You are on page 1of 6

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN


Jl. R. A. Kartini No.11 A, Salatiga 50711
Jawa Tengah Indonesia
Telepon : (0298) 324-861; Fax : (0298) 321728
E-mail :fkikuksw@adm.com

REAKSI KUALITATIF PADA BILE ACIDS (REAKSI PETENKOFFER)

Federik Jovino1, Cintia Kristina Putri2, Beathrix Finelya3


1,2,3
Program Studi Ilmu Gizi, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Kristen Satya Wacana

472017412

ABSTRACT
Bile is a bitter, yellowish-green liquid that is secreted by liver hepatocytes in most vertebrates.
Bile is produced continuously by the liver, but is accommodated in a shelter, the gallbladder between
meals. Bile consists of bile salts, electrolytes, bile pigments, cholesterol and fat. Bile fluid is made in
the liver and stored in the gallbladder if not used. The function of bile is to remove certain body
wastes (especially pigments resulting from the breakdown of blood cells and excess cholesterol) and
help absorb fat. The purpose of this practicum is to find out the reaction of bile acids to sulfuric acid
and sucrose. The method used in this practicum uses a qualitative test on bile acids. The results of the
reaction on bile acids in the petenkoffer test the presence of bile salts carried out by the method of
bile added 20% fresh sucrose then mixed after that added with H2SO4 sulfuric acid which then
produces a violet ring with a violet red finish. The conclusion of this practice is that practitioners
have been able to know the reaction of bile acids to sulfuric acid and sucrose. Then the results
obtained from the color of the purple ring between green and brownish yellow, at the bottom of the
test tube is yellow. The appearance of the color of the purple ring indicates hexose condensation of
sucrose which reacts with bile salts.
Keywords: Bile, Petenkoffer, Emulsion. 231 Words
ABSTRAK
Empedu adalah cairan bersifat basa yang pahit dan berwarna hijau kekuningan, yang
disekresikan oleh hepatosit hati pada sebagian besar vertebrata. Empedu dihasilkan secara terus-
menerus oleh hati, akan tetapi ditampung dalam sebuah alat penampungan yaitu kantung empedu
diantara waktu makan. Empedu terdiri dari garam-garam empedu, elektrolit, pigmen empedu,
kolesterol dan lemak. Cairan empedu dibuat dalam hati dan disimpan dalam kantung empedu apabila
tidak digunakan. Fungsi empedu adalah untuk membuang limbah tubuh tertentu (terutama pigmen
hasil pemecahan sel darah dan kelebihan kolesterol) serta membantu penyerapan lemak. Tujuan dari
praktikum ini adalah untuk mengetahui reaksi bile acids terhadap asam sulfat dan sukrosa. Metode
yang digunakan pada praktikum kali ini menggunakan uji kualitatif pada bile acids. Hasil dari reaksi
pada bile acids pada uji petenkoffer adanya garam empedu yang dilakukan dengan metode cairan
empedu yang ditambahkan sukrosa 20% segar kemudian dicampurkan setelah itu ditambahkan
dengan asam sulfat H2SO4 yang kemudian menghasilkan cincin violet dengan hasil akhir berwarna
merah violet. Kesimpulan dari praktikum kali ini yaitu praktikan telah mampu mengetahui reaksi bile
acids terhadap asam sulfat dan sukrosa. Kemudian dari hasil tersebut didapatkan warna cincin ungu
diantara warna hijau dan kuning kecoklatan, pada dasar tabung reaksi didapatkan warna kuning.
Munculnya warna cincin ungu ini menandakan adanya kondensasi heksosa dari sukrosa yang bereaksi
dengan garam empedu.
Kata kunci : Empedu, Petenkoffer, Emulsi. 210 Kata

1
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
Jl. R. A. Kartini No.11 A, Salatiga 50711
Jawa Tengah Indonesia
Telepon : (0298) 324-861; Fax : (0298) 321728
E-mail :fkikuksw@adm.com

