You are on page 1of 14

DETEKSI POTATO VIRUS Y DENGAN ELISA PADA BENIH KENTANG

(Solanum tuberosum L.) VARIETAS GRANOLA DAN ATLANTIK HASIL


PENANGKAR BENIH KABUPATEN BANJARNEGARA
Detection of Potato Virus Y With Elisaon Potato Tuber (Solanum tuberosum L.)
Var. GranolaandVar. Atlantic From Potato Breeders in Banjarnegara
Jekki Irawan1*), Saparso1), Budi Prakoso2)
1)
Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Teuku Umar, Meulaboh, 23615
2)
Universitas Jenderal Sudirman, Purwokerto, Jawa Tengah
Email*): Jekki.irawan@utu.ac.id

ABSTRACT
The aims of the research were finding the differencesin the production of tuber
potatoes and detecting Potato Virus Y on various tuber generation from Banjarnegara
Regency using Enzyme Linked Immunosorbent Assay (ELISA) test. This research was
conducted in two stages. The first stage wasa survey and an interview on potato breeders in
Banjarnegara district of Central Java province. The second stageis ELISA test in the
Laboratory of Plant Breeding and Biotechnology, Agricultural Faculty, the University of
Jenderal Soedirman, North Purwokerto, Purwokerto, Central Java. ELISAkit was obtained
from Agdia. Inc Elkhar tIndiana, United States. Tubers of potatoes,Granola variety and
Atlantic variety were obtained from potato breeders in Banjarnegara Regency. Survey and
interview were conducted at seven seed breeders by asking questions about the process for
producing potato tubers. ELISA test was performed on 1 g tuber/sample. Antigen was
extracted from the sample using 10 ml General Extract Buffer/sample. Then 100 ml
solution of antigen was transfered into ELISA wells and incubated for 2 hours. After
incubation the antigen solution was removed from the wells. Then the wells were washed
using Phosphate Buffer Saline Tween (PBST) seven times. 100 ml enzyme conjugate was
added/well and incubated for 2 hours. Enzyme conjugate solution was removed and
washed using PBST eight times. Substratep-Nitrophenyl was added as much as 100
ml/well and incubated for 60 minutes. The result was read using a micro plate reader at
405 nm wave length.The results showed that, the way potato cultivation in order to
produced seed varieties Granola and Atlantic using a screen house and aeroponics method
were of effective way for produced free Potato Virus Y tubers. Results of tests using
ELISA against Granola varieties and Atlantic of seed potatoes from six breeders in
Banjarnegara Regency showed that, seed potato varieties Granola G4 from breeder Trubus
contained of Potato Virus Y.
Keyword: Tuber potatoes, Potato Virus Y, ELISA
PENDAHULUAN mempunyai daya saing kuat
dibandingkan sayuran lainnya. Peran
Kentang merupakan salah satu kentang di Indonesia makin meningkat,
bahan pangan utama dunia setelah padi, baik sebagai produk segar maupun
gandum, dan jagung (Wattimena, 2000). produk olahan (Hamdani, 2009). Posisi
Disamping itu, kentang termasuk salah komoditas kentang untuk masa
satu komoditas hortikultura yang mendatang diharapkan selain
mempunyai nilai perdagangan domestik dimanfaatkan sebagai sayuran juga
dan ekspor yang cukup baik. Kentang menjadi pilihan untuk diversifikasi
juga merupakan salah satu tanaman sumber karbohidrat yang membantu
sayuran yang mendapat prioritas dalam penguatan ketahanan pangan. Di
pengembangannya, karena kentang Indonesia pertanaman kentang banyak

Jurnal Agrotek Lestari Vol. 1, No. 1, Oktober 2015 | 1


diusahakan di daerah dataran tinggi (1000 Besarnya luas panen di Jawa Tengah ini
– 3000 m dpl) dengan sentra produksi ternyata tidak diiringi dengan produksi
kentang adalah: Jawa Tengah, Jawa kentang yang besar pula. Hal tersebut
Barat, Jawa Timur, Sulawesi Selatan, diduga karena produktivitas yang
Sumatra Utara, Sumatra Barat dan Jambi dihasilkan para petani kentang
(Andarwati, 2011). mengalami penurunan. Andarwati (2011)
Secara umum produktivitas kentang mengatakan bahwa beberapa tahun
Indonesia masih rendah yaitu 15,96 belakangan ini produktivitas kentang di
ton/ha (BPS, 2011). Kendala peningkatan Kabupaten Banjarnegara mengalami
produksi kentang di Indonesia penurunan. Penurunan produktivitas
diantaranya yaitu: (1) rendahnya kualitas tersebut diduga karena banyak petani
dan kuantitas benih kentang, yang yang menggunakan benih kentang dengan
merupakan perhatian utama dalam usaha kualitas yang rendah, tidak tersertifikasi.
peningkatan produksi kentang di Salah satu wilayah di Jawa Tengah yang
Indonesia, (2) faktor topografi, daerah merupakan sentra penghasil kentang yaitu
dengan ketinggian tempat dan temperatur Dataran Tinggi Dieng. Dataran Tinggi
yang sesuai untuk pertanaman kentang di Dieng merupakan kawasan pegunungan
Indonesia sangat terbatas, (3) daerah yang berada di Kabupaten Banjarnegara.
tropis Indonesia merupakan tempat yang Kondisi alam yang subur dan topografi
optimum untuk perkembangbiakan hama Dataran Tinggi Dieng sesuai untuk
dan penyakit tanaman kentang (Kuntjoro, budidaya kentang. Dieng berada pada
2000). Penanaman benih kentang ketinggian 2.000 m di atas permukaan
bermutu, tepat waktu dan tepat umur laut dengan suhu sekitar 10-20º C
fisiologis adalah faktor utama penentu (Andarwati, 2011).
keberhasilan produksi kentang Kabupaten Banjarnegara merupakan
(Wattimena, 2000). Salah satu upaya salah satu sentra produksi benih maupun
dalam meningkatkan produksi tanaman kentang konsumsi yang ada di Indonesia,
kentang adalah dengan menggunakan di daerah ini terdapat beberapa penangkar
benih kentang yang bebas dari penyakit benih kentang. Varietas kentang yang
dan patogen. dibudidayakan adalah varietas Granola
Upaya penyediaan benih kentang dan Atlantik. Cara budidaya yang
bermutu perlu dilandasi dengan sistem diterapkan oleh penangkar dalam
perbenihan yang mapan. Selama ini produksi benih untuk tiap generasi benih
kebutuhan benih yang sehat dan bermutu kentang berbeda-beda, umumnya
baru dapat tercukupi sekitar 15.573 ton, budidaya yang intensif dilakukan di
atau 15% dari kebutuhan benih yakni dalam screen house untuk mencegah
103.585 ton (Direktorat Jenderal tanaman terserang dari hama penular
Hortikultura, 2011). Jumlah benih penyakit hanya sampai pada tingkat benih
bermutu yang dipasok oleh penangkar generasi kedua (G2). Budidaya untuk
sangat terbatas, dilain pihak benih impor produksi benih generasi ketiga (G3) dan
bermutu tinggi harganya Rp 12.000 – Rp generasi keempat (G4) penangkar benih
15.000/kg melebihi harga benih lokal melakukan budidaya di lahan. Hal ini
yaitu Rp 5.000 – Rp 7.000/kg lebih meningkatkan resiko penyerangan
(Wattimena, 2012).Dilihat dari data luas oleh hama yang dapat menularkan virus
panen kentang setiap provinsi di penyebab penyakit. Jika dalam satu
Indonesia pada tahun 2011 (Lampiran 1), generasi benih kentang telah terdapat
provinsi Jawa Tengah memiliki luas virus, maka virus tersebut akan terbawa
panen terbesar dengan luas 16.585 ha, pada generasi benih selanjutnya
disusul oleh Jawa Barat sebesar 11,327 (Schramn et al., 2011).
ha, serta Jawa Timur sebesar 6,563 ha.

2 | Jurnal Agrotek Lestari Vol. 1, No. 1, Oktober 2015


Virus pada tanaman dapat 2. Bahan kimia yang digunakan tidak
ditularkan oleh hama, alat-alat pertanian, berbahaya dan memiliki daya
persinggungan antara tunas yang simpan lama;
terserang virus dengan tunas yang sehat 3. Bahan yang diuji dapat langsung
dan luka pada umbi pada saat berupa ekstrak tanaman sakit tanpa
penyimpanan umbi digudang (Gray et al., harus mengisolasi patogennya
2010). Banyaknya penyakit pada kentang terlebih dahulu;
yang terbawa benih akibat penggunaan 4. Mempunyai kepekaan deteksi
benih secara turun-temurun menjadi tinggi (1-10 ng virus/ml dan 103-
penyebab tingginya intensitas serangan 104 sel bakteri/ml);
penyakit khususnya oleh virus. Penyakit 5. Prosedurnya relatif sederhana dan
tersebut dapat menyebabkan daya hasil cepat, antara 5-24 jam;
atau produksi kentang menurun hingga 6. Hasilnya dapat dikuantifikasi;
100% (Setiadi dan Nurulhuda, 2005). 7. Dapat digunakan untuk menguji
Salah satunya adalah Potato Virus Y sampel dalam jumlah besar
(PVY) yang merupakan virus paling sekaligus; dan
penting pada kentang yang dapat 8. Dapat digunakan langsung di
menurunkan produksi kentang 40-80% lapang (Thomas et al., 1989;
(Semangun, 2004). Converse dan Martin, 1990).
Mengingat besarnya kerugian yang
diakibatkan oleh virus, maka deteksi METODOLOGI PENELITIAN
keberadaan Potato Virus Y pada umbi
kentang harus dilakukan. Hal ini perlu Penelitian dilaksanakan dua tahap. Tahap
dilakukan karena keberadaan virus pada pertama adalah survei dan wawancara
benih kentang tidak tampak dengan kasat untuk mengetahui jumlah penangkar dan
mata, tidak seperti jamur dan bakteri cara produksi benih kentang pada tiap-
yang gejala serangannya di benih kentang tiap penangkar benih kentang yang ada di
masih dapat dilihat dengan mata Banjarnegara Provinsi Jawa Tengah yang
telanjang, deteksi keberadaan virus pada dilakukan pada tanggal 17 Mei 2012.
umbi kentang dapat dilakukan dengan uji Tahap kedua adalah melakukan uji
ELISA (Enzyme Linked Immunosorbent ELISA di Laboratorium Pemuliaan
Assay) (Chatzivassiliou et al., 2008) Tanaman dan Bioteknologi Fakultas
Teknik serologi ELISA merupakan Pertanian Universitas Jenderal
teknik yang menjanjikan untuk deteksi Soedirman, Kecamatan Purwokerto
dan identifikasi patogen tumbuhan (Seal Utara, Purwokerto yang dilakukan pada
dan Elpninstone, 1994; Converse dan tanggal 03 November 2012. Rincian
Martin, 1990). Teknik ini dapat diterima benih dan penangkar benih dapat dilihat
secara luas oleh penggunanya, karena: pada Tabel 5.
1. Efisien menggunakan bahan kimia,
1,0 ml antiserum dapat digunakan
untuk menguji 10 - 20 ribu sampel;
Tabel 1. Asal Benih untuk Penelitian
No Varietas Atlantik Granola
Penangkar G0 G3 G0 G1 G2 G3 G4
1. Aneka Tani √
2. Bronco √ √
3. Cahaya Tani √ √
4. Sekar Tani √ √
5. Tunas Harapan √
6. Trubus √
√ Benih diperoleh

