You are on page 1of 9

POTENSI ARANG AKTIF DARI LIMBAH TULANG KAMBING SEBAGAI

ADSORBEN ION BESI (III), KADMIUM (II), KLORIDA DAN SULFAT


DALAM LARUTAN
1
Fiqih Khairani, 2Itnawita, 2Subardi Bali
1
Mahasiswa Program Studi S1 Kimia
2
Bidang Kimia Analitik Jurusan Kimia
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Riau
Kampus Binawidya Pekanbaru, 28293, Indonesia
saiia_fiqih@yahoo.com

ABSTRACT

Goat bone waste had not been used optimally up till now it is only used as handicraft.
Chemically the goat bone contains 22% of organic matrix that is possible to be used as a
raw material for activated charcoal. The activated charcoal of goat bone was made of
through two stages that are carbonization at a temperature of 700oC and activation using
Na2CO3 with various concentration of 2,5%; 5,0% and 7,5% at a temperature 800oC.
From characterization, it was obtained that activation using 5,0% Na2CO3 gave a good
characteristics with the value of moisture content is 7,5269%, ash content is 19,1423%,
the adsorption of iodine is 200,2239 mg/g and a surface area is 91,1557 m2/g. The
activated charcoal at a concentration of 5,0% Na2CO3 was used to adsorp ions of iron,
cadmium, chloride and sulfate based on various concentration of 100, 200, 300, 400,
500 and 600 ppm that were contacted for 24 hours. The optimum adsorption ability of
the activated charcoal of goat bone was obtained at a concentration of 200 ppm with the
adsorption cations of iron ions (99,8875%) and cadmium ions (99,9609% ) that were
analyzed using an Atomic Absorption of Spectrophotometer (AAS), while sulfate ions
(77,7976%) that was analyzed using a UV-VIS Spectrophotometer. However, the
adsorption of activated charcoal goat bone was not good enough for chloride ions
(11,9528%) that was analyzed by Argentometry (Mohr) method.

Keywords : adsorpstion, activated charcoal, sodium carbonate

ABSTRAK

Limbah tulang kambing belum dimanfaatkan secara optimal selama ini hanya
digunakan sebagai bahan kerajinan. Secara kimia tulang kambing mengandung 22%
matriks organik yang sangat memungkinkan untuk dijadikan sebagai bahan baku
pembuatan arang aktif. Arang aktif tulang kambing diperoleh melalui dua tahap yaitu
proses karbonisasi pada suhu 700oC dan aktivasi dengan variasi konsentrasi Na2CO3
2,5%; 5,0% dan 7,5% pada suhu 800oC. Dari karakterisasi diperoleh aktivasi dengan
Na2CO3 5,0% memberikan karakteristik yang baik dengan kadar air 7,5269%, kadar abu
19,1423%, daya serap iodium 200,2239 mg/g dan luas permukaan 91,1557 m2/g. Arang
aktif dengan konsentrasi aktivator Na2CO3 5,0% dimanfaatkan untuk mengadsorpsi ion

JOM FMIPA Volume 2 No.1 Februari 2015 107


Fe3+, Cd2+, SO42- dan Cl- berdasarkan variasi konsentrasi 100, 200, 300, 400, 500 dan
600 ppm yang dikontakkan selama 24 jam. Kemampuan serapan optimal arang aktif
tulang kambing diperoleh pada konsentrasi 200 ppm dengan serapan kation ion Fe3+
(99,8875%) dan Cd2+ (99,9609%) yang dianalisis menggunakan Spektrofotometer
Serapan Atom (SSA), sedangkan ion SO42- (77,7976 %) yang dianalisis menggunakan
Spektrofotometer UV-VIS. Akan tetapi serapan arang aktif tulang kambing kurang baik
untuk ion Cl- (11,9528%) yang dianalisis dengan metode Argentometri (Mohr).

Kata kunci : adsorpsi, arang aktif, natrium karbonat.

