You are on page 1of 4

Bersambung Demi Satu Tujuan

Aku adalah tