You are on page 1of 21

Kelompok 6

Tema: Kejahatan Notaris Pada Pasar Modal


(Referensi : Bentuk Pelanggaran dan Sanksi dalam Pasar Modal Ditinjau Dari UU No. 8
Tahun 1995)

Disusun Oleh :

1. Fatullah Iqbal (1551020162)


2. Iqbal Mandala (1551020183)
3. Irvan Ismatuloh (1551020042)
4. Lisca Dwi Astari (1551020204)
5. Raihana (1551020261)
6. Tiwi Bayana Holau (1551020317)

PERBANKAN SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI & BISNIS ISLAM
UIN RADEN INTAN LAMPUNG
2018
BENTUK PELANGGARAN DAN SANKSI DALAM PASAR MODAL DITINJAU DARI
UNDANG-UNDANG NO.8 TAHUN 1995
ABSTRACK
One of the pillars in today's modern economy and is a major topic of discussion in this
paper is a capital markets (capital markets). Capital market today has a significant role both for
companies who need additional funds to advance its business and for society who also want to
invest. The globalization process that is developing rapidly, especially un the financial industry
sector, raises a variety of increasingly complex business risks as a consequence of a combination
of technological progress and financial innovation. One of the in this study discusses what forms
of crime and violations that occur in the field of capital markets in the review of UU No. 8 of
1995 and how to prevent the law against crime and violations in the capital market.
The research method used in this paper is library research. This library research is
conducted by collecting and studying and analyzing varios laws and regulations, literature
books and legal dictionaries. From the results of the study, which was reviewed from UU No. 8
of 1995 stated that capital market crimes including criminal acts, namely fraud, market
manipulation, and insider trading.
While the form of prevention of violations in the capital market is giving authority to
BAPEPAM to conduct a examination of any party suspected of committing or being involved in a
violation of the Shirmp Capital Market Law and/or its implementing regulations. However,
currently the authority has been transferred by the OJK. The transfer of duties, functions and
regulatory authority and supervision of the capital market sector and other financial service
institutions into the OJK institutions is a juridical implication of the establishment of UU No. 21
of 2011 concerning OJK.

Keywords : violations, crime, capital market


BENTUK PELANGGARAN DAN SANKSI DALAM PASAR MODAL DITINJAU DARI
UNDANG-UNDANG NO.8 TAHUN 1995
ABSTRAK
Tujuan dilakukan penelitian ini adalah untuk mengetahui bentuk bentuk perbuatan yang
merugikan dipasar modal pada notaris dan bagaimana pemberlakuan sanksi dipasar modal.
Metode penelitian yang digunakan dalam penulisan ini adalah library research atau penelitian
kepustakaan.Penelitian kepustakaan ini dilakukan dengan mengumpulkan,dan mempelajari serta
menganalisis berbagai peraturan perundang-undangan, buku-buku literatur, dan kamus hukum.
Dari hasil penelitian tersebut yang ditinjau dari UU No. 8 Tahun 1995 menyatakan bahwa
kejahatan dibidang pasar modal yang termasuk tindak pidana yaitu Penipuan, Manipulasi Pasar,
dan Insider Trading.
dapat disimpulkan bahwa 1. Bentuk-bentuk perbuatan yang dilarang dipasar modal yaitu
penipuan, manipulasi pasar,perdagangan orang dalam, dalam kegiatan perdagangan efek, setiap
pihak dilarang secara langsung atau tidak langsung, menipu dan mengelabui pihak lain dengan
menggunakan sarana dan atau cara apapun, membuat pernyataan tidak benar,meyesatka dengan
maksud untuk menguntungkan atau menghindarkan kerugian untuk diri sendiri atau pihak lain
atau dengan tujuan mempengaruhi pihak lain untuk membeli atau menjual efek 2. Pemberlakuan
sanksi bentuk bentuk perbuatan yang dilarang dalam pasar modal. Yaitu sanksi admintratif yag
memperoleh izin, persetujuan atau pendaftaran dari BAPEPAM.
Sanksi Adminitartif merupakan peringatan tertulis; denda yaitu kewajiban untuk membayar
sejumlah uang tertentu, pembatasan kegiatan usaha, pembekuan kegiatan usaha, pencabutan izin
usaha, pembatalan persetujuan, dan pembatalan pendaftaran

Kata Kunci :Sanksi, larangan, Pasar Modal


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pasar modal secara umum merupakan suatu tempat bertemunya para penjual dan pembeli
untuk melakukan tranksaksi dalam rangka memperoleh modal. Penjual dalam pasar modal
merupaan perusahaan yang membutuhkan modal (emiten), sehingga mereka berusaha untuk
menjual efek efek di pasar modal. 1 Pasar modal menurut Undang-Undang Nomor.8 tahun
1995 tentang pasar modal pasal (1) ayat(12) adalah kegiatan yang bersangkutan dengan
penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan pablik yang berkaitan dengan efek yang
diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek.2
Modal yang diperdagangkan dalam pasar modal merupakan modal yang bila diukur dari
waktunya merupakan modal jangka panjang. Oleh karna itu, bagi emiten sangat
menguntungkan mengingat masa pengembanganya relatif panjang, baik yang bersifat
kepemilikan maupun obligasi. Pasar modal juga mampu menjadi tolak ukur kemajuan
perekonomian suatu negara. Pasar modal memungkinkan kecepatan pertumbuhan ekonomi
dengan memberikan kesempatan bagi perusahaan untuk dapat memanfaatkan dana langsung
dari masyarakat tanpa harus menunggu tersedianya dana dari operasi perusahaan. Dalam
perekonomian modern keberadaan pasar modal merupakan suatu kebutuhan. Di negara-
negara dengan kondisi perekonomian yang telah maju, keberadaan pasar modal sebagaimana
terwujud dalam kelembagaan bursa efek memegang peranan penting seperti halnya bank 3.
Pasar modal menjadi petunjuk dan wadah bagi terjadinya interaksi di antara para
usahawan dengan para investor melalui suatu kegiatan ekonomi. Proses globalisasi yang
berkembang kian cepat khususnya dalam sektor industri keuangan, timbulnya berbagai risiko
bisnis yang semakin kompleks sebagai konsekuensi dari kombinasi antara kemajuan
teknologi dan inovasi finansial yang menghasilkan berbagai produk keuangan dengan tingkat
kerumitan tinggi serta terjadi konglomerasi lembaga-lembaga keuangan, menjadi isu hangat
yang senantiasa dibahas, baik di tingkat domestik, regionalmaupun global.
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) adalah lembaga yang independen dan bebas dari campur
tangan pihak lain, yang mempunyai fungsi, tugas, dan wewenang pegaturan, pengawasan,
pemeriksaan, dan penyidikan.4 OJK menjadi lembaga tertinggi dalam pengawasan pasar
modal terhitung pada tanggal 31 desember 2012 berdasarkan UU no 21 tahun 2011 tentang
OJK. Secara kelembagaan, OJK dapat dikatakan sebagai lembaga dengan cakupan obyek
pengawasan yang sangat luas. Cakupan pengawasan yang meliputi seluruh industri jasa
keuangan menjadikan posisi OJK sangat penting dalam peta stabilitas sistem keuangan di
Indonesia. Fungsi pengawasan oleh OJK yang meliputi pengawasan pengawasan terhadap
industri perbankan, pasar modal, perusahaan pembiayaan, dana pensiun serta asuransi yang
sebelumnya dilaksanakan oleh Bank Indonesia dan Bapepam-LK akan dilebur ke dalam satu
atap di bawah pengawasan OJK. Melihat pada kondisi yang demikian, maka adanya
pengaturan dan koordinasi di antara fungsi-fungsi pengawasan yang melebur ke dalam
kelembagaan OJK merupakan hal yang patut mendapat perhatian secara serius.

1 Andri Soemitra, “Bank dan Lembaga Keuangan Syari’ah”, (Jakarta: Kencana, 2009), hlm. 99
2Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal Pasal 1 ayat (12).
3 Op.cit, Andri Soemitra, hlm.101
4 www.ojk.go.id (diakses tanggal 02 desember 2018, pukul 14.04)
Tujuan regulator pasar modal adalah mewujudkn terciptanya kegiatan pasar modal yang
teratur, wajar, dan efisien serta melindungi kepentingan pemodal dan masyarakat.teratur
adalah menjamin bahwa seluruh pasar modal wajib mengikuti ketentuan yang berlaku sesuai
dengan bidangnya dan melaksanakannya secara konsisten. Wajar adalah selruh pelaku pasar
modal melakukan kegiatannya dengan memperhatikan standar dan etika yang berlaku
didunia bisnis serta mengutamakan kepentingan masyarakat banyak. Efisien adalah kegiatan
pasar modal dilakukan secara cepat dan tepat dengan biaya yang relatif murah.5
harus diakui bahwa Pelanggaran dalam pasar modal ini tidak mudah untuk ditemukan
apalagi diselesaikan, hal ini karena tidak didukung oleh sistem hukum yang ada saat ini di
Indonesia. Oleh karena itu perlu kiranya ke depan dipertimbangkan suatu harmonisasi
ketentuan hukum yang ada dengan perkembangan akan kebutuhan hukum itu sendiri. Hal ini
dimungkinkan mengingat bahwa sistem hukum terus berubah, namun bagian-bagian sistem
itu berubah dalam kecepatan yang berbeda, dan setiap bagian berubah tidak secepat bagian
tertentu lainnya.
Kehadiran Undang-Undang No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal adalah untuk
memberikan kepastian dan penegakan hukum di pasar modal sehingga sudah saatnya
fenomena ini harus tetap menjadi bagian yang integral dalam perkembangan industri itu
sendiri. Kepatuhan hukum pelaku pasar untuk menjalankan segala ketentuan hukum yang
tercantum dalam berbagai peraturan Bapepam akan menjadi ukuran sejauh mana pelaku
pasar dapat menjaga instrument ekonomi ini menjadi wadah yang dapat dipercaya.
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 telah menggariskan jenis-jenis tindak pidana di
bidang pasar modal, seperti penipuan, manipulasi pasar, dan perdagangan orang dalam.
Selain menetapkan jenis-jenis tindak pidana dibidang pasar modal, Undang-Undang Nomor 8
Tahun 1995 juga menetapkan sanksi pidana denda dan penjara/kurungan bagi para pelaku
dengan jumlah atau waktu yang bervariasi. Tindak pidana dibidang pasar modal memiliki
karekteristik yang khas, yaitu barang yang menjadi obyek adalah informasi, selain itu pelaku
tindak pidana tidak mengandalkan kemampuan fisik, tetapi kemampuan untuk memahami
dan membaca situasi pasar untuk kepentingan pribadi. Pembuktian tindak pidana pasar modal
juga sangat sulit, namun akibat yang ditimbulkan dapat fatal dan luas.6
Hasil penelitian yang dilakukan Defrando Sambuaga (2016) tentang “Kejahatan Dan
Pelanggaran Di Bidang Pasar Modal Dan Penegakan Hukumnya Ditinjau Dari Uu No. 8
Tahun 1995” menyatakan bahwa Dalam proses penyelesaian sengketa pasar modal di
Indonesia, alternatif penyelesaian sengketa di luar pengadilan merupakan jalan yang
cenderung disukai untuk digunakan karena memiliki beberapa keuntungan seperti
penyelesaian yang tidak berbelit-belit. Indonesia memiliki badan penyelesaian sengketa pasar
modal di luar pengadilan yaitu Badan Arbitrase Pasar Modal Indonesia (BAPMI).
Sedangkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Sabar Budiman (2014) tentang “Bentuk-
bentuk sanksi dan larangan terhadap perbuatan yang merugikan di Pasar Modal” menyatakan
bahwa Pemberlakuan sanksi bentuk-bentuk perbuatan yang dilarang di pasar modal, yaitu
sanksi Administratif yang memperoleh izin, persetujuan, atau pendaftaran dari Bapepam.
Sanksi administratif berupa: peringatan tertulis, denda yaitu kewajiban untuk membayar

5
Op.cit, Andri Soemitra, hlm.110
6Inda Rahadiyan, “Hukum Pasar Modal di Indonesia Pengawasan Pasar Modal Pasca Terbentuknya Otoritas Jasa
Keuangan”, (cet 1., UII Press, Yogyakarta, 2014), hlm.5
sejumlah uang tertentu, pembatasan kegiatan usaha, pembekuan kegiatan usaha, pencabutan
izin usaha, pembatalan persetujuan, dan pembatalan pendaftaran
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, masalah yang akan diteleti dalam tulisan ini adalah:
1. Apasaja bentuk kejahatan dan pelanggaran yang terjadi di bidang Pasar Modal dalam
tinjauan UU No. 8 Tahun 1995 ?
2. Bagaimana pemberlakuan sanksi dipasar Modal ?

C. Tujuan dan Kegunaan penelitian


1. Untuk mengetahui apa saja bentuk kejahatan dan pelanggaran yang terjadi di bidang Pasar
Modal dalam tinjauan UU No. 8 Tahun 1995
2. Untuk mengetahui bagaimana bentuk pemberlakuan sanksi dipasar Modal ?

D. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penulisan ini adalah library research atau
penelitian kepustakaan. Penelitian kepustakaan ini dilakukan dengan mengumpulkan,dan
mempelajari serta menganalisis berbagai peraturan perundang-undangan, buku-buku
literatur, dan kamus hukum. Dan ditunjang juga dengan beberapa bahan-bahan hukum
diantaranya bahan hukum primer, sekunder dan tersier.

E. Pembahasan
Guna mendapatkan pengertian yang jelas tentang kejahatan dalam pasar modal maka, patut
diketahui defenisi dari “Pasar Modal” dan “Kejahatan”. Pasar Modal adalah kegiatan yang
bersangkutan dengan Penawaran Umum dan perdagangan Efek Perusahaan Publik yang
berkaitan dengan Efek yang diterbitkannyam serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan
efek7. Sedangkan, untuk memahami arti dari istilah kejahatan, maka kata kejahatan dan
pelanggaran sendiri merupakan terjemahan dari istilah misdrijf yang berarti suatu perbuatan
tercela dan berhubungan dengan hukum, yang berarti tidak lain daripada perbuatan melanggar
hukum, sedangkan Overtreding atau pelanggaran berarti suaut perbuatan yang melanggar sesuatu
dan berhubungan dengan hukum, yang berarti tidak lain dari perbuatan melanggar hukum pula8.
Jadi sebenarnya arti kata dari kedua istilah itu sama maka dari arti kata tidak dapat dilihat
perbedaan antara kedua golongan tindak pidana ini. Perbedaan antara keduanya didasarkan
kepada perbedaan “kuantitatif” yaitu “kejahatan” umumnya diancam dengan ancaman hukuman
lebih berat dari pada “pelanggaran” dan ini nampaknya didasarkan pada sifat lebih berat dari
“kejahatan”. Sedangkan Prof. R. Subekti, S. H., dan Tjitrosoedibyo dalam kamus hukumnya,
mengartikan kejahatan sebagai tindak pidana yang tergolong berat9. Sehingga dengan melihat
pengertian dari kedua istilah tersebut maka jika dirangkaikan, kejahatan pasar modal dapat
berarti perbuatan melanggar hukum yang dilakukan dalam kegiatan yang bersangkutan dengan

7 Indonesia, Undang-undang Republik Indonesia Nomor 8 tahun 1995 tentang Pasar Modal, L.N. Nomor 64 Tahun 1995. Ps 1
angka 13.
8 Wirjono Projodikoro, Asas-asas Hukum Pidana di Indonesia (Bandung:PT.Eresco, 1986), hal 30
9 R. Subekti,dan T Tjitrosoedibyo, Kamus Hukum ( Jakarta: PT Pradnya Paramitha, 1992), hal 90.
penawaran umum dan perdagangan efek perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang
diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek.

