You are on page 1of 7

INFO TEKNIK

Volume 7 No. 1, Juli 2006 (41 – 47)

ANALISIS KESTABILAN LERENG TIMBUNAN


OVERBURDEN : STUDI KASUS DESA KAMPUNG BARU
KECAMATAN CEMPAKA BANJARBARU

Lucky Haryanto1) Susanto Basuki1)

Abstract - Coal mining, especially coal surface mining, requires a huge tracks of land to be disturbed.
This disturbance includes removing vegetation, moving overburden (waste rock and soil), removing of
coal and relocating overburden to backfill. The main environmental problems associated with land
disturbance include erosion of the soil, dust pollution and losses of natural vegetation. Minimizing these
impacts and rehabilitating land to a previous condition before mining now become requirements in most
countries, including Indonesia. However, among small corporate mining, there is often poor adherence to
the law because the lack of financial resources, ignorance of the law, poor mine management, and low
level of expertise.
Observation and slope stability analyses of disposal site have been conducted in Kampung Baru area of
Banjarbaru City. The Stability analyses were carried out using the limit equilibrium computer program
SLOPE-W (GEO-SLOPE International). In this program systematic search is performed to obtain the
minimum factor of safety from a number of potential slid surfaces. Factors of safety were computed using
Bishop’s method analyses.
The result of slope stability analyses using SLOPE-W software shown that the existing condition of bench
is not safe. To minimize the failure potential, this bench (single bench) should modified to be three-step-
bench. The dimension of each step of bench should be arrange as follows: width of bench = 5 meters,
height of bench = 5 meters, and angle of slope = 36 o.

Keywords - Disposal, slope stability, dimension of slofe

PENDAHULUAN

Latar Belakang
pertambangan di berbagai Negara, termasuk
Penambangan Batubara yang dilakukan
Indonesia. Akan tetapi, di tambang skala
dengan metode tambang terbuka cenderung
kecil, biasanya hal tersebut tidak terlalu
merubah morfologi di daerah yang cukup
dihiraukan. Hal ini terjadi berhubung
luas. Perubahan ini mencakup pembersihan
ketidaktahuan pengusaha, ketidakmampuan
lahan, pemindahan overburden (baik yang
keuangan, manajemen tambang yang kurang
berupa batuan maupun tanah), pengangkutan
baik.
batubara dan penimbunan overburden ke
Di Desa Kampung Baru terdapat areal
bekas penambangan. Permasalahan utama
tumpukan Overburden yang dibiarkan begitu
dari reklamasi adalah adanya gangguan yang
saja. Tumpukan Overburden tersebut telah
disebabkan oleh erosi pada tanah, polusi debu
mengalami erosi di permukaan lerengnya
and kehilangan vegetasi alami. Saat ini,
sehingga dimungkinkan dapat menyebabkan
langkah untuk meminimasi dampak di atas,
terjadinya kelongsoran. Areal tumpukan
serta upaya penanganan lahan pasca tambang
tersebut dekat dengan jalan Desa Kampung
telah menjadi prasyarat bagi pemberian izin

1
) Staf pengajar Teknik Pertambangan Fakultas Teknik Unlam Banjarmasin
42 INFO TEKNIK, Volume 7 No. 1, Juli 2006