PENDAHULUAN Oleh karena itu, pada penelitian


ini dilakukan pemanfaatan tulang
Setiap orang dalam siklus kambing dalam bentuk arang aktif yang
hidupnya selalu membutuhkan dan diaktivasi dengan Na2CO3 sebagai
mengkonsumsi berbagai makanan yang adsorben ion besi (Fe3+), kadmium
mengandung zat gizi untuk memelihara (Cd2+), klorida (Cl-) dan sulfat (SO42-)
proses pertumbuhan dan perkembangan yang merupakan zat pencemar
tubuh. Salah satu kebutuhan gizi berbahaya bagi lingkungan dan
tersebut dapat diperoleh melalui protein kesehatan masyarakat.
hewani seperti telur, ikan serta daging
ternak. Daging ternak adalah daging METODE PENELITIAN
dari hewan yang sengaja dipelihara
sebagai sumber pangan. Salah satu a. Pengambilan Sampel
daging ternak tersebut adalah daging
kambing. Daging kambing merupakan Sampel yang digunakan pada
sumber protein yang lebih baik penelitian ini adalah limbah tulang
dibandingkan dengan daging sapi. kambing yang diambil secara acak di
Selain menghasilkan daging, beberapa tukang sate kambing yang ada
ternak kambing juga menghasilkan susu di kota Pekanbaru. Sampel tulang
dan kotoran kambing yang saat ini kambing dicuci bersih dan dipisahkan
telah dimanfaatkan, namum tulang dari daging yang tersisa. Tulang
kambing sebagai limbah ternak belum kambing dipotong kecil-kecil dan
dimanfaatkan secara optimal. Secara dikering anginkan pada suhu ruangan.
kimiawi komposisi penyusun tulang
berdasarkan persentase berat terdiri dari b. Proses Karbonisasi
69% komponen anorganik yang dapat
Tulang kambing dikarbonisasi
dijadikan sebagai adsorben berupa CaO
dalam furnace pada suhu 700oC selama
(Fitryani, 2014). Namun tulang juga
± 30 menit. Lalu arang tulang kambing
mengandung 22% matrik organik yang
didiamkan hingga dingin. Arang tulang
terdiri atas zat-zat yang mengandung
kambing siap diaktivasi.
molekul protein kompleks yang
dikelilingi serat-serat kolagen. Sehingga c. Preparasi Arang Aktif Tulang
sangat memungkinkan untuk dijadikan Kambing (SNI 06-3730-1995)
sebagai bahan baku pembuatan arang
aktif. Arang tulang kambing yang
sudah diperoleh melalui karbonisasi

JOM FMIPA Volume 2 No.1 Februari 2015 108


digerus hingga halus dan diayak lolos gram dan dimasukkan ke dalam krusibel
ukuran 100 mesh. Masing-masing arang yang sudah diketahui bobotnya. Setelah
tulang kambing sebanyak 30 gram itu dimasukkan ke dalam furnace pada
tersebut dilakukan proses aktivasi suhu 805oC sampai terbentuk abu.
menggunakan aktivator yaitu 300 mL Setelah itu didinginkan dan disimpan
larutan Na2CO3 dengan variasi dalam desikator selama 15 menit lalu
konsentrasi 2,5%; 5,0% dan 7,5% (b/v) ditimbang hingga berat konstan.
lama pengadukan 5 menit dan w1 -w2
Kadar abu (%) = ×100% (2)
didiamkan selama 24 jam. Kemudian w1
campuran disaring dan dipanaskan
dalam furnace pada suhu ±800oC Keterangan :
selama 15 menit lalu dimasukkan dalam w1= Bobot sampel sebelum pemanasan
desikator selama 30 menit. Kemudian (g)
arang aktif tulang kambing dicuci w2 = Bobot sampel setelah pemanasan
dengan akuades hingga pH arang aktif (g)
tersebut netral. Arang aktif tulang
3. Adsorpsi terhadap iodium
kambing tersebut dipanaskan pada suhu
105oC selama 60 menit di dalam oven.
Arang aktif tulang kambing
Lalu didinginkan dan disimpan di dalam
dipanaskan dalam oven pada suhu
desikator.
105oC selama 1 jam. Lalu didinginkan
d. Karakterisasi Arang Aktif Tulang dalam desikator selama 30 menit.
Kambing Sebanyak 0,5 g arang aktif tulang
kambing tersebut ditambahkan 50 mL
1. Kadar air (SNI 06-3730-1995) larutan iodium 0,1 N, diaduk selama 15
menit dan didiamkan selama 15 menit.
Arang aktif tulang kambing yang Kemudian diambil 10 mL filtrat,
akan dianalisis ditimbang sebanyak 1 dititrasi dengan Na2S2O3 0,1 N. Bila
gram dan dimasukkan ke dalam kaca warna kuning dari larutan telah samar,
arloji yang sudah diketahui beratnya. selanjutnya ditambah 1 mL larutan
Lalu kaca arloji tersebut dimasukkan ke amilum 1%. Titrasi kembali secara
dalam oven pada suhu ± 105oC. Setelah teratur hingga warna biru hilang.
(𝑉 𝑁 - 𝑉 𝑁 ) x 126,9 x 5
itu didinginkan dan disimpan dalam Iod (mg/g)= 1 1 2 𝑊2 (3)
desikator selama 15 menit lalu Keterangan :
ditimbang hingga berat konstan.
V1 = larutan iodium yang dianalisis
w1 -w2
Kadar air (%) = ×100% (1) (mL)
w1
Keterangan : V2 = larutan natrium tiosulftat yang
w1= Bobot sampel sebelum pemanasan diperlukan (mL)
(g) N1 = Normalitas iodium
w2 = Bobot sampel setelah pemanasan N2 = Normalitas natrium tiosulfat
(g) W = Berat sampel (g)