Melihat metode maupun sarana yang digunakan dalam melakukan kejahatan tersebut kini lebih
canggih, maka dikenal adanya kejahatan korporasi dan kejahatan bisnis yang keduanya
merupakan bagian dari tindak korporasi dan kejahatan bisnis yang keduanya merupakan bagian
dari tindak ekonomi (ekonomi crime)10. Sama halnya dengan karakteristik yang dijabarkan di
atas, maka Tindak Pidana di bidang pasar modal memiliki karakteristik yang sama, yang
membedakannya dengan tindak kejahatan pada umumnya, yaitu antara lain adalah “barang yang
menjadi objek dari tindak pidana adalah informasi, selain itu pelaku tindak pidana tersebut
bukanlah mengadalkan kemampuan fisik, namun mengandalkan kemampuan untuk membaca
situasi pasar serta memanfaatkannya untuk kepentingan pribadi11. Adapun tindakan yang dapat
diancam dengan hukuman pidana dalam Ps. 110 UUPM antara lain tindakan Penipuan,
Manipulasi Pasar dan Perdagangan Orang Dalam.

1. PENIPUAN

Pengaturan berkaitan dengan penipuan dapat dilihat pada Ps. 90 huruf c UUPM.
Berdasarkan Ps. 90 huruf c UUPM, melakukan12. Dalam Ps. 378 KUHP disebutkan bahwa
penipuan adalah tindakan untuk menguntungkan diri sendiri dan atau orang lain dengan cara
Melawan hukum; Memakai nama palsu atau martabat palsu; Tipu muslihat; Rangkaian
kebohongan; Membujuk orang lain untuk menyerahkan barang sesuatu kepadanya atau supaya
memberi utang atau menghapuskan piutang. Penipuan sebagaimana yang dimaksud oleh Ps. 90
sebenarnya dapat dianggap sama seperti penipuan dalam tindak pidana umum, karena kejahatan
mengenai efek ini telah diatur dalam ketentuan-ketentuan KUHP kita (Ps. 378,380,391, dan
392). Akan tetapi karena penipuan di pasar modal lebih mempunyai potensi untuk menimbulkan
kekacauan ekonomi secara luas dan hilangnya kepercayaan masyarakat terhadapa perekonomian
suatu negara maka UUPM memperlakukannya secara khusus antara lain dengan ancaman hukum
yang lebih tinggi terhadap jenis kejahatan ini.

Penipuan di pasar modal ini, sebagaimana dijelaskan dalam penjelasan UUPM, dapat
meliputi penipuan yag dilakukan melalui kegiatan perdagangan efek di bursa, yakni meliputi
efek yang tercatat di bursa maupun efek yang diperdagangkan di luar bursa. Ketentuan terakhir
ini tentunya dimaksudkan untuk mengantisipasi perkembangan di masa depan di mana ada
kemungkinan ada juga efek yang diperdagangkan di luar bursa.

10 R. Suherman, Upaya-upaya Penyelesaian Pelanggaran dan Kejahatan dalam Transaksi Saham di Pasar Modal dihubungkan
dengan UUPM,( Skripsi Sarjana Fakultas Hukum Universitas Indonesia, Depok, 2010), hal. 69.
11 Jahotman Ambarita, Tinjauan Yuridis Kasus Insider Trading Yoshiaki Murakami di Jepang dikaitkan dengan Penegakan

Hukum Insider Trading di Indonesia,(Skripsi Sarjana Fakultas Hukum Universitas Indonesia, Depok, 2012), hal 19.
12Bapepam, Peraturan Bapepam Bab XI tentang Penipuan, Manipulasi pasar, dan Perdagangan orang dalam

http://www.bapepam.go.id/old/old/hukum/uu/bab_xi.htm, diunduh 20 September 2013


Selanjutnya dalam Ps. 90 ayat (3) tidak hanya dimaksudkan untuk menangkal isu yang
memang banyak terjadi di bursa tetapi juga menjamin bahwa setiap informasi dan fakta material
yang disampaikan memang benar dan tidak menyesatkan. Kewajiban yang tidak hanya
dibebankan kepada emiten, namun untuk memberikan kesempatan bagi investor untuk
memutuskan, membeli, menjual atau tetap menahan efek, karena keputusan untuk investasi ini
memang selalu dilakukan berdasarkan informasi-informasi yang menyangkut efek tersebut.

Guna mencegah penipuan selama efek suatu perusahaan diperdagangkan maka UUPM
memperluas cakupan Ps. 90 dengan Ps. 93, yang dimaksudkan untuk menjamin bahwa informasi
yang disampaikan dalam rangka “continuous disclosure” baik dalam bentuk laporan keuangan
berkala maupun keterbukaan informasi yang diharuskan, sebagaimana dalam Keputusan Ketua
Bapepam Nomor Kep-82/PM/1996 mengenai keterbukaan informasi pemegang saham tertentu
dan Nomor Kep-86/PM/1996 mengenai keterbukaan informasi yang harus segera diumumkan
kepada publik. Penyampaian informasi tersebut dimaksudkan untuk menjamin bahwa segala
informasi dan fakta material yang dapat mempengaruhi nilai dan harga efek sampai kepada
pemodal secara merata. Sehingga pengambilan keputusan untuk melakukan investasi dapat
dilakukan oleh investor.

Kasus Penipuan dalam Pasar Modal terjadi pada saham PT Barito Pacific Timber. Saat
penjatahan atas saham PT Barito Pacific Timber selesai dilakukan dan penjamim emisi utama
bermaksud mengembalikan kelebihan uang pesanan.

Dalam propektus penawaran saham PT Barito Pacific jelas dikatakan bahwa bagi pemesanan
pembelian saham yang ditolak seluruhnya atau sebagian atau dalam hal terjadinya pembatalan
penawaran umum, pengembalian uang akan disertai bunga yang diperhitungkan dari hari kelima
tanggal pengembalian uang13. Hal yang terjadi ternyata uang sama sekali tidak mengembalikan
uang pesanan berikut bunga seperti yang dijanjikan dalam propektus. Jelas ini merupakan
tindakan penipuan sebagaimana diatur dalam Ps. 179 KMK 1548. Akan tetapi tidak ada tindakan
sama sekali (misalnya pemeriksaan) dari otoritas pasar modal guna menangani masalah ini
sehingga yang terjadi adalah perbantahan antara penjamin emisi dengan investor mengenai
bunga dalam pengembalian uang milik nasabah tersebut14. Penipuan ini seharusnya dianggap
telah terjadi apabila dana yang diperoleh dari "go public" ini ternyata tidak pernah digunakan
sesuai apa yang dikatakan dalam prospektus. Apalagi apabila karena penyalahgunaan tersebut
menyebabkan kesulitan keuangan bagi perusahaan dikemudian hari.

ketentuan dalam Ps. 179 KMK 1548 di atas, yang mengatur mengenai pemalsuan dan
penipuan ini lebih ditujukan pada waktu sebelum Efek masuk ke bursa (pasar perdana/penawaran
umum), maka ketentuan dalam Ps. 187, 188, 189 KMK 1548 meskipun mempunyai judul yang
berbeda ("keterangan yang tidak benar dan menyesatkan") tetapi mengatur mengenai hal yang
sama yaitu penipuan dan pemalsuan. Ketentuan yang lebih luas ini dicantumkan berdasarkan atas

13Ikatan Hakim Indonesia ,Varia Peradilan Tahun VIII No. 29, Jakarta , 1993
14 Suta, Arie. Investor Bisa Ajukan Makindo Ke Pengadilan Soal Bunga Atas Refund, Bisnis Indonesia, 21 September 1993.
adanya suatu azas yang penting dalam pasar modal untuk setiap pelakunya yaitu bahwa mereka
haruslah terbuka (transparan).

Dalam kasus ini dapat dilihat bahwa UUPM sudah mengakomodasikan prinsip-prinsip
Good Corporate Governance (GCG) yang dimana mengenai transparasi atau keterbukaan untuk
melindungi kepentingan pemegang saham publik dari adanya transaksi yang merugikan
investasinya15. Dalam kasus tersebut tampak tidak ada keterbukaan informasi guna
pengembalian uang yang diberikan kepada pembeli saham yang berhak atas pengembalian
sejumlah uang.