Jurnal Agrotek Lestari Vol. 1, No. 1, Oktober 2015 | 3


Pengambilan Data umbi benih kentang tiap-tiap generasi
Pengambilan data dilakukan varietas Granola dan Atlantik. Benih
dengan mengunjungi tiap-tiap penangkar yang dipakai adalah pemberian dari
benih yang ada di Kabupaten penangkar tani yang merupakan sisa dari
Banjarnegara. Penangkar-penangkar hasil panen benih pada musim tanam
tersebut antara lain: Cahaya Tani (Desa bulan Januari hingga Maret 2012.
Grogol, Kecamatan Pejawaran), Trubus
(Desa Batur, Kecamatan Batur), Sekar
HASIL DAN PEMBAHASAN
Tani (Desa Gembol, Kecamatan
Pejawaran), Aneka Tani (Desa Matriks Hasil Deteksi Virus Terhadap
Pasurenan, Kecamatan Batur), Bronco Cara Budidaya Benih Kentang
(Desa Batur, Kecamatan Batur), Tunas Varietas Granola dan Atlantik
Harapan (Desa Batur, Kecamatan Batur).
Benih yang didapat berupa benih kentang Matriks hasil deteksi Potato Virus Y
yang diperoleh dari Kebun Benih Induk dapat dilihat pada Tabel 6. Sedangkan
Hortikultura Kledung dan seluruh nilai absorbansi pada masing-masing
penangkar yang memiliki benih kentang benih yang dideteksi dapat dilihat pada
di daerah Banjarnegara, Jawa Tengah. Tabel 8, dan Tabel 9.
Benih yang digunakan sebanyak 2 - 5

Tabel 2. Matriks Hasil Deteksi Virus Terhadap Cara Budidaya Benih Kentang Varietas
Granola dan Atlantik
Keberadaan Potato Virus Y Pada Benih Kentang
Cara Budidaya Atlantik Granola
G0 G1 G2 G3 G4
Aeroponik Screen house Negatif n/a n/a n/a n/a
Screen house n/a Negatif Negatif n/a n/a
Lahan Terbuka n/a n/a n/a Negatif Positif *
Keterangan:
n/a : Tidak ada budidaya
* : Benih yang terdeteksi hanya pada satu penangkar benih tapi tidak pada
Penangkar benih yang lain

Deteksi dilakukan terhadap enam penangkar benih kentang di antaranya:


