You are on page 1of 7

Jurnal Rekayasa Mesin Vol.5, No.

3 Tahun 2014: 239-245 ISSN 0216-468X

Analisis Fatigue Failure Suhu Rendah Struktur


Batang Duralumin dengan Mesin Siklus Bending

Nanang Tawaf, Wahyono Suprapto, Anindito Purnowidodo


Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Brawijaya
Jln. Mayjend Haryono 167, Malang 65145. Indonesia
E-mail : Ntawaf@gmail.com

Abstract
Generally non-iron metals use in industries, including aluminum alloy,
because of their high strength to weight ratio and favorable (no sparking and high
corrosion resistance). Aluminum alloy are often found and used in airplane.
Recently, aluminum alloy begins so popular in cryogenic system where it is highly
applied at oil industry, low temperature operated, and automotive industry. It is
estimated that 50%-90% mechanical failures are due to fatigue failure. This
research attempts to predict duralumin fatigue resistance at low temperature and to
understand the effect of micro structure on duralumin at low temperature. Several
states, which include 15, 30, and 45 in MPa, are given to bending cycle machine.
The tested material is duralumin (alloy Al-Cu) which has passed the tests over
0 0
porosity, fatigue level at low temperature (-19 C) and room temperature (27 C),
microstructure, fractography, and macrostructure. Result of research indicates that
fatigue resistance increases with lowering work tense at specimen. Average
5
fracture of duralumin fatigue at low temperature is more than 17,8 x 10 cycles,
5
while at room temperature is 13 x 10 cycles. During low temperature fatigue test,
microstructure shows long and small grains. The deformation during low
temperature fatigue test cause smaller grain produce greater slip resistance for
specimen.
Keywords: Fatigue Failure, Low Temperature, Duralumin, Bending Cycle

PENDAHULUAN aluminium tembaga (Al-Cu) dibuat sebagai


Penggunaan material dalam dunia material rangka badan pesawat.
industri mengalami perkembangan yang Siklusbertekanan pada bagian struktur
sangat pesat seiring dengan meningkatnya sepertistringerdanlongeronsbersama-
industri manufaktur. Berbagai jenis material samamencegahtegangan dankompresidari
logam sering ditemukan dan digunakan dalam kelengkungkanbadan pesawat. Selain
berbagai aplikasi dan kebutuhan seperti komponen diatas, paduan aluminium tembaga
industri otomotif dan transportasi, elektronik, juga ditemukan pada komponen hidrolik roda
komponen mesin, industri pesawat terbang, pesawat terbang [1].
peralatan laboratorium sampai dengan Konstruksi badan pesawat didesain agar
peralatan rumah tangga. Penggunaan bahan kuat, lentur, dan kedap udara terutama di
logam non besi seperti paduan aluminium dalam kokpit dan kabin penumpang sehingga
dengan karakteristik yang spesifik memiliki udara dapat dipompakan ke dalam pesawat
strength to wright ratio (kekuatan/berat jenis) untuk menambah tekanan udara. Dengan
yang tinggi dan tahan terhadap pengaruh demikian kondisi udara dapat dipertahankan
lingkungan sangat banyak ditemukan dan dan diatur seperti kondisi udara dipermukaan
digunakan dalam industri pesawat terbang. bumi (agar tetap suhu yang nyaman bagi
o o
Dalam aplikasi pada konstruksi badan manusia 20 C sampai 24 C), walaupun
pesawat umumnya menggunakan aluminium pesawat menjelajah pada ketinggian 15.000 ft
paduan untuk menopang dari permukaan sampai dengan 30.000 ft diatas permukaan
terluar dari badan pesawat. Paduan air laut (tergantung pada jenis dan desain

