You are on page 1of 6

738 Jurnal Kultivasi Vol.

17 (3) Desember 2018

Wahyudin, A. ∙ D. Widayat ∙ T. Nurmala ∙ F. Y. Wicaksono ∙ A.W. Irwan ∙ A. Hafiz

Respons tanaman jagung (Zea mays L.) hibrida terhadap aplikasi


paraquat pada lahan tanpa olah tanah (TOT)

Response of hybrids maize (Zea mays L.) due to application of


paraquat at zero tillage
Diterima : 15 Oktober 2018/Disetujui : 18 Desember 2018 / Dipublikasikan : 31 Desember 2018
©Department of Crop Science, Padjadjaran University

Abstract. This study aims to determine growth Ciparanje Fakultas Pertanian Universitas
and yield of maize caused by land preparation Padjajaran, Jatinangor, Kabupaten Sumedang,
using paraquat herbicide at zero tillage, then Jawa Barat dengan ketinggian tempat ± 750
find the best dosage of paraquat that can be meter diatas permukaan laut dan ordo tanah
replaced full tillage in maize cultivation. The Inceptisol serta tipe curah hujan C3 menurut
experiment was conducted at the experimental Oldeman (1975). Percobaan dilaksanakan dari
field Ciparanje, Faculty of Agriculture, Univer- bulan Mei 2017 hingga Agustus 2017. Metode
sity of Padjadjaran, Jatinangor, Sumedang percobaan yang digunakan adalah Rancangan
Regency, West Java at ± 750 meters above sea Acak Kelompok terdiri dari 6 perlakuan dan
level, soil order was Inceptisols, the type of diulang sebanyak 4 kali. Perlakuannya adalah
rainfall was C3 according Oldemann sebagai berikut : Perlakuan TOT + Herbisida
classification. The experiment conducted from Paraquat Diklorida Dosis 207g/L, TOT +
May 2017 until August 2017. It used Herbisida Paraquat Diklorida Dosis 276g/L,
randomized block design that consisted of 6 TOT + Herbisida Paraquat Diklorida Dosis
treatments and repeated four times. The 345g/L, TOT + Herbisida Paraquat Diklorida
treatments were: zero tillage + Paraquat Dosis 414g/L, TOT + Penyiangan Manual, dan
Dicloride at the dosage 207g/L, zero tillage + Kontrol (OTS). Hasil percobaan menunjukkan
Paraquat Dicloride at the dosage 276g/L, zero bahwa pemberian herbisida paraquat 414 g/L
tillage + Paraquat Dicloride at the dosage untuk persiapan lahan dengan TOT pada
345g/L, zero tillage + Paraquat Dicloride at the tanaman jagung dapat menyamai OTS.
dosage 414g/L, zero tillage + weeding manual,
and full tillage as control. The results of the Kata kunci : Paraquat ∙ Persiapan lahan ∙ Jagung
experiments showed that application of ∙ Tanpa olah tanah
paraquat 414 g/L can replace full tillage.
__________________________________________
Keywords : Land preparation ∙ Paraquat ∙ Maize Pendahuluan
∙ Zero tillage
Tanaman Jagung (Zea mays L.) merupakan salah
Sari. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari satu komoditas pangan penting bagi Indonesia
pertumbuhan dan hasil tanaman jagung akibat setelah padi. Jagung memiliki peranan strategis
persiapan lahan dengan menggunakan herbisida dan bernilai ekonomis serta mempunyai pelu-
paraquat pada lahan tanpa olah tanah (TOT), ang untuk dikembangkan, mengingat komoditas
serta memperoleh dosis yang tepat yang dapat ini mempunyai fungsi yang multiguna, selain
digunakan dalam budidaya jagung untuk berperan sebagai bahan makanan pokok
menggantikan olah tanah sempurna (OTS). pengganti beras juga sebagai pakan ternak dan
Percobaan dilaksanakan di Kebun Percobaan industri. Dewasa ini penggunaan jagung untuk
Dikomunikasikan oleh Santi Rosniawaty kebutuhan bahan baku industri mulai
Wahyudin, A.1 ∙ D. Widayat1 ∙ T. Nurmala1 ∙ F. Y. berkembang, seperti pembuatan minyak jagung,
Wicaksono1 ∙ A.W. Irwan1 ∙ A. Hafiz2 tepung, pati, serta industri kimia (etil alkohol
1 Staf pengajar Fakultas Pertanian Unpad
aseton, asam laktat, asam sitrat dan gliserol)
2 Alumni Fakultas Pertanian Unpad
Korespondensi: agus.wahyudin@unpad.ac.id (Purwono dan Hartono, 2005).

