Professional Documents
Culture Documents
ID Analisis Kestabilan Lereng Timbunan Over PDF
ID Analisis Kestabilan Lereng Timbunan Over PDF
Abstract - Coal mining, especially coal surface mining, requires a huge tracks of land to be disturbed.
This disturbance includes removing vegetation, moving overburden (waste rock and soil), removing of
coal and relocating overburden to backfill. The main environmental problems associated with land
disturbance include erosion of the soil, dust pollution and losses of natural vegetation. Minimizing these
impacts and rehabilitating land to a previous condition before mining now become requirements in most
countries, including Indonesia. However, among small corporate mining, there is often poor adherence to
the law because the lack of financial resources, ignorance of the law, poor mine management, and low
level of expertise.
Observation and slope stability analyses of disposal site have been conducted in Kampung Baru area of
Banjarbaru City. The Stability analyses were carried out using the limit equilibrium computer program
SLOPE-W (GEO-SLOPE International). In this program systematic search is performed to obtain the
minimum factor of safety from a number of potential slid surfaces. Factors of safety were computed using
Bishop’s method analyses.
The result of slope stability analyses using SLOPE-W software shown that the existing condition of bench
is not safe. To minimize the failure potential, this bench (single bench) should modified to be three-step-
bench. The dimension of each step of bench should be arrange as follows: width of bench = 5 meters,
height of bench = 5 meters, and angle of slope = 36 o.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
pertambangan di berbagai Negara, termasuk
Penambangan Batubara yang dilakukan
Indonesia. Akan tetapi, di tambang skala
dengan metode tambang terbuka cenderung
kecil, biasanya hal tersebut tidak terlalu
merubah morfologi di daerah yang cukup
dihiraukan. Hal ini terjadi berhubung
luas. Perubahan ini mencakup pembersihan
ketidaktahuan pengusaha, ketidakmampuan
lahan, pemindahan overburden (baik yang
keuangan, manajemen tambang yang kurang
berupa batuan maupun tanah), pengangkutan
baik.
batubara dan penimbunan overburden ke
Di Desa Kampung Baru terdapat areal
bekas penambangan. Permasalahan utama
tumpukan Overburden yang dibiarkan begitu
dari reklamasi adalah adanya gangguan yang
saja. Tumpukan Overburden tersebut telah
disebabkan oleh erosi pada tanah, polusi debu
mengalami erosi di permukaan lerengnya
and kehilangan vegetasi alami. Saat ini,
sehingga dimungkinkan dapat menyebabkan
langkah untuk meminimasi dampak di atas,
terjadinya kelongsoran. Areal tumpukan
serta upaya penanganan lahan pasca tambang
tersebut dekat dengan jalan Desa Kampung
telah menjadi prasyarat bagi pemberian izin
1
) Staf pengajar Teknik Pertambangan Fakultas Teknik Unlam Banjarmasin
42 INFO TEKNIK, Volume 7 No. 1, Juli 2006
Baru yang telah beraspal dengan lebar jalan Apabila harga F untuk suatu lereng > 1,0
tersebut ± 6 meter. Jarak jalan dari tumpukan yang artinya gaya penahan > gaya penggerak,
tersebut berkisar antara 1 - 3 meter sehingga maka lereng tersebut berada dalam keadaan
akan beresiko jalan tersebut tertimbun akibat mantap/ aman. Tetapi apabila harga F < 1,0 di
longsoran tumpukan Overburden bila tidak mana gaya penahan < gaya penggerak, maka
ada tindakan pencegahannya. lereng tersebut berada dalam kondisis tidak
mantap dan mungkin akan terjadi longsoran
Tujuan Penelitian pada lereng yang bersangkutan. Dalam hal
harga F = 1,0 atau besarnya gaya penahan
Dalam penelitian ini tujuan yang hendak
sama dengan besarnya gaya penggerak, maka
dicapai adalah sebagai berikut :
lereng tersebut berada dalam keadaan
1. Mempelajari kemungkinan terjadinya
setimbang atau dengan kata lain lereng
kelongsoran pada lereng timbunan dan
tersebut berada dalam keadaan kritis.