2. Kadar abu (SNI 06-3730-1995)

Arang aktif tulang kambing yang


akan dianalisis ditimbang sebanyak 1

JOM FMIPA Volume 2 No.1 Februari 2015 109


4. Adsorpsi metilen biru (SNI-06- diambil bagian beningnya dan dianalisis
4253-1996) dengan SSA-nyala pada panjang
gelombang 248,3 nm.
Arang aktif tulang kambing
diovenkan pada suhu 105oC selama 1 2. Daya serap arang aktif tulang
jam dan didinginkan di dalam desikator, kambing terhadap ion Cd2+
kemudian sebanyak 0,5 g dari masing –
masing arang aktif tulang tersebut Sebanyak 0,5 gram arang aktif
dimasukkan ke dalam Erlenmeyer. masing-masing dimasukkan ke dalam
Sebanyak 50 mL metilen biru 250 ppm gelas piala, kemudian ditambahkan 50
ditambah ke dalam setiap arang aktif mL larutan kadmium dengan
tulang kambing, kemudian diaduk konsentrasi 100, 200, 300, 400, 500 dan
dengan pengaduk magnetik selama 15 600 ppm. Campuran distirer selama 15
menit. Filtrat diukur absorbansinya pada menit. Campuran didiamkan selama 24
panjang gelombang optimumnya yaitu jam, kemudian diambil bagian
665nm. beningnya dan dianalisis dengan
m2 X m ×N×A menggunakan SSA-Nyala pada
Luas permukaan ( )= (4)
g Bm panjangn gelombang 228,8 nm.
Keterangan : 3. Daya serap arang aktif tulang
Xm = Jumlah metilen biru yang terserap kambing terhadap ion Cl-
tiap gram adsorben
N = Bilangan Avogadro Sebanyak 0,5 gram arang aktif
(6,02x1023 molekul/mol) masing-masing dimasukkan ke dalam
A = Luas permukaan metilen biru gelas piala, kemudian ditambahkan 50
(197,197x10-20 m2/mol) mL larutan klorida dengan konsentrasi
BM = Berat molekul metilen biru 100, 150, 200, 250, 300 dan 350 ppm.
(319,86 g/mol) Campuran distirer selama 15 menit.
Campuran didiamkan selama 24 jam,
e. Penentuan Daya Serap Arang kemudian diambil bagian beningnya
Aktif Tulang Kambing Dengan dan dianalisis dengan menggunakan
Aktivator Na2CO3 5,0% Terhadap metode Argentometri (Mohr).
Ion Fe3+, Cd2+, Cl- dan SO42-
Berdasarkan Variasi Konsentrasi 4. Daya serap arang aktif tulang
Larutan kambing terhadap ion SO42-

1. Daya serap arang aktif tulang Sebanyak 0,5 gram arang aktif
kambing terhadap ion Fe3+ masing-masing dimasukkan ke dalam
gelas piala, kemudian ditambahkan 50
Sebanyak 0,5 g arang aktif mL larutan sulfat dengan konsentrasi
masing-masing dimasukkan kedalam 100, 200, 300, 400, 500 dan 600 ppm.
gelas piala, kemudian ditambahkan 50 Campuran distirer selama 15 menit.
mL larutan besi dengan konsentrasi 100, Campuran didiamkan selama 24 jam,
200, 300, 400, 500 dan 600 ppm. kemudian diambil bagian beningnya
Campuran distirer selama 15 menit dan dan dianalisis dengan menggunakan
didiamkan selama 24 jam, kemudian Spektrofotometer UV-VIS.