Hal ini disayangkan karena karena keinginan untuk go public ini harusnya sudah siap
dengan konsekuensi keterbukaan dan pelaksanaan akan janjinya dalam prospectus. Mengingat
bahwa kegiatan yang dilakukan tersebut adalah tindak pidana kejahatan penipuan, maka
seharusnyalah dikenakan pidana penjara paling lama 10 tahun penjara dan denda maksimal Rp
15.000.000.000,00 (lima belas milyar rupiah). Ancaman pidana dan denda yang begitu berat
dapat dianggap wajar mengingat kegiatan perdagangan efek melibatkan banyaknya pemodal dan
jumlah uang yang amat besar.

2. MANIPULASI PASAR

Manipulasi pasar adalah The illegal buying or selling of security to create the false impression
that active trading exist in an effort to convince other people to buy more share or sell the ones
they own. Manipulation is done to influence prices so the person doing manipulating can achieve
a more advantage market16.

Dalam UUPM manipulasi pasar diatur dalam Ps. 91 UUPM, yang mana

Kegiatan ini dapat dilakukan oleh anggota bursa dengan cara melakukan transaksi efek tanpa
mengakibatkan terjadinya perubahan pemilikan atas efek tersebut (wash sales) atau melakukan
penawaran (jual atau beli) efek pada harga tertentu, dimana pembeli atau penjual ini juga telah
bersekongkol dengan lawan (jual atau belinya) tersebut untuk melakukan penawaran jual atau
penawaran beli pada harga yang kurang lebih sama. Pula dapat dilakukan tanpa ada barang
sama sekali. Penjual dalam kasus ini tidak akan menerima saham dari pihak lain dalam rangka
transaksi dan oleh karena itu pembeli juga tidak akan menerima saham. Dengan demikian
transaksi ini dimaksudkan hanya untuk menciptakan “a misleading appearance of active
trading”17. Tentunya Manipulasi Pasar dapat dilakukan dengan beberapa pola18.

15 Odang,Mudita Chitta, “Transaksi Benturan Kepentingan di Pasar Modal Indonesia: Studi Kasus PT. Bank Mega Tbk,” (Tesis
Program Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Indonesia, Depok, 2008), hal 11, sebagaimana dikutip dari Marzuki
Usman, et. al., ABC Pasar Modal Indonesia, (Jakarta: Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia dan Ikatan Sarjana
Ekonomi Indonesia, 1990), hal 13.
16 M. Irsan Nasarudin, et.al. Aspek Hukum Pasar Modal Indonesia, (Jakarta: Prenada Media, 2004), hal. 263
17 Thomas Lee Hazen, “The Law of Securities Regulation,”(West Publishing Co., St. Paul Minnesola, 1990), hal 612.
18 M. Irsan Nasarudin, et.al. Aspek Hukum Pasar Modal Indonesia, hal. 263
Tindakan memanipulasi harga dan manipulasi pasar merupakan suatu tindakan yang dilarang
karena, masyarakat pemodal sangat memerlukan informasi mengenai kegiatan perdagangan
keadaan pasar, atau harga efek di Bursa Efek yang tercermin dari kekuatan penawaran jual dan
penawaran beli efek sebagai dasar untuk mengambil keputusan investasi dalam efek dan bukan
merupakan sesuatau yang dibuat-buat sehingga pasar dan harga yang tercermin bukan
merupakan keadan yang sebenarnya. Untuk itu, tindakan yang dapat menciptakan gambaran
semu mengenai kegiatan perdagangan, keadaan pasar atau harga efek dilarang dilakukan 19.

Selanjutnya Ps. 92 UUPM juga melarang adanya manipulasi harga (price manipulation) dengan
tujuan mempengaruhi pihak lain untuk membeli, menjual atau menahan efek. Tindakan
memanipulasi harga ini biasanya dilakukan dengan persetujuan bersama (persekongkolan) oleh
beberapa anggota bursa (pialang efek). Anggota bursa ini akan membeli pada harga yang lebih
rendah dan kemudian menjualnya pada harga yang lebih tinggi. Permintaan beli dan penawaran
jual yang terjadi tidaklah merupakan cerminan dari kekuatan pasar yang sebenarnya pada saat
itu. Hal mana terdapat pengecualian untuk hal tersebut, yakni stabiilisasi. Untuk ini Ketua
Bapepam dalam Keputusannya No. Kep-88/PM/1996 tentang stabilitas harga menyatakan bahwa
penjamin emisi efek atau perantara pedagang efek yang berperan dalam penawatan umum,
diperkenankan selama masa penawaran umum untuk membeli atau menjual efek dengan tujuan
mempertahankan harga pasar efek yang bersangkutan pada bursa. Stabilisasi ini dilakukan pada
hari-hari pertama suatu efek pertama kali diperdagangkan di bursa (setelah saham hasil
penawaran umum tercatat di bursa) 20.

Dalam praktik perdagangan efek internasional dikenal beberapa kegiatan yang dapat
digolongkan sebagai manipulasi pasar, yaitu:

a. Marking the close21


Marking the close, yaitu merekayasa harga permintaan atau penawaran efek pada saat
atau mendekati saat penutupan perdagangan dengan tujuan membentuk harga efek atau
harga pembukaan yang lebih tinggi pada hari perdagangan berikutnya.

b. Painting the tape22


Painting the tape, yaitu kegiatan perdagangan antara rekening efek satu dengan rekening
efek lain yang masih berada dalam penguasaan satu Pihak atau mempunyai keterikatan
sedemikian rupa sehingga tercipta perdagangan semu. Pada dasarnya Painting the tape
mempunyai kemiripan dengan marking the close namun dapat dilakukan setiap saat.
Secara sederhana Painting the tape dapat digambarkan sebagai berikut:

19 Hamud M. Balfas, Tindak Pidana Pasar Modal dan Pengawasa Perdagangan di Bursa, Jurnal Hukum dan Pembangunan
Edisi Januari-Juni 1998, Hal. 15.
20 Ibid, hal 16.
21 M. Irsan Nasarudin, et al., Aspek Hukum Pasar Modal Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2011), hal 265.
22 Ibid, hal 266.
c. Pembentukan harga berkaitan dengan merger, konsolidasi, atau akuisisi23
Dalam Pasal 55 Undang-undang Nomor 1 tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas
ditentukan pemegang saham yang tidak menyetujui merger, konsolidasi, atau akuisisi
berhak meminta kepada perseroan untuk membeli saham dengan harga yang wajar.

d. Concerning the market24


Concerning the market, yaitu membeli efek dalam jumlah besar sehingga dapat
menguasai pasar (menyudutkan pasar).

e. Pools25
Pools merupakan penghimpunan dana dalam jumlah besar oleh sekelompok investor di
mana dana tersebut dikelola oleh broker atau seseorang yang memahami kondisi pasar.
Manager dari pools tersebut membeli saham suatu perusahaan dna menjualnya kepada
anggota investor tersebut untuk mendorong frekuensi jual beli efek sehingga dapat
meningkatkan harga efek tersebut.