tindakan-tindakan pencegahan apa saja
Kondisi seperti di atas (F = 1,0) tetap
yang dapat dilakukan.
tidak dikehendaki, karena apabila terjadi
2. Mencari kondisi geometri lereng
pengurangan gaya penahan atau penambahan
timbunan yang aman dan penanggulangan
gaya pengerak sekecil apapun lereng akan
apa saja yang dapat dilakukan.
menjadi tidak mantap dan longsoran segera
terjadi. Karena itu harga faktor keamanan F
selalu di buat lebih dari 1,0 (untuk lereng
KAJIAN TEORITIS
sementara/ front penambangan F = 1,3 dan
Kemantapan lereng, baik lereng alami untuk lereng permanent F = 1,5 serta untuk
maupun lereng buatan (oleh kerja manusia), bendungan F ≥ 2,0).
dipengaruhi oleh beberapa faktor yang dapat
dinyatakan secara sederhana sebagai gaya- Faktor-faktor pembentuk gaya-gaya
gaya penahan dan gaya-gaya penggerak yang penahan
bertanggung jawab terhadap kamantapan 1. Jenis batuan
lereng tersebut. Batuan-batuan beku, batuan sedimen
Dalam keadaan gaya penahan (longsor) tertentu dan batuan metamorf tertentu,
lebih besar dari gaya penggeraknya, maka umumnya memberikan kemantapan yang
lereng tersebut akan berada dalam keadaan baik, terutama kalo batuan tersebut
yang mantap (stabil). Tetapi apabila gaya tersebar luas (monolitologi).
penahan menjadi menjadi lebih kecil dari 2. Kekuatan Batuan
gaya penggeraknya, maka lereng tersebut Batuan utuh (intack rock) yang mem-
menjadi tidak mantap dan longsoran pun punyai kuat tekan uniaksial tinggi dan
terjadi. mempunyai sudut geser dalam yang tinggi
Sebenarnya longsoran tersebut merupakan merupakan batuan yang sangat stabil
suatu proses alam untuk mendapatkan kondisi terhadap longsoran. Batuan dengan
kemantapan lereng yang baru (keseimbangan kekuatan yang tinggi seperti ini umumnya
baru), dimana gaya penahan lebih besar dari adalah batuan beku (granit, andesit, basalt,
gaya penggeraknya. Untuk menyatakan/ dll), beberapa jenis batuan sedimen (batu
memberikan bobot (tingkat) kemantapan pasir, breksi, dll) dan batuan metamorf
suatu lereng dikenal apa yang disebut dengan (kuarsit, batu marmer, dll). Untuk batuan-
“Faktor Keamanan” (safety factor), yang batuan tersebut di atas umumnya tidak
merupakan perbandingan antara besarnya mempunyai masalah mengenai kemantap-
gaya penahan dengan gaya penggerak an lereng. Sudut lereng pada batuan
longsoran, dan dinyatakan sebagai berikut : tersebut bisa mencapai 900 atau bahkan >
F=
Gayapenahan 900, dan dengan tinggi lereng yang besar.
Gayapenggerak
Lucky Haryanto, Susanto Basuki, Analisis Kestabilan Lereng…43
30-35 Meter
C = 8 KPa
15 Meter
Ф = 240
γ = 16,96
KN/m3
360
30-35 Meter
C = 2 KPa
15 Meter
Ф = 300
γ = 18,3
KN/m3
360
Dari hasil perhitungan faktor keamanan keamanan dengan sistem trial & error
lereng timbunan tanah penutup (overburden) terhadap pemotongan ketinggian lereng
di daerah bekas penambangan batubara didapatkan tinggi lereng yang aman adalah 5
dengan menggunakan metode bishop, model meter dan lebar benchnya 12 meter dengan
tanahnya Mohr-coulomb, dan kondisi lereng tidak merubah kemiringan lerengnya.