JOM FMIPA Volume 2 No.1 Februari 2015 110


f. Analisis Data heksagonal arang dan membuka
permukaan yang tertutup sehingga
Analisis data dari penjerapan memperbesar luas permukaan aktif
arang aktif tulang kambing sebagai arang aktif tulang kambing (Kienle,
adsorben ion besi, kadmium, klorida 1986). Lalu pencucian arang aktif
dan sulfat disajikan dalam bentuk tabel, tulang kambing dengan akuades hingga
grafik dan kurva kalibrasi. pH netral untuk menghilangkan sisa
oksida yang masih menutupi permukaan
HASIL DAN PEMBAHASAN arang.
1. Karbonisasi dan aktivasi
2. Karakterisasi arang aktif tulang
Proses karbonisasi adalah kambing
penguraian senyawa kolagen organik
menjadi unsur karbon. Proses Hasil karakterisasi dari arang aktif
karbonisasi tulang kambing dilakukan tulang kambing dengan variasi
pada suhu 700oC. Arang yang konsentrasi aktivator yaitu Na2CO3
dihasilkan digerus dan diayak lolos 100 0,0%; 2,5%; 5,0% dan 7,5% dapat
mesh untuk mendapatkan ukuran dilihat pada karakterisasi arang aktif
partikel yang lebih kecil dan homogen dilakukan untuk mengetahui kualitas
sehingga didapatkan luas permukaan arang aktif tulang kambing yang
arang yang besar. Arang aktif diaktivasi diperoleh melalui variasi konsentrasi
dengan aktivator Na2CO3 dengan variasi aktivator Na2CO3 yaitu 2,5%; 5,0% dan
konsentrasi aktivator yaitu Na2CO3 7,5%. Dari karakterisasi diperoleh
2,5%, 5,0% dan 7,5%. bahwa arang aktif tulang kambing
Dengan sifat Na2CO3 sebagai dengan konsentrasi aktivator Na2CO3
penghablur maka akan mampu 5,0% lebih baik. Penentuan kadar air
mengikat dan menurunkan titik leleh bertujuan untuk mengetahui sifat
senyawa anorganik yang melapisi higroskopis dari masing-masing arang
permukaan arang tulang kambing aktif tulang kambing . Keberadaan air di
sehingga memperbesar luas permukaan dalam arang berkaitan dengan sifat
arangnya. Menurut Sunardi (2005) higroskopis dari arang itu sendiri,
Na2CO3 digunakan sebagai aktivator dimana arang mempunyai sifat afinitas
karena selain mudah didapat dan dijual yang besar terhadap air (Subabdra,
bebas, Na2CO3 juga larut sempurna 2002). Pada Tabel 1. kadar air yang
dalam air serta jika terurai tidak akan didapatkan pada konsentrasi 0,0%;
menghasilkan oksida logam dan dapat 2,5%; 5,0% dan 7,5% masing-masing
menurunkan kadar logam. Dengan sebesar 1,6300%; 10,6289%; 7,5269%
adanya perendaman dan pemanasan, dan 9,5581%. Terlihat bahwa kadar air
aktivator akan masuk di antara lapisan arang aktif terendah diperoleh pada

JOM FMIPA Volume 2 No.1 Februari 2015 111


Tabel 1. Karakterisasi arang aktif tulang kambing dengan variasi konsentrasi aktivator
Na2CO3
Konsentrasi Kadar Air Kadar Abu Luas Permukaan Adsorpsi
Na2CO3 (%) (%) (%) (m2/g) Iodium (mg/g)
0,0 1,6300 23,6434 74,9355 187,1775
2,5 10,6289 21,1615 89,1325 134,7975
5,0 7,5269 19,1423 91,1557 200,2239
7,5 9,5581 23,2937 87,2164 191,3528

