You are on page 1of 12

EFEKTIFITAS METODE PRESEPTOR DAN MENTOR DALAM

MENINGKATKAN KOMPETENSI PERAWAT KLINIK


Neila Sulung
Program Studi Ilmu Keperawatan STIKes Fort De Kock Bukittinggi, 26129
Jalan Sukarno Hatta Kelurahan Manggis Ganting Kecamatan Mandiangin Koto Selayan Bukittinggi Sumatera
Barat Indonesia
Email : neilasulung_64@yahoo.com

Submitted: 16-05-2016, Rewiewed:16-05-2016, Accepted:17-05-2016


http://dx.doi.org/xx.xxxxx/JIT.2008.416.959

Abstract
Nursing is one profession in the world of health. As the profession is certainly expected that nurses
should be able to provide professional service so that the nurses should have competence which meets
the standards of nursing practice. This study aimed to see the influence of preseptor and mentors
methods in increasing children's clinic nurse competencies against professional nursing services
quality improvement.This type of research is quasi experimental design multivarit time series
analysis. A method of preceptor mentor can increase the competency child clinical nurses seen from
its value: motivation internal increase 1,8722 - 3,5060, management increased 1.8893 - 3,6300,
motivation extrinsik 2.0067 - 3.5547, competence nurse 2.0040 - 3.5893 and service quality 2.0026 -
3.5953.Showed from this research after twice intervention to nurses increase the level of competence
of each career with an average 2.65.Of this research can be seen that intervention competence with a
method of preceptor and mentor done in the child RSUP Dr.M.Djamil Padang can increase the
competency and career nurses and service quality of nursing.The conclusion that the implementation
of the intervention methods competence preceptor and mentor skills significantly to influential nurse
with a score value (p < 0.05) for all levels of career nurses in the clinic of Child Care Dr. M. Djamil
Padang Hospital.
Keywords: competence, preceptor mentor, the quality nursing service.

Abstrak

Perawat merupakan salah satu profesi dalam dunia kesehatan. Sebagai profesi tentunya diharapkan
bahwa perawat harus dapat memberikan pelayanan yang profesional sehingga para perawat harus
memiliki kompetensi yang memenuhi standar praktik keperawatan. Penelitian ini ditujukan untuk
melihat pengaruh metode preseptor dan mentor dalam meningkatkan kompetensi perawat klinik anak
terhadap peningkatan mutu pelayanan keperawatan profesional.Jenis penelitian quasi experimental
dengan rancangan multivarit time series analysis.Subjek penelitian adalah perawat yang bekerja di
Ruang Anak, Metode preceptor mentor dapat meningkatkan kompetensi perawat anak dilihat dari
nilai rata-rata: Motivasi internal terjadi peningkatan 1,8722 – 3,5060, Manajemen meningkat 1.8893 –
3,6300, motivasi extrinsik 2.0067 – 3.5547, kompetensi perawat 2.0040 – 3.5893 dan mutu pelayanan
2.0026 – 3.5953. Saat dilakukan intervensi sebanyak 2 kali terjadi peningkatan dari kompetensi
perawat untuk masing-masing level karir dengan rata-rata 2.65. Dari penelitian ini dapat dilihat bahwa
intervensi kompetensi dengan metode preceptor dan mentor yang dilakukan di Ruang Anak RSUP
Dr. M. Djamil dapat meningkatkan kompetensi dan karir perawat serta mutu pelayanan
keperawatan.Kesimpulan bahwa pelaksanaan intervensi kompetensi metoda preceptor dan mentor
berpengaruh secara signifikan terhadap keterampilan perawat dengan skor nilai (p < 0,05) untuk
semua level karir perawat klinik di Ruang Rawat Anak RSUP. Dr. M. Djamil Padang.