239
Jurnal Rekayasa Mesin Vol.5, No.3 Tahun 2014: 239-245 ISSN 0216-468X

pesawat). Selama beroperasi, terjadi siklus (77K) untuk penyimpanan dan pengangkutan
o
perubahan suhu terhadap badan pesawat nitrogen cair, -253 C (20K) untuk struktur
o
terbang. Sebagai contoh pada saat pesawat aerospace, dan -269 C (4K) untuk mesin
parkir di sebuah bandara dan sesaat lepas listrik superkonduksi [4].
landas, setengah jam kemudian setelah lepas Penelitian yang akan dilakukan yaitu
landas pesawat tersebut telah terbang pada menganalisis fatigue failure suhu rendah
ketinggian ± 10.000 meter (± 33.000 ft) di atas struktur batang duralumin dengan mesin
permukaan laut yang suhu udara berkisar siklus bending.
o o
pada - 40 C hingga - 50 C dalam waktu
yang relatif singkat. Demikian seterusnya TINJAUAN PUSTAKA
siklus perubahan suhu terhadap badan Duralumin
pesawat. Hal ini dapat terjadi Paduan aluminium tembaga adalah
berkesinambungan selama pesawat terbang suatu jenis paduan aluminium dengan paduan
itu digunakan beroperasi hingga puluhan ribu utamanya adalah tembaga (2,5 – 5,0%Cu).
jam terbang [2]. Nama lain dari aluminium paduan ini adalah
Salah satu jenis kegagalan yang terjadi duralumin (seri 2017) dengan berat jenis 2,8
3
pada komponen yang diakibatkan beban kg/dm . Untuk modifikasi paduan, biasanya
dinamis (pembebanan yang berulang - ulang ditambahkan Mg dan Mn dengan komposisi
dan berubah - ubah) dapat menyebabkan 4,5%Cu, 1,5%Mg, dan 0,5% Mn sehingga
suatu materialmengalami fracture. didapatkan paduan dengan kekerasan yang
Diperkirakan 50% - 90% kegagalan mekanis tinggi dan sifat mampu bentuk yang rendah,
adalah disebabkan oleh kelelahan (fatigue). paduan ini disebut dengan duralumin super
Kegagalan komponen atau struktur dapat (seri 2024) [5].
dibedakan menjadi dua katagori utama yaitu :
pertama kegagalan quasi statik (kegagalan Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi
yang tidak tergantung pada waktu, dan Kelelahan Logam
ketahanan terhadap kegagalannya dinyatakan Kelelahan logam diawali dengan
dengan kekuatan). Kedua kegagalan yang pembentukan awal retak dan dilanjutkan
tergantung pada waktu (ketahanan terhadap dengan penjalaran retakan hingga komponen
kegagalannya dinyatakan dengan umur atau mengalami patah. Lokasi awal retak pada
life time) [3]. komponen atau logam yang mengalami
Kelelahan logam (patah lelah) termasuk pembebanan dinamis atau siklik adalah pada
dalam kegagalan yang tergantung waktu. titik daerah dimana memiliki kekuatan yang
Pada kegagalan ini selain jenis pembebanan paling minimum dan atau pada titik daerah
atau besar beban yang mempengaruhi dimana mengalami tegangan yang paling
ketahanan lelah logam, juga kondisi material, maksimum. Oleh karena itu untuk
proses pengerjaan dari material, temperatur memperkirakan umur lelah suatu komponen
operasi, serta kondisi lingkungan akan merupakan suatu hal yang cukup sulit, hal ini
berpengaruh terhadap ketahanan lelah dari disebabkan oleh banyaknya faktor - faktor
logam tersebut. yang mempengaruhi umur lelah dari material
Paduan aluminium semakin banyak logam.
digunakan dalam sistem cryogenic terutama Faktor - faktor yang mempengaruhi umur
aplikasi dalam industri penerbangan lelah logam yaitu : 1). Pembebanan (Jenis
(aerospace), material bejana yang beroperasi beban : uniaksial, lentur, puntir), (pola beban :
pada temperatur rendah (cryogenic vessel), periodik, random), besar beban (besar
dan industri otomotif. Pada desain fatigue di tegangan), frekuensi siklus beban. 2). Kondisi
berbagai bidang teknis yang dioperasikan material (ukuran butir, kekuatan, penguatan
pada suhu dibawah suhu ruang (low dengan larutan padat, penguatan dengan fasa
temperature). Suhu ini dapat berupa suhu ke-dua, penguatan regangan, struktur mikro,
o o
serendah - rendahnya -54 C (- 65 F) untuk kondisi permukaan (surface finish), ukuran
kendaraan darat, struktur sipil, jalur pipa dan komponen). 3). Proses pengerjaan (proses
o
suhu pesawat, -163 C (110K) untuk pengecoran, proses pembentukan, proses
o
penyimpanan dan pengangkutan gas, -196 C pengelasan, proses pemesinan, proses