konsentrasi aktivator Na2CO3 5,0%. Hal


ini disebabkan karena aktivator Na2CO3
25
5,0% bekerja lebih optimal untuk 20 0,00%
melarutkan senyawa tar dan 15
10 2,50%
hidrokarbon sederhana sehingga 5
kemampuan untuk membuka pori-pori 0 5%
arang lebih besar dan molekul air yang kadar air (%) kadar abu (%) 7,50%
terperangkap lebih banyak keluar Karakterisasi
selama proses pemanasan. (Gilar, dkk,
2013). Gambar 1. Karakterisasi kadar air dan
Penentuan kadar abu bertujuan kadar abu arang aktif tulang kambing.
untuk menentukan banyaknya
kandungan oksida logam dari masing- Penentuan daya serap terhadap
masing arang aktif tulang kambing. iodium yang bertujuan untuk
Pada Tabel 1. diperoleh kadar abu yang mengetahui kemampuan arang aktif
didapatkan pada konsentrasi 0,0%; untuk menyerap larutan berwarna
2,5%; 5,0% dan 7,5% masing-masing dengan ukuran molekul kurang dari 10
sebesar 23,6434%; 21,1615%; Å atau 1 nm (Kurniawan, 2010). Pada
19,1423% dan 23,2937%. Terlihat Tabel 1, diperoleh kadar abu yang
bahwa kadar abu arang aktif terendah didapatkan pada konsentrasi 0,0%;
diperoleh pada konsentrasi aktivator 2,5%; 5,0% dan 7,5% masing-masing
Na2CO3 5,0%. Hal ini karena selama sebesar 187,1775; 134,7975; 200,2239
proses aktivasi, senyawa tar dan dan 191,3528 mg/g. Terlihat bahwa
hidrokarbon pada arang aktif larut adsorpsi iodium arang aktif tertinggi
dalam aktivator dan hilang pada diperoleh pada konsentrasi aktivator
pemanasan temperatur yang cukup Na2CO3 5,0%.
tinggi sehingga menyebabkan pori-pori Besarnya daya serap iodin
semakin besar maka kadar abu yang berkaitan dengan terbentuknya pori
dihasilkan juga kecil (Widayanti, 2012). pada arang aktif yang semakin banyak
Hubungan antara kadar air dan kadar (Pari, 2004). Hal ini karena senyawa tar
abu arang aktif tulang kambing dapat dan hidrokarbon sederhana yang
dilihat pada Gambar 1. tertinggal pada permukaan arang larut
lebih banyak dibandingkan dengan
Na2CO3 2,5% dan 7,5%, serta mampu
membuka pori-pori dari arang secara

JOM FMIPA Volume 2 No.1 Februari 2015 112


maksimal sehingga akan memperbesar
daya serap arang aktif tulang kambing. 200
Hal ini didukung dengan kadar air dan 150
0,00%
abu yang cukup rendah pada 100 2,50%
konsentrasi aktivator Na2CO3 5,0%.
50 5%
Luas permukaan arang aktif
tulang kambing ditentukan dengan daya 0 7,50%
serapnya terhadap metilen biru 250 luas adsorpsi
permukaan iodium (mg/g)
ppm. Pada Tabel 1. diperoleh luas (m2/g)
permukaan yang didapatkan pada Karakterisasi
konsentrasi 0,0%; 2,5%; 5,0% dan 7,5%
masing-masing sebesar 74,9355; Gambar 2. Karakterisasi luas
89,1325; 91,1557 dan 87,2164 m2/g. permukaan dan adsorpsi iodium
Terlihat bahwa luas permukaan tertinggi terhadap arang aktif tulang kambing
diperoleh pada konsentrasi aktivator
Na2CO3 5,0%. 3. Penentuan uji daya serap arang
Hal ini karenya aktivator yang aktif tulang kambing dengan
masuk kedalam pori-pori aktivator Na2CO3 5,0% terhadap
mengakibatkan pengotor yang tertinggal ion Fe3+, Cd2+, Cl- dan SO42-
pada permukaan arang lebih mudah dengan waktu kontak 24 jam
untuk lepas. Daya adsorpsi arang aktif
terhadap I2 memiliki korelasi dengan Hasil penentuan uji daya serap
luas permukaan dari arang aktif, dimana arang aktif tulang kambing dengan
semakin besar daya adsorpsi terhadap I2 aktivator Na2CO3 5,0% terhadap larutan
maka semakin besar kemampuan dalam yang mengandung ion Fe3+, Cd2+, Cl-
mengadsorpsi adsorbat atau zat terlarut dan SO42- dengan variasi konsentrasi
(Agusriyadin, 2012). larutan 100, 200, 300, 400, 500 dan 600
Hal ini terbukti berdasarkan nilai ppm yang dikontakkan selama 24 jam
yang ditunjukkan pada daya adsorpsi dapat dilihat konsentrasi optimum
arang aktif tulang kambing terhadap penyerapan pada Tabel 2.
iodium dan metilen biru (luas Tabel 2. Konsentrasi optimum
permukaan) pada konsentrasi aktivator penyerapan arang aktif tulang kambing
Na2CO3 5,0% yang menunjukkan daya terhadap ion Fe3+, Cd2+, Cl- dan SO42-
serap iodium yang tinggi berbanding
lurus dengan daya serap arang aktif Konsentrasi Kemampuan
terhadap metilen biru bahwa semakin Ion Awal Penyerapan
luas permukaan aktif arang aktif (mg/L) (%)
tersebut maka daya adsorpsinya Fe3+ 200 99,8875
semakin tinggi. Hubungan karakterisasi Cd2+ 200 99,9609
arang aktif tulang kambing berdasarkan SO42- 200 77,7976
variasi konsentrasi aktivator Na2CO3 Cl- 200 11,9528
dapat dilihat pada Gambar 2.