disini yang dianalisa dalam keadaan jenuh Selain itu pula dapat dilakukan tindakan-
terhadap air didapatkan nilai faktor keamanan tindakan pencegahan dengan cara lain yaitu
(safety factor) sebagai berikut : dengan menanami pada dinding lereng
Faktor keamanan untuk kondisi timbunan dengan tanaman sejenis rumput-rumputan
tanah overburden tanpa adanya bebatuan yang berfungsi untuk menahan laju dari
adalah 0,5176 pergerakan air hujan. Hal ini, agak sukar
Faktor keamanan untuk kondisi timbunan untuk dilakukan karena kondisi tanah yang
tanah overburden dengan adanya bebatuan ada tidak subur. Dari pengmatan di lapangan
adalah 0,4559 tidak ada satupun rumput yang dapat tumbuh
Dari hasil perhitungan factor keamanan di timbunan tersebut, tetapi ada tumbuhan
dengan menggunakan perangkat lunak slope- berbatang keras yang tumbuh di sana yaitu
w dapat disimpulkan bahwa lereng yang telah tanaman Akasia.
dibentuk tersebut tidak aman karena faktor
keamanannya < 1,5.
B. Indikasi Kelongsoran
Adanya sebagian dari lereng yang telah
mengalami erosi dapat mamicu terjadinya
kelongsoran. Erosi tersebut berdasarkan
pengamatan di lapangan telah terjadi
disebagian lereng dan telah membentuk
saluran-saluran air secara tetap. Akan tetapi
saluran tersebut apabila terkena aliran air
hujan akan semakin tambah lebar dan dalam
dikarenakan air hujan yang mengalir
membawa material-material yang ada pada Gambar 6 Hasil pemotongan lereng yang
saluran tersebut (tererosi). Hal tersebut akan aman untuk kondisi tanah asli tanpa adanya
dapat menyebabakan kelongsoran karena bebatuan
terbentuknya bidang-bidang lemah. Bahaya
kelongsoran tersebut adalah akan
tertimbunnya jalan penghubung antar desa
dikecamatan cempaka yang telah beraspal.
Dimana daerah timbunan tersebut sangat
dekat dengan jalan tersebut yang hanya
berjarak 1-3 meter dari kaki lereng timbunan.
C. Tindakan Pencegahan
Tindakan-tindakan pencegahan yang
dapat dilakukan untuk mencegah kelongsoran
adalah dengan pemotongan bench yang
didasarkan pada tinggi pemotongan bench
yang aman dan pembuatan saluran-saluran air Gambar 7 Hasil pemotongan lereng yang
yang permanen di sisi-sisi lereng sesuai aman untuk kondisi tanah asli dengan adanya
dengan pola aliran yang telah ada. bebatuan
Berdasarkan hasil perhitungan faktor
47
Dari hasil perhitungan di atas maka lereng 3. Pemotongan tinggi lereng yang dianggap
yang telah ada akan dipotong menjadi 3 bench aman adalah 5 meter dengan dimensi
yang semulanya cuma 1 bench. Dimensi masing-masing bench adalah lebar bench
masing-masing bench tersebut adalah lebar 12 12 meter dan kemiringan bench tetap 360.
meter, tinggi 5 meter, dan sudut ± 360 ( tanpa
merubah kondisi kemiringannya). Jadi bentuk Saran
bench akan berubah yang awalnya 1 bench Saran yang peneliti sampaikan
tadi berubah menjadi bentuk tiga bench berdasarkan hasil penelitian yang telah
seperti ditunjukkan pada gambar dibawah ini : dilakukan adalah bahwa di daerah timbunan
tanah penutup (overburden) bekas pe-
nambangan batubara perlu dilakukan pe-
motongan tinggi lerengnya menjadi 3 bagian
12 Meter sehingga akan terbentuk bench baru menjadi
3 bench dengan dimensi bench yang
12 Meter dianjurkan adalah lebar 12 meter, tinggi
360 lereng, 5 meter dan sudut kemiringan
lereng 360.
DAFTAR PUSTAKA
Gambar 8 Dimensi bench yang aman