240
Jurnal Rekayasa Mesin Vol.5, No.3 Tahun 2014: 239-245 ISSN 0216-468X

perlakuan panas). 4). Temperatur operasi.. 5). tarik untuk mendapatkan tegangan tarik
Kondisi lingkungan [3]. maksimum (uts) dan tegangan yield (yield)dari
Perilaku S-N(Tegangan-Siklus) spesimen yang diuji [7]. Kemudian dari hasil
Metode dasar untuk penyajian data uji tarik tersebut dapat ditentukan besar
fatigue adalah menggunakan kurva S - N, beban yang digunakan pada pengujian
yaitu pemetaan tegangan (S) terhadap jumlah fatigue.
siklus hingga terjadi kegagalan (N). Nilai
tegangan yang diplot dapat berupa nilai Tabel 1 Unsur kimia duralumin (% berat)
tegangan maksimum, tegangan minimum Kandungan Unsur Nilai (%)
atau nilai rata-rata tegangan. Al 95,1
Si 0,352
Fe 0,635
Cu 3,7
Mn 0,0859
Mg 0,0501
Cr 0,0042
Zn 0,079
Tl 0,01
Na 0,00083
Ca 0,0012
Ni 0,0079
Gambar 1. Diagram Kelelahan untuk logam Pb 0,0041
besi dan logam non besi P 0,00057
Sn 0,0005
Gambar1 menunjukkan diagram Sb 0,002
kelelahan untuk logam besi (ferrous) dan Sr 0,0002
logam bukan besi (non ferrous). Siklus S - N Be 0,00006
7
yang melampaui batas lelah (N > 10 ), baja Zr 0,0014
dianggap mempunyai umuryang tak Bi 0,00029
berhingga atau kegagalan diprediksi tidak Cd 0,0012
akan terjadi, sedangkan untuk logam bukan
besi tidak terdapat batas lelah yang signifikan
dengan kurva S - N dengan gradien yang
turun sedikit demi sedikit sejalan dengan
bertambahnya jumlah siklus [6].

METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang akan dilakukan
adalah metode penelitian eksperimental,
material yang digunakan adalah duralumin Gambar 2. Spesimen uji tarik standar ASTM
(aluminium alloy) hasil pengecoran. material E8
ini memiliki komposisi kimia yang ditunjukkan
dalam Tabel 1. Tegangan bending maksimum (σmax),
Kemudian pengujian densitas dengan ditentukan dari persamaan 2.
metode piknometri untuk mengetahui
𝑃𝐿
besarnya porositas sampel uji dapat dihitung 32( 8 )
menggunakan Persamaan 1. σmax = (2)
𝜋𝑑 3

𝜌𝑠
Porositas = 1 − 𝑥 100 % (1) Berdasarkan persamaan 2, dimana
𝜌𝑡 ℎ
tegangan bending maksimum didapatkan
sebesar 15 Mpa, 30 MPa, 45 MPa, yang
Sebelum pengujian fatigue dilakukan, digunakan sebagai tegangan kerja pada
material yang akan diuji dilakukan pengujian mesin uji fatigue. Nilai tegangan tersebut

241
Jurnal Rekayasa Mesin Vol.5, No.3 Tahun 2014: 239-245 ISSN 0216-468X

dipasang pada mesin siklus bending. dengan dry ice selama tujuh hari) dan
o
Pengambilan data dilakukan tiga kali porositas spesimen tanpa treatment (27 C).
pengulangan tiap variasi beban. Porositas tiap variasi beban pada spesimen
Untuk pengujian fatigue, spesimen ditreatment, yaitu pada 10 kg, 20 kg dan 30
dibentuk berdasarkan standar ASTM seperti kg sebesar 10,03 %, 12,35 % dan 11,08 %.
Gambar 3 [8]. Sedangkan spesimen tanpa treatment
memperoleh porositas pada variasi beban 10
kg, 20 kg, dan 30 kg yaitu 11,45 %, 12,47 %
dan 11,66 %.

