang berbeda yaitu pada antigen dan
antibodi pada tanaman kentang varietas kalosi sebagai sampel kontrol positif. Pengenceran
ini dilakukan untuk mengetahui pengenceran minimal yang masih bisa digunakan untuk
mendeteksi virus. Adapun hasil pengamatan pada pengenceran antigen, nilai absorbansi
ELISA Reader pada pengenceran 10-1 hingga 10-4 pada tanaman kentang varietas kalosi
menunjukkan adanya reaksi positif terhadap penyakit PVY. Dimana sampel dikatakan positif
mengandung protein virus apabila nilai absorbansinya menunjukkan nilai yang besarnya dua
Berdasarkan hal tersebut, pengenceran antigen hingga 10-4 masih dapat mendeteksi
keberadaan virus PVY. Hal ini kemungkinan disebabkan karena pada bagian tanaman yang
digerus dengan ekstrak buffer mengandung virus dengan kepekatan tinggi sehingga pada saat
pemberian pNPP sampel menunjukkan perubahan warna yang signifikan. Burges, (1995)
menyatakan dalam hubungannya dengan deteksi antigen atau virus, sensivitas dapat diartikan
kemampuan untuk mendeteksi antigen dalam jumlah sedikit atau untuk mendeteksi respon
imun yang kecil. Spesifisitas berkaitan dengan kemampuannya untuk membedakan antigen
yang sangat erat hubungannya atau membedakan respon imun terhadap antigen yang
berkaitan erat.
pengenceran yaitu 1:200, 1:400, 1:600, 1:800, 1:1000 dan 1:1200 menunjukkan reaksi positif
terhadap penyakit PVY. Hal ini kemungkinan disebabkan karena sifat spesifisitas dimana
antibodi mampu bereaksi secara spesifik terhadap antigen dalam hal ini PVY sehingga
sampai pengenceran maksimal tersebut antibodi masih menunjukkan reaksi yang positif.
Menurut Hall (1987) dalam Goding (1986) kini antibodi monoklonal diproduksi terhadap
antigen dengan spesifisitas yang telah ditentukan dan dipakai untuk penyidik pada enzim
Hasil uji kombinasi pengenceran antibodi (10-3) dengan antigen (10-3) pada umbi
kentang varietas kalosi diperoleh nilai absorbansi yang menunjukkan angka yang berada
pada kisaran kontrol negatif, sehingga disimpulkan tidak ada virus PVY yang terdeteksi pada
sampel yang di uji. Hal ini kemungkinan disebabkan karena umbi bibit generasi 2 yang
digunakan sebagai sampel terbukti telah sesuai dengan standar sertifikasi. Kemungkinan
lainnya adalah apabila tanaman kentang generasi 2 ini terinfeksi PVY, infeksi virus ini belum
sampai menginfeksi umbinya. Pitojo (2004) mengatakan bahwa standar pemeriksaan untuk
memperoleh sertifikasi sebagai bibit yang terbebas dari beberapa penyakit yaitu untuk jenis
penyakit yang disebabkan oleh virus, G0 dan G1 adalah 0%, G2 (0,1%), G3 (0,3%), dan G4
(2%). Penyakit busuk daun yang disebabkan oleh Phytophthora serta penyakit lainnya, untuk
Pengamatan hasil reaksi pada penelitian ini dapat juga dilihat berdasarkan perubahan
warna yang terjadi pada substrat pereaksi sesuai dengan label atau imunoprob konjugat Ab-
enzim yaitu dalam hasil ini warna yang terbentuk adalah warna kuning pada sumuran
mikroplate. Pada penelitian ini senyawa kimia yang digunakan sebagai media (substrat) untuk
reaksi enzimatik adalah p-nitrophenyl phosphatae (PNPP). Menurut Suryadi, dkk (2009)
dalam Priou (2001) bahwa enzim Alkaline phosphatase (AP) memerlukan PNPP yang
dilarutkan dalam diethanolamine 10%, substrat ini dihidrolisis oleh enzim menjadi p-
nitrophenyl (PNP) yang berwarna kuning. Semakin tinggi intensitas warna yang terbentuk,
semakin tinggi pula konsentrasi virus yang terdapat pada sampel. Menurut Suryadi, dkk
(2009) dalam Converse dan Martin (1990) bahwa perubahan warna terjadi akibat hidroliza
enzimatik pada reaksi antara konjugat antibodi-enzim dengan substratnya, sehingga hasil
Keberadaan virus dalam jumlah yang relatif rendah kadangkala tidak menimbulkan
gejala atau bersifat laten dan tidak dapat dilihat sehingga pada saat penanaman di lapangan
gejalanya barulah terlihat (Thomas dan Geering, 2005). Oleh karena itu perlu
perbanyakan di lapangan karena menurut Hans (1994) infeksi oleh virus dapat menyebabkan
penurunan bahkan kehilangan hasil sehingga mempengaruhi kuantitas dan kualitas produksi.
Semakin lama umur tanaman maka akumulasi virus di dalam jaringan tanaman akan semakin
meningkat sehingga usaha pengendaliannya sulit dilaksanakan. Dengan adanya deteksi dini
pada planlet dan umbi kentang akan mengeliminasi virus sebagai tindakan pencegahan
Serologi (ELISA) telah dapat mendeteksi konsentrasi virus hingga pengenceran antigen 10 -4
5.1 KESIMPULAN
Dari hasil pengujian terhadap virus PVY dengan menggunakan metode ELISA, maka
1. Sampel daun kentang sebagai kontrol positif dengan pengenceran antigen hingga 1 :
keberadaan PVY.
