Professional Documents
Culture Documents
244 557 1 PB PDF
244 557 1 PB PDF
Abstract
Generally non-iron metals use in industries, including aluminum alloy,
because of their high strength to weight ratio and favorable (no sparking and high
corrosion resistance). Aluminum alloy are often found and used in airplane.
Recently, aluminum alloy begins so popular in cryogenic system where it is highly
applied at oil industry, low temperature operated, and automotive industry. It is
estimated that 50%-90% mechanical failures are due to fatigue failure. This
research attempts to predict duralumin fatigue resistance at low temperature and to
understand the effect of micro structure on duralumin at low temperature. Several
states, which include 15, 30, and 45 in MPa, are given to bending cycle machine.
The tested material is duralumin (alloy Al-Cu) which has passed the tests over
0 0
porosity, fatigue level at low temperature (-19 C) and room temperature (27 C),
microstructure, fractography, and macrostructure. Result of research indicates that
fatigue resistance increases with lowering work tense at specimen. Average
5
fracture of duralumin fatigue at low temperature is more than 17,8 x 10 cycles,
5
while at room temperature is 13 x 10 cycles. During low temperature fatigue test,
microstructure shows long and small grains. The deformation during low
temperature fatigue test cause smaller grain produce greater slip resistance for
specimen.
Keywords: Fatigue Failure, Low Temperature, Duralumin, Bending Cycle
239
Jurnal Rekayasa Mesin Vol.5, No.3 Tahun 2014: 239-245 ISSN 0216-468X
pesawat). Selama beroperasi, terjadi siklus (77K) untuk penyimpanan dan pengangkutan
o
perubahan suhu terhadap badan pesawat nitrogen cair, -253 C (20K) untuk struktur
o
terbang. Sebagai contoh pada saat pesawat aerospace, dan -269 C (4K) untuk mesin
parkir di sebuah bandara dan sesaat lepas listrik superkonduksi [4].
landas, setengah jam kemudian setelah lepas Penelitian yang akan dilakukan yaitu
landas pesawat tersebut telah terbang pada menganalisis fatigue failure suhu rendah
ketinggian ± 10.000 meter (± 33.000 ft) di atas struktur batang duralumin dengan mesin
permukaan laut yang suhu udara berkisar siklus bending.
o o
pada - 40 C hingga - 50 C dalam waktu
yang relatif singkat. Demikian seterusnya TINJAUAN PUSTAKA
siklus perubahan suhu terhadap badan Duralumin
pesawat. Hal ini dapat terjadi Paduan aluminium tembaga adalah
berkesinambungan selama pesawat terbang suatu jenis paduan aluminium dengan paduan
itu digunakan beroperasi hingga puluhan ribu utamanya adalah tembaga (2,5 – 5,0%Cu).
jam terbang [2]. Nama lain dari aluminium paduan ini adalah
Salah satu jenis kegagalan yang terjadi duralumin (seri 2017) dengan berat jenis 2,8
3
pada komponen yang diakibatkan beban kg/dm . Untuk modifikasi paduan, biasanya
dinamis (pembebanan yang berulang - ulang ditambahkan Mg dan Mn dengan komposisi
dan berubah - ubah) dapat menyebabkan 4,5%Cu, 1,5%Mg, dan 0,5% Mn sehingga
suatu materialmengalami fracture. didapatkan paduan dengan kekerasan yang
Diperkirakan 50% - 90% kegagalan mekanis tinggi dan sifat mampu bentuk yang rendah,
adalah disebabkan oleh kelelahan (fatigue). paduan ini disebut dengan duralumin super
Kegagalan komponen atau struktur dapat (seri 2024) [5].
dibedakan menjadi dua katagori utama yaitu :
pertama kegagalan quasi statik (kegagalan Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi
yang tidak tergantung pada waktu, dan Kelelahan Logam
ketahanan terhadap kegagalannya dinyatakan Kelelahan logam diawali dengan
dengan kekuatan). Kedua kegagalan yang pembentukan awal retak dan dilanjutkan
tergantung pada waktu (ketahanan terhadap dengan penjalaran retakan hingga komponen
kegagalannya dinyatakan dengan umur atau mengalami patah. Lokasi awal retak pada
life time) [3]. komponen atau logam yang mengalami
Kelelahan logam (patah lelah) termasuk pembebanan dinamis atau siklik adalah pada
dalam kegagalan yang tergantung waktu. titik daerah dimana memiliki kekuatan yang
Pada kegagalan ini selain jenis pembebanan paling minimum dan atau pada titik daerah
atau besar beban yang mempengaruhi dimana mengalami tegangan yang paling
ketahanan lelah logam, juga kondisi material, maksimum. Oleh karena itu untuk
proses pengerjaan dari material, temperatur memperkirakan umur lelah suatu komponen
operasi, serta kondisi lingkungan akan merupakan suatu hal yang cukup sulit, hal ini
berpengaruh terhadap ketahanan lelah dari disebabkan oleh banyaknya faktor - faktor
logam tersebut. yang mempengaruhi umur lelah dari material
Paduan aluminium semakin banyak logam.