PENDAHULUAN

Empedu adalah cairan bersifat basa yang pahit dan berwarna hijau kekuningan, yang
disekresikan oleh hepatosit hati pada sebagian besar vertebrata. Empedu dihasilkan secara terus-
menerus oleh hati, akan tetapi ditampung dalam sebuah alat penampungan yaitu kantung empedu
diantara waktu makan. Bila makanan masuk ke duodenum, lepasnya kolesistokinin akan merangsang
kontraksi kantung empedu dan keluarnya empedu akan dihimpun ke dalam duodenum. Fungsi cairan
empedu adalah untuk mencerna makanan di dalam usus, terutama lemak. Cairan empedu dari hati ini
sebagian disalurkan langsung ke usus dan bercampur dengan makanan yang akan dicerna. Sementara
sebagian cairan lagi masuk ke kantung empedu. Sebagian air akan diserap/dibuang, sehingga
cairannya akan lebih pekat. Cairan empedu yang pekat ini lebih efektif untuk mencerna makananan
dibandingkan yang langsung dari hati.1

Garam empedu berperan dalam absorpsi lemak dan lemak-lemak A, D, E, dan K yang larut
dalam lemak. Garam empedu merendahkan tegangan permukaan dan memperbesar daya pengemulsi
lemak. Dengan demikian akan memudahkan kerja lipase, lebih lanjut garam empedu bereaksi dengan
asam lemak menghsilkan senyawa kompleks yang lebih mudah larut dan mudah terabsorpsi sebagai
hasil proses lipolisis.2

Asam empedu yang terdapat di dalam empedu, biasanya berbentuk senyawa konjugat dengan
glisin atau taurin, masing-msing sebgai glikolat atau taurokolat. Pada manusia rasio glikolat:
taurokolat = 3 : 1. Karena empedu mengandung kation alkali terutama Na+ dan K+, dan pHnya alkali,
hal ini memungkinkan sebagian dari asam – asam empedu membentuk peranan garam – garam
empedu. Baik asam empedu maupun garam empedu mempunyai peranan penting pada pencernaan
lemk. Asam empedu dan garam empedu membentuk sirkulasi enterohepatik, berarti mula-mula
diekskresi bersama empedu kemudian di serap kembali ke hati.3
Dasar dilakukan praktikum kali ini adalah untuk mengetahui reaksi bile acids (reaksi
petenkoffer) dalam empedu. Kali ini praktikan menggunakan cairan empedu sebagai sampel, untuk
mengetahui garam pada empedu yang diasamkan oleh H2SO4 dan kondensasi heksosa dari sukrosa
bereaksi dengan asam empedu kemudian akan memunculkan warna ungu di antara dua lapisan yang
terbentuk, detailnya H2SO4 akan menghidrolisis disakarida menjadi monosakarida.
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui reaksi bile acids terhadap asam sulfat dan
sukrosa.

METODE

Praktikum ini dilaksanakan pada hari Kamis, 20 September 2018, pukul 08:00-10:00 WIB di
Laboratorium Biokimia, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Kristen Satya Wacana.
Alat yang digunakan pada praktikum kali ini adalah tabung reaksi, rak tabung reaksi, pipet tetes dan
pipet ukur. Bahan yang digunakan pada praktikum kali ini adalah cairan empedu, H2SO4 (asam
sulfat) dan sukrosa 20%.

2
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
Jl. R. A. Kartini No.11 A, Salatiga 50711
Jawa Tengah Indonesia
Telepon : (0298) 324-861; Fax : (0298) 321728
E-mail :fkikuksw@adm.com

Prosedur

Pertama – tama dimasukkan cairan empedu sebanyak 10 – 15 tetes ke dalam tabung reaksi yang
sudah di bersihkan dan di keringkan. Setelah itu, larutan sukrosa 20% yang baru saja dibuat (segar)
ditambahkan sebanyak 5 tetes ke dalam tabung reaksi yang telah berisi cairan empedu lalu di
campurkan. Selanjutnya, ditambahkan 1 mL H2SO4 pekat dengan hati – hati. Jangan dicampur !
Prespitasi bile acids diperhatikan pada garis batas diantara kedua larutan (tampak cincin berwarna
violet). Setelah itu, dicampurkan dengan sempurna dan diperhatikan warna merah violet yang muncul.