Baru yang telah beraspal dengan lebar jalan Apabila harga F untuk suatu lereng > 1,0
tersebut ± 6 meter. Jarak jalan dari tumpukan yang artinya gaya penahan > gaya penggerak,
tersebut berkisar antara 1 - 3 meter sehingga maka lereng tersebut berada dalam keadaan
akan beresiko jalan tersebut tertimbun akibat mantap/ aman. Tetapi apabila harga F < 1,0 di
longsoran tumpukan Overburden bila tidak mana gaya penahan < gaya penggerak, maka
ada tindakan pencegahannya. lereng tersebut berada dalam kondisis tidak
mantap dan mungkin akan terjadi longsoran
Tujuan Penelitian pada lereng yang bersangkutan. Dalam hal
harga F = 1,0 atau besarnya gaya penahan
Dalam penelitian ini tujuan yang hendak
sama dengan besarnya gaya penggerak, maka
dicapai adalah sebagai berikut :
lereng tersebut berada dalam keadaan
1. Mempelajari kemungkinan terjadinya
setimbang atau dengan kata lain lereng
kelongsoran pada lereng timbunan dan
tersebut berada dalam keadaan kritis.
tindakan-tindakan pencegahan apa saja
Kondisi seperti di atas (F = 1,0) tetap
yang dapat dilakukan.
tidak dikehendaki, karena apabila terjadi
2. Mencari kondisi geometri lereng
pengurangan gaya penahan atau penambahan
timbunan yang aman dan penanggulangan
gaya pengerak sekecil apapun lereng akan
apa saja yang dapat dilakukan.
menjadi tidak mantap dan longsoran segera
terjadi. Karena itu harga faktor keamanan F
selalu di buat lebih dari 1,0 (untuk lereng
KAJIAN TEORITIS
sementara/ front penambangan F = 1,3 dan
Kemantapan lereng, baik lereng alami untuk lereng permanent F = 1,5 serta untuk
maupun lereng buatan (oleh kerja manusia), bendungan F ≥ 2,0).
dipengaruhi oleh beberapa faktor yang dapat
dinyatakan secara sederhana sebagai gaya- Faktor-faktor pembentuk gaya-gaya
gaya penahan dan gaya-gaya penggerak yang penahan
bertanggung jawab terhadap kamantapan 1. Jenis batuan
lereng tersebut. Batuan-batuan beku, batuan sedimen
Dalam keadaan gaya penahan (longsor) tertentu dan batuan metamorf tertentu,
lebih besar dari gaya penggeraknya, maka umumnya memberikan kemantapan yang
lereng tersebut akan berada dalam keadaan baik, terutama kalo batuan tersebut
yang mantap (stabil). Tetapi apabila gaya tersebar luas (monolitologi).
penahan menjadi menjadi lebih kecil dari 2. Kekuatan Batuan
gaya penggeraknya, maka lereng tersebut Batuan utuh (intack rock) yang mem-
menjadi tidak mantap dan longsoran pun punyai kuat tekan uniaksial tinggi dan
terjadi. mempunyai sudut geser dalam yang tinggi
Sebenarnya longsoran tersebut merupakan merupakan batuan yang sangat stabil
suatu proses alam untuk mendapatkan kondisi terhadap longsoran. Batuan dengan
kemantapan lereng yang baru (keseimbangan kekuatan yang tinggi seperti ini umumnya
baru), dimana gaya penahan lebih besar dari adalah batuan beku (granit, andesit, basalt,
gaya penggeraknya. Untuk menyatakan/ dll), beberapa jenis batuan sedimen (batu
memberikan bobot (tingkat) kemantapan pasir, breksi, dll) dan batuan metamorf
suatu lereng dikenal apa yang disebut dengan (kuarsit, batu marmer, dll). Untuk batuan-
“Faktor Keamanan” (safety factor), yang batuan tersebut di atas umumnya tidak
merupakan perbandingan antara besarnya mempunyai masalah mengenai kemantap-
gaya penahan dengan gaya penggerak an lereng. Sudut lereng pada batuan
longsoran, dan dinyatakan sebagai berikut : tersebut bisa mencapai 900 atau bahkan >

F=
 Gayapenahan 900, dan dengan tinggi lereng yang besar.
 Gayapenggerak
Lucky Haryanto, Susanto Basuki, Analisis Kestabilan Lereng…43