Wahyudin, A. dkk.: Respons tanaman jagung (Zea mays L.) hibrida terhadap
aplikasi paraquat pada lahan tanpa olah tanah (TOT)
Jurnal Kultivasi Vol. 17 (3) Desember 2018 739

Ketersediaan jagung di pasar dunia saat ini Permasalahan yang dihadapi pada
semakin terbatas karena tingginya permintaan penggunaan sistem TOT adalah dalam
dari negara importir. Oleh karena itu, upaya mengendalikan gulma pada persiapan lahan,
peningkatan produksi jagung di dalam negeri ketersediaan tenega kerja, biaya dan luasnya
perlu ditingkatkan (Gratio, 2013). Berdasarkan pertanaman. Keberadaan gulma pada areal
data BPS tahun 2013-2015 produksi jagung produksi pertanian dapat menimbulkan
mengalami penurunan, produksi jagung di Jawa kerugian hasil baik secara kualitas maupun
Barat pada tahun 2013 sebesar 1.101.998 ton, kuantitas. Penurunan hasil tanaman akibat
tahun 2014 sebesar 1.047.077 ton dan tahun 2015 keberadaan gulma disebabkan oleh adanya
sebesar 959.933 ton (BPS, 2015). Untuk itu, kompetisi antara gulma dan tanaman dalam
produksi jagung harus ditingkatkan. memperoleh air, cahaya, unsur hara dan ruang
Salah satu upaya untuk meningkatkan tumbuh serta berpotensi menjadi inang bagi
produksi jagung adalah dengan melakukan hama dan penyakit tanaman (Tjitrosoedirdjo,
kegiatan budidaya yang efektif dan efisien. dkk. 1984).
Persiapan lahan merupakan tahap awal dalam Pada areal yang luas dan tenaga kerja
budidaya dan sangat penting diperhatikan relatif mahal, penggunaan herbisida merupakan
dalam menunjang pertumbuhan tanaman. cara yang efektif dan efisien. Herbisida juga
Persiapan lahan dilakukan untuk menciptakan dapat mengurangi biaya produksi dalam sistem
kondisi yang mendukung bagi perkecambahan usahatani akibat upah tenaga kerja dalam
benih dan perkembangan akar tanaman serta penyiangan gulma yang relatif mahal, sehingga
mengurangi kompetisi terhadap gulma menguntungkan petani (Perkasa, 2015).
(Purwono dan Hartono, 2005). Herbisida yang dapat digunakan antara lain
Teknik persiapan lahan dalam praktiknya yang berbahan aktif paraquat diklorida.
dikelompokkan ke dalam sistem olah tanah Paraquat diklorida adalah herbisida yang
sempurna (OTS), olah tanah minimum (OTM), bersifat kontak dan tidak dapat diserap oleh
dan tanpa olah tanah (TOT). Sistem olah tanah bagian tanaman yang tidak hijau seperti batang
