Professional Documents
Culture Documents
1
Were you there when they crucified my Lord
3
Were you there when they laid Him in the tomb
1. Observasi
Penulis diperkirakan adalah kaum budak Afrika-Amerika pada abad ke-19. Himne ini sendiri
pertama kali dipublikasikan pada Old Plantation Hymns oleh William Eleazar Barton pada
tahun 1899. Kalau kita coba lihat dari konteks pengarangnya, seakan-akan lagu ini merupakan
semangat penderitaan umat Kristen yang mengalami perbudakan saat itu untuk tetap tekun
dan percaya bahwa Kristus pun turut merasakan penderitaaan mereka.
1
Were you there when they crucified my Lord
Penulis disini mengawali cerita lagu dengan pertanyaan, “Disanakah kamu saat mereka menyalibkan
Tuhanku? “ diulang 2x. Seakan-akan penulis menyampaikan pertanyaan terdalam kepada oknum
yang memperbudak-dalam konteks lebih luas kepada dunia yang penuh penganiayaan ini- disanakah
kalian saat mereka menyiksa Tuhanku?”
Penulis ingin menyampaikan melalui frasa ini bahwa penderitaan yang mereka alami
saat ini tidak seberapa jika dibandingkan dengan apa yang Kristus alami saat itu. Sikap
kerendahan hati seolah-olah nampak secara perlahan dari dalam hati penulis disini. (‘Dalam
menderita pun kamu tidak sampai mencucurkan darah’ seperti perkataan Paulus kepada
jemaat di Ibrani). Ketekunan dalam penderitaan ingin disampaikan melalui penulis pada frasa
ini.
Sisi lain yang mungkin ingin disampaikan penulis-jika melihat konteks perbudakan
saat itu- adalah teguran kepada dunia/pihak yang menganiaya mereka bahwa perbuatan
mereka adalah mengerikan di hadapan Tuhan, karena Kristus pun, sang Kepala, secara pribadi
merasakan penderitaan yang dialami oleh, setiap bagian tubuh.
Penulis tidak sampai berhenti pada mengajak pendengar tuk memposisikan diri
mereka seakan-akan berada pada proses penyaliban Kristus saat itu, tetapi perasaan penulis pribadi
pun dinyatakan dalam setiap bait pada lagu ini.. “Ooh... terkadang hal itu membuatku tergoncang~”.
Aku secara pribadi lebih menikmati hati penulis yang benar-benar hancur-berkabung ketika mungkin
merasakan apa yang dialami Kristus saat Ia disalibkan.
Hal yang sangat menarik dari frasa ini di tiap bait adalah bentuknya yang ‘present’-konstan
disetiap bait.
Ini berarti, perenungan--peringatan-- akan penyaliban dan kematian Kristus, tidak seharusnya
terhenti, tidak boleh berakhir, itu akan terus-menerus dikenang, tidak berlalu begitu saja, karya
keselamatan yang sungguh luar biasa yang dilakukan Allah bagi umat manusia. (lih. 1 Korintus 11:23-
26)
Alur cerita terus berlanjut pada saat Yesus dipakukan ke kayu salib. Penulis seakan-akan menunjukkan
‘level’ penderitaan yang dialami Kristus memuncak pada bagian ini.. ya, Firman Tuhan dalam Matius
27:35-44 menunjukkan begitu banyak hal yang dialami Kristus saat ia sudah tergantung di kayu salib.
Aku sangat menikmati setiap liriknya seakan-akan berbicara seperti ini bagi kita :
“Bagaimana perasaanmu, jika kamu disana saat itu, melihat Allah, sang Pencipta langit dan bumi,
yang Maha Kuasa dalam pribadi Kristus, tergantung tak berdaya di kayu salib? “
“Bagaimana perasaanmu, jika kamu disana saat itu, melihat Anak Allah dicemooh, disejajarkan
dengan penyamun-orang berdosa, bahkan disejajarkan dengan ‘kutuk’ masyarakat pada zaman
itu?”
43 Ia menaruh harapan-Nya pada Allah: baiklah Allah menyelamatkan Dia, jikalau Allah berkenan kepada-Nya!
Karena Ia telah berkata: Aku adalah Anak Allah." 44 Bahkan penyamun-penyamun yang disalibkan bersama-
sama dengan Dia mencela-Nya demikian juga. (Mat 27, TB)
Bagiku pribadi perenungan terdalam yang sungguh membuatku -dan seharusnya kita semua- merasa tremble
ialah :
“Bagaimana perasaanmu, yang saat ini sudah mengerti, jika kamu disana saat itu, melihat Yesus,
Anak Allah, berseru kepada BapaNya, menangis dan merasa sendiri ketika Ia harus merasakan
keterpisahan ‘sejenak’ yang sungguh mengerikan dalam relasi Allah Tritunggal?” (ayat 46)
3.1
Were you there when they pierced Him in the side
3.2
Were you there when they laid Him in the tomb
Cerita lagu ini berlanjut kemudian pada titik dimana lambung Kristus dicucuk di bait versi 3.1
dan saat dimana Kristus dikuburkan di 3.2. Kedua bait-bait sama-sama ingin mengajak kita
merenungkan kematian Kristus dan berduka dari dalam hati. Lirik yang menanyakan disanakah kita
ketika Kristus dicucuk lambungnya (Yoh.19 :34), atau disanakah kita ketika Kristus dibaringkan di kubur
sama-sama ingin menekankan bahwa kematian Kristus bukanlah fiktif belaka. Bahwa Kristus benar-
benar mati, mati dikayu salib untuk dosa manusia. Selayaknya kita tergoncang ketika mengetahui
kebenaran ini.
Sehingga lirik lagu yang seakan-seakan menjadi pertanyaan kepada kita benar atau tidak sih
apakah Kristus itu mati, kan kita nggak disana.. sebenarnya, adalah pernyataan klarifikasi yang ingin
menyampaikan bahwa kebenaran bahwa Kristus mati tidak dipengaruhi ada tidaknya Anda atau saya
disana yang melihat dengan mata secara langsung. Dengan iman kita percaya akan kebenaran bahwa
Kristus telah mati bagi kita dan dibaringkan di kubur, dengan iman pula seharusnya kita mematikan
diri dan seluruh kedagingan kita.
Penggunaan benda mati atau atribut alam, yang dalam hal ini adalah matahari yang redup serta
batu besar yang tergulingkan seakan-akan menggambarkan bahwa rangkaian kematian dan
kebangkitan Kristus benar-benar berkuasa dalam meredupkan-mematikan ‘kesombongan’ dan
menggulingkan ‘keraguan’ ataupun beban-beban kita! Maka sepatutnya kita gentar dan terus
merendahkan hati melihat Salib Kristus & menikmati kemenangan dalam kebangkitanNya!