Faktor-faktor pembentuk gaya-gaya mengakibatkan pengurangan kekuatan


penggerak batuan/ kuat geser batuan.
Gaya penggerak umumnya dipengaruhi  Aktivitas manusia
oleh gravitasi, sehingga berat dari pada beban/ Dalam usaha-usaha untuk memenuhi
bagian lereng yang bersangkutan adalah kebutuhannya, manusia cenderung
merupakan salah satu gaya pengggerak melakukan aktivitas yang akan
terjadinya kelongsoran : mengubah keseimbangan alami yang
1. Boot isi ada di muka bumi ini, baik secara
Bantuan dengan bobot isi yang besar akan langsung maupun tidak langsung.
memberikan beban/ gaya yang lebih besar Aktifitas manusia yang langsung
pada lereng. mempengaruhi keseimbangan muka
2. Kandungan air bumi (dalam hal ini kemantapan
Keberadan air sebagai “moisture” tanah lereng) antara lain adalah penggalian
pada lereng yang bersangkutan akan dan penimbunan (tambang, jalan raya,
memberikan tambahan beban yang besar saluran air, dan bangunan-bangunan
pada lereng, sipil lainnya). Sedangkan yang tidak
3. Sudut lereng langsung umumnya karena kegiatan
Sudut lereng yang besar akan memberikan lain yang tidak secara langsung
volume material/ batuan besar, yang mengakibatkan terjadinya perubahan
merupakan beban lereng yang lebih besar. keseimbangan/kemantapan lereng, se-
perti antara lain :
Faktor-faktor yang mempengaruhi  pertanian & irigasi, yang dapat
terjadinya perubahan-perubahan pada mengakibatkan erosi dan perubah-
keseimbangan antara gaya penahan dan an muka air tanah.
gaya penggerak  Sistem sanitasi dan drainase yang
Longsoran yang terjadi pada lereng alami tidak baik, di kampung/pemukim-
maupun pada lereng buatan umumnya terjadi an yang terletak di daerah lereng,
karena terjadinya perubahan-perubahan yang yang dapat mengakibatklan erosi.
menghasilkan pengurangan harga faktor  Dengan berkurangnya gaya penahan/
keamanan F atau dengan kata lain kuat geser batuan tersebut, maka harga
memperkecil gaya penahan, memperbesar faktor keamanan (F) akan berkurang
gaya penggerak, atau gabungan dari kedua dan lereng menjadi tidak mantap lagi.
proses tersebut.
1. Faktor-faktor yang mempengaruhi gaya 2. Faktor-faktor yang memperbesar gaya
penahan/ mengurangi kuat geser batuan. penggerak
 Proses pelapukan Selain pengurangan kuat geser, pe-
Pelapukan (kimia) terjadi di mana- nambahan beban/gaya penggerak juga
mana, terutama di daerah tropis di- dapat membuat lereng yang tadinya
mana temperatur udara dan kelembab- mantap menjadi tidak mantap.
an relatif tinggi. Pelapukan yang Penambahan ini juga dapat terjadi secara
terjadi pada batuan mengubah alamiah maupun karena aktifitas manusia
komposisi mineralogi batuan yang (langsung maupun tidak langsung).
bersangkutan berikut struktur dalam- - Aktifitas tektonik
nya (sistem kristal, kemas, tekstur, Terjadinya pengangkatan/penurunan
dll.) sehingga kekuatan batuan akan muka bumi akan mengakibatkan
berkurang secara drastis. Karena terjadinya perubahan arah dan besar
proses pelapukan, maka baik sifat gaya-gaya yang bekerja pada suatu
fisik maupun sifat mekanik batuan titik tertentu di muka bumi ini.
akan berubah dan umumnya Misalnya di suatu daerah dengan
morfologi datar atau landai, terjadinya
44 INFO TEKNIK, Volume 7 No. 1, Juli 2006