sempurna merupakan cara yang umum dan akar serta tidak aktif di tanah. Penetrasi
diterapkan oleh petani dalam kegiatan paraquat terjadi melalui daun. Keefektifan pem-
persiapan lahan. Pengolahan tanah sempurna berian herbisida ditentukan oleh penggunaan
dimaksudkan agar tanah lebih gembur sehingga dosisnya. Dosis herbisida yang tepat dapat
aerasi meningkat dan menghilangkan gulma di mematikan gulma sasaran, tetapi jika dosisnya
areal budidaya. Namun, pengolahan tanah yang terlalu tinggi akan merusak tanaman budidaya
intensif akan menyebabkan degradasi lahan (Sembodo, 2010).
yang menyebabkan daya dukung dan
produktivitas lahan sesemakin menurun __________________________________________
(Syam’um, 2002). Bahan dan Metode
Sistem TOT merupakan bagian dari olah
tanah konservasi (OTK) yang dikombinasikan Percobaan dilakukan di kebun percobaan
dengan herbisida pada dosis yang tepat untuk Ciparanje Fakultas Pertanian Universitas
mengendalikan gulma awal. Penerapan sistem Padjajaran, Jatinangor, Kabupaten Sumedang,
TOT dengan herbisida bertujuan untuk menyi- Jawa Barat dengan ketinggian tempat ± 750
apkan lahan agar tanaman dapat tumbuh dan meter diatas permukaan laut (dpl) dan ordo
berproduksi dengan baik dengan memper- tanah Inceptisol serta tipe curah hujan C3 menu-
hatikan keseimbangan ekologi lingkungan rut Oldeman (1975). Percobaan dilaksanakan
terutama air dan tanah. dari bulan Mei 2017 hingga Agustus 2017.
Sisa gulma yang mati sebelumnya dapat Bahan yang digunakan pada percobaan ini
menjadi mulsa yang berfungsi menambah bahan adalah benih jagung hibrida Bisi- 2, pupuk Urea,
organik dalam tanah, menekan pertumbuhan SP-36, KCl, dan herbisida paraquat diklorida.
kembali gulma dan meningkatkan tersedianya Alat yang digunakan adalah sprayer knapsack
air tanah serta mengurangi dampak buruk semi automatic dan nozel T-jet, gelas ukur, oven,
tetesan air hujan (Moenandir, 2010). Selain itu, timbangan, tali rafia, meteran, papan perlakuan,
jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan TOT lebih kamera, alat tulis, Leaf area meter, dan cangkul.
efisien sebesar 25,5 % dibanding sistem olah Rancangan percobaan yang dilakukan
tanah maksimum (Rina dan Simatupang 1998). adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK).