Kata kunci: kompetensi, mentor preceptor, kualitas pelayanan


PENDAHULUAN

Keperawatan merupakan salah satu profesi dengan maksimal dalam meningkatkan


dalam dunia kesehatan. Sebagai profesi pelayanan kepada pasien. Perawat dalam
tentunya pelayanan yang diberikan harus memberikan pelayanan perawatan belum
profesional, sehingga para perawat/ners banyak terpapar dengan kompetensi seperti
harus memiliki kompetensi yang yang akan mereka lakukan sesuai dengan
memenuhi standar praktik keperawatan. tingkat pendidikan, pelatihan, dan
Dalam melakukan tindakan perawat akan pengalaman kerja yang dimiliki. Selama
berkolaborasi antar profesi untuk ini mereka mengerjakan tugas yang sudah
memberikan pelayanan pada pasien, serta merupakan pekerjaan rutin yang harus
memperhatikan kode etik dan moral mereka lakukan.
profesi agar masyarakat menerima Salah satu cara yang dapat dilakukan oleh
pelayanan dan asuhan keperawatan yang perawat antara yang senior dengan yang
bermutu(Pllc, 2011)(Hanisko, et al., 2008). junior adalah dengan melaksanakan suatu
Untuk dapat mewujudkan tercapainya kegiatan yang dilakukan dengan
pelayanan yang berkualitas diperlukan memberikan metoda pelatihan yaitu
adanya tenaga keperawatan yang preseptor dan mentor. Rumusan masalah
profesional, memiliki kemampuan apakah intervensi dengan metode
intelektual, teknikal dan interpersonal, preceptor mentor efektif dalam
bekerja berdasarkan standar praktik, meningkatkan kompetensi perawat klinik
memperhatikan kaidah etik dan moral di ruang rawat anak RSUP Dr. M. Djamil
(Hamid, 2000). Perawat diharapkandapat padang. Tujuan penelitian ini untuk
meningkatkan kualitas kerjanya, dan mengetahui seberapa besar
berusaha mengontrol karirnya serta peningkatankan kompentensi perawat
memilih karir yang lebih baik, sehingga setelah dilakukan intervensi metoda
dapat terus berprestasi dan memperoleh preceptor mentor lebih kurang 4 kali
kepuasan kerja (Marquiset al., intervensidan mengembangakan strategi
2000).Pelayanan keperawatan di Cina untuk meningkatkan kompetensi perawat
sangat memperhatikan pemahaman tentang klinik
budaya dan kesehatan, dengan cara
meningkatkan pelatihan bagi perawat Kompetensi menurut SK Mendiknas No.
sepanjang waktu, peningkatan pendidikan 045/U/2002 adalah sebagai berikut:
yang berkelanjutan, memperluas penelitian Kompetensi adalah seperangkat tindakan
keperawatan, dan meningkatkan kerja cerdas, penuh tanggungjawab yang
sama internasional dengan beberapa dimiliki seseorang sebagai syarat untuk
negara maju (Smith, 2004). dianggap mampu oleh masyarakat dalam
melaksanakan tugas-tugas di bidang
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan tertentu.
terhadap para perawat di rumah sakit,
terjadi kejenuhan mereka untuk bekerja Kompetensidapat didefinisikan
karena kurang penyegaran atau pelatihan sebagai:keadaanmemilikipengetahuan,peni
untuk meningkatkan keterampilan yang laian, keterampilan, energi,pengalaman
sesuai dengan perkembangan ilmu dan dan
teknologi. Selain itu, masih terlihat motivasiyang diperlukanuntuk merespon
komunikasi antara perawat dengan klien secara memadaiuntuktuntutantanggung
masih kurang, perawat belum jawab profesionalseseorang (Hale et al.,
melaksanakan komunikasi terapetik 2012).
Kompetensi didefinisikan sebagai suatu melaksanakan pekerjaannya dengan baik,
gambaran tentang sesuatu yang harus dikenal dengan soft skill/soft
diketahui atau dilakukan seseorang agar competency.Kompetensi merupakan
dapat melaksanakan pekerjaannya dengan pengetahuan keterampilan atau
baik (Hutapea dan Thoha 2008). kemampuan individu yang diperagakan
Pengertian kompetensi jenis ini dikenal (an individual’s demonstrated knowledge,
dengan nama kompetensi teknis atau skill or abilities).Adakomponen utama
fungsional atau dapat disebut juga dengan pembentuk kompetensi, yaitu
istilah hard skill/hard pengetahuan, keterampilan dan
competency.Kompetensi yang perilakuindividu yang dipengaruhioleh
mengambarkan bagaimana seseorang konsep diri, sifat bawaan diri(trait) dan
diharapkan berperilaku agar dapat motif.
Model intervensi kompetensi keperawatan
Mentor mendorong perawat untuk profesidianjurkan untukmenetapkan
bergerak meningkatkan keterampilanya kriteriaterukur danmenerapkan
dan membantu mereka menemukan sistempemantauan dan evaluasiuntuk
beberapa inovasiuntuk meningkatkan menilaiaspek yang berbeda dariprogram
profesionalisme (Nurse, 2007). Mentor danmengidentifikasi
adalah seorang fasilitator yang bekerja kebutuhanpotensialuntuk perbaikan atau
dengan seorang individu atau sekelompok perubahan. Tujuan
orang selama periode waktu yang panjang. daripemantauanprosesmentoringbukan
Mentor berusaha untuk membangun untukmengontrol kerjamentoratau
kebijaksanaan kemampuan untuk pelaksanaanprosesmentoringsecara
menerapkan keterampilan, pengetahuan rinci.Sebaliknya, melalui
dan pengalaman untuk situasi baru pemantauanprosesmentoring,
(Michael, 2008). Mentoring adalah proses asosiasipenyelenggaradapatmemastikan
seorang individu yang memiliki bahwa potensimasalah praktisatau
pengalaman atau keahlian lebih masalahyang munculselama
memberikan dorongan, nasihat, dan prosesmentoringdapat diatasipada tahap
dukungan kepada seorang rekan yang awaluntuk meningkatkanatau memotivasi
kurang berpengalaman, dengan tujuan pelaksanaanmentoringyang lebih baik.
membantu orang yang sedang dibimbing Pemantauandapat ditanganioleh
belajar sesuatu ( Federal, 2008). asosiasipenyelenggarakelompokmentordan
menteedalaminterval reguleratau3-4bulan