Adapun kasus yang berkaitan dengan manipulasi pasar yakni yang terjadi pada PT.
Dharma Samudera Fishing Industries Tbk26. Bermula perdagangan saham PT Dharma Samudera
Fishing Industries Tbk (DSFI) periode bulan Agustus 2002 yang tidak menyebabkan perubahan
kepemilikan atas transaksi saham dimaksud, dan penyalahgunaan dana serta Efek nasabah.
Beberapa Perusahaan Efek memfasilitasi dan membantu nasabah dalam melakukan transaksi
saham DSFI yang mengakibatkan terjadinya manipulasi pasar. Hal ini melanggar Ps. 91 dan 92
Undang-undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal. Beberapa Perusahaan Efek tidak
melakukan verifikasi atas tersedianya dana atau Efek yang mengakibatkan gagal bayar atas
perdagangan saham DSFI. Hal ini melanggar angka 4 huruf b butir 2 Peraturan V.D.3 Lampiran
Keputusan Ketua Bapepam Nomor: Kep-28/PM/1996 tanggal 17 Januari 1996. Beberapa
direktur Perusahaan Efek melanggar angka 2 Peraturan Nomor V.D.1 Lampiran Keputusan
Ketua Bapepam Nomor: Kep- 27/PM/1996 tanggal 17 Januari 1996 tentang Pengawasan
Terhadap Wakil Dan Pegawai Perusahaan Efek. Beberapa direktur dan pegawai Perusahaan Efek
telah melakukan penjaminan saham milik nasabah tanpa sepengetahuan dan ijin dari nasabah,
yang digunakan untuk kepentingan Perusahaan Efek. Hal ini melanggar Ps. 107 UUPM dan
angka 5 Peraturan Nomor V.E.1 Lampiran Keputusan Ketua Bapepam Nomor: Kep-29/PM/1996
tanggal 17 Januari 1996 tentang Perilaku Perusahaan Yang Melakukan Kegiatan Perantara
Pedagang Efek. Oleh karena itu Bapepam, telah memberikan sanksi administratif berupa

23 Ibid, hal 266


24 Ibid, hal 267
25 Ibid, hal 267
26 http://www.bapepam.go.id/old/old/news/Des2002/PR_27_12_2002.PDF. Siaran Pers Badan Pengawas Pasar Modal Tanggal

27 Desember 2002. BAPEPAM, diunduh pada tanggal 25 September 2013.


a. Denda sebesar Rp. 3.000.000.000,- (tiga miliar rupiah) secara bersamasama kepada Sdr.
Yulianus Indrayana, Sdr. AG. Marfiyatmo, PT Jaya Makmur Sejahtera, Sdr. Hendri
Aristo Sirait, Sdr. Afrizal, Sdr. Irfan Riyadi, Sdr. Akub Sudarsa, Sdr. Haryadi, Sdr.
Meiske Herlina Tengker, Sdr. Mochammad Permana, Sdr. Agustian Harahap
b. Denda kepada Perusahaan Efek, masing-masing, sebesar Rp. 500.000.000,- kepada PT
Jasabanda Garta, PT Ficor Sekuritas Indonesia. Sebesar Rp. 150.000.000, kepada PT
BNI Securities. Sebesar Rp. 125.000.000,- kepada PT Kuo Capital Raharja & PT Mitra
Investdana, Sebesar Rp. 100.000.000,- kepada PT Evergreen Capital, PT Megakarya
Securities, PT Intra Asia Sekuritas. Sebesar Rp. 75.000.000,- kepada, PT Arab Malaysian
Securities, PT Samuel Sekuritas, PT Danawitta Securities, PT Global Inter Capital, PT
Jalur Wahana, PT Panin Sekuritas.
c. Peringatan Tertulis dan Denda kepada Rochani Mansyur Rp. 50.000.000,-, Andwihardi
Rp. 50.000.000,- Hoksan Sinaga Rp. 50.000.000,- Zaki Mubarak Rp. 50.000.000,-
Panungkunan Manullang Rp. 25.000.000,- serta :
d. Sanksi Peringatan Tertulis kepada Pihak-pihak sebagaimana tersebut di atas, akan
ditindaklanjuti Pencabutan Izin Orang Perseorangan sebagai Wakil Perusahaan Efek,
apabila dalam jangka waktu satu tahun pihakpihak tersebut melakukan pelanggaran
peraturan perundang-undangan di bidang pasar Modal.
Melihat pada kasus di atas maka, jelas terjadi persekongkolan antara pelaku
khususnya orang dalam pasar, guna mendapatkan keuntungan, akan tetapi dapat pula dilihat
bahwa pengenaan pidana belumlah dilakukan oleh Bapepam, atau dengan kata lain tidak dibawa
ke meja pengadilan untuk pemberian sanksinya, dan untuk hal ini Bapepam tidak memberikan
penjelasan secara khusus.

Selanjutnya, dalam praktik perdagangan efek internasional dikenal beberapa kegiatan


yang dapat digolongkan sebagai manipulasi pasar, yaitu berupa Marking the close; Painting the
tape; Pembentukan harga berkaitan dengan merger, konsolidasi, atau akuisisi; Concerning the
market; Pools; Wash Sales; dan Insider Trading (Perdagangan Orang Dalam)27.

3. PERDAGANGAN ORANG DALAM (INSIDER TRADING)

27 M. Irsan Nasarudin, et.al. Aspek Hukum Pasar Modal Indonesia, (Jakarta: Prenada Media, 2004), hal.265-268.
Dari beberapa kejahatan yang dilakukan di bursa perdagangan oleh orang dalam (insider trading)
adalah yang paling terkenal. Hal ini mungkin karena orang yang mengetahui informasi orang
dalam dalam mempergunakannya dalam perdagangan sering dianggap “jenius” dalam
perdagangan (karena setiap transaksi yang dilakukannya) membawa keuntungan besar).
Perdagangan orang dalam juga yang membedakan kejahatan yang dilakukan di bursa dan
kejahatan (tindak pidana) umum lainnya, karena kalau tindak pidana umum lainnya maka
perdagangan orang dalam hanyalah ada dan merupakan ciri khas pasar modal.

Larangan perdagangan oleh orang dalam sebagaimana dikatakan di atas, pada dasarnya adalah
agar informasi yang keluar dari perusahaan dapat sampai kepada semua orang (pemodal) secara
merata terlebih dahulu sehingga tidak ada satu pihak pun yang diuntungkan, baik karena
hubungan yang bersangkutan dengan perusahaan maupun karena yang bersangkutan
memperoleh secara melawan hukum, dengen mengingat bahwa informasi di bursa merupakan
komoditi penting yang membuat orang memutuskan melakukan atau tidak melakukan investasi.
Sehingga itu orang-orang yang dianggap mempunyai hubungan khusus dengan perusahaan
(emiten) dilarang untuk melakukan transaksi dengan mempergunakan informasi orang dalam.
Dengan demikian tidak seorangpun akan diuntungkan terutama apabila yang bersangkutan
mempunyai akses terhadap28 manajemen perusahaan.

Larangan pedagangan oleh orang dalam ini mulai diintrodusir dengan diberlakukannya
Keputusan Menteri keuangan nomor 1548/KMK/013/1990 tentang Pasar Modal sebagaimana
diubah dengan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 284/KMK.010/1995, yang kemudian
diperkuat dengan diberlakukannya UUPM. Ketentuan mengenai perdagangan irang dalam ini
ditentukan dalam Ps. 95-99 UUPM. Dengan ketentuan 95 b maka pihak tertentu di luar
perusahaan publik atau emiten, misalnya rekanan dari perusahaan publik atau emitenpun
dikenakan larangan ini. Ketentuan ini memperluas ketentuan mengenai orang dalam sehingga
menetapkan juga orang yang sama sekali tidak pernah mempunyai ikatan kepegawaian.

Ketentuan selanjutnya dari UUPM ini (Ps. 96-98) memperluas jangkauan dari Ps. 95 baik
terhadap orang dalam yang mendorong/mempengaruhi orang lain atau memberikan informasi
orang dalam kepada pihak lain (Ps. 96), atau “orang luar” yang berusaha untuk memperoleh
informasi orang dalam tersebut secara melawan hukum (Ps. 97) serta juga terhadap perusahaa
efek/anggota bursa (Ps. 98).