Wahyudin, A. dkk.: Respons tanaman jagung (Zea mays L.) hibrida terhadap
aplikasi paraquat pada lahan tanpa olah tanah (TOT)
740 Jurnal Kultivasi Vol. 17 (3) Desember 2018

Banyaknya perlakuan adalah 6 perlakuan, yang memberikan pengaruh negatif terhadap


diulang sebanyak 4 kali. Sehingga diperoleh 24 pertumbuhan jagung.
satuan percobaan. Berikut macam perlakuannya: Pertumbuhan tinggi tanaman jagung yang
A: TOT + herbisida Paraquat Diklorida Dosis kurang baik disebabkan oleh curah hujan yang
207g/L, B: TOT + herbisida Paraquat Diklorida sangat rendah, gulma yang mempengaruhi
Dosis 276g/L, C: TOT + herbisida Paraquat intensitas cahaya matahari, juga kebutuhan unsur
Diklorida Dosis 345g/L, D: TOT + herbisida hara yang diterima oleh jagung. Tidak tersedianya
Paraquat Diklorida Dosis 414g/L, E: TOT + air dan akses cahaya matahari oleh tanaman dapat
penyiangan manual ( Satu kali penyiangan ), F: mempengaruhi terhadap banyaknya energi yang
kontrol (OTS). digunakan dalam fotosintesis.
Pengolahan lahan dilakukan 1 minggu Menurut Kuyik dkk. (2012), fotosintesis
sebelum tanam. Persiapan lahan dilakukan sesuai adalah proses dasar pada tanaman untuk
dengan perlakuan. Pada perlakuan tanpa olah menghasilkan fotosintat asimilat. Karbohidrat
tanah (TOT), tanah dibiarkan tidak terganggu. yang dihasilkan akan menentukan ketersediaan
Sebelum tanam, gulma dikendalikan dengan energi untuk pertumbuhan dan perkembangan
herbisida dengan dosis yang sesuai perlakuan. tanaman. Cahaya merupakan faktor penting
Parameter pengamatan yang diamati terhadap berlangsungnya fotosintesis, semen-
adalah tinggi tanaman, indeks luas daun (ILD), tara fotosintesis merupakan proses yang
panjang tongkol dan diameter tongkol, jumlah menjadi kunci dapat berlangsungnya proses
baris biji per tongkol, bobot 100 biji, bobot biji metabolisme yang lain di dalam tanaman.
pipilan per tanaman, dan bobot biji pipilan per Indeks luas daun. Berdasarkan Tabel 2,
hektar. pada perlakuan A, B, C, dan E memberikan
respon yang berbeda nyata dengan Perlakuan
__________________________________________ kontrol. Pada perlakuan kontrol memiliki indeks
Hasil dan Pembahasan luas daun (ILD) tertinggi jika dibandingkan
dengan perlakuan lainnya, namun hasilnya
Tinggi Tanaman. Tinggi tanaman yang diukur kurang optimal yang disebabkan pertumbuhan
pada 2, 4 dan 6 minggu setelah tanam (MST) tanaman yang terganggu serta tingginya bobot
ditampilkan pada Tabel 1. Berdasarkan Tabel 1, kering gulma. Semakin banyak dan lama suatu
tinggi tanaman jagung pada 2, 4, dan 6 MST gulma pada areal tanaman, maka semakin besar
menunjukan pengaruh yang tidak berbeda kompetisi yang terjadi (Sembodo, 2010)
nyata. Hasil analisis menunjukkan bahwa gulma
yang telah dikendalikan masih mampu Tabel 2. Pengaruh pemberian herbisida paraquat
berkompetisi dengan tanaman jagung. terhadap Indeks Luas Daun.
Perlakuan Indeks Luas Daun
Tabel 1. Pengaruh pemberian herbisida paraquat A 2.48 b
pada tinggi tanaman jagung 2 MST, 4 MST, dan 6 B 2.49 b
MST (cm). C 2.44 b
Perlakuan 2 MST 4MST 6 MST D 2.58 ab
A 25.10a 67.94a 91.69a E 2.43 b
B 25.78a 66.83a 90.96a F 2.73 a
C 22.89a 60.56a 83.84a Keterangan: nilai rata-rata yang diikuti huruf yang
D 26.79a 69.11a 92.36a sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak
E 22.49a 66.49a 82.48a berbeda nyata menurut uji Duncan pada taraf 5%.
F 27.51a 72.71a 95.31a
Keterangan: nilai rata-rata yang diikuti huruf yang Menurut Mercado (1979) yang menyatakan
sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak bahwa kompetisi terhadap cahaya matahari
berbeda nyata menurut uji Duncan pada taraf 5%. terjadi apabila tanaman saling memacu
pertumbuhan terhadap tinggi tanaman dan
Gulma yang dapat berkembang biak tajuk tanaman, apabila tanaman utama tumbuh
dengan umbi, rimpang atau tunas dari buku- lebih tinggi dan rimbun maka tanaman utama
bukunya dapat tumbuh subur kembali akan lebih cepat menguasai cahaya matahari
meskipun telah diaplikasikan herbisida sehingga menaungi tanaman yang tumbuh lebih
paraquat. Persaingan dari gulma tersebut rendah.

Wahyudin, A. dkk.: Respons tanaman jagung (Zea mays L.) hibrida terhadap
aplikasi paraquat pada lahan tanpa olah tanah (TOT)
Jurnal Kultivasi Vol. 17 (3) Desember 2018 741