JOM FMIPA Volume 2 No.1 Februari 2015 113


Pada penelitian ini hasil tulang kambing Na2CO3 5,0%. Hal ini
penentuan uji daya serap arang aktif bertujuan untuk mengetahui sejauh
tulang kambing dengan aktivator mana adsorben yang digunakan dapat
Na2CO3 5,0% terhadap ion Fe3+, Cd2+, bekerja secara maksimal. Pada Gambar
Cl- dan SO42- berdasarkan variasi 3. terlihat persentase penjerapan ion
konsentrasi larutan yaitu 100, 200, 300, Fe3+ dan Cd2+ berdasarkan yang
400, 500 dan 600 ppm dengan waktu ditunjukkan pada Tabel 2. dengan ion
kontak selama 24 jam menunjukkan Fe3+ (99,8875%) dan Cd2+ (99,6909%)
bahwa konsentrasi optimal diperoleh diperoleh konsentrasi optimum pada
pada 200 ppm. Hal ini disebabkan pada konsentrasi 200 ppm. Pada uji ini
konsentrasi tersebut arang aktif sudah persen persentase penjerapan arang aktif
mencapai titik jenuh artinya jumlah tulang kambing terhadap ion Fe3+ dan
molekul ion-ion dalam larutan seimbang Cd2+ lebih besar dibanding terhadap ion
dengan jumlah partikel arang aktif Cl- dan SO42-. Hal ini disebabkan
tulang kambing yang tersedia. kemungkinan penjerapan terjadi antara
Banyaknya jumlah molekul dalam ion Fe3+ dan Cd2+ dengan gugus
larutan yang menempel pada arang aktif elektronegatif pada arang aktif tulang
akan bertambah sebanding dengan kambing sehingga terjadi tarik menarik
bertambahnya konsentrasi larutan. yang cukup besar.
Konsentrasi optimum daya Pada Gambar 4. terlihat bahwa
adsorpsi arang aktif tulang kambing persentase penjerapan ion Cl- tergolong
dengan aktivator Na2CO3 5,0% terhadap rendah berkisar antara 5 – 15% pada
ion Fe3+, Cd2+, Cl- dan SO42- konsentrasi optimum yaitu 200 ppm. Ini
berdasarkan variasi konsentrasi dapat karena ion Cl- memiliki beda potensial
digambarkan dengan grafik seperti yang yang sama besar dengan arang aktif
terlihat pada Gambar 3 dan 4 dibawah sehingga terjadi daya tolak menolak,
ini. sehingga persentase penjerapannya pun

100
90
Penyerapan (%)

99,8 80
70
Penyerapan (%)
Effisiensi

99,6
60
99,4
Effisiensi

50
99,2 40
99 30
20
98,8 10
0 200 400 600 800 0
Konsentrasi (ppm) 0 100 200 300 400 500 600 700

Ion Fe3+ Ion Cd2+ Konsentrasi (ppm)