proses pengangkatan/penurunan akan analisis strereografis (untuk batuan yang


mengubah morfologi daerah tersebut. kompak dan struktur).
Akibatnya geometri akan berubah dan
beban pada lereng yang baru akan Table 1 Macam Metode Analisis yang Ada
lebih besar sehingga dapat meng- Faktor keamanan
hasilkan suatu ketidakmantapan lereng didasarkan pada Gaya
No. Metode
- Gempa atau sumber getaran yang lain keseimbangan
Momen Gaya
Getaran atau gelombang kejut dapat 1 Biasa atau fellenius X
menghasilkan energi yang besar, yang atau swedia
apabila mempunyai arah yang sama 2 Bishop sederhana X X
dengan permukaan bebas suatu lereng 3 Spencer X X
dapat menambah beban dan 4 Janbu sederhana X X
5 Janbu perbaikan X
mengakibat-kan longsoran. 6 Morgenstern-Price X X
- Penambahan beban akibat
penimbunan
Pada penelitian ini digunakan metode
Timbunan material tanah/batu (waste)
analisis kemantapan lerengnya adalah metode
di atas suatu lereng akan memperbesar
Bishop. Metoda ini dipakai berdasarkan
gaya penggerak dan dapat meng-
asumsi bahwa bila terjadi longsoran, maka
akibatkan longsoran pada lereng
bentuk bidang luncurnya berupa busur
tersebut.
lingkaran.
- Penambahan air tanah
1 1
Penambahan air tanah pada pori-pori/ F  x  (C' b  w (1 - B) tan ' ) x
celah-celah tanah/batuan jelas akan  w sin  1
tan ' tan 
memperbesar gaya penggerak yang F
dapat mengakibatkan kelongsoran. u
B 
Penambahan air tanah ini dapat terjadi h
karena alam (hujan, banjir, dll.) Cara Bishop ini dilakukan dalam metoda
maupun karena aktifitas manusia irisan seperti yang juga dilakukan pada cara
(irigasi, drainase, dll.). Bishop-Morgenstern.
Bishop dan Morgenstern (1960)
Metode Analisis Kemantapan Lereng menyederhanakan metoda Bishop dan
Di alam, baik lereng alami maupun lereng memasukkan rasio tekanan air pori. Di dalam
buatan, dapat terbentuk pada tanah (relatif dimensi linear, persamaannya adalah sebagai
lemah), batu (sangat kuat), batuan berstruktur berikut :
(massa batuan) maupun merupakan gabungan 1 sec 
dari beberapa kondisi tersebut. Untuk itu, F  { C' b  w (l - ru ) tan ' }
 w sin  tan  tan 
metode analisis kemantapan yang dapat 1
diterapkan setiap kondisi (material) lereng F
yang berbeda, akan berbeda pula. Artinya Dimana :
u  w h
suatu metode yang cocok untuk tanah yang ru  
sifatnya (dianggap) homogen dan kontinyu, h  h
serta relatif lemah tidak akan cocok untuk Atau
lereng pada massa batuan atau pada batu yang 1 C' b b h
F   {    ( l - ru ) tan ' }
keras (kuat) dan sebaiknya. b u H H H H
  sin 
Sampai saat ini dikenal beberapa metode h H
analisis, yang umumnya dengan pendekatan
konsep kesetimbangan maupun metode tan ' tan 
analisis dengan pendekatan konsep tegangan- 1
F
tegangan (metode elemen hingga) dan metode
Lucky Haryanto, Susanto Basuki, Analisis Kestabilan Lereng…45