Hasil analisis indeks luas daun menun- Pembentukan tongkol tidak sempurna dapat
jukkan penggunaan dosis herbisida paraquat mengakibatkan tongkol berukuran kecil, barisan
414g/L dapat menggantikan persiapan lahan biji tidak beraturan serta biji kurang berisi.
dengan olah tanah sempurna. Hasil perbedaan Pembentukan tongkol dapat mempengaruhi
nyata tersebut membuktikan bahwa dosis produksi jagung yang berupa biji pipilan kering.
herbisida sangat menentukan akvitas herbisida Curah hujan yang rendah dan kompetisi
tersebut (King dan Oliver, 1992). Menurut antara tanaman jagung dengan gulma
Guntoro dkk (2013), bahwa perlakuan herbisida mempengaruhi panjang dan diameter tongkol
dapat memberi pengaruh secara nyata terhadap yang dihasilkan. Kompetisi antara tanaman
bobot kering gulma total dan menurunkan jagung dengan gulma serta tidak tersedianya air
bobot kering gulma dibandingkan dengan tanpa dapat mempengaruhi pertumbuhan dan hasil
perlakuan herbisida. tanaman jagung tersebut.
Panjang dan diameter tongkol. Berdasar- Pengendalian gulma menggunakan herbi-
kan Tabel 3, panjang tongkol dan diameter sida dengan dosis yang kurang tepat dapat
tongkol tanaman jagung pada perlakuan A, B, C, menyebabkan pertumbuhan gulma yang tinggi
dan E memberikan respon yang tidak berbeda pada awal penanaman jagung. Keberadaan
nyata dan memberikan respon yang berbeda gulma pada awal pertanaman menyebabkan
nyata jika dibandingkan dengan perlakuan D kerugian pada tanaman pokok berupa persai-
dan F (Kontrol). Pada percobaan ini, panjang ngan dalam mendapatkan air, unsur hara,
tongkol memiliki rata-rata panjang tongkol cahaya matahari ,dan lingkungannya (Sutoto
berkisar antara 16 cm sampai 19 cm. dkk., 1996). Pertumbuhan tanaman yang kurang
Diameter tongkol per tanaman juga memiliki baik memungkinkan tanaman tidak memberi-
rata-rata berkisar 3.5 cm sampai 4.2 cm. Pada kan hasil sesuai dengan potensi hasil yang
percobaan ini mayoritas pada perlakuan D dan F dimilikinya (Leopold dan Kriedeman, 1979).
(kontrol) tongkol terbentuk sempurna. Pada Jumlah baris biji per tongkol. Berdasarkan
sebagian perlakuan A, B, C, dan E pembentukan Tabel 4, jumlah baris biji per tongkol yang
tongkol tersebut kurang sempurna. diamati menunjukan pada perlakuan A, B, C,
dan E memberikan respon yang tidak berbeda
Tabel 3. Pengaruh pemberian berbagai dosis nyata dan memberikan respon yang berbeda
herbisida terhadap panjang tongkol dan diameter nyata jika dibandingkan dengan perlakuan D
tongkol per tanaman. dan F (kontrol). Hal ini menunjukan bahwa
Perlakuan Panjang Diameter pemberian dosis herbisida pada perlakuan D
Tongkol Tongkol dan dan perlakuan kontrol (F) memberikan
(cm) (cm) pengaruh terhadap kualitas dan hasil tanaman
A 16.47 b 3.51 b jagung. Hal ini mungkin disebabkan tanaman
B 16.36 b 3.55 b jagung pada perlakuan D dan F lebih mampu
C 16.61 b 3.68 b melewati periode kritis. Pada perlakuan D dan
D 18.16 a 4.04 a F, kehadiran gulma di pertanaman kurang
E 16.19 b 3.53 b mempengaruhi pertumbuhan generatif tanaman
F 19.08 a 4.22 a jagung dibandingkan perlakuan yang lainnya.
Keterangan: nilai rata-rata yang diikuti huruf yang
sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak
Tabel 4. Pengaruh pemberian berbagai dosis
berbeda nyata menurut uji Duncan pada taraf 5%.
herbisida paraquat terhadap jumlah baris biji per
Pembentukan tongkol sangat dipengaruhi tongkol.
oleh unsur hara nitrogen. Nitrogen merupakan Perlakuan Jumlah baris per tongkol
komponen utama dalam proses sintesis protein. A 12.53 b
Sintesis protein yang berlangsung baik akan B 12.55 b
berkolerasi positif terhadap ukaran tongkol baik C 12.68 b
panjang maupun diameter tongkol. D 13.28 a
Pembentukan tongkol merupakan suatu E 12.38 b
tahap penting dalam hasil tanaman jagung. F 13.73 a
Pembentukan tongkol yang tidak sempurna dapat Keterangan: nilai rata-rata yang diikuti huruf yang
disebabkan oleh kurangnya unsur hara esensial sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak
pada tanaman jagung khususnya unsur fosfor (P). berbeda nyata menurut uji Duncan pada taraf 5%.