penangkar benih kentang yang ada di Cahaya Tani, Trubus, Sekar Tani, Aneka
Kabupaten Banjarnegara, dari enam Tani, Bronco, dan Tunas Harapan.
penangkar benih, dua penangkar benih Kelompok tersebut tergabung dalam
yang melakukan produksi benih kentang Asosiasi Penangkar Benih Kentang
G4 yaitu penangkar benih Bronco dan Banjarnegara (APBKB) yang berdiri pada
Trubus. Didapati penangkar benih Trubus tanggal 1 Mei 2009 dan telah terdaftar di
memproduksi benih yang mengandung Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih.
Potato Virus Y. Penangkar benih kentang yang ada di
Banjarnegara memproduksi benih
Cara Budidaya Tanaman Kentang kentang dari G1 hingga G4 untuk varietas
(Solanum tuberosum L.) Oleh Granola, sedangkan untuk varietas
Penangkar Benih Asal Banjarnegara Atlantik satu penangkar benih kentang
telah memproduksi benih G0 dengan
Banjarnegara merupakan salah satu sistem aerophonik. Para penangkar benih
pusat produksi benih kentang yang ada di masih membeli benih G0 varietas
Indonesia, dari hasil observasi peneliti, di Granola di Kebun Benih Induk
Banjarnegara terdapat beberapa Holtikultura Kledung, Jawa Tengah.
4 | Jurnal Agrotek Lestari Vol. 1, No. 1, Oktober 2015
Produksi Benih G0 Varietas Atlantik Perawatan tanaman dilakukan
dengan metode Aeroponik dengan membuang daun yang telah
Produksi benih G0 varietas atlantik menguning dan membersihkan daun yang
oleh penangkar Cahaya Tani dilakukan telah gugur, pemberian ajir diperlukan
secara intensif dengan sistem aeroponik agar tanaman tidak roboh dan tetap
di dalam screen house. Bahan tanam menjaga tanaman dalam posisi tegak.
yang digunakan dalam metode aeroponik Penggunaan alat-alat dalam proses
merupakan stek pucuk yang berasal dari pemotongan daun terlebih dahulu
planlet kultur jaringan, penangkar benih disterilisasi dengan cara mencelupkan
cahaya tani memperoleh planlet hasil alat kedalam alkohol. Pengendalian hama
kultur jaringan dari Kebun Benih dilakukan jika diperlukan, dengan
Hortikultura, Kledung, Jawa Tengah. mengunakan pestisida. Penggunaan
Planlet hasil kultur jaringan tersebut pestisida jarang dilakukan dikarenakan
kemudian diaklimatisasi menggunakan penanaman dengan metode aeroponik
media cocopeat selama satu bulan. Stek dilakukan di dalam screen house yang
pucuk dilakukan pada saat tanaman telah sangat efektif dalam mencegah masuknya
berumur satu bulan, stek pucuk tersebut hama seperti kutu daun. Pengecekan pada
ditanam kembali ke media cocopeat, media tanam juga diperlukan, dengan
tujuan dari stek pucuk ini adalah untuk cara mengecek Electrical Conductivity
memperbanyak jumlah bahan tanam dari (EC) dan pH dari media aeroponik
tanaman kentang itu sendiri. Hasil dari (Otazu, 2010). Hal ini dilakukan agar
stek pucuk dapat dipindah ke media media memiliki EC dan pH yang stabil
aeroponik setelah berumur 20-30 hari, yaitu 1 EC dan 6,5 pH, jika EC lebih dari
dimana stek tersebut telah mengeluarkan 1 maka dilakukan penambahan air pada
akar. Tanaman kentang hasil stek tersebut larutan media, jika EC kurang dari 1
dapat dipindah ke media tanam aeroponik maka dilakukan penambahan stok media,
dengan meletakkan tanaman pada untuk menurunkan pH dilakukan
steroform yang telah dilubangi terlebih penambahan sulfuric acid, sedangkan
dahulu, jarak tanam berkisar 20 x 20 cm untuk menaikkan pH ditambahkan
dengan posisi akar tanaman dibiarkan NaOH, akan tetapi, keadaan dilapangan
menjuntai kebawah. Sistem pemberian menunjukan bahwa penambahan larutan
media aeroponik telah diatur sedemikian untuk menstabilkan pH jarang dilakukan
rupa pada bak aeroponik, pada bagian hal ini dikarenakan pH akan sesuai jika
bawah bak aeroponik telah dirangkai pipa EC pada nilai 1. Menjaga lingkungan
dengan mata sprinkle yang berjarak 60 – screen house tetap bersih, screen house
80 cm, sprinkle berfungsi untuk tidak boleh dibuka sembarangan untuk
menyalurkan media dengan proses umum, pintu screen house harus selalu
pengkabutan sehingga akar tanaman tertutup, hal ini dilakukan untuk
kentang yang menjutai langsung terpapar mencegah masuknya patogen kedalam
oleh media cair aeroponik, pemberian area screen house, pekerja juga dilarang
media diatur menggunakan timer secara untuk memasukkan makanan atau
periodik dengan waktu 30 detik sekali. merokok didalam area screen house
Sistem budidaya tanaman secara (Chipanthenga et al., 2011). Panen dapat
aeroponik dapat meningkatkan dilakukan pada saat tanaman telah
pertumbuhan tanaman, sistem perakaran berumur 60 – 70 hari setelah tanam,
dan batang pada tanaman mendapatkan umbi-umbi hasil panen diletakkan
akses hingga 100% terhadap oksigen dan didalam keranjang dan selanjutnya di
tanaman dapat menyerap nutrisi dengan seleksi sesuai ukuran (Otazu, 2010).
maksimal (Goo et al., 1996; Ritter et al.,
2001).