Tabel 2 Hasil uji porositas spesimen

Gambar3. Spesimen uji fatigue standar


ASTM E466

Pengujian fatigue dilakukan pada


o o
suhurendah (-19 C) dan suhu ruangan (27 C)
menggunakan mesin siklusbending. Setiap Porositas salah satu jenis dari cacat
pengambilan data spesimen dilakukan inklusi non metallic, cacat ini mengakibatkan
pengukuran suhu pada obyek penelitian, yaitu terjadi konsentrasi tegangan sehingga
mengukur dengan digital Infrared menyebabkan kekuatan fatigue rendah.
thermometer (termometer tembak/laser) pada Pada saat duralumin (Al-Cu) mengalami
dinding box dry ice dimana box/kotak memiliki solidifikasi maka pada tahap growth akan
ketebalan 3 mm yang terpasang pada mesin tumbuh lengan dendrite yang semakin lama
uji sesuai Gambar 4 pada nomor 8. akan bertemu dengan dendrite dari inti lain.
Pengukuran suhu diawal pengujian kemudian Saat lengan dendrite bertemu satu dengan
o
menjaga agar suhu tetap konstan -19 C lainnya, maka molekul logam cair tidak bisa
selama pengujian, yaitu dikontrol tiap 5 menit masuk mengisih celah antar dendrite
selama pengujian sampai spesimen patah. sehingga terjadi penyusutan antara lengan
dendrite. Dengan terjadinya penyusutan
didalam logam maka akan menimbulkan
rongga dalam cetakan.

Tabel 3Data hasil uji fatigue material uji

Gambar 4. Skema alat uji fatigue

Keterangan gambar :
1. Motor penggerak 6. Bearing
2. Poros penghubung 7. Material uji
3. Flexible kopling 8. Box dry ice Berdasarkan hasil pengujian fatigue
4. Bantalan (bearing) 9. Bearing yang telah dilakukan mendapatkan siklus
5. Chuck (pencekam) 11. Beban patah rata – rata material uji suhu rendah (-
o
19 C) lebih tinggi dibandingkan siklus patah
o
HASIL DAN PEMBAHASAN rata - rata fatigue suhu ruang (27 C) pada tiap
variasi beban yang bekerja. Kemudian dari
Hasil pengujian porositas pada sampel
Tabel 3, akan terlihat hubungan tegangan dan
spesimen, seperti pada Tabel 2.Tabel 2
siklus patah pengujian fatigue seperti pada
memperlihatkan jumlah porositas rata – rata
Gambar 5.
spesimen yang telah ditreatment (direndam

242
Jurnal Rekayasa Mesin Vol.5, No.3 Tahun 2014: 239-245 ISSN 0216-468X

pengujian fatigue suhu rendah menghasilkan


ketahanan lelah duralumin yang lebih tinggi,
jika dibandingkan pengujian fatigue suhu
ruang.

Makro Struktur Penampang Patah Uji


Fatigue

Gambar 5. Diagram S - N hasil uji fatigue


Gambar 6. Penampang patah siklus tinggi
o
Dari Gambar 5 menunjukkan hubungan suhu -19 C
tegangan dengan siklus patah, semakin
rendah tegangan pada material uji Gambar 6 menunjukkan penampang
o
(duralumin), maka didapatkan jumlah siklus patah pengujian fatiguesuhu -19 C,
patah material mengalami kenaikan. Secara permukaan patahan berbentuk rata, terbentuk
o
eksplisit fatigue suhu rendah (-19 C) pada beachmarks, dan patah rapuh (brittle
masing – masing tegangan 45 MPa, 30 MPa, fracture). Retak diawali bagian tepi atas yang
5
15 MPa berturut – turut yaitu 11 x 10 , 13,6 x berbentuk rongga dari permukaan, sehingga
5 5
10 , dan 17,8 x 10 siklus. retak merambat perlahan lahan, kemudian
Sedangkan pengujian fatigue pada suhu terjadi perambatan retak yang cepat pada
ruang (27°C), didapatkan jumlah siklus patah bagian yang berwarna kusam dan berbintik –
material mengalami peningkatan berturut – bintik berbentuk benjolan mengkilap dimana
turut dengan semakin rendah tegangan yang daerah yang terbesar dari permukaan
5 5 5
bekerja yaitu 7 x 10 , 8,7 x 10 , dan 13 x 10 patahan.
siklus. Pengujian fatigue suhu rendahdan
suhu ruangan mengalami perbedaan jumlah
siklus patah yaitu pada pengujian suhu
rendahrata – rata mengalami siklus patah
lebih besar daripada suhu ruang, hal ini
disebabkan oleh perbedaan perlakuan
temperatur yang dialami oleh material uji saat
pengujian. Pengujian fatigue suhu rendah Gambar 7. Penampang patah siklus rendah
o
menyebabkan material duralumin memiliki suhu-19 C
ketahanan lelah yang tinggi.
Dari pengujian fatigue ditemukan bahwa
besar tegangan maksimum yang bekerja dan
o
suhu -19 C selama pengujian fatigue
berpengaruh terhadap jumlah siklus patah
duralumin. Tegangan yang semakin kecil
menimbulkan besar tegangan amplitudo yang
semakin kecil sehingga menghasilkan
Gambar 8. Penampang patah siklus rendah
kekuatan lelah yang semakin besar dan o
suhu 27 C
akhirnya spesimen pengujian akan
menghasilkan patah pada waktu yang
Gambar 7, menunjukkan awal retak
semakin lama dan jumlah siklus yang
timbul dari bagian permukaan spesimen
semakin besar. Karena dibutuhkan siklus
dimana terjadi defect (cacat), dan
yang semakin besar untuk melewati batas
mengakibatkan terjadi konsentrasi tegangan.
deformasi plastis duralumin. Jadi dengan
Dengan adanya retak pada permukaan