Wahyudin, A. dkk.: Respons tanaman jagung (Zea mays L.) hibrida terhadap
aplikasi paraquat pada lahan tanpa olah tanah (TOT)
742 Jurnal Kultivasi Vol. 17 (3) Desember 2018

Keberadaan gulma di sekitar pertanaman hara, sehingga pertumbuhan dan perkembangan


menyebabkan pertumbuhan jagung pada fase tanaman menjadi terganggu. Akibatnya ukuran
generatif menjadi kurang optimal dan biji menjadi lebih kecil yang berakibat pada
mengakibatkan perbedaan jumlah baris biji per penurunan bobot 100 biji dan bobot biji pipilan
tongkol pada setiap perlakuan tersebut. kering per tanaman maupun per hektar.
Bobot 100 biji. Berdasarkan Tabel 5, pada
perlakuan A, B, C, dan E memberikan respon Tabel 6. Pengaruh pemberian berbagai dosis
yang tidak berbeda nyata dan memberikan herbisida paraquat terhadap bobot biji pipilan
respon yang berbeda nyata jika dibandingkan kering per tanaman (g) dan bobot biji pipilan
dengan perlakuan D dan F (kontrol). Namun kering per hektar (ton).
dapat dilihat dari Tabel 5 bobot 100 biji tersebut Perlakuan Bobot biji pipilan Bobot biji
masih belum maksimal. Pada deskripsi jagung kering per pipilan kering
menunjukkan bobot 100 biji secara umum tanaman (g) per hektar (ton)
berkisar 26,5 gram, sedangkan dalam penelitian A 59.75b 3.42b
ini bobot 100 biji berkisar 17-20 gram. Bobot 100 B 60.75b 3.46b
biji yang rendah pada penelitian ini diakibatkan C 61.25b 3.50b
oleh pembentukan tongkol yang tidak D 78.25a 4.46a
sempurna. E 55.5b 3.18b
F 85.75a 4.90a
Tabel 5. Pengaruh pemberian berbagai dosis Keterangan: nilai rata-rata yang diikuti huruf yang
herbisida paraquat terhadap bobot 100 biji. sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak
berbeda nyata menurut uji Duncan pada taraf 5%.
Perlakuan Bobot 100 biji (g)
A 17.13 b Rata-rata hasil produksi jagung hibrida
B 17.30 b
Bisi-2 menurut deskripsi adalah 8,9 t/ha pipilan
C 17.88 b
kering, sedangkan menurut hasil penelitian ini
D 19.65 a
didapatkan rata-rata tertinggi pipilan kering
E 17.18 b
F 20.58 a sebesar 3 hingga 5 ton/ha. Hasil pipilan kering
Keterangan: nilai rata-rata yang diikuti huruf yang yang rendah pada penelitian ini berkaitan
sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak dengan rendahnya bobot 100 biji.
berbeda nyata menurut uji Duncan pada taraf 5%. Keberedaan gulma dengan populasi yang
tinggi dapat menekan pertumbuhan jagung
Bobot 100 biji kering secara tidak langsung sehingga terganggunya hubungan source dan
dapat mempengaruhi hasil tanaman. Bobot 100 sink pada tanaman. Aktivitas source diperlukan
biji merupakan parameter yang menunjukkan selama pertumbuhan vegetatif tanaman sedang-
besar endosperm pada biji. Endosperm adalah kan aktivitas sink diperlukan pada fase pengi-
bagian terbesar dari biji yang merupakan tempat sian biji. Tidak tersedianya air dan unsur hara
menyimpan cadangan makanan (Kusnadi, 2000). yang cukup menyebabkan proses fotosintesis
Komponen bobot 100 biji juga dapat dan translokasi asimilat terganggu, sehingga
dipengaruhi oleh faktor genotip dan mengakibatkan penurunan hasil fotosintat yang
lingkungan. Gardner dan Pearce (1991) menun- terakumulasi pada batang, daun, tongkol, dan
jukkan bahwa menurunnya persediaan air bagi biji (Jumin, 1989).
tanaman jagung pada tiga minggu setelah
penyerbukan dapat mempengaruhi jumlah biji __________________________________________
dan menurunkan bobot biji. Kesimpulan
Bobot biji pipilan kering per tanaman dan
perhektar. Berdasarkan data pada Tabel 6 pada Berdasarkan hasil dan pembahasan, maka
perlakuan A, B, C, dan E memberikan respon kesimpulan dari percobaan ini adalah :
yang tidak berbeda nyata dan memberikan Pemberian herbisida paraquat untuk persiapan
respon yang berbeda nyata jika dibandingkan lahan tanpa olah tanah (TOT) pada tanaman
dengan perlakuan D dan F (kontro) terhadap jagung mampu menggantikan olah tanah
bobot biji pipilan kering per tanaman maupun sempurna (OTS). Perlakuan dengan dosis
per hektar. Keberadaan gulma dapat menye- herbisida tertinggi yaitu 414 g/L dapat
babkan tanaman mengalami defisiensi unsur menggantikan persiapan lahan dengan OTS.