Mentoring adalah proses belajar mengajar setelahkegiatan awal, untuk melakukan
dalam upaya memperoleh pengalaman evaluasi prosesyang sesuai dengannilai-
pribadi terkait dengan hubungan antar nilaimentoringsedangdibimbing pada
individu yang saling timbal balik, dalam tingkatumum sebelum masuk ke pada
upaya mengembangkan karir diantara dua proses mentoringselanjutnya, danjika
individu yang berbeda usia, kepribadian, adatindakan yang menyimpang
siklus hidup, status profesional dan atau asosiasipenyelenggaraharus
kredensial ( Cooper,2000). Memantau dan memperhatikan.Untukmengevaluasiprogra
mengevaluasiprosesmentoringadalah cara m mentor, mentor danmentee,pada
yang efektifuntuk memeriksa program akhirdimintauntuk memberikanumpan
inimemenuhitujuan dan sasaranatau tidak. balikdan komentar tentang tujuanawal
Dengan melakukan evaluasi terhadap untukmelihat proses pelaksanaan sudah
keduamentordanmenteestentangprosesment bisa dilaksanakan secara maksimal serta
oring,informasi tersebut sangat berharga melihat strukturprogram danusulandan ide-
bagiperbaikanprogram.Organisasi ideuntuk perbaikan lebih lanjutdari
program. Hal inidapat dilakukan Variable pada penelitian ini yang
denganmenggunakanformulir evaluasi (A merupakan variable independent
European Mentor Programme for pengembangan intervensi preceptor dan
University Women, 2010). Preceptorship mentor perawat di ruangan rawat anak
adalah sebuah persetujuan antara individu dalam meningkatkan praktik keperawatan
untuk terlibat dalam magang dengan professional, variable denpenden
waktu-terbatas. Untuk komunikasi yang kompetensi perawat klinik di ruangan
baik pengalaman perawat (preceptors) anak.Instrumen untuk menilai kompetensi
dengan siswa, perawat lulusan baru atau atau karir perawat menggunakan check list.
baru orientees (preceptees) untuk Instrumen ini diadaptasi dari Ikatan
memfasilitasi orientasi dan integrasi ke Perawat Anak Indonesia yang di keluarkan
dalam peran baru dan tanggung-jawab oleh PPNI tahun 2008.Instrumen ini juga
dalam lingkungan praktik profesional disesuaikan dengan kompetensi seorang
perawatan mereka (Nurse, perawat yang dibuat oleh PPNI. Sebelum
2007).Preceptoring adalah metode untuk digunakan, instrumen ini didiskusikan
mempersiapkan praktik, dengan terlebih dahulu dengan kelompok profesi
memberdayakan staf klinis, sebagai keperawatan anak. Setelah ada koreksi dan
pengganti staf fakultas yang melaksanakan masukan, instrumen ini digunakan untuk
supervisi dan instruksi kepada staf klinis menilai kompetensi perawat.
yang baru, atau pada lingkungan khusus
yang baru (Cooper, 2000). HASIL DAN PEMBAHASAN
Preceptorshipmemiliki potensi
untukmemfasilitasipengalaman klinisdari Pada tahap planning actiondilaksanakan
siswadengan mendorongrefleksi yaitu persiapan pelaksanaan
danmeningkatkan kemampuan pelatihanpreceptor dan mentor bersama
merekaberpikir kritis. Preceptorshiptelah komite keperawatan, bidang perawatan,
dianggapsebagai strategipengajaranklinis bidang penelitian dan pengembangan juga
yang menarik, berinovasidan menantang. kepala ruangan di jajaran ruang rawat
Inijuga telah diakuisebagai anak RSUP. Dr. M. Djamil Padang pada,
caraindividuunikbelajar kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal 10
danmengembangkan minatdalam cara sampai dengan 12 Mei 2012.Sebanyak 14
yangfleksibel orang peserta dengan fasilitator dari
danmerangsangyangdibangun di atas jurusan keperawatan Universitas Gadjah
kekuatandarisemua peserta( Mantzorou, Mada, diberi materi preceptor dan mentor,
2004). supervisi klinis, coaching sertapenjelasan
level kompetensi perawat anak. Fasilitator
METODOLOGI PENELITIAN bersama peneliti langsung
Rancangan penelitian Quasi eksperimen, mendemontrasikan proses bimbingan
dilakukan terhadap para perawat dibagian dengan metoda mentorship.
ruang rawat anak RSUP DR.M Djamil Pada waktu proses bimbingan
Padang. Desain eksperimen yang mentor sudah mempunyai suatu panduan
digunakan adalahTime Series kerja pembelajaran klinis, sehingga proses
Design(Kountur, 2007). Penelitian ini bimbingan lebih terarah dengan tahap
untuk mengetahui perubahan setelah sebagai berikut: Tahap inisiasi, planning,
intervensi yang berhubungan dengan, development dan terminasi. Setelah
keterampilan keperawatan legal etik, melakukan demonstrasi fasilitator
asuhan keperawatan dan pengembangan mengadakan diskusi untuk membicarakan
profesional. Instrumen penelitian yang masalah atau kendala yang dihadapi
dipakai adalah checklist, kuesioner, selama proses bimbingan. Secara umum,
wawancara mendalam dan diskusi terarah. para mentor menyampaikan masalah yang
sering dihadapi.Mentor masih belum mengevaluasi fasilitator yang memberikan
maksimal dalam memahami panduan kerja materi dengan indikator yang dinilai:
secara lebih aplikatif.Oleh karena itu, kemampuan menyampaikan penjelasan,
diperlukan latihan yang lebih intensif. kemampuan memotivasi, kemampuan
Proses pelatihan diikuti oleh 14 orang menggunakan media dan kemampuan
peserta. Pada tahap akhir pelatihan peserta berkomunikasi. Dari hasil yang
dimimta mengisi evaluasi manfaat dikumpulkan, tiga orang fasilitator berada
pelaksanaan metode coaching dan pada kategori baik dan baik sekali.
mentoring dengan indikator yang dinilai :
reaksi, belajar dan pengembangannya,
support organisasi, perilaku dan hasil yang
diharapkan. Dari hasil evaluasi
didapatkan skor dari 14 responden
yang mengatakan sangat setuju diadakan
pelatihan preceptor dan mentor 12 orang
dan yang mengatakan setuju dua orang.
Pada akhir pelatihan peserta pelatihan juga