Disini analisa lerengnya dibagi menjadi


dua kelompok sesuai kondisi lapangan yang
diamati yaitu: kelompok pertama adalah tanah
penutup (overburden) dianggap homogen
tanah seluruhnya tanpa adanya batuan
didalamnya sedangkan untuk kelompok
kedua: tanah penutup (overburden) dianggap
tidak homogen dimana tanahnya bercampur
dengan batuan di dalamnya. Tanah
overburden ini dianggap tidak homogen
Gambar 1 Penampang Bidang Luncur karena pada waktu pengujian di laboratorium,
tanah tersebut dalam keadaan mengandung
bebatuan di dalamnya. Sedangkan untuk
METODOLOGI sample yang tanpa bebatuan sebelum
dilakukan pengujiannya dilakukan penyaring-
an terlebih dahulu untuk menghilangkan
A. Geometri Lereng
kandungan bebatuan di dalamnya.
Berdasarkan hasil pengukuran di lapangan Pengelompokan kondisi-kondisi diatas di-
dan pengujian di Laboratorium Mekanika maksudkan untuk mengurangi tingkat ke-
Tanah Jurusan Teknik Sipil Universitas salahan dalam melakukan analisa di
Lambung Mangkurat didapatkan data laboratorium maupun pengolahan data dengan
pengukuran geometri Lereng dan sifat tanah perangkat lunak.
penutup (Overburden) adalah sebagai berikut:

30-35 Meter

C = 8 KPa
15 Meter

Ф = 240
γ = 16,96
KN/m3
360

Gambar 4 Hasil Perhitungan dengan


Perangkat Lunak Slope-W untuk kondisi
Gambar 2 Kondisi Tumpukan Overburden Tanah Overburden tanpa Adanya Bebatuan
Tanpa Bebatuan

30-35 Meter

C = 2 KPa
15 Meter

Ф = 300
γ = 18,3
KN/m3
360

Gambar 3 Kondisi Tumpukan Overburden


dengan Bebatuan Gambar 5 Hasil Perhitungan dengan
Perangkat Lunak Slope-W Untuk kondisi
Tanah Overburden dengan Adanya Bebatuan
46 INFO TEKNIK, Volume 7 No. 1, Juli 2006

Dari hasil perhitungan faktor keamanan keamanan dengan sistem trial & error
lereng timbunan tanah penutup (overburden) terhadap pemotongan ketinggian lereng
di daerah bekas penambangan batubara didapatkan tinggi lereng yang aman adalah 5
dengan menggunakan metode bishop, model meter dan lebar benchnya 12 meter dengan
tanahnya Mohr-coulomb, dan kondisi lereng tidak merubah kemiringan lerengnya.
disini yang dianalisa dalam keadaan jenuh Selain itu pula dapat dilakukan tindakan-
terhadap air didapatkan nilai faktor keamanan tindakan pencegahan dengan cara lain yaitu
(safety factor) sebagai berikut : dengan menanami pada dinding lereng
 Faktor keamanan untuk kondisi timbunan dengan tanaman sejenis rumput-rumputan
tanah overburden tanpa adanya bebatuan yang berfungsi untuk menahan laju dari
adalah 0,5176 pergerakan air hujan. Hal ini, agak sukar
 Faktor keamanan untuk kondisi timbunan untuk dilakukan karena kondisi tanah yang
tanah overburden dengan adanya bebatuan ada tidak subur. Dari pengmatan di lapangan
adalah 0,4559 tidak ada satupun rumput yang dapat tumbuh
Dari hasil perhitungan factor keamanan di timbunan tersebut, tetapi ada tumbuhan
dengan menggunakan perangkat lunak slope- berbatang keras yang tumbuh di sana yaitu
w dapat disimpulkan bahwa lereng yang telah tanaman Akasia.
dibentuk tersebut tidak aman karena faktor
keamanannya < 1,5.