2. Umbi kentang varietas kalosi sebagai bahan uji pada kombinasi antibodi (10-3) dengan
antigen (10-3) tidak ditemukan adanya reaksi positif terhadap virus PVY.
5.2 SARAN
digunakan adalah 1 : 1200 berdasarkan hasil optimalisasi yang diperoleh dalam penelitian
ini.
DAFTAR PUSTAKA
Afiyanti, M., 2008. Deteksi Potato Mosaik Virus Y (PVY) Pada planlet, G0 dan G2
Tanaman Kentang Varietas Atlantik dalam Semangun, H. 2004. Penyakit-penyakit
Tanaman Hortikultura di Indonesia. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Agrios, G.N., 1996. Ilmu Penyakit Tuimbuhan. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Aqifah, I. 2009. Sejarah Kentang Kalosi. http:// istana aqi fah .b l o g spot .com / 2009/
02/kota-santri.html diakses tanggal 4 Maret 2011.
Arai, K., Doi, Y.K. and Asuyama, H. 1969. Ann. Phytopath. Soc. Japan. Columbia
University. New York. USA. 35: 10.
(http://www.ncbi.nlm.nih.gov/ICTVdb/ICTVdB/.potato leafroll virus).
Athoriyah, B., 2008. Pengamatan Intensitas Serangan dan Deteksi Dini Penyakit PLRV
(potato leafroll virus; polerovirus) Pada Tanaman Kentang ( Solanum
tuberosum L.) Dengan Metode DAS ELISA Secara Langsung. Skripsi Jurusan
Hama dan Penyakit Tumbuhan. Fakultas Pertanian. Universitas Hasanuddin.
Makassar.
Barnes, L. and Evian, C. 2006. Life with HIV and AIDS (2nd ed.). Gallo Manor:
Awareness Publishing Group (Pty) Ltd.
Burrows, M.E. and Thomas, A. Z. 2005. Virus Problems of Potato. USDA-ARS and
Department of Plant Pathology. Cornell University. Ithaca. NY 14853.
Converse, R.H. and Martin., 1990. ELISA Methods for Plant Viruses. in Hampton, R. and
S.H. De Boer (Eds). Serological Methods for Detection and Identification of Viral
and Bacterial Plant Pathogens. A Laboratory Manual. The APS Press. St. Paul.
Minnesota.
Goodman, R.N., Kiraly, Z. and Wood, K.R. 1986. The Biochemistry and Physiology of
Plant Disease. University of Missouri Press. Columbia.
Hall, R.A. 1987. Penggunaan Antibodi Monoklonal Dalam ELISA dalam Goding, J.W.
1986. Monoclonal Antibodies: Principles and practice. Academic Press. New York,
edisi ke-2.
Kojima, M., Shikata, E., Sugawara, M. and Murayama, D. 1969. Virology 39:162.In:
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/ICTVdb/ICTVdB/. Potato leafroll virus. In: ICTVdB –
The Universal Virus database, version 3. Buchen – Osmond, C. (Ed), ICTVdB
Management. Columbia University. New York. USA.
Mahfud, C.M. dan Suryadi, A. 2006. Pengendalian Hama dan Penyakit Tanaman Kentang
Secara Terpadu. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian. Jawa Timur.
Manzila, I., Machmud, M., Jumanto, dan Suryadi., 2003. Evaluasi Lapangan Perangkat
ELISA Dengan Antibodi Poliklonal Untuk Deteksi dan Identifikasi RRSV dan
Ralstonia solanacearum.
http://www.indobiogen.or.id/terbitan/prosiding/fulltext_pdf/prosiding2003_328-
339_ifa_avaluasi.pdf diakses tanggal 15 November 2010.
Matthwes, R.I.B. 1992. Plant Phatology. Academic Press. New York. Pp 255-260.
Mayo, M.A. and Barker, H. 1984. Rep. Scottish Crop Res. Inst. 1983. p. 186. In:
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/ICTVdb/ICTVdB/. Potato leafroll virus. In: ICTVdB –
The Universal Virus database, version 3. Buchen – Osmond, C. (Ed), ICTVdB
Management. Columbia University. New York. USA.
Salahuddin, M. 2009. Deteksi Dini PLRV, PVX dan PVY Pada Planlet Beberapa Varietas
Kentang Solanum tuberosum L. Dengan Teknik ELISA (Enzyme Linked
Immunosorbent Assay). Skripsi Jurusan Biologi. Universitas Hasanuddin. Makassar.
Salazar, L.F. 1996. Potato Viruses and Their Control. International Potato Center (CIP).
Peru.
Setiadi dan Nurulhuda, F.S. 2005. Kentang Varietas dan Pembudidayaan. Penebar
Swadaya. Jakarta.
Suryadi, Y.I., Manzila. dan Machmud. 2009. Potensi Pemanfaatan Perangkat Diagnostik
ELISA serta Variannya untuk Deteksi Patogen Tanaman. Jurnal Agrobiogen.
5(1):39-48.
Thomas, J. and Geering, A. 2005. Pengelolaan Koleksi Patogen Tanaman. Negara
Persemakmuran Australia.
26 – 27 November 2011
26 – 27 November 2011