You are on page 1of 3

Kejelasan Hukum

dalam Pembelajaran Hacking

Oleh
1. Wimbuh Tri Hastomo Adi (17/415358/SV/13223)
2. Tri Multy Rizkilina (17/ 410666/ SV/ 12593)
3. Waahid Dwi Nugroho (17/415356/SV/13221)
4. Bagus Angkasa

“Academic freedom is a security against hazards to the pursuits of truth by those persons whose lives are
dedicated to conserving the intellectual heritage of the ages and to extending the realm of knowledge. The rights
of the teachers to teach truthfully and employ their reason to the full extent of their intellectual powers.
Academic freedom is the freedom of professionally qualified persons to inquire, discover, publish and teach as
they see it in their field of competence, without any control or authority of rational methods by which truth is
established. Academic freedom is essential to the fulfillment of the purpose of the school. Teachers should be
protected from censorship or restraint that unreasonably interferes with their obligation to expose students to
controversial issues and to help students express their own views on such issues. The teacher’s responsibility
should be to show objectivity to see that various sides of controversial issues are given. To carry out this
responsibility the teacher should be well informed in the areas being studied. It’s recognized that every teacher
has the right to a point of view and to express that view, but the teacher has the responsibility to tell the students
that the statement is a personal view.”

Freedom in Teaching and Learning. Ahmed A. Osman. Moi University, School of Education

1. Studi Kasus
Negara telah memberikan peraturan dan memberikan landasan hukum yang jelas tentang penggunaan
cadaver atau mayat untuk pembelajaran Pendidikan dokter dalam bidang anatomi. Namun untuk
pembelajaran Keamanan Jaringan dalam ilmu teknologi informasi belum adanya aturan yang jelas dan
yang dapat dijadikan sebagai guideline atau acuan dalam pembelajaran yang jelas dan konkret dua
perlu adanya kesamaan hak dalam hukum atau harus adanya peraturan yang mengayomi mahasiswa
teknologi rekayasa internet agar tidak terjerat hukum dalam pembelajaran hacking

1. Dasar Hukum / Peraturan


a. Hukum
Poin-poin dalam Undang-Undang ITE Nomor 11 tahun 2008. Pasal 30 mengenai larangan Hacking
(1) Larangan untuk masuk/mengakses tanpa hak dengan cara apapun ke dalam sistem orang lain (2)
Memperoleh informasi atau dokumen secara ilegal (3) Melanggar menerobos melalui menjebol sistem
keamanan. Pasal 32 Mengubah menambah mengurangi melakukan transmisi merusak.
Pasal 22B Nomor 36 1999, Larangan melakukan perubahan tanpa hak tidak sah atau memanipulasi
akses ke jaringan komunikasi.
Disisi lain tidak adanya peraturan pada tingkat Negara yang mengatur, membatasi, mengarahkan,
dan/atau memberi definisi yang jelas atas pembelajaran pada kajian Keamanan Jaringan Komunikasi.
Undang-undang ini jelas melindungi pemilik properti dari serangan, memberi dasar hukum dan definisi
yang jelas – atas peraturan – akan pelanggaran hukum dalam kehidupan ITE. Tapi di sisi lain undang-
undang ini berpotensi menghambat proses belajar, yang dalam bahasan ini adalah pembelajaran sistem
keamanan jaringan yaitu secara spesifik adalah Hacking, dimana berpotensi dapat terhambat proses
pembelajaran. Belum adanya paraturan kampus yang mengatur pemanfaatan layanan Internet kampus
untuk pembelajaran ini, khususnya pembelajaran secara mandiri.
b. Ancaman
Pasal 46 Undang-Undang ITE Nomor 11 tahun 2008. (1) Setiap Orang yang memenuhi unsur
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling lama 6 (enam)
tahun dan/atau denda paling banyak Rp600.000.000,00 (enam ratus juta rupiah). (2) Setiap Orang yang
memenuhi unsur sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 ayat (2) dipidana dengan pidana penjara
paling lama 7 (tujuh) tahun dan/atau denda paling banyak Rp700.000.000,00 (tujuh ratus juta rupiah).
(3) Setiap Orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 ayat (3) dipidana
dengan pidana penjara paling lama 8 (delapan) tahun dan/atau denda paling banyak Rp800.000.000,00
(delapan ratus juta rupiah).
2. Kajian Nilai-Nilai Pancasila Dan Pandangan Pancasila Terhadap Teknologi Rekayasa Internet
1. Ketuhanan Yang Maha Esa. Ketuhanan yang berkebudayaan dalam artian Ketuhanan yang dapat
melahirkan kebudayaan yang membangun peradaban yang unggul. Jika dilihat dari sudut pandang
penerapan ilmu teknologi dalam pembangunan peradaban, ilmu teknologi informasi dapat
meningkatkan efektivitas yang meningkatkan kesejahteraan dan mewujudkan peradaban yang
unggul.
2. Kemanusiaan yang Adil dan Beradab. Mahasiswa harus diakui dan dihargai baik hak dan
kewajibannya secara adil tanpa intervensi dan mendapatkan perlakuan yang sama dan beradab – yaitu
diperlakukan dengan rasa berperikemanusiaan.
3. Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan Dalam Permusyawaratan dan Perwakilan.
Pada poin “Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan dan Perwakilan” dapat ditarik nilai bahwa hak
mahasiswa TRI untuk mendapat pendidikan yang bermutu tanpa adanya bayangan akan ancaman
atau sanksi hukum – yang dalam pembelajaran dalam hal ini adalah hacking – tetapi dalam Undang-
Undang ITE terdapat dengan jelas adanya batasan-batasan yang dapat menghambat proses
pembelajaran.
4. Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia. Nilai keadilan sosial menggambarkan adanya
kesetaraan secara kualitatif atas Hak setiap Mahasiswa dalam suatu Institusi. [Sebagai contoh dalam
pembelajaran belum adanya aturan [pada tingkat negara] yang mengatur tentang pembelajaran
Hacking tentang batasan-batasan atau tata cara yang harus dilakukan. Sebagai contoh di pihak lain
negara telah membuat peraturan yang mengatur dan memberikan definisi yang jelas atas penggunaan
cadaver atau mayat untuk pendidikan dokter Anatomi.]
3. Poin Dari Penerapan Nilai-Nilai Pancasila Dalam Teknologi Rekayasa Internet
a. Belum adanya peraturan Universitas yang mengatur pemanfaatan fasilitas akses inernet kampus
untuk hacking, maupun tingkat negara yang mengatur pembelajaran hacking.
b. Nilai Pancasila Keadaan Sosial jelas terjadi ketidaksamaan keadilan yang dialami oleh teknologi
rekayasa internet sebagai contoh negara pada tingkat negara telah memberikan peraturan dan
memberikan landasan hukum yang jelas untuk pembelajaran hacking dalam ilmu teknologi informasi
belum adanya aturan yang jelas dan yang dapat dijadikan sebagai guideline atau acuan dalam
pembelajaran yang jelas dan konkret dua perlu adanya kesamaan hak dalam hukum atau harus adanya
peraturan yang mengayomi mahasiswa teknologi rekayasa internet agar tidak terjerat hukum dalam
pembelajaran hacking
c. Harus adanya kejelasan di mata hukum tentang pembelajaran Hacking. Belum adanya peraturan
tingkat universitas yang mengatur pemanfaatan fasilitas untuk pemblajaran ini.

You might also like