Tabel 1. Gambaran evaluasi pelaksanaan mentoring dan coaching


sebelum dan sesudah pelaksanaan pelatihan ( n=14)

No Mentoring & coaching Sebelum Sesudah


≥ Mean <Mean ≥ Mean <Mean
1 Reaksi 6 orang 8 orang 12 orang 2 orang
(item 8)

2 Belajar dan 3 orang 11 orang 10 orang 4 orang


pengembangan
(item 6)

3 Support organisasi 5 orang 9 orang 11 orang 3 orang


(item 5)

4 Perilaku 3 orang 11 orang 12 orang 2 orang


(item 5)

5 Hasil 5 orang 9 orang 9 orang 5 orang


(item 5)

Konsep preceptor dan mentor dapat kemampuan atau kompetensi dengan


dipahami oleh peserta pelatihan yang metode pembelajaran klinis mentorship ini
ditandai dengan terjadinya peningkatan merupakan langkah awal untuk mencapai
skor pemahaman dari peserta pelatihan kompetensi sesuai dengan level yang
untuk setiap tahap, setelah dilakukan sudah ditetapkan. Metode ini harus
evaluasi pre dan post pelaksanaan dilakukan bimbingan secara terus menerus
pelatihan. Peneliti mendapatkan kesan ada dengan harapan disertai monitoring serta
optimisme perawat dalam memperbaiki
evaluasi untuk setiap tahap yang sudah
disepakati.

Tabel 2. Gambaran penilaian kemampuan mentor dalam proses mentoring(n = 14)

No Penilaian Nilai pre Nilai post


kemampuan mentor
≥ Mean < Mean ≥ Mean < Mean
1 Tahap inisiasi 5 orang 9 orang 11 4 orang
(item 12) orang

2 Tahap planning 4 orang 10 12 2 orang


(item 9) orang orang

3 Tahap development 4 orang 10 12 2 orang


(item 11) orang orang

4 Tahap terminasi 3 orang 11 13 1 orang


(item 9) orang orang

Tabel 2.menunjukkan terjadinya


peningkatan kemampuan peserta sebelum
dan sesudah dilakukan pelatihan
mentoring sebanyak 63%.
Tabel 3. Pengaruh pelaksanaan intervensi kompetensi (Preceptor and Mentor) pada setiap level perawat klinik
di Ruang Rawat Anak RSUP. Dr. M. Djamil Padang
Karakteristik Perawat klinik 1 Perawat klinik 2 Perawat klinik 3 Perawat klinik 4
Mean f sig Mean f sig Mean f sig Mean f sig