Wahyudin, A. dkk.: Respons tanaman jagung (Zea mays L.) hibrida terhadap
aplikasi paraquat pada lahan tanpa olah tanah (TOT)
Jurnal Kultivasi Vol. 17 (3) Desember 2018 743

__________________________________________ Leopold, A.C., and P.E. Kriedeman, 1979. Plant


Daftar Pustaka growth and development. Mc Graw Hill
Book Company Inc. New Delhi.
Badan Pusat Statistik. 2015. Produksi Jagung Mercado, B.L. 1979. Introduction to Weed
Indonesia. Science. Searca. Philippines. Pp.291
https://www.bps.go.id/linkTableDinami Moenandir, J. 2010. Ilmu Gulma. Universitas
s/view/id/868 Brawijaya Press. Malang.
Gardner, F.P., R.B. Pearce dan R.L. Mitchell., Perkasa, Achmad Yozar. 2015. Studi Pengen-
1991. Fisiologi Tanaman. Gadjah Mada dalian Gulma dengan Menggunakan
Universty Press. Yogyakarta. Herbisida pada Budidaya Kedelai Jenuh
Gratio, Fridolin dan Sukamto, Andreas. 2013. Air di Lahan Pasang Surut. Sekolah
Pendapatan dan Fungsi Produksi Jagung. Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.
Universitas Atma Jaya Yogyakarta. Purwono dan R. Hartono. 2005. Bertanam
Guntoro, D., K. Agustina dan Yursida. 2013. Jagung Unggul. Penebar Swadaya,
Efikasi herbisida penoksulam pada Jakarta.
budidaya padi sawah pasang surut untuk Rina, Y., R.S. Simatupang. 1998. Analisis usaha
intensifikasi lahan suboptimal. Jurnal tani kedelai pada sistem olah tanah
Lahan Suboptimal 2(2). 144-150. konservasi di lahan rawa lebak
Harjadi, S. S. 1993. Pengantar Agronomi. kalimantan selatan. Dalam: Z. Irfan, Z.
Gramedia. Jakarta. Lamid, D. Jahja, Irawati & Ardi (eds.).
Jumin, H.B., 1989. Ekologi Tanaman : Suatu Prosiding Seminar Nasional VI Budidaya
Pendekatan Fisiologis. Rajawali Pers. Olah Tanah Konservasi. Padang.
Jakarta. Sembodo, D. R. J. 2010. Gulma dan
King, C. A., dan L. R. Oliver. 1992. Application Pengelolaannya. Graha ilmu. Yogyakarta.
Time and Timing of Acciflouren, Sutoto, S.R., R. Soedharoedjian., A.T. Soejono.
Bentazon, Chlorimuron and Imazaquin. 1996. Alternatif penentuan periode kritis
Weed Technology. 6 (3) : 526 – 534. jagung manis terhadap kompetisi gulma.
Kusnadi, M.H. 2000. Kamus Istilah Pertanian. Pros. Konf. HIGI XIII. 7 – 13
Kanisius. Yogyakarta Syam’um, E. 2002. Hasil dua kultivar kedelai
Kuyik, A.R., T. Pemmy., D.M.F.Sumampow., (Glycine max (L) Merr) pada musim dan
dan E.G. Tulungen. 2012. Respons sistem olah tanah berbeda. Jurnal
Tanaman Jagung Manis (Zea mays Agrivigor. 2 (1):32-37.
sacharata L.) Terhadap Pemberian Pupuk Tjitrosoedirdjo, S., I. H. Utomo, dan J.
Organik. Faperta Univ. Sam Ratulangi. Wiroatmodjo (eds.). 1984. Pengelolaan
Manado. Gulma di Perkebunan. Gramedia. Jakarta

Wahyudin, A. dkk.: Respons tanaman jagung (Zea mays L.) hibrida terhadap
aplikasi paraquat pada lahan tanpa olah tanah (TOT)

You might also like