Jurnal Agrotek Lestari Vol. 1, No. 1, Oktober 2015 | 5


1. Produksi Benih G1, G2, G3, G4 satu cara yang dilakukan untuk mencegah
varietas Granola dan Atlantik penyakit, serangga, dan gulma.
Proses produksi benih yang Penyulaman untuk mengganti tanaman
dilakukan oleh tiap-tiap penangkar benih yang tidak tumbuh atau tumbuhnya jelek
relatif sama. Penangkar-penangkar benih dilakukan 15 hari setelah tumbuh.
yang ada di Kabupaten Banjarnegara Penyiangan dilakukan minimal dua kali
telah sepakat menggunakan media tanam selama masa penanaman 2-3 hari untuk
non tanah untuk produksi benih G1 dan benih G1, G2, dan 1 minggu sekali untuk
G2. Produksi benih G1 dan G2 dilakukan benih G3, dan G4. Penyulaman pada
di dalam screen house, media tanam yang tanaman yang mati dan pada tanaman
digunakan berupa cocopeat dengan yang tumbuhnya menyimpang dilakukan
campuran kotoran ayam dengan guna mencegah datangnya penyakit dan
perbandingan 2:1 dan penyiraman untuk menghindari tertularnya tanaman
menggunakan larutan agensia hayati. yang sehat oleh penyakit (Otazu, 2010)
Penggunaan media non tanah ini Pemberian pupuk sebagai
bertujuan untuk mengurangi serangan penunjang nutrisi bagi tanaman berupa
Nematoda Sista Kuning yang berasal dari pupuk phonska 800 kg/ha, pemberian
media tanah. Salah satu cara untuk pupuk daun seperti Gandasil dilakukan
mengurangi penyakit tular tanah pada 10 hari sekali hingga berumur 60 HST,
tanaman kentang dengan menggunakan selain itu digunakan juga pupuk organik
media tanam yang rendah atau sama dan agensia hayati untuk menunjang
sekali tidak mengandung penyakit tular proses pertumbuhan tanaman, salah satu
tanah (Powelson et al., 1993; Honeycutt agensia hayati yang digunakan adalah
et al., 1996) Plant Growth Promoting Rhizobacteria
Produksi benih G3 dan G4 pada (PGPR) dimana fungsi dari PGPR
umumnya dilakukan di lahan terbuka. sebagai pengendali hayati dari hama dan
Jarak tanaman 80 cm x 30 cm atau 70 x penyakit yang merugikan tanaman.
30 cm dengan kebutuhan bibit ± 1.300- Penggunan pupuk anorganik merupakan
1.700 kg/ha (bobot umbi 30-45 gr). Jarak salah satu cara untuk mencukupi
tanam berpengaruh terhadap kebutuhan tanaman selama proses
pertumbuhan tanaman, jarak tanam yang pertumbuhan tanaman berlangsung.
terlalu rapat akan menghambat Rosliani et al., (1998) mengatakan
pertumbuhan tanaman jika unsur hara penambahan unsur hara yang diberikan
pada tanah tidak terpenuhi dengan baik, melalui pupuk buatan adalah sangat
terjadi persaingan antara tanaman yang penting untuk pertumbuhan tanaman.
satu dengan yang lain. Selain itu, jarak Pemberian air pada tanaman
tanam yang terlalu rapat akan dilakukan dengan mengontrol
menyebabkan kanopi tanaman saling kelembaban media tanam. Jika terlalu
menutupi satu sama lain dan dapat kering maka dilakukan penyiraman 2 kali
menghambat proses fotosintesis karena dalam sehari, jika media masih dalam
terjadinya overlapping. Sutapradja (2008) keadaan basah, maka intensitas
mengatakan jarak tanam dengan ukuran penyiraman dikurangi. Pembumbunan
80 cm x 30 cm merupakan jarak tanam dilakukan pada tanaman yang
yang paling ideal untuk tanaman kentang. dibudidayakan baik di screen house
Pestisida dan herbisida juga maupun di lahan, hal ini dilakukan karena
diaplikasikan dalam proses produksi umbi bisa mengalami greening akibat
benih, hal ini bertujuan untuk terpapar sinar matahari dan dapat
mengurangi serangan patogen terhadap mengundang hama penggerek umbi.
tanaman. Penggunan pestisida pada Penyiraman dilakukan agar tanaman tidak
ambang yang ditentukan merupakan salah keurangan air dalam proses

6 | Jurnal Agrotek Lestari Vol. 1, No. 1, Oktober 2015


pertumbuhannya, kekurangan air akan sedangkan untuk benih yang ditanam di
menghambat pertumbuhan tanaman dan lahan, penyemprotan insektisida
sudah tentu pertumbuhan umbi juga akan dilakukan pada saat umur 20 hari setelah
terhambat. Penyiraman yang efektif dapat tanam dan dilakukan terus menerus setiap
meningkatkan tinggi tanaman dan hasil 5 hari sekali hingga umur tanaman
dari tanaman kentang, kekurangan air mencapai 80-85 hari setelah tanam.
dapat menyebabkan berkurangnya Pengendalian hama pada screen house
potensial air larutan, mengakibatkan dan pengendalian hama dilahan berbeda,
tekanan turgor meningkat sehingga hal ini dikarenakan screen house
hormon dan asam di dalam tanaman merupakan salah satu alternatif dalam
berubah. Periode pembentukan umbi, mencegah serangan hama penyakit,
konsentrasi Asam Absisat (ABA) pada penyemprotan pestisida dilahan lebih
daun meningkat, penimbunan ABA pada sering dilakukan dikarenakan lahan
daun akan mengakibatkan stomata terbuka memiliki resiko yang tinggi
menutup, sehingga asimilasi CO2, terhadap serangan hama dan penyakit
respirasi, translokasi hasil asimilasi, dan (Grey et al., 2010).
transpor hasil xilem menurun sehingga Panen dalam produksi benih dilakukan
mengakibatkan penurunan hasil pada pada saat tanaman mencapai umur 80-85
kentang (Sutrisna dan Surdianto, 2010). hari setelah tanam, sebelum masa tersebut
Pengendalian hama pada benih tanaman disemprot dengan herbisida agar
yang ditanam di screen house dilakukan pertumbuhan umbi terhenti (Gambar 10).
sebanyak 3 kali selama masa tanam,

Gambar 1. Pemanenan benih G3 varietas Granola

Nilai Absorbansi Uji ELISA pada gelombang 405nm. Berdasarkan nilai


Benih Kentang serapan yang diperoleh pada saat uji
Nilai absorbansi adalah nilai serapan ELISA dilakukan, maka hasil yang
larutan terhadap cahaya yang melewati berupa nilai serapan atau absorbansi dari
larutan tersebut, untuk mengetahui nilai masing-masing sampel negatif dan positif
serapan tersebut peneliti menggunakan di rata-rata dan dicari standar deviasinya.
alat ELISA reader dengan panjang

Jurnal Agrotek Lestari Vol. 1, No. 1, Oktober 2015 | 7


Tabel 3. Nilai absorbansi kontrol negatif dan positif
Absorbansi pada 405nm
Kontrol
(Mean±Standar Deviasi)
Negatif 0.44±0.027
Positif 0.1% 0.47±0.007
Positif 0.5% 0.60±0.032
Positif 1% 0.73±0.029
Positif 2% 0.91±0.021