Motivasi Ins

Awal 1.6680 6.687 .002 1.5213 54.418 .000 2.6244 7.204 001 3.1080 8.440 .005
Intervensi 1 1.9267 2.9113 2.8932 3.6460
Intervensi 2 2.0220 3.1060 3.0580 3.7640
Rata-rata 1.8722 2.5129 2.8585 3.5060
Manajemen

Awal 1.4743 56.455 ,000 1. 427 32.268 .000 2.6644 6.708 .002 3.2400 5.668 .018
Intervensi 1 2.0697 2.8153 2.9092 3.7320
Intervensi 2 2.1240 3.0200 3.0876 3.9180
Rata-rata 1.8893 2.5927 2.8871 3.6300
Motivasi eks

Awal 1.5123 144.73 ,000 2.2920 14.021 .000 2.6148 5.742 .005 3. 1720 4.821 .029
Intervensi 1 2.1147 2.9060 2.9232 3.7280
Intervensi 2 2.3930 3.0333 3.0244 3.7640
Rata-rata 2.0067 2.7438 2.8541 3.5547
Karir perwt

Awal 1.7100 15.828 .000 1.4933 100.16 .000 2.5304 7.415 .001 3.1640 5.795 .017
Intervensi 1 2.0727 2.6140 2.8936 3.7260
Intervensi 2 2.2293 3.1933 2.9964 3.8780
Rata-rata 2.0040 2.4336 2.8068 3.5893
Mutu Pelay

Awal 1.7077 14.944 .000 2.3033 14.292 .000 2.5360 7.736 .001 3.1640 6.131 .015
Intervensi 1 2.1053 2. 930 2.9080 3.7340
Intervensi 2 2.1947 3.0667 2.0184 3.8880
Rata-rata 2.0026 2.7669 2.8208 3.5953
Berdasar data tersebut dapat diambil lakukan dengan interval empat minggu
kesimpulan bahwa pelaksanaan intervensi untuk setiap tahap intervensi menunjukkan
kompetensi keperawatan secara bertahap, hasil skor nilai (p < 0,05) untuk semua
berpengaruh secara signifikan terhadap level karir perawat klinik di Ruang Rawat
keterampilan perawat atau pencapaian Anak RSUP. Dr. M. Djamil Padang.
kompetensi yang diharapkan. Berdasarkan
hasil evaluasi kompetensi yang peneliti