Ketentuan tentang manipulasi harga dan “insider trading” kelihatannya juga dimaksudkan untuk
menghindari terjadinya transaksi oleh perusahaan publik terhadap efek sendiri29. Sebagaimana
dinyatakan “Insider Trading “ merupakan masalah yang berhubungan dengan kegiatan transaksi
efek, maka tindak pidana ini dilakukan dalam rangkan perdagangan efek dan dimulali ketika

28 Hamud M. Balfas, Tindak Pidana Pasar Modal dan Pengawasa Perdagangan di Bursa, Jurnal Hukum dan Pembangunan
Edisi Januari-Juni 1998, hal 57.
29 Hamud M. Balfas, Tindak Pidana Pasar Modal dan Pengawasa Perdagangan di Bursa, Jurnal Hukum dan Pembangunan, hal

58
seseorang mengetahui adanya informasi yang secara material penting dan mempengaruhi harga
efek. Dalam kenyataan sehari-hari praktek perdagangan orang dalam ini dilakukan mulai dengan
cara sederhana sampai pada cara yang sangat canggih, dan informasi yang didapat melalui orang
dalam ini umumnya juga dapat dilakukan dengan cara yang sederhana. Suami seorang sekretaris
di suatu perusahaan, dengan cara yang mudah dan sederhana dapat saja membeli saham dengan
mempergunakan informasi orang dalam. Suami tersebut mungkin mendengarkan rahasia
berharga ini dari pasangannya, yang seketika itu juga mereka dapat memutuskan apakah besok
pagi akan membeli atau menjual efek perusahaan tempat pasangannya bekerja. Rahasia berharga
(informasi) ini dapat berupa apapun, antara lain seperti yang dicantumkan dalam Keputusan
Ketua Bapepam Nomor Kep-86/PM/1996.

Hal yang sangat menarik mengenai “perdagangan orang dalam” dalam hukum kita adalah tidak
dicantumkannya unsur “mendapatkan/meperoleh keuntungan” dari transaksi dengan
mempergunakan informasi orang dalam. Dengan demikian UUPM memang melarang sama
sekali adanya unsur “informasi orang dalam” ini dalam perdagangan efek di bursa kita tanpa
melihat apakah adanya informasi tersebut memberikan keuntungan atau tidak kepada si
pengguna informasi tersebut. Larangan perdagangan oleh orang dalam ini begitu pentingnya
bahkan punya pesan khusus kepada orang dalam dengan menyatakan bahwa “orang dalam
mempunyai kewajiban untuk berhati-hati dalam menyebarkan informasi agar informasi tidak
disalahgunakan oleh pihak yang menerima informasi tersebut untuk30 melakukan pembelian atau
penjualan atas efek. Menemukan adanya “insider trading” tidak mudah karena biasanya dengan
modus canggih dan kompleks31, namun indikasi awal dapat dilakukan dengan cara memantau
perkembangan transaksi di Bursa. Bilamana ditemukan kecenderungan transaksi yang mencolok,
seperti kenaikan atau penurunann harga yang luar biasa, volume dan frekuensi perdagangan yang
“istimewa” (karena sebelumnya saham tersebut tidak aktif), termasuk aktivitas transaksi Anggota
Bursa yang luar biasa, maka perlu dilakukan penelitian lebih lanjut. Penelitian pertama yang
dilakukan adalah dengan melakukan pengecekan terhadap semua informasi resmi yang telah
dipublikasikan, kemudian emiten juga dihubungi untuk memberikan konfirmasi apakah yang
bersangkutan telah memberikan informasi tertentu melalui media massa atau memang ada
keadaan/ kejadian yang telah terjadi atau akan dilakukan tetapi masih dirahasiakan32.

Gejala-gejala di atas perlu diteliti lebih lanjut karena biasanya mereka yang mempunyai
informasi orang dalam akan melakukan tindakan jual atau beli mendahului diumumkannya
kejadian-kejadian penting dalam perusahaan33. Apabila tidak ditemukan cukup alasan yang
menunjang adanya indikasi transaksi yang tidak wajar dimaksud, maka penelitian berikutnya
dilakukan dengan cara memeriksa data base anggota bursa 34 maupun emiten yang bersangkutan

30 Hamud M. Balfas, Tindak Pidana Pasar Modal dan Pengawasa Perdagangan di Bursa, Jurnal Hukum dan Pembangunan, hal.
60
31 M. Irsan Nasarudin, et.al. Aspek Hukum Pasar Modal Indonesia, (Jakarta: Prenada Media, 2004), hal.270
32 Ibid, hal 60
33 Ibid, hal 60.
34 Ibid, hal 61.
yang berkaitan dengan kemungkinan hubungan afiliasi satu dengan yang lainnya. Selanjutnya,
perlu dilakukan penelitian terhadap bukti pesanan nasabah yang bersangkutan. Bilamana
ditemukan bahwa terdapat hubungan afiliasi antara emiten dengan anggota bursa yang
melaksanakan transaksi atas efek emiten tersebut, atau nasabah dengan orang dalam emiten,
maka indikasi memanfaatkan informasi orang dalam kemungkinan telah terjadi. Indikasi seperti
ini selanjutnya akan dilaporkan kepada Bapepam dan Bapepam dapat melakukan tindak lanjut
pemeriksaan maupun penyidikan sesuai UUMP35.

Berkaitan dengan kegiatan Insider Trading ini, dalam melakukan kegiatannya di Pasar Modal
PT. Bank Mashill Utama (BMU), dinyatakan melakukan perbuatan insider trading melalui
Direkturnya36. Kasus ini bermula dari Direktur PT. BMU bernama Jensen Kohardjo, yang juga
merupakan Komisaris pada PT. Sumatera Central Prima (SCP), yang dalam hal ini PT. SCP
merupakan pemegang saham utama BMU. Jensen pada tangal 8&9 April 1996 mewakili PT.
SCP menjual saham BMU yang dimilikinya yakni 23.96% melalui pialang PT Surya Damai
Securindo. Pada 11 April 1996, AT. Windoe dan Leo Yasin pun menjual saham bank Mashill
yang dimili mereka. Saham-saham tersebut dibeli oleh dua investor besar yakni pertama
Duncanmill Holding Inc yang berkedudukan di Virginia Island yang dimiliki oleh konsorsium
Titi Prabowo, Tito Sulistyo, Jopie Wijaya serta Henry Tanoesudibjo. Kedua dibeli oleh
Castlemere Enterprises milik Amir Gunawan, yang berkedudukan di Singapura, yang
kesemuanya dilakukan melalui investor bel pada tanggal 8-15, 23 April , 7 dan 31 Mei 1996.
Harga saham Bank Mashill per 1 April 1996 Rp 1375, tetapi ketika saham tersebut dijual terjadi
kenaikan harga yang sangat signifikan, yakni sebesat Rp 2700 per lembar tanggal 9 April 1996.
Besarnya saham BMU yang ditransaksikan menimbulkan kecurigaan Bapepam, sehingga
Bapepam meneliti kasus tersebut, dengan kecurigaan apakah telah terjadi insider trading atau
tidak.

Penjualan saham oleh Jensen Kohardjo adalah tanpa pemberitahuan dahulu kepada pihak
manajemen BMU maupun membuka informasi rencana tersebut kepada masyarakat padahal
penjualan saham tersebut sangat memungkinkan terjadi perubahan kompisisi manajemen
perusahaan. Berkaitan erat pula dengan isu yang berkembang bahwa Titi Prabowo (putrid
mantan Presiden Soeharto) akan duduk sebagai salah seorang direktur pada BMU. Jelas, isu
tersebut merupakan faktor penyebab naiknya harga saham BMU.

Tindakan Jensen Kohardjo tersebut di atas merupakan suatu fakta material yang seharusnya
didisclose kepada masyarakat. Berdasarkan penelitian Bapepam, maka Jensen dinyatakan
sebagai orang yang melakukan insider trading dan didenda sebesar Rp 500.000.000, BMU
didenda sebesar Rp 7.000.000 karena dianggap terlambat menyampaikan informasi kepada
Bapepam mengenai fakta material yang terjadi.Berkaitan dengan kasus tersebut, maka dapat
dilihat bahwa penjatuhan hukuman terhadap Jensen Kohardjo dalam kasus BMU tersebut masih

35 Ibid, hal 62.


36 Najib A. Gisymar, Insider Trading dalam Transaksi Efek, (Penerbit PT. Citra Aditya Bakti; Bandung, 1999), hal. 69-72.
terlalu ringan dibandingkan dengan ketentuan sebenarnya yaitu pidana penjara paling lama 10
tahun dan denda paling banyak Rp 15.000.000. Sanksi yang diberikan lebih kepada sanksi yang
bersifat alternative (pengenaan denda) bukan kumulatif seperti yang dirumuskan dalam sanksi
yang sebenarnya.