HASIL

No. Prosedur Gambar Keterangan

Cairan empedu (10-15 tetes)+sukrosa


20% (5tetes) bereaksi sehingga
Reaksi kualitatif pada Membentuk 2 warna yang terpisah
1.
bile acids yaitu merah bata dan hijau dengan
dipisahkan oleh cincin unggu.

Setelah dicampurkan (10-15 tetes) +


sukrosa 20% (5 tetes) + H2SO4 1 mL
Reaksi kualitatif pada cairan empedu bereaksi berubah
2.
bile acids warna menjadi merah violet dan
larutan menjadi suspensi.

PEMBAHASAN

Pada praktikum kali ini membahas tentang reaksi antara cairan empedu yang mengandung bile
acids dengan larutan asam. Hasil dari praktikum kali ini adalah untuk mengetahui reaksi cairan
empedu (bile acids) terhadap sukrosa dan asam sulfat. Gambar nomor 1 pada tabel 1 menunjukan
reaksi cairan empedu terhadap sukrosa 20% yang masih segar di dalam tabung reaksi, reaksi yang
terjadi terdapat cincin ungu diantara batas larutan cairan empedu dan sukrosa 20%. Hal ini disebabkan
garam pada empedu diasamkan oleh asam sulfat pekat dan konsentrasi hekosa dari sukrosa yang
bereaksi dengan asam empedu yang kemudian akan memunculkan warna unggu diantara 2 lapisan
yang terbentuk. Sehingga didapatkan warna cincin unggu diantara warna hijau dan kuning kecoklatan.
Cincin berwarna ungu ini dapat terbentuk karena asam sulfat pekat mendehidrasi senyawa pada cairan
empedu dan sukrosa menjadi senyawa furfural atau senyawa furfural yang tersubstitusi, seperti
hidroksimetil furfural. Senyawa furfural akan membentuk kompleks dengan α-naftol dengan

3
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
Jl. R. A. Kartini No.11 A, Salatiga 50711
Jawa Tengah Indonesia
Telepon : (0298) 324-861; Fax : (0298) 321728
E-mail :fkikuksw@adm.com

memberikan warna ungu kemerah-merahan atau violet pada larutan. Terbentuknya cincin ungu
disebut knowid. Terbentuknya kompleks berwarna ungu ini karena pengaruh hasil dehidrasi
monosakarida (furfural) dengan α-naftol dari pereaksi cairan empedu dan sukrosa.

Sedangkan pada gambar nomor 2 pada tabel 1 setelah dicampur asam sulfat pada tabung reaksi
yang sebelumnya diisi cairan empedu dan sukrosa 20%, terjadi perubahan reaksi larutan pada tabung
yang berubah warna menjadi merah violet (ungu pekat). Hal ini disebabkan H2SO4 akan
menghidrolisis sukrosa menjadi glukosa dan fruktosa yang selanjutnya membentuk furfural. Furfural
merupakan senyawa aldehid yang memiliki struktur furan dengan rumus kimia C5H4O2. Dalam
keadaan murni, furfural merupakan cairan seperti oli yang tidak berwarna. Jika permukaan furfural
berinteraksi langsung dengan udara maka warna cairan akan berubah kuning dan bila dibiarkan lebih
lama warnya akan berubah menjadi coklat. Bila sukrosa terlalu banyak akan terjadi arang dan ini
menyebabkan warna coklat atau hitam kemerah merahan. Sehingga apabila diaduk akan
menghasilkan warna ungu pekat. Warna unggu adalah warna yang khas pasa reaksi asam sulfat
dengan karbohidrat termasuk sukrosa. Perubahan warna ini terjadi karena asam sulfat telah
menghidrolisis larutan empedu dan sukrosa.4