Pada perawat klinik anak 1 (30 subjek), peningkatan skor yang ditemukan
setelah dilakukan intervensi terjadi bermakna adalah pada aspek etis dan legal
peningkatan kompetensi perawat (P = 0,03) dan manajemen asuhan
berdasarkan level kompetensi yang sudah keperawatan (p = 0,00) dan pengembangan
disosialisasikan.Intervensi dilakukan profesional (p = 0,00). Namun, perawat
sebanyak dua kali dengan metode yang klinik 1 dalam melaksanakan tugas kurang
diberikan kepada perawat pembimbing memperhatihan aspek etikadan legal.
(mentorship) secara intensif dari perawat
klinik 2, 3 dan 4 yang sudah dibagi Selama peneliti melakukan observasi di
kelompoknya sesuai dengan keterampilan ruangan anak, memang terlihat bahwa
yang harus mereka pelajari lebih beberapa perawat klinik 1 dalam
mendalam. Intervensi kedua dilakukan melakukan asuhan keperawatan belum
kepada masing–masing kelompok maksimal dan perlu sekali bimbingan,
perawat/mentor sesuai dengan kompetensi, khususnya pengembangan profesional
metode dan jadwal yang disepakati. seperti pelatihan dan pendidikan
Intervensi dilakukan empat minggu.Pada lanjut.Kondisi tersebut disebabkan
minggu ke lima dilakukan evaluasi, perawat klinik 1 pada umumnya adalah
dilanjutkan dengan intervensi ke tiga yang pegawai kontrak, kurang dukungan dari
juga dilaksana selamaempat pihak manajemen untuk mengembangkan
minggu.Evaluasi kembali dilakukan karir karena belum memiliki pengalaman
dengan cara mengisi kuesioner yang sudah dan masa kerja yang masih kurang dari
dibagikan kepada responden yang dibantu lima tahun.
oleh penanggung jawab kelompok mentor.
Proses bimbingan dengan metode mentor Kondisi tersebut sesuai dengan penelitian
dirasakan lebih efektif dalam yang dilakukan oleh Wu, (2006) di
meningkatkan kompetensi. Terbukti Taiwan bahwa dari 300 orang pasien yang
dengan hasil yang didapatkan pada dirawat oleh tiga jenis ketenagaan, yaitu:
penelitian ini. tenaga permanen atau tenaga tetap, tenaga
kontrak berdasarkan jam kerja dan tenaga
Hasil ini serupa dengan yang ditemukan kontrak dari beberapa perusahaan
oleh Theobald, et al. (2002) bahwa lain,ternyata yang sangat baik
keberhasilan peningkatan kompetensi memberikan pelayanan atau meningkatkan
lebih efektif dengan metode bimbingan kepuasan kepada pasien adalah: pertama
mentoring yang dilakukan secara berulang pegawai tetap, kedua kontrak berdasarkan
dan berkelanjutan. Setelah dilakukan jam kerja dan yang ketiga tenaga yang
pengamatan secara berkala, dapat diambil dikontrak dari perusahaan. Demikian juga
suatu kesimpulan bahwa peningkatan yang terjadi di RSUP M. Djamil Padang,
kompetensi atau karir perawat lebih jelas tenaga tetap memberikan kontribusi besar
terlihat pada perawat klinik 1 setelah terhadap pelayanan keperawatan yang
intervensi pertama. Adapun rata-rata diterima oleh masyarkat.
Perawat klinik 2 sebanyak 15 dari peran manajemen yang lebih baik.
orang.Dibandingkan dengan data dasar (sulung, 2013)
kompetensi perawat masih pada tingkat Selama peneliti mengadakan observasi dan
rata-rata 1,5 yang menjadi 3.2, pasca wawancara dengan beberapa perawat di
intervensi. Hal ini menunjukkan bahwa ruangan anak,dukungan dari pihak
metode bimbingan yang diberikan untuk manajemen dalam memberikan peluang
perawat dapat meningkatkan kompetensi pada perawat untuk melanjutkan
secara bertahap. pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi
serta pelatihan tampaknya masih kurang.
Fakta ini juga dibuktikan oleh Ini terbukti bahwa lebih dari 50% perawat
NursePreceptor Program Builder (2007), belum mendapatkan pelatihan dalam tiga
yang mengatakan bahwa metode mentor tahun terakhir. Ditambah lagi konsep dari
sangat membantu mendorong perawat perkembangan karir tersebut kurang
untuk bergerak meningkatkan dipahami oleh masing-masing perawat.
keterampilannya dan membantu mereka Intervensi yang dilakukan kepada perawat
menemukan beberapa inovasi untuk klinik 3 menunjukkan hasil yang lebih
meningkatkan profesionalisme. Sesuai baik. Jika dari data awal didapatkan rata-
dengan teori Federal (2008). mentoring rata kompetensi pada level 2.6, setelah
adalah proses seorang individu yang dilakukan bimbingan (selama delapan
berpengalaman akan memberi dorongan, minggu) terjadi peningkatan kompetensi
nasihat, dan dukungan kepada seorang menjadi level 2.8. Ini terbukti bahwa
rekan yang kurang berpengalaman, dengan proses mentorship merupakan cara yang
tujuan membantu belajar secara intensif. efektif untuk meningkatkan keterampilan.
Dari data yang dianalisis terlihat bahwa Penelitian ini didukung oleh Block et al.
praktik profesional, etis legal dan peka (2005), bahwaprinsip preceptor dan
budaya, manajemen asuhan dan mentorship merupakan suatu cara yang
pengembangan profesional tidak terbaik untuk meningkatkan keterampilan
berpengaruh terhadap karir dan perawat.Hal ini sesuai dengan yang
kompetensi. Ini menunjukkan bahwa peneliti lakukan dengan memberikan
perawat klinik 2 belum menjalankan peran pelatihan preceptor mentorship dalam
dan fungsi dengan baik sebagai perawat. upaya untuk melakukan bimbingan karir