D. Sanksi Hukum Terhadap Kejahatan & Pelanggaran saat Bapepam mempunyai


Kewenangan yang sama dengan OJK

1. Kedudukan Bapepam-LK dalam penegakan hukum di pasar modal setelah berlakunya


Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 Tentang Otoritas Jasa Keuangan dikaitkan dengan
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal

Pasal 3 Undang-Undang No. 8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal menyatakan fungsi Bapepam-
LK sebagai lembaga yang melakukan pembinaan, pengaturan dan pengawasan kegiatan sehari-
hari di Pasar Modal. Fungsi-fungsi tersebut juga termasuk dalam hal penegakan hukum di Pasar
Modal. Setelah berlakunya Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 Tentang Otoritas Jasa
Keuangan, fungsi tersebut tidak secara otomatis dihilangkan atau tidak secara langsung
membubarkan lembaga Bapepam-LK karena UUOJK tersebut mengamanatkan terbentuknya
lembaga OJK dalam waktu 1 tahun setelah diundangkannya UUOJK tersebut.

Selama masa transisi tersebut kedudukan Bapepam-LK sama seperti sebelum berlakunya
Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 Tentang Otoritas Jasa Keuangan, yaitu; fungsi
pembinaan, pengaturan dan pengawasan kegiatan sehari-hari di Pasar Modal, termasuk
didalamnya fungsi penegakan hukum tetap dilakukan oleh Bapepam-LK. Bila terjadi
pelanggaran perundang-undangan pasar modal atau ketentuan di bidang pasar modal lainnya
maka, Bapepam sebagai penyidik akan melakukan pemeriksaan terhadap pihak yang melakukan
pelanggaran tersebut, hingga bila memang telah terbukti akan menetapkan sanksi kepada pelaku
tersebut. Penetapan sanksi akan diberikan atau diputuskan oleh ketua Bapepam setelah mendapat
masukan dari bagian pemeriksaan dan penyidikan Bapepam. Bila mereka yang dikenai sanksi
dapat menerima putusan tersebut. Maka pihak yang terkena sanksi akan melaksanakan semua
yang telah ditetapkan oleh Bapepam. Permasalahan akan berlanjut bila sanksi yang telah
ditetapkan tersebut tidak dapat diterima atau tidak dilaksanakan, misalnya denda yang telah
ditetapkan oleh Bapepam tidak dipenuhi oleh pihak yang diduga telah melakukan pelanggaran,
maka akan dilanjutkan dengan tahap penuntutan, dengan menyerahkan kasus tersebut kepada
pihak Kejaksaan sebagai lembaga yang berwenang melakukan penuntutan.

Kedudukan Bapepam-LK dapat bekerja selama masa transisi dalam berbagai fungsinya tersebut,
Bapepam-LK dapat mewujudkan tujuan penciptaan kegiatan pasar modal yang teratur, dan
efisien serta dapat melindungi kepentingan pemodal dan masyarakat. Dalam melaksanakan
fungsi penegakan hukum, Bapepam bersikap proaktif bila terdapat indikasi pelanggaran
peraturan perundang-undangan pasar modal.
Dalam UU OJK diatur dengan cukup rinci ketentuan yang mengatur transisi, agar peralihan tugas
dan fungsi pengaturan dan pengawasan tersebut dapat berjalan dengan baik. Pengaturan tentang
transisi tersebut meliputi aspek penyelenggaraan tugas dan fungsi, aset dan dokumen,
kepegawaian, peraturan perundang-undangan serta pembiayaan. Dengan adanya ketentuan
transisi yang jelas, dapat dihindarkan komplikasi permasalahan hukum dalam proses peralihan
tugas dan fungsi pengaturan dan pengawasan sektor jasa keuangan kepada OJK. Dengan
demikian, pada tanggal 31 Desember 2012, fungsi, tugas, dan wewenang pengaturan dan
pengawasan kegiatan jasa keuangan di sektor Pasar Modal, Perasuransian, Dana Pensiun,
Lembaga Pembiayaan, dan Lembaga Jasa Keuangan Lainnya beralih dari Menteri Keuangan dan
Bapepam-LK ke OJK.

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) merupakan lembaga negara yang dibentuk pada tahun 2011
berdasarkan UU nomor 21 tahun 2011, dan beroperasi Januari 2013 untuk pasar modal dan
lembaga keuangan non-bank dan 2014 untuk perbankan. Aturan ini menjelaskan fungsi OJK
dalam menyelenggarakan sistem pengaturan dan pengawasan yang terintegrasi terhadap
keseluruhan kegiatan di dalam sektor jasa keuangan. OJK sendiri didirikan untuk menggantikan
peran Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK). Dengan
terbentuknya OJK maka secara otomatis pengaturan dan pengawasan Pasar Modal dan Industri
Keuangan Non-Bank (IKNB) beralih ke OJK.

2. Perlindungan hukum terhadap investor dalam terjadinya pelanggaran di pasar modal


setelah berlakunya Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 Tentang Otoritas Jasa Keuangan

Berdasarkan diketahui bahwa perlindungan hukum terhadap investor ketika terjadinya


pelanggaran terhadap ketentuan-ketentuan pasar modal selama masa transisi dilakukan oleh
Bapepam-LK dengan mengacu pada Undang-Undang Pasar modal. Hal tersebut sesuai dengan
ketentuan Pasal 70 angka 4 dan angka 7 yanga menyatakan bahwa pada saat Undang-Undang
OJK mulai berlaku, Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1995 Nomor 64, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 3608) dan peraturan pelaksanaannya, serta peraturan perundang-undangan
lainnya di sektor jasa keuangan, dinyatakan tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dan
belum diganti berdasarkan Undang-Undang OJK.

Berlakunya Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 Tentang Otoritas Jasa Keuangan tidak
secara langsung mengesampingkan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal
karena pada praktiknya tugas, fungsi, dan wewenang Bapepam-LK dalam melakukan
pengaturan, pengawasan, dan penegakan hukum di pasar modal tidak dihentikan ataupun dicabut
setelah berlakunya undang-undang OJK.

Berlakunya undang-undang OJK menghapus lembaga Bapepam-LK yang diatur dalam undang-
undang pasar modal namun undang-undang OJK tetap memberikan wewenang dalam
pengawasan dan penegakan hukum terhadap pelanggaran di pasar modal kepada Bapepam-LK
selama masa transisi peralihan Bapepam-LK ke OJK.

Undang-undang OJK juga tidak mengesampingkan undang-undang pasar modal secara


keseluruhan, ketentuan-ketentuan mengenai pasar modal tetap mengacu pada undang-undang
pasar modal, hanya tugas, fungsi, dan wewenang tentang pengaturan, pengawasan, dan
penegakan hukum di pasar modal tidak lagi dilaksanakan oleh lembaga Bapepam-LK
sebagaimana dinyatakan dalam undang-undang pasar modal tetapi dialihkan ke lembaga OJK.

Peran Bapepam-LK dalam melaksanakan tugas, fungsi, dan wewenangnya dalam pengawasan
dan penegakan hukum di pasar modal masih berjalan efektif dan perlindungan hukum terhadap
investor tetap dilakukan sehingga tidak terjadi kekhawatiran bahwa proses pengawasan dan
penegakan hukum yang terabaikan selama masa transisi peralihan Bapepam-LK ke OJK.