Tabel 7 di atas menunjukkan bahwa hingga G4 varietas granola yang telah


semakin besar konsentrasi kontrol positif dilakukan oleh penangkar benih kentang
maka nilai absorbansi juga semakin tidak dapat menjamin benih tersebut
meningkat. Meningkatnya nilai bersih dari virus, dari hasil uji ELISA
absorbansi tidak lain dikarenakan reaksi menunjukkan benih G4 yang merupakan
antara sisi epitop antigen yang bereaksi bahan tanam untuk produksi kentang
dengan antibodi, semakin tinggi antigen konsumsi ternyata masih terinfeksi virus.
yang tertangkap oleh antibodi maka Keberadaan virus terkait dengan sejauh
semakin besar pula nilai serapan larutan mana pencegahan terhadap faktor
tersebut. Ardiana (2008) mengatakan penularan virus seperti serangga vektor,
bahwa, variasi nilai yang terjadi nematoda, jamur, perlukaan baik melalui
menunjukkan perbedaan konsentrasi manusia, hewan atau antar tanaman sehat
antigen (virus) yang tertangkap oleh dan tanaman yang terinfeksi. Benih
antibodi, semakin tinggi konsentrasi kentang yang mengandung virus tidak
antigen yang terdeteksi maka akan akan tampak dengan kasat mata, kecuali
semakin tinggi pula nilai absorbansi. benih tersebut telah menunjukkan gejala-
Berdasarkan nilai absorbansi di atas, gejala terserang virus, untuk itu proses uji
dapat dikatakan bahwa benih kentang menggunakan metode ELISA benar-
yang memiliki nilai absorbansi benar sangat membantu demi
0.44±0.027 dinyatakan negatif menghasilkan benih yang bermutu dan
mengandung Potato Virus Y, sedangkan berkualitas baik. Pada penelitian ini,
benih kentang yang nilai absorbansinya benih kentang dari G1 hingga G4 didapat
lebih besar atau sama dengan 0.47±0.007 dari para penangkar benih yang ada di
dinyatakan mengandung Potato Virus Y. Banjarnegara dengan jumlah 22 umbi
benih kentang varietas granola.
Keberadaan Potato Virus Y pada
Berdasarkan nilai absorbansi (Tabel 8)
Benih Kentang (Solanum tuberrosum
ditemukan bahwa benih yang positif
L) Varietas Granola
terinfeksi Potato Virus Y adalah tiga
Hasil deteksi Potato Virus Y pada benih benih dari lima sampel benih G4 varietas
kentang (Solanum tuberosum L) varietas Granola yang berasal dari penangkar
Granola dan Atlantik asal Banjarnegara benih Trubus, sedangkan 19 umbi benih
dengan teknik ELISA disajikan pada kentang yang lain dinyatakan negatif
Tabel 7. Dari keseluruhan benih kentang terinfeksi Potato Virus Y. Keberadaan
Granola yang diuji didapati generasi 4 virus terdeteksi pada benih kentang G4
(G4) benih varietas Granola yang hasil produksi penangkar benih Trubus
mengandung Potato Virus Y. Hasil akan tetapi tidak pada penangkar benih
deteksi menggunakan ELISA reader, nilai Bronco, hal ini dapat terjadi akibat
absorbansi benih kentang tersebut lebih kurangnya pencegahan terhadap serangan
besar atau sama dengan 0.47±0.007. virus pada saat proses budidaya tanaman
Proses produksi benih kentang dari G1 kentang. Potato Virus Y pada benih
kentang sangat dipengaruhi oleh proses

8 | Jurnal Agrotek Lestari Vol. 1, No. 1, Oktober 2015


produksi benih yang dilakukan oleh dalam screen house. Penanaman kentang
penangkar benih, produksi benih G4 di lahan terbuka akan meningkatkan
dilakukan di lahan terbuka, resiko resiko tanaman terserang hama kutu
tanaman terserang virus akan lebih tinggi daun, dimana kutu daun merupakan salah
jika dilakukan di lahan terbuka satu vektor utama penyebab penyebaran
dibandingkan budidaya yang dilakukan di Potato Virus Y (Grey et al., 2010).

Tabel 4. Hasil uji ELISA pada benih kentang varietas Granola


Jumlah Jumlah Benih Nilai Nilai
Generasi Penangkar Varietas Benih Terdeteksi Absorbansi Absorbansi
Positif Negatif
-
G1 Sekar Tani Granola 2 0 0.452
-
0.441
-
G2 Bronco Granola 4 0 0.429
-
0.435
-
0.449
-
0.445
-
G3 Sekar Tani Granola 1 0 0.435
-
Aneka Tani Granola 2 0 0.452
-
0.418
-
Tunas Granola 4 0 0.452
Harapan -
0.442
-
0.436
-
0.445
-
G4 Bronco Granola 4 0 0.455
-
0.424
-
0.449
-
0.430
Trubus Granola 5 3 0.483 0.443
0.506 0.435
0.573