B. Indikasi Kelongsoran
Adanya sebagian dari lereng yang telah
mengalami erosi dapat mamicu terjadinya
kelongsoran. Erosi tersebut berdasarkan
pengamatan di lapangan telah terjadi
disebagian lereng dan telah membentuk
saluran-saluran air secara tetap. Akan tetapi
saluran tersebut apabila terkena aliran air
hujan akan semakin tambah lebar dan dalam
dikarenakan air hujan yang mengalir
membawa material-material yang ada pada Gambar 6 Hasil pemotongan lereng yang
saluran tersebut (tererosi). Hal tersebut akan aman untuk kondisi tanah asli tanpa adanya
dapat menyebabakan kelongsoran karena bebatuan
terbentuknya bidang-bidang lemah. Bahaya
kelongsoran tersebut adalah akan
tertimbunnya jalan penghubung antar desa
dikecamatan cempaka yang telah beraspal.
Dimana daerah timbunan tersebut sangat
dekat dengan jalan tersebut yang hanya
berjarak 1-3 meter dari kaki lereng timbunan.

C. Tindakan Pencegahan
Tindakan-tindakan pencegahan yang
dapat dilakukan untuk mencegah kelongsoran
adalah dengan pemotongan bench yang
didasarkan pada tinggi pemotongan bench
yang aman dan pembuatan saluran-saluran air Gambar 7 Hasil pemotongan lereng yang
yang permanen di sisi-sisi lereng sesuai aman untuk kondisi tanah asli dengan adanya
dengan pola aliran yang telah ada. bebatuan
Berdasarkan hasil perhitungan faktor
47

Lucky Haryanto, Susanto Basuki, Analisis Kestabilan Lereng…47

Dari hasil perhitungan di atas maka lereng 3. Pemotongan tinggi lereng yang dianggap
yang telah ada akan dipotong menjadi 3 bench aman adalah 5 meter dengan dimensi
yang semulanya cuma 1 bench. Dimensi masing-masing bench adalah lebar bench
masing-masing bench tersebut adalah lebar 12 12 meter dan kemiringan bench tetap 360.
meter, tinggi 5 meter, dan sudut ± 360 ( tanpa
merubah kondisi kemiringannya). Jadi bentuk Saran
bench akan berubah yang awalnya 1 bench Saran yang peneliti sampaikan
tadi berubah menjadi bentuk tiga bench berdasarkan hasil penelitian yang telah
seperti ditunjukkan pada gambar dibawah ini : dilakukan adalah bahwa di daerah timbunan
tanah penutup (overburden) bekas pe-
nambangan batubara perlu dilakukan pe-
motongan tinggi lerengnya menjadi 3 bagian
12 Meter sehingga akan terbentuk bench baru menjadi
3 bench dengan dimensi bench yang
12 Meter dianjurkan adalah lebar 12 meter, tinggi
360 lereng, 5 meter dan sudut kemiringan
lereng 360.

DAFTAR PUSTAKA
Gambar 8 Dimensi bench yang aman

KESIMPULAN ________(2004), “Geostudio Tutorials”, First


Edition, by GEO-SLOPE
Kesimpulan International Ltd, Calgary, Canada
Hoek E.& J.W. Bray (1981), “Rock Slope
Dari hasil penelitian yang dilakukan ini Engineering”, The Institute of
dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: Mining and Metalurgy, London.
1. Lereng timbunan tanah penutup
(overburden) dengan geometri aslinya Lee W Abramson dkk (1995), “Slope Stability
tinggi lereng 15 meter, sudut lereng 360, and Stabilization Methods” John
lebar bench 30-35 meter dinyatakan tidak Wiley & Sons, INC, New York.
aman berdasarkan hasil analisa dengan Sudarto N & Partanto p (1984), “Pengantar
perangkat lunak Slope-w karena nilai Analisis Kemantapan Lereng”
faktor keamanannya < 1,5. Jurusan teknik Pertambangan ITB.
2. Tindakan-tindakan pencegahan yang
dapat dilakukan adalah sebagai berikut : Paulus P Rahardjo, “Manual Kestabilan
Lereng”, Geotecnical Engineering
 Pembuatan saluran air permanen pada
Center, Universitas Katholik
daerah aliran-aliran air
Parahyangan, Inc., New York
 Pemotongan lereng bench menjadi 3
bagian
 Penanaman tanaman akasia

You might also like