Ditambahkan dan digunakannya larutan H2SO4 dan sukrosa 20% pada praktikum kali ini pasti
memiliki fungsi sehingga tujuan dari praktikum kali ini berhasil. Asam sulfat merupakan senyawa
yang digunakan untuk mengubah sikloheksanonoksim menjadi kaprolaktn dalam pembuatan nilon.
Asam sulfat juga digunakan untuk membuat asam klorida dari garam. Setelah ditambahkan dengan
sukrosa barulah ditambahakan dengan asam sulfat pekat. Dengan ditambahkannya asam sulfat pekat
dan sebelum di campur, terbentuk cincin berwarna violet. Lapisan warna hijau menunjukan warna
pigmen pada empedu, lapisan berwarna putih menunjukan sukrosa dan lapisan yang berwarna
kemerahan menunjukan sudah adanya sedikit reaksi dari empedu dengan asam sulfat. Asam sulfat
pekat ini ditambahkan dengan hati hati dikarenakan agar asam sulfat tidak langsung bereaksi dengan
cairan empedu dan sukrosa 20%. Furfural yang merupakan hasil dari hidrolisis disakarida akan
bereaksi dengan asam empedu yang akan menunjukan hasil berwarna cincin merah violet dan ketika
dicampur akan menghasilkan warna ungu kehitaman. Hal inilah yang menunjukan identifikasi asam
empedu di dalam empedu. Furfural (C5H4O2) atau sering disebut dengan 2-furankarboksaldehid,
furanaldehid, 2-furfuraldehid, furaldehid, merupakan senyawa organik turunan dari golongan furan.
Asam sulfat dapat bereaksi dengan suatu senyawa dengan pelepasan gas hidrogen. Sedangkan larutan
sukrosa 20% berfungsi untuk membentuk atau menandakan adanya kondensasi gula heksosa dari
sukrosa dan juga untuk meningkatkan tegangan permukaan pada cairan.5

Pada percobaan kedua ditambahkan larutan asam sulfat (H2SO4) melalui dinding tabung. Hal
ini disebabkan asam sulfat (H2SO4) merupakan asam mineral (anorganik) yang kuat. Asam sulfat
sangat berbahaya bila terkena jaringan kulit, karena sifatnya yang korosif dan dengan sifatnya sebagai
penarik air yang kuat (pendehidrasi) akan menimbulkan luka seperti luka bakar pada jaringan kulit.
Semakin tinggi konsentrasi asam sulfat semakin bertambah bahaya nya. Selain itu, asam sulfat pekat
atau biasanya disebut oleum pun berbahaya. Oleum menghasilkan gas SO2 yang sangat reaktif yang
jika terhirup akan merusak paru – paru.

4
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
Jl. R. A. Kartini No.11 A, Salatiga 50711
Jawa Tengah Indonesia
Telepon : (0298) 324-861; Fax : (0298) 321728
E-mail :fkikuksw@adm.com

Percobaan yang telah dilakukan tidak langsung dicampur hal ini karena asam sulfat memiliki
sifat oksidator dan sangat reaktif jika langsung dicampur. Untuk menghindari hal yang tidak
diinginkan maka asam sulfat dimasukan melalui dinding tabung. Pada rekasi petenkoffer akan
terbentuk atau akan menghasilkan lingkaran seperti cincin berwarna violet yang menunjukkan hasil
positif. Tidak bercampurnya warna karena ditambahkan asam sulfat (H2SO4) dan terjadi presipitasi
bile acids yang terbentuk garis batas diantara kedua larutan. Lingkaran ini menunjukkan adanya
garam empedu yang bereaksi dengan furfural. Furfural ini terbentuk dari hidrolisis sukrosa menjadi
glukosa dan fruktosa yang selanjutnya akan membentuk furfural. Hidrolisis ini terjadi karena adanya
penambahan asam sulfat (H2SO4). Sedangkan lingkaran tipis berwarna kecoklatan yang terbentuk
dibawah lingkaran violet marupakan hasil hidrolisis sukrosa oleh asam sulfat (H2SO4).6

Seperti yang diketahui bahwa uji yang dilakukan adalah uji reaksi pettenkofer. Pada dasarnya
uji pettenkofer ini ditujukan untuk mengidentifikasi asam empedu. Empedu yang telah diletakan di
dalam tabung reaksi kemudian ditambahkan dengan sukrosa 20%. Ditambahkannya sukrosa ini
bertujuan agar sukrosa ini dapat dihidrolisis oleh H2SO4 menjadi monosakardia. Kandung empedu
merupakan kantong berongga berbentuk bulat lonjong seperti bauh advokat tepat di bawah lobus
kanan hati. Kandung empedu mempunyai fundus, korpus, dan kolum. Fungsi kandung empedu adalah
sebagai tempat menyimpan cairan empedu dan memekatkan cairan empedu yang ada di dalamnya
dengan cara mengabsopsi air dan elektrolit. Garam empedu menyebabkan meningkatnya kelarutan
kolesterol, lemak dan vitamin yang larut dalam lemak, sehingga membantu penyerapan dari usus.