243
Jurnal Rekayasa Mesin Vol.5, No.3 Tahun 2014: 239-245 ISSN 0216-468X

spesimen, seiring beban dan waktu sehingga


menyebabkan perambatan retak hingga patah
ditandai dengan adanya beachmarks dan
pertumbuhan retak oleh perpanjangan pita –
pita beachmarks.
Gambar 8, menunjukkan penampang
patah tidak adanya beachmarks, dikarenakan
patah yang terjadi sangat cepat dan 20 μm
permukaan patahan yang kasar. Permukaan Gambar 10. Mikro struktur material uji fatigue
o
patahan yang berbentuk suhu-19 Cdengan pembesaran 400x
beachmarksdanstriationstidakakanmuncul
didaerah dimanaterjadikegagalancepat. Gambar 10, menunjukkan butir yang
Kegagalancepatdapat berupauletatau rapuh, memanjang dan halus, ini terjadi karena
denganadanya deformasiplastis untukmaterial proses deformasi pada pengujian fatigue
o
ulet, dansebaliknya tidak terdapat deformasi suhu-19 C, material uji dengan butiran lebih
plastis untukmaterial rapuh [9]. Bagian tepi halus mempunyai hambatan slip yang lebih
yang berwarna hitam/kusam adalah rongga besar. Juga terlihat besar butir dan bentuk
udara, pengotor yang masuk pada saat cenderung tidak sama, hal ini diakibatkan
pengecoran, dan ini merupakan awal terjadi disorientasi struktur kristal. Pengaruh
retak mikro yang disebabkan oleh konsentrasi treatment material ujidan pengujian fatigue
tegangan pada permukaan spesimen. pada suhu -19°Cmengakibatkan ukuran butir
dan bentuk butir berubah jika dibandingkan
Mikro Struktur Material Uji dengan material uji tanpa perlakuan. Dimana
o
pengujian fatigue pada suhu-19 Cduralumin
(aluminium alloy) memiliki ukuran butir yang
kecil.
Menurut teori Hall-Petch, ukuran butir
dapat mengubah mekanisme kegagalan
material, Semakin besar ukuran butir maka
20 μm semakin berpengaruh terhadap kegagalan
lelah suatu material. Bila ukuran butir rata -
Gambar 9. Mikro struktur material uji fatigue rata lebih kecil pada material logam paduan
suhu ruang dengan pembesaran 400x (aluminium alloy), akan menghasilkan
kekuatan mekanik lebih besar daripada
Gambar 9, dengan pembesaran 400x ukuran butir rata – rata yang lebih besar [10].
menunjukkan batas butir yang jelas dan lebih Gambar 11 pada nomor 1 terlihat tanda
rapat jarak antar butir. Bentuk butir tidak panah berwarna merah menunjukkan awal
homogen, bagian permukaan dari material uji retak dipermukaan spesimen, yang mana
berukuran kecil dan padat, tetapi butiran terlihat permukaan kasar. selanjutnya
berikutnya lebih besar. Ini disebabkan karena terbentuk beacmarks (garis pantai). Nomor 5
logam cair melewati cetakan langsung terlihat penampang patahan berwarna
mengenai permukaan cetakan dan butiran mengkilap, permukaan patahan berbentuk
selanjutnya akan langsung membeku begitu transgranular yang ditandai garis slip pada
batas butir mengenai butiran sebelumnya. bidang permukaan patahan, yang disebabkan
Sehingga pada spesimen ini memilki tingkat adanya gaya yang datang secara terus
kepadatan yang rendah dan menyebabkan menerus (gaya bekerja secara periodik),
rongga antar butir. Dengan tingkat kepadatan sehingga patah melalui butiran. Gambar
yang lebih rendah menyebabkan struktur butir nomor 6 berwarna hitam/kusam diduga
yang terbentuk kembali membesar, sehingga kotoran yang terjebak saat pengecoran,
mengakibatkan dislokasi antar butir semakin permukaan patahan berbentuk intergranular
besar sehingga ketahanan fatigue menurun. yaitu patahan memotong batas butir.