Scrahmm et al., (2011) menyatakan tanam harus benar-benar steril, screen


bahwa, tertularnya suatu tanaman yang house terjaga dengan baik agar kutu daun
sehat oleh virus dapat diakibatkan tidak dapat masuk dan menyerang
perlukaan yang dilakukan oleh petani, tanaman.
selain itu penularan juga dapat terjadi
akibat angin, bersentuhannya antara Keberadaan Potato Virus Y Pada
tanaman yang sakit dengan tanaman yang Benih Kentang (Solanum Tuberrosum
sehat. Oleh karena itu, dalam proses L) Varietas Atlantik
budidaya tanaman kentang untuk
produksi benih khususnya, segala macam Keberadaan Potato Virus Y pada
hal yang menyangkut kedalam proses benih kentang varietas atlantik dapat
budidaya harus benar-benar dilakukan dilihat pada Tabel 8.
dengan baik, media tanam dan alat-alat

Jurnal Agrotek Lestari Vol. 1, No. 1, Oktober 2015 | 9


Tabel 5. Hasil uji ELISA pada benih kentang varietas Atlantik
Generasi Penangkar Varietas Jumlah Jumlah Benih Nilai Nilai
Benih Terdeteksi Absorbansi Absorbansi
Positif Negatif
-
G0 Cahaya Tani Atlantik 2 0 0.447
-
0.445
-
G3 Cahaya Tani Atlantik 4 0 0.451
-
0.433
-
0.453
-
0.464

Berdasarkan tabel diatas dapat kita sistem aeroponik dalam budidaya


lihat nilai absorbansi hasil tes ELISA tanaman kentang dilakukan di dalam
benih kentang varietas Atlantik negatif screen house dengan menggunakan bak
mengandung Potato Virus Y, hal ini yang terbuat dari fiberglass dan ditutup
dikarenakan nilai absorbansi dari benih- dengan menggunakan styroform,
benih yang dideteksi lebih rendah sehingga tanaman akan terbebas dari
dibandingkan nilai absorbansi kontrol serangan hama dan penyakit karena
negatif. bahan tanaman berupa stek mikro berasal
Sistem aerophonik yang digunakan dari hasil perbanyakan kultur jaringan di
dalam produksi benih G0 dapat laboratorium yang sudah steril. Sistem
mencegah tanaman dari serangan hama aeroponik selain dapat menghasilkan
dan penyakit (Gambar 8). BBPP kualitas bibit kentang yang baik juga
Lembang (2010) menyatakan bahwa dapat menghemat lahan.

Gambar 2. Screen house yang digunakan dalam budidaya benih kentang G0

Proses produksi benih G3 varietas terjangkit virus, penggunaan insektisida,


atlantik yang dilakukan penangkar benih dan sanitasi lahan dari gulma merupakan
yang berada di Banjarnegara dilakukan di hal yang mutlak dilakukan oleh para
lahan terbuka, hal ini berbeda dengan penangkar agar hasilnya memuaskan,
proses produksi benih G0 yang dilakukan sebelum masa panen para petani
di dalam screen house dengan sistem melakukan penyemprotan herbisida
aerophonik, para penangkar benih sangat terhadap tanaman yang di budidaya, hal
teliti dalam mencegah tanaman agar tidak ini dilakukan agar mengurangi tingkat
terkena serangan hama terutama kutu serangan kutu daun (Gambar 12)
daun yang menyebabkan tanaman

10 | Jurnal Agrotek Lestari Vol. 1, No. 1, Oktober 2015


Gambar 3. Lahan produksi benih G3 yang telah diherbisida sebelum waktu panen

Gray et al., (2010) menyatakan Kabupaten Banjarnegara. Skripsi.


bahwa, sanitasi lahan yang bersih dari Fakultas Pertanian. Institut
gulma, penggunaan herbisida maupun Pertanian Bogor. Bogor. (Tidak
insektisida terhadap tanaman dan Dipublikasikan).
penggunaan jarak tanam antar bedeng Badan Pusat Statistik (BPS). 2011.
merupakan salah satu hal yang harus Produksi Tanaman
dilakukan untuk menekan tingkat Kentang.http://www.bps.go.id/tab_
serangan kutu daun terhadap tanaman sub/view.php?kat=3&tabel=1&daft
kentang yang ada dilahan ar=1&id_subyek=55&notab=22.
Diakses 3 Januari 2013.
SIMPULAN DAN SARAN
BBPP Lembang. 2010. Perbanyakan
Simpulan Cepat Benih Kentang Penjenis (G0)
1. Hasil deteksi terhadap enam dengan Teknologi Aeroponik
penangkar benih kentang asal Inovatif di Kabupaten Bandung
Kabupaten Banjarnegara Barat.
menunjukkan bahwa, benih kentang
G4 asal penangkar benih Trubus Chatzivassiliou, E.K., E. Moschos, S.
mengandung Potato Virus Y. Gazi, P. Koutretsis, and M.
2. Metode aerophonik dan budidaya Tsoukaki. 2008. Infection of Potato
tanaman kentang di dalam screen Crops and Seeds With Potato Virus
house efektif dalam memproduksi Y and Potato Leafroll Virus in
benih bebas Potato Virus Y. Greece. Journal of Plant
Saran Pathology. 90 (2): 253-261.
Penanggulangan dini pada tanaman yang Chiipanthenga, M., M. Maliro1, P.
terjangkit virus hendaknya senantiasa Demo, and J. Njoloma. 2011.
dilakukan selama proses produksi benih Potential of Aeroponics System in
maupun pada saat benih tersebut telah the Production of Quality Potato
disimpan. (Solanum Tuberosum L) Seed in
Developing Countries. African
Journal of Biotechnology. 11(17):
DAFTAR PUSTAKA 3993-3999.
Converse, R.H. and R.R Martin. 1990.
Andarwati, A.U. 2011. Efisiensi Teknis ELISA methods for plant
Usahatani Kentang dan Faktor yang viruses.APS Press,St Paul, Minn. p.
Mempengaruhi di Kecamatan Batur 179-196.