Empedu juga memiliki fungsi, yaitu sebagai pencernaan dan penyarapan lemak berperan dalam
pembuangan limbah tertentu dari tubuh. Cairan empedu berguna dalam penyerapan lemak dan
beberapa vitamin seperti vitamin A, D, E dan K. Empedu merupakan campuran dari asam empedu,
protein, garam-garam kalsium, pigmen dan unsur lemak yang disebut kolesterol. Sebagian dari
empedu yang memasuki usus halus akan diteruskan dan dikeluarkan melalui feses. Penyakit batu
empedu adalah endapan yang menumpuk dari komposisi cairan dalam sistem pencernaan yang bisa
terbentuk di dalam kantung ataupun saluran empedu. Penempatan pembentukan batu, bisa terletak
dimana saja, yang dapat di bagi beberapa istilah, yaitu : (1) kolelitiasis, yang merupakan batu empedu
secara umum, (2) kolesistolitiasis, yang berarti batu berlokasi di kandung empedu, (3)
koledokolitiasis, yaitu batu yang berada di dukus koledokus, dan (4) kolangiolitisis, yang berarti batu
berada pada cabang duktus hepatikus dan pembuluh kecil lain di hati. Batu empedu dapat terjadi bila
adanya ketidakseimbangan unsur kimia empedu yang menghasilkan pengendapan satu atau lebih
komponen. Pembentukan batu bervariasi dalam ukurannya, dari yang kecil < 1 mm sampai 50 mm.7

KESIMPULAN

Kesimpulan dari hasil dan pembahasan tentang reaksi kualitatif pada bile acids (reaksi
petenkoffer) yaitu praktikan sudah mampu mengetahui reaksi bile acids terhadap asam sulfat dan
sukrosa. Kondisi seperti bile acids setelah ditambahkan 5 tetes larutan sukrosa 20% dan 1 mL asam
sulfat pekat, bile acids mengemulsi lemak dan mengaktifkan enzim lipase yang terlibat dalam
pencernaan asam lemak. Pada uji petenkoffer yang telah dilakukan menunjukan hasil positif
ditunjukkan dengan munculnya cincin berwarna violet pada tabung reaksi.

5
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
Jl. R. A. Kartini No.11 A, Salatiga 50711
Jawa Tengah Indonesia
Telepon : (0298) 324-861; Fax : (0298) 321728
E-mail :fkikuksw@adm.com

DAFTAR PUSTAKA
1.
Moghaddam, Alireza Ansari, Khorram, Alireza dkk. (2015). The prevalence and Risk Factors of
Gallstone Among Adults in South-East of Iran: A Population-Based Study. Vol.8,No.4. Global
Journal oh Health Science.
2.
Tim Dosen Biokimia. (2012). Penuntun Praktikum Biokimia. Universitas Negeri Makassar.
Makassar.
3.
Cetta, Franscesco. (2014). Classification, Composition and Structure of Gallstone. Relevance of
these Parameters for Clinical Presentation and Treatment. Biliary Lithiasis pp 51 – 65.
4.
Henry Evandore, Yemima Kenia A, Mia F Tamara, Made Fajar S H, Yessica, Alferido Yugo S, Jane
P D Rumere, (2015). reaksi Enzim, Saliva, dan Empedu. fakultas kedokteran universitas
kristen duta wacana. Yogyakarta
5.
Bradley, D. P. (2010). Effect of Smoking Status onTotal Energy Expenditure. Nutrition dan
Metabolism.
6.
Podjiadi, A. 2009. Dasar –dasar Biokimia. UI-Press. Jakarta.

7.
Mayes, A. Peter, dkk. (2011). Biokimia Harper (Harper’s Review of Biochemistry). Dr. Iyan
Darmawan. Edisi ke 20. Penerbit Buku Kedokteran. EGC. Jakarta .

You might also like