244
Jurnal Rekayasa Mesin Vol.5, No.3 Tahun 2014: 239-245 ISSN 0216-468X

DAFTAR PUSTAKA
[1] Mosquito De.Havilland. (1960). Aircraft
Structures, chapter 1.
[2] Hutagaol Desmond. (2013). Pengantar
Penerbangan Perspektif Profesional,
Jakarta : Erlangga.
[3] Abrianto A. (2007). Diktat Kuliah
Kelelahan Logam, Jurusan Metalurgi
Universitas Jenderal Achmad Yani.
Bandung.
[4] Stephens, R.R. Fuchs, H. O.
(2001).“Metal fatigue in engineering”,
John Wiley & Sons.Inc, New York.
[5] Felbeck David K, Antony G. (1999).
Strength And Fracture Of Engineering
Gambar 11. Foto SEM penampang patah Solids, University Of Michigan and
o
spesimen fatigue suhu -19 C dengan University Of Reading, United Kingdom.
pembesaran 25x [6] Dieter, George E. (1992). Metalurgi
Mekanik, Jilid 1, edisi ketiga. Erlangga
Jakarta.
KESIMPULAN [7] ASTM E8. (2004). Standard Test
Dari penelitian yang telah dilakukan, Methods for Tension Testing of Metallic
dapat ditarik kesimpulan, yaitu : Materials. American Association State
1. Ketahanan lelah (fatigue life) rata – rata Highway and Transportation Officials
dari aluminium alloy (duralumin) pada Standard AASHTO No : T68 American
o
suhu rendah (-19 C)lebih besar daripada National Standart.
ketahanan lelah dari duralumin tanpa [8] ASTM 466. (2002). Standard Practice for
perlakuan (suhu ruang), yaitu pada Conducting Force Controlled Constant
masing – masing tegangan 45 MPa, 30 Amplitude Axial Fatigue Tests of Metallic
MPa, 15MPa berturut – turut yaitu 11 x Materials. West Conshohocken, PA
5 5 5
10 , 13,6 x 10 , dan 17,8 x 10 siklus. 19428-2959, United States.
Sedangkan pengujian fatigue pada suhu [9] William., D. Callister. (2001).
ruang (27°C), jumlah siklus patah material Fundamentals of Materials Science and
mengalami peningkatan berturut – turut Engineering. Department of Metallurgical
5 5
yaitu 7 x 10 , 8,7 x 10 , dan 13 x 10
5 EngineeringThe University of Utah:
siklus. Toronto.
2. Perubahan struktur mikro terjadi pada [10] Suhartono. A. (2004). Pengaruh Ukuran
material uji (duralumin) fatigue pada suhu Butir Terhadap Kuat Fatik Baja : Simulasi
rendah
o
(-19 C) yaitu terjadinya dan Eksperimen. Prosiding Semiloka dan
disorientasi struktur kristal. Kondisi suhu - Komputasi serta Aplikasi. UPT LUK
o
19 C material uji memiliki ukuran butir Puspiptek Serpong Indonesia.
yang kecil, dan Struktur mikro material uji
o
fatigue suhu -19 C menunjukkan butir
yang memanjang dan halus, ini terjadi
karena proses deformasi pada pengujian
fatigue disuhu rendah. Spesimen uji
dengan butiran lebih halus mempunyai
hambatan slip yang lebih besar. Sehingga
menyebabkan siklus rata – rata yang
dibutuhkan sampai material patah lebih
besar dibandingkan dengan spesimen
pada temperatur ruang mengalami siklus
patah yang rendah.

245

You might also like