digunakan dalam sistem cryogenic terutama Faktor - faktor yang mempengaruhi umur
aplikasi dalam industri penerbangan lelah logam yaitu : 1). Pembebanan (Jenis
(aerospace), material bejana yang beroperasi beban : uniaksial, lentur, puntir), (pola beban :
pada temperatur rendah (cryogenic vessel), periodik, random), besar beban (besar
dan industri otomotif. Pada desain fatigue di tegangan), frekuensi siklus beban. 2). Kondisi
berbagai bidang teknis yang dioperasikan material (ukuran butir, kekuatan, penguatan
pada suhu dibawah suhu ruang (low dengan larutan padat, penguatan dengan fasa
temperature). Suhu ini dapat berupa suhu ke-dua, penguatan regangan, struktur mikro,
o o
serendah - rendahnya -54 C (- 65 F) untuk kondisi permukaan (surface finish), ukuran
kendaraan darat, struktur sipil, jalur pipa dan komponen). 3). Proses pengerjaan (proses
o
suhu pesawat, -163 C (110K) untuk pengecoran, proses pembentukan, proses
o
penyimpanan dan pengangkutan gas, -196 C pengelasan, proses pemesinan, proses
240
Jurnal Rekayasa Mesin Vol.5, No.3 Tahun 2014: 239-245 ISSN 0216-468X
perlakuan panas). 4). Temperatur operasi.. 5). tarik untuk mendapatkan tegangan tarik
Kondisi lingkungan [3]. maksimum (uts) dan tegangan yield (yield)dari
Perilaku S-N(Tegangan-Siklus) spesimen yang diuji [7]. Kemudian dari hasil
Metode dasar untuk penyajian data uji tarik tersebut dapat ditentukan besar
fatigue adalah menggunakan kurva S - N, beban yang digunakan pada pengujian
yaitu pemetaan tegangan (S) terhadap jumlah fatigue.
siklus hingga terjadi kegagalan (N). Nilai
tegangan yang diplot dapat berupa nilai Tabel 1 Unsur kimia duralumin (% berat)
tegangan maksimum, tegangan minimum Kandungan Unsur Nilai (%)
atau nilai rata-rata tegangan. Al 95,1
Si 0,352
Fe 0,635
Cu 3,7
Mn 0,0859
Mg 0,0501
Cr 0,0042
Zn 0,079
Tl 0,01
Na 0,00083
Ca 0,0012
Ni 0,0079
Gambar 1. Diagram Kelelahan untuk logam Pb 0,0041
besi dan logam non besi P 0,00057
Sn 0,0005
Gambar1 menunjukkan diagram Sb 0,002
kelelahan untuk logam besi (ferrous) dan Sr 0,0002
logam bukan besi (non ferrous). Siklus S - N Be 0,00006
7
yang melampaui batas lelah (N > 10 ), baja Zr 0,0014
dianggap mempunyai umuryang tak Bi 0,00029
berhingga atau kegagalan diprediksi tidak Cd 0,0012
akan terjadi, sedangkan untuk logam bukan
besi tidak terdapat batas lelah yang signifikan
dengan kurva S - N dengan gradien yang
turun sedikit demi sedikit sejalan dengan
bertambahnya jumlah siklus [6].
METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang akan dilakukan
adalah metode penelitian eksperimental,
material yang digunakan adalah duralumin Gambar 2. Spesimen uji tarik standar ASTM
(aluminium alloy) hasil pengecoran. material E8
ini memiliki komposisi kimia yang ditunjukkan
dalam Tabel 1. Tegangan bending maksimum (σmax),
Kemudian pengujian densitas dengan ditentukan dari persamaan 2.
metode piknometri untuk mengetahui
𝑃𝐿
besarnya porositas sampel uji dapat dihitung 32( 8 )
menggunakan Persamaan 1. σmax = (2)
𝜋𝑑 3
𝜌𝑠
Porositas = 1 − 𝑥 100 % (1) Berdasarkan persamaan 2, dimana
𝜌𝑡 ℎ
tegangan bending maksimum didapatkan
sebesar 15 Mpa, 30 MPa, 45 MPa, yang
Sebelum pengujian fatigue dilakukan, digunakan sebagai tegangan kerja pada
material yang akan diuji dilakukan pengujian mesin uji fatigue. Nilai tegangan tersebut
241
Jurnal Rekayasa Mesin Vol.5, No.3 Tahun 2014: 239-245 ISSN 0216-468X
dipasang pada mesin siklus bending. dengan dry ice selama tujuh hari) dan
o
Pengambilan data dilakukan tiga kali porositas spesimen tanpa treatment (27 C).
pengulangan tiap variasi beban. Porositas tiap variasi beban pada spesimen
Untuk pengujian fatigue, spesimen ditreatment, yaitu pada 10 kg, 20 kg dan 30
dibentuk berdasarkan standar ASTM seperti kg sebesar 10,03 %, 12,35 % dan 11,08 %.