Selama masa transisi seluruh pegawai bapepam-LK yang tidak tergabung dalam Dewan
Komisioner pembentukan lembaga OJK tetap melaksanakan tugasnya dalam pengawasan dan
penegakan hukum di pasar modal. Hal tersebut terbukti dengan adanya laporan akhir tahun
Bapepam-LK tahun 2012 yang menunjukkan adanya pengawasan dan penegakan hukum di pasar
modal selama masa transisi peralihan Bapepam-LK ke OJK

F. Kesimpulan dan Saran


Tindakan kejahatan dan pelanggaran di bidang pasar modal memang sepertinya
terlihat hampir sama. Kejahatan di pasar modal berarti tindakan-tindakan penyelewengan
yang terjadi di dalam, sedangkan pelanggaran merupakan hal-hal teknis yang terjadi tidak
dengan semestinya dalam pasar modal.Bentuk-bentuk kejahatan atau boleh dikategorikan
tindak pidana di bidang pasar modal adalah seperti penipuan, dan manipulasi pasar yang
terdiri lagi atas pembentukan harga yang berkaitan dengan merger, konsolidasi atau
akusisidan perdagangan orang dalam. Di samping itu ada juga beberapa tindakan pidana pasar
modal yang lain. Sedangkan pelanggaran di pasar modal merupakan pelanggaran yang
sifatnya teknis dan administratif seperti masalah perizinan, persetujuan dan pendaftaran di
BAPEPAM.
BAPEPAM merupakan pengawas dan penegak hukum dalam bidang pasar modal
dengan memiliki beberapa tugas dan fungsi tentunya.Dengan terbentuknya OJK (Otoritas Jasa
Keuangan) kita melangkah ke optimalisasi pengawasan keuangan di Indonesia. Terhadap
kejahatan dan pelanggaran di bidang pasar modal, ada beberapa sanksi yang dapat dikenakan
yaitu sanksi administratif, sanksi perdata yang menghubungkan UUPM dengan UUPT
(Undang-Undang Perseroan Terbatas) dan sanksi pidana berupa kurungan penjara dan denda
sesuai dengan tindakan yang dilakukan. Dalam proses penyelesaian sengketa pasar modal di
Indonesia, alternatif penyelesaian sengketa di luar pengadilan merupakan jalan yang
cenderung disukai untuk digunakan karena memiliki beberapa keuntungan seperti
penyelesaian yang tidak berbelit-belit. Indonesia memiliki badan penyelesaian sengketa pasar
modal di luar pengadilan yaitu Badan Arbitrase Pasar Modal Indonesia (BAPMI).
DAFTAR PUSTAKA

Fuady, Munir, Pasar Modal Modern: Tinjauan Hukum, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2001.

Hamud M. Balfas. 2012. Hukum Pasar Modal Indonesia Edisi Revisi.( Jakarta: PT. Tatanusa)

Indra Rahadiyan., Hukum Pasar Modal di Indonesia – Pengawasan Pasar Modal Pasca
Terbentuknya Otoritas Jasa Keuangan.2014. (UII Press: Yogyakarta)

Iswi Hariyani dan R. Serfianto.2010. Buku Pintar Hukum Bisnis Pasar Modal (Strategi Tepat
Investasi Saham, Obligasi, Waran, Right, Opsi, Reksadana & Produk Pasar Modal
Syariah, (Jakarta : Visimedia)

Ikatan Hakim Indonesia , Varia Peradilan Tahun VIII No. 29, Jakarta , 1993.

Marzuki Usman, Singgih Riphat dan Syahrir Ika.1997. Pengetahuan Dasar Pasar
Modal.(Jakarta: Institut Bankir Indonesia bekerja sama dengan Jurnal Keuangan dan
Moneter, Badan Analisa Keuangan dan Moneter, Departemen Keuangan RI)

Megawati Muljana dan Andy P. Tambunan.2003. Panduan Ujian dan Latihan Soal Profesi
Pasar Modal. (Jakarta : PT. Elex Media Komputindo)

M. Irsan Nasarudin dan Indra Surya.2004. Aspek Hukum Pasar Modal Indonesia.( Jakarta:
Prenada Media)

Najib A. Gisymar, Insider Trading dalam Transaksi Efek, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung,
1999.

Nasarudin, M. Irsan, Et.al., Aspek Hukum Pasar Modal Indonesia, Prenada Media, Jakarta, 2004.

Nefi, Arman. Et al., Aspek Hukum Pasar Modal Indonesia, Cet. 5, Prenada Media Group,
Jakarta, 2008.

Rahadiyan, Inda. 2014. Hukum Pasar Modal di Indonesia “Pengawasan Pasar Modal Pasca
Terbentuknya Otoritas Jasa Keuangan. (Yogyakarta:UII Press)

Pandji Anoraga dan Piji Pakarti.2001. Pengantar Pasar Modal.(Jakarta : PT. Rineka Cipta)

Pandji, Anoraga dan Pidji Pakarti, Pengantar Pasar Modal, Cet. 3, Rineka Cipta, Jakarta, 2008.

Setiadi Edi, Rena Yulia, Hukum Pidana Ekonomi, Ed. 1, Cet. 1, Graha Ilmu, Jakarta, 2010.

Subekti, T Tjitrosoedibyo, Kamus Hukum, PT Pradnya Paramitha, Jakarta, 1992.


Thomas, Lee Hazen, The Law of Securities Regulation, West Publishing Co., St. Paul Minnesola,
1990.

Winarto, Editor Jasso, Pasar Modal Indonesia: Instropeksi Lima Tahun Swastanisasi BEJ,
Pustaka Sinar Harapan, Jakarta, 1997.

Wirjono Projodikoro, Asas-asas Hukum Pidana di Indonesia, PT.Eresco, Bandung, 1986.

Sumber Jurnal :
Seri Mughni Sulubara. 2011. Fungsi Pengawasan Bapepam-Lk Dalam Praktek Insider Trading
Terhadap Perusahaan Publik Dalam Pasar Modal

Winda Agustiani BR Gultom. 2018. Analisis Yuridis Kewenangan Otoritas Jasa Keuangan
Dalam Melakukan Penyidikan Terhadap Perdagangan Orang Dalam (Insider
Trading) Badan Pengawas Pasar Modal, Keputusan Menteri Keuangan, Nomor
645/KMK.010/1995 , tentang Pencabutan keputusan menteri keuangan Nomor
1548/KMK/013/1990 tentang Pasar modal sebagaimana telah diubah terkahir
dengan keputusan menteri keuangan Nomor284/KMK.010/1995

Gie, Kwik Kian., “Konglomerat Go Public Untuk Bayar” Republika, 11 Januari 1994.

Hamud M. Balfas, Tindak Pidana Pasar Modal dan Pengawasa Perdagangan di Bursa, Jurnal
Hukum dan Pembangunan Edisi Januari-Juni 1998.

Jahotman Ambarita, “Tinjauan Yuridis Kasus Insider Trading Yoshiaki Murakami di Jepang
dikaitkan dengan Penegakan Hukum Insider Trading di Indonesia,” Skripsi
Sarjana Fakultas Hukum Universitas Indonesia, Depok, 2012 .

Odang,Mudita Chitta, “Transaksi Benturan Kepentingan di Pasar Modal Indonesia: Studi Kasus
PT. Bank Mega Tbk,” (Tesis Program Magister Kenotariatan Fakultas Hukum
Universitas Indonesia, Depok, 2008), hal 11, sebagaimana dikutip dari Marzuki
Usman, et. al., ABC Pasar Modal Indonesia, (Jakarta: Lembaga Pengembangan
Perbankan Indonesia dan Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia, 1990),

R. Suherman, “Upaya-upaya Penyelesaian Pelanggaran dan Kejahatan dalam Transaksi Saham


di Pasar Modal dihubungkan dengan UU No. 8 tahun 1995 tentang Pasar
Modal”, Skripsi Sarjana Fakultas Hukum Universitas Indonesia, Depok, 2010.

Suta, Arie. Investor Bisa Ajukan Makindo Ke Pengadilan Soal Bunga Atas Refund, Majalah
Bisnis Indonesia, 21 September 1993 .

Sumber Internet :
http://www.bapepam.go.id/old/old/news/Des2002/PR_27_12_2002.PDF. Siaran Pers Badan
Pengawas Pasar Modal Tanggal 27 Desember 2002. BAPEPAM, diunduh pada
tanggal 17 November 2018.

http://www.bapepam.go.id/old/hukum/kepmen/kmk_645.htm, diunduh 17 November 2018

Peraturan Bapepam Bab XI tentang Penipuan, Manipulasi pasar, dan Perdagangan orang dalam
http://www.bapepam.go.id/old/old/hukum/uu/bab_xi.htm, diunduh 17 November
2018

https://materihukumunesa.blogspot.co.id. diakses tanggal 16 November 2018.


https://pajarrahmatuloh.wordpress.com diakses tanggal 16 November 2018.

You might also like