Dengan kata lain, perawat dalam dan mutu pelayanan keperawatan di ruang
melaksanakan tugas tidak begitu peduli anak RSUP. Dr. M. Djamil Padang. Hasil
dengan karir dan kompetensinya. Kondisi analisis pada perawat klinik 3,
ini didukung oleh data bahwa perawat menunjukkan bahwa aspek praktik
klinik 2 yang menjadi responden lebih dari profesional legal etis, serta peka budaya,
50% melaksanakan tugas sehari-hari tidak manajemen asuhan keperawatan dan
di ruangan khusus anak,tetapi di ruangan pengembangan profesional, tidak
bedah anak dan ruang IGD anak. Kondisi berpengaruh pada karir. Namun,
tersebut sangat berpengaruh terhadap profesional etis dan legal ternyata
pencapaian kompetensi yang diharapkan. berpengaruh terhadap mutu pelayanan
keperawatan.
Fakta ini bisa menjadi salah satu tolok
ukur untuk perawat sendiri dan pihak Dari penelitian ini ditemukan bahwa
manajemen, sehingga perawat bukan perawat klinik 3 dalam memberikan
hanya dituntut memberikan pelayanan asuhan keperawatan lebih memperhatikan
yang lebih baik, tetapi juga perawat bisa aspek legal etis serta peka budaya, karena
mengembangkan diri untuk meningkatkan perawat tidak hanya memfokuskan pada
karirnya. Tentu semua itu tidak terlepas kegiatan pelaksaaan asuhan keperawatan
agar pelayanan yang diberikan lebih
baik.Sering masyarakat mengeluh dengan dalam memberikan asuhan keperawatan
pelayanan keperawatan, yaitu perawat lebih baik, tidak hanya berfokus pada
kurang mempedulikan aspek budaya yang tugas sebagai perawat manajer dan
dimiliki pasien dalam menjalankan perawat pendidik, tetapi juga masih
tugasnya. Ternyata, dalam penelitian ini banyak melaksanakan peran sebagai
justru perawat klinik 3 lebih perawat klinik. Pada setiap level karir
memperhatikan aspek etika dan budaya perawat baik perawat klinik 1, 2, 3
yang dimiliki oleh masyarakat. Kendati maupun 4 dalam menjalankan peran dan
pada penelitian ini perawat klinik 3 juga fungsinya berdasarkan kompetensi yang
sebagai mentor, untuk perawat klinik 2 dan sudah ditetapkan oleh PPNI dan IPANI,
1.Penelitian ini menunjukkan bahwa pada yaitu untuk setiap level melaksanakan
perawat klinik 4 terjadi peningkatan kompetensi tiga aspek (praktik profesional
kompetensi setelah dilakukan bimbingan etis, legal dan peka budaya, manajemen
dan latihan secara bertahap dari 3,5 dan pemberian asuhan keperawatan dan
menjadi 3,8. Ini membuktikan bahwa pengembangan profesional) sesuai dengan
pelatihan preceptor yang dilakukan secara kewenangan dan tanggung jawab masing-
berulang kali akan sangat membantu masing level.Pada waktu penelitian
perawat dalam meningkatkan dilakukan penulis berpedoman pada model
keterampilan atau kompetensi jenjang karir perawat yang dikeluarkan
keperawatan. oleh Departemen Kesehatan tahun 2006
yang dibagi menjadi empat perawat klinik,
Hal ini didukung oleh teori yang perawat manajer, perawat pendidik dan
sampaikan oleh Paterniti (2006), bahwa perawat riset, dengan keluarnya peraturan
pelatihan preceptor dapat membantu Presiden nomor 8 tahun 2012 tentang
perawat dalam meningkatkan kompetensi. Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia
Menurut Furguson (2010),kunci sukses (KKNI) tahun 2012 yang mengatur
suatu mentoring sangat tergantung pada tentang strategi untuk memastikan
dua hal prinsif, yaitu mentor dengan kelulusan pendidikan yang sesuai dengan
mentoring. Adanya persepsi yang sama kualifikasinya, yang dibagi menjadi
antara mentor dan mentee untuk sembilan tingkat, yaitu tingkat satu dan
mendapatkan pengalaman baru pada dua untuk pendidikan menengah SMA
proses mentorship juga diharapkan maupun SMK, diploma satu sampai
membuat perawat baru mau meniru. diploma empat dan sarjana berada pada
jenjang kualifikasi tiga, empat, lima dan
Pelatihan preceptor yang dilakukan secara enam, untuk profesi (ners) pada jenjang
berulang kali akan sangat membantu tujuh, S2 dan spesialis pada jenjang 8 serta
perawat baru dalam meningkatkan S3 dan subspesialis pada jenjang
keterampilan atau kompetensi keperawatan kualifikasi 9 (PerPres, 2012).
yang harus mereka miliki berdasarkan
level perawat. Bila melihat hasil dari Jenjang karir perawat yang penulis teliti di
perawat klinik 4 dalam memberikan RSUP Dr. M. Djamil Padang sebanyak 75
pelayanan kepada pasien, terlihat bahwa orang, bila dilihat dari KKNI tersebut
perawat 4 tidak mengabaikan asuhan dapat dikategorikan 70 orang dengan latar
keperawatan yang diberikan kepada belakang DIII berada pada tingkat lima
pasien, sehingga karir dan mutu pelayanan atau sebagai tenaga teknisi/analis dan lima
tetap dapat dipertahankan.Sangat disadari orang dengan ners berada pada tingkat
oleh perawat bahwa makin tinggi level tujuh atau tenaga ahli. Penulis menyadari
dikeperawatan akan makin peduli dengan bahwa pada hasil penelitian yang penulis
keluhan pasien.Pada waktu observasi lakukan di tahun 2012 masih berpedoman
terlihat bahwa perawat klinik 4 ternyata pada penetapan jenjang karir berdasarkan
Depkes. Karena Peraturan Presiden KKNI berpedoman kepada penetapan jenjang
baru dikeluarkan pada pertengahan tahun karir yang dikeluarkan oleh DepKes 2006.
2012, maka penelitian penulis ini

SIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian, dapat


disimpulkan Intervensi kompetensi dengan UCAPAN TERIMAKASIH.
metode mentorship efektif untuk
meningkatkan kompetensi dan Ucapan terima kasih kepada ketua yayasan
pengembangan karir perawat di RSUP Dr. dan Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
M. Djamil Padang. Perlu waktu yang lebih Fort De Kock yang telah memfasilitasi
panjang untuk mengevaluasi peningkatan untuk melakukan penelitian, dan pimpinan
kompetensi setelah selesai dilakukan Rumah Sakit yang telah memberikan
intervensi, untuk melihat kesinambungan kesempatan untuk melakukan penelitian di
hasil intervensi terhadap kompetensi ruang anak RSUP Dr. M. Djamil Padang
perawat dalam memberikan asuhan
keperawatan.
REFERENCE

Pllc, C. (2011). Richard J . Howard Departemen Kesehatan RI. 2006. Pedoman


Scholarship for Nursing Offered by Pengembangan Jenjang Karir
2010 - 2011 Educational Scholarship Professional Perawat. Jakarta
Application, 1–6.
Federal Aviation Administration. 2008.
Best Practices for Mentoring in
Flight Instruction
A European Mentor Programme For
University Women of Europe–An
Furguson, L. M. (2010) Nurse Education
Intercultural Study 2008-2010
in Practice. Journal Homepage:
Kvinnliga Akademikeri Vasa r.f. -
www.elsevier.com/nepr, College of
Vereniging voor Vrouwen met
Nursing, University of
Hogere Opleiding -Türk
Saskatchewan, 107 Wiggins Road,
Ünversiteli Kadınlar Derneği.
Saskatoon, Saskatchewan, Canada
S7N 5E5.
Blok, L. M., Claffey, C., Korow, M. K.,
Ruth. 2005. The Volue of
Hale, N., Kirwan, G., Manley, K.,
Mentorship within Nursing
McBride, L. 2012. Integrated Core
Organization.Nursing Forum
Career And
Volume 40, No. 4, Oktober-
Competence Framework for
Desember, 2005.
Registered Nurses. Royal College
of Nursing.
Cooper, A., Palmer, A. 2000. Mentoring
Preceptorship and Clinical
Supervision. Blackwell Science. Hamid, A.Y. 2000. Pengenalan Konsep
Komite Keperawatan dan
Kedudukannya di dalam Rumah
Sakit Jiwa:Jurnal Manajemen
&Administrasi Rumah Sakit of Management Accountants.
Indonesia (79-80). London.

Progress in Nursing: Understanding Nurse Preceptor Program Builder, Second


Patterns in Japan, Taiwan, and Edition,2007. What is A
Thailand:ANA Vol 13- 2008 Career Preceptorship.HCPro.
patterns, Japan, Taiwan, and
Thailand. PPNI, 2010. Jenjang Karir dan
Hutapea, P. & Thoha, N. 2008. Kompetensi Perawat Anak,
Kompetensi plus, teori, desain, Departemen Kesehatan RI, Jakarta.
kasus dan penerapan untuk
organisasi yang dinamis. Jakarta: Paterinti, (2006) The Successful Nurse
PT. Gramedia Pustaka Utama. Preceptor, Nurses Association Texas

Theogald, K., Mitchell, M. 2002.


Kountur, R. 2007. Metode Penelitian Mentoring Imploving Transition to
untuk Penulisan Skripsi dan Practice, Australian Journal of
Tesis.PPM. Jakarta. Advanced Nursing 2002 Volume
20 Number 1.

Mantzorou, M. 2004. Preceptorship in


Nursing Education: Is It A Viable Smith, D. Tang, S. 2004, Nursing in
Alternative Method For Clinical China: Historical Development,
Teaching.Laboratory Associate in Current Issues and Future
Nursing Department B, HTEI of Challenges.University of
Athens. Yamanashi.

Marquis, B., & Huston, C. 2000. Sulung, N. 2013. Pengembangan Karir


Ledership Roles andManagement Perawat Terhadap Peningkatan
Function in Nursing. Philadelphia : Mutu Pelayanan Keperawatan
Profesional di Ruang Rawat Anak
Lippincott Company.
RSUP DR M . Djamil Padang.
Yogyakarta
Marquis, B., & Huston, C. 2010.
Kepemimpinan dan Manajemen Wu, H. S., Lee, L. J. (2006).A Comparison
Keperawatan: teori & aplikasi. ed Study of Nursing Care Quality in
4 alih Bahasa Widyawati dkk, Different Working Status Nursing
Editor edisi bahasa Indonesia Egi Staffs:An Example of One Local
Komara yuda dkk, Jakarta: EGC. HospitalDepartment of Public
Health, China Medical
University.Journal of Nursing
Michael, A. 2008. Mentoring and Research Vol. 14, No. 3, 2006
Coaching,The Chartered Institute

You might also like