Jurnal Agrotek Lestari Vol. 1, No. 1, Oktober 2015 | 11


Direktorat Jenderal Hortikultura. 2013. diseases caused by soilborne
Kebutuhan benih kentang tahun pathogens. In: RC Rowe (ed),
2011. Potato Health Management.
http://hortikultura.deptan.go.id. American Phytopathological
Diakses 3 Januari 2013. Society, St. Paul, MN. pp 149-158.
Goo K.J., S.Y. Kim, H.J.Kim, Y.H. Om, Ritter E., B. Angulo, P. Riga, C. Herran,
and J.K. Kim (1996). Growth and and J. Relloso. 2001. Comparison
Tuberization of Potato (Solanum of Hydroponic and Aeroponics
tuberosum L.) Cultivars in Cultivation Systems for The
Aeroponics, Deep Flow Technique Production of Potato Minituber.
and Nutrient Film Technique Netherlands. American Journal
Culture Systems. Journal the Potato. 44(2): 127-135.
Korean Society for Horticulture. Rosliani, R., N. Suamarni, dan Suwandi.
Science. Korea. 37(1): 24-27. 1998. Pengaruh Sumber dan Dosis
Gray, S., S. De Boer, J. Lorenzen, A. Pupuk N, P dan K pada Tanaman
Karasev, J. Whitworth, P. Nolte, R. Kentang. Jurnal .Hortikultura.8
Singh, A. Boucher, and H. Xu. (1):988-999.
2010. Potato Virus Y an Evolving
Schramm, S., F.Ken, C. Amy, G. Stewart,
Concern For Potato Crops in The C. Alex, and L.G. Russell. 2011.
United States and Canada. Plant Management of Potato Virus Y
Disease. 94 (12): 1-14. (PVY) in Wisconsin Seed Potato
Hamdani, J.S. 2009. Pengaruh Jenis Production. University of
Mulsa Terhadap Pertumbuhan dan Winconsin.
Hasil Tiga Kultivar Kentang Seal, S. and J. Elphinstone. 1994.
(Solanum Tuberosum L.) yang Advances in identifycation and
Ditanam di Dataran Medium.Jurnal detection of P. solanacearum. In:
Agronomi. Indonesia 37 (1): 14-20. Hayward, A.C. and G.L. Hartman
Honeycutt, C.W., W.M Clapham, and S.S (Eds.). The Disease and Its
Leach. 1996. Crop Rotation and N Causative Agent, P. solanacearum.
Fertilization Effects on Growth, CAB International, Wallingford,
Yield, and Disease Incidence in UK. p. 42-57.
Potato. American Journal of Semangun, H.2004. Penyakit-penyakit
Potato. 73:45-61. Tanaman Hortikultura di Indonesia.
Kuntjoro, A.S. 2000. Produksi Umbi Gadjah Mada University Press.
Mini Kentang G0 Bebas Virus Yogyakarta.
Melalui Perbanyakan Planlet Setiadi. dan F.S.Nurulhuda. 2005.
Secara Kultur Jaringan di PT. Kentang Varietas dan
Intidaya Agrolestari (Inagro) Bogor Pembudidayaan. Penebar Swadaya.
– Jawa Barat. Skripsi. Jurusan Budi Jakarta.
Daya Pertanian Fakultas Pertanian
IPB. (Tidak dipublikasikan). Sutrisna, N. dan Surdianto. 2007.
Pengaruh Bahan Organik dan
Otazu, V. 2010. Manual on seed quality Interval Serta Volume Pemberian
potato production using Air Terhadap Pertumbuhan dan
aerophonics. International Potato Hasil Kentang di Rumah Kaca.
Center. Lima, Peru. Jurnal Hortikultura. 17 (3): 224 :
Powelson, M.L., K.B. Johnson, and R.C. 236.
Rowe. 1993. Management of

12 | Jurnal Agrotek Lestari Vol. 1, No. 1, Oktober 2015


Thomas J.E., W.C. Wong, and D.H. Hortikultura. Fakultas Pertanian
Goanlock. 1989. Modern Methods Institut Pertanian Bogor.
for the Detection of Plant Wattimena, G. A.2012. Penerapan Sistem
Pathogens .Queensland Agriculture Tias dan Perbanyakan Mikro
Journal. 49-53. Kentang pada Sistem Perbenihan
Wattimena, G. A.. 2000. Pengembangan Kentang nasional di Indonesia Lab.
Propagul Kentang Bermutu dan Bioteknologi Tanaman Jurusan
Kultivar Kentang Unggul dalam Agronomi IPB dan Lab.
Mendukung Peningkatan Produksi Biomolekuler dan Seluler Tanaman
Kentang di Indonesia. Orasi Ilmiah Pusat Penelitian Bioteknologi, IPB
Guru Besar Tetap Ilmu

Jurnal Agrotek Lestari Vol. 1, No. 1, Oktober 2015 | 13


14 | Jurnal Agrotek Lestari Vol. 1, No. 1, Oktober 2015

You might also like