Ion Cl- Ion SO42-
Gambar 3. Daya adsorpsi arang aktif
Gambar 4. Daya adsorpsi arang aktif
tulang kambing berdasarkan variasi
tulang kambing berdasarkan variasi
konsentrasi ion Fe3+ dan Cd2+
konsentrasi ion Cl- dan SO42-
Persentase penjerapan dihitung relatif rendah. Ini didukung dengan
dengan membandingkan konsentrasi penelitian Maftuhin (2014) yang
awal larutan dengan konsentrasi setelah menyatakan terdapat beberapa gugus
penjerapan menggunakan arang aktif fungsi senyawa di dalam arang aktif

JOM FMIPA Volume 2 No.1 Februari 2015 114


tulang ayam seperti Ca2+, –PO43-, -CO3, Fitryani, R. 2013. Potensi Abu Tulang
–C=O, C=C, C=N, dan -C-H. Septimus Kambing Sebagai Adsorben Ion
(1961) juga menyatakan kandungan Sulfat. Skripsi. Jurusan Kimia
kimia tulang berupa 57,35% kalsium FMIPA-UR, Pekanbaru.
fosfat, 33,30% gelatin dan 2,05%
magnesium fosfat. Sementara Kienle, H.V. 1986. Carbon. Di dalam
persentase penjerapan pada ion SO42- Campbell, P.T., Prefferkorn R.,
lebih tinggi dibanding dengan ion Cl-. dan Roundsaville, J.F. Ullman’s
Hal ini diduga terjadi adsorpsi kimia Encyclopedia of Industrial
th
antara gugus fungsi Ca2+ atau Mg2+ Chemistry, 5 Completely
dalam tulang dengan ion SO42- Resived Edition, A5. Weinheim.
membentuk senyawa CaSO4 atau
MgSO4. Kurniawan. 2010. Pembuatan Dan
Pemanfaatan Arang Aktif Dari
KESIMPULAN Tempurung Buah Lontar
(Borassus Flabellifer Linn.)
Berdasarkan penelitian yang telah Sebagai Adoseben Limbah Batik
dilakukan dapat disimpulkan bahwa Kayu. Skripsi. Jurusan
larutan Na2 CO3 5,0% baik digunakan Teknologi Hasil Hutan Fakultas
sebagai aktivator arang aktif tulang Kehutanan UGM, Yogyakarta.
kambing dengan hasil karakterisasi
kadar air 7,5269%, kadar abu Maftuhin. 2014. Potensi Pemanfaatan
19,1423%, adsorpsi iodium 200,2239 Tulang Ayam Sebagai Adsorben
mg/g dan luas permukaan arang aktif Kation Timbal Dalam Larutan.
91,1557 m2/g. Arang aktif tulang Skripsi. Universitas Riau,
kambing berpotensi sebagai adsorben Pekanbaru.
dengan penyerapan optimum ion Fe3+
(99,8875%), Cd2+ (99,9609%), Cl- Septimus, S. 1961. Anatomi of The
(11,9528%) dan SO42- (77,7976%). Domestic. Modern Asia, Tokyo.

UCAPAN TERIMA KASIH Subabdra, I. 2002. Activated Carbon


Production From Coconut Shell
Penulis mengucapkan terima With (NH4)HCO3 Activator As
kasih kepada pihak yang telah An Adsorbent In Virgin Coconut
membantu terselesaikannya penelitian Oil Purification. Skripsi. Jurusan
ini yaitu: Laboratorium Kimia Analitik Kimia Universitas Gajah Mada,
Fakultas Matematika dan Ilmu Yogyakarta.
Pengetahuan Alam Universitas Riau dan
Laboratorium Pengujian Air Unit Sunardi. 2005. Pemanfaatan Arang
Pelaksanaan Teknis Pengujian Dinas Aktif Kayu Rambai (Sonneratia
Pekerjaan Umum Provinsi Riau. Acidi Linn) Dengan Aktivator
Natrium Karbonat 5% Untuk
DAFTAR PUSTAKA Menurunkan Kadar Besi (Fe)
Dalam Air Sumur. Jurnal Hutan
Candra, B. 2007. Pengantar Kesehatan Tropis Borneo. No. 17: 31 – 44.
Lingkungan. EGC, Jakarta.

JOM FMIPA Volume 2 No.1 Februari 2015 115

You might also like