Gambar 3 [8]. Sedangkan spesimen tanpa treatment
memperoleh porositas pada variasi beban 10
kg, 20 kg, dan 30 kg yaitu 11,45 %, 12,47 %
dan 11,66 %.
Keterangan gambar :
1. Motor penggerak 6. Bearing
2. Poros penghubung 7. Material uji
3. Flexible kopling 8. Box dry ice Berdasarkan hasil pengujian fatigue
4. Bantalan (bearing) 9. Bearing yang telah dilakukan mendapatkan siklus
5. Chuck (pencekam) 11. Beban patah rata – rata material uji suhu rendah (-
o
19 C) lebih tinggi dibandingkan siklus patah
o
HASIL DAN PEMBAHASAN rata - rata fatigue suhu ruang (27 C) pada tiap
variasi beban yang bekerja. Kemudian dari
Hasil pengujian porositas pada sampel
Tabel 3, akan terlihat hubungan tegangan dan
spesimen, seperti pada Tabel 2.Tabel 2
siklus patah pengujian fatigue seperti pada
memperlihatkan jumlah porositas rata – rata
Gambar 5.
spesimen yang telah ditreatment (direndam
242
Jurnal Rekayasa Mesin Vol.5, No.3 Tahun 2014: 239-245 ISSN 0216-468X
243
Jurnal Rekayasa Mesin Vol.5, No.3 Tahun 2014: 239-245 ISSN 0216-468X
244
Jurnal Rekayasa Mesin Vol.5, No.3 Tahun 2014: 239-245 ISSN 0216-468X
DAFTAR PUSTAKA
[1] Mosquito De.Havilland. (1960). Aircraft
Structures, chapter 1.
[2] Hutagaol Desmond. (2013). Pengantar
Penerbangan Perspektif Profesional,
Jakarta : Erlangga.
[3] Abrianto A. (2007). Diktat Kuliah
Kelelahan Logam, Jurusan Metalurgi
Universitas Jenderal Achmad Yani.
Bandung.
[4] Stephens, R.R. Fuchs, H. O.
(2001).“Metal fatigue in engineering”,
John Wiley & Sons.Inc, New York.
[5] Felbeck David K, Antony G. (1999).
Strength And Fracture Of Engineering
Gambar 11. Foto SEM penampang patah Solids, University Of Michigan and
o
spesimen fatigue suhu -19 C dengan University Of Reading, United Kingdom.
pembesaran 25x [6] Dieter, George E. (1992). Metalurgi
Mekanik, Jilid 1, edisi ketiga. Erlangga
Jakarta.
KESIMPULAN [7] ASTM E8. (2004). Standard Test
Dari penelitian yang telah dilakukan, Methods for Tension Testing of Metallic
dapat ditarik kesimpulan, yaitu : Materials. American Association State
1. Ketahanan lelah (fatigue life) rata – rata Highway and Transportation Officials
dari aluminium alloy (duralumin) pada Standard AASHTO No : T68 American
o
suhu rendah (-19 C)lebih besar daripada National Standart.
ketahanan lelah dari duralumin tanpa [8] ASTM 466. (2002). Standard Practice for
perlakuan (suhu ruang), yaitu pada Conducting Force Controlled Constant
masing – masing tegangan 45 MPa, 30 Amplitude Axial Fatigue Tests of Metallic
MPa, 15MPa berturut – turut yaitu 11 x Materials. West Conshohocken, PA
5 5 5
10 , 13,6 x 10 , dan 17,8 x 10 siklus. 19428-2959, United States.
Sedangkan pengujian fatigue pada suhu [9] William., D. Callister. (2001).
ruang (27°C), jumlah siklus patah material Fundamentals of Materials Science and
mengalami peningkatan berturut – turut Engineering. Department of Metallurgical
5 5
yaitu 7 x 10 , 8,7 x 10 , dan 13 x 10
5 EngineeringThe University of Utah:
siklus. Toronto.
2. Perubahan struktur mikro terjadi pada [10] Suhartono. A. (2004). Pengaruh Ukuran
material uji (duralumin) fatigue pada suhu Butir Terhadap Kuat Fatik Baja : Simulasi
rendah
o
(-19 C) yaitu terjadinya dan Eksperimen. Prosiding Semiloka dan
disorientasi struktur kristal. Kondisi suhu - Komputasi serta Aplikasi. UPT LUK
o
19 C material uji memiliki ukuran butir Puspiptek Serpong Indonesia.
yang kecil, dan Struktur mikro material uji
o
fatigue suhu -19 C menunjukkan butir
yang memanjang dan halus, ini terjadi
karena proses deformasi pada pengujian
fatigue disuhu rendah. Spesimen uji
dengan butiran lebih halus mempunyai
hambatan slip yang lebih besar. Sehingga
menyebabkan siklus rata – rata yang
dibutuhkan sampai material patah lebih
besar dibandingkan dengan spesimen
pada temperatur ruang mengalami siklus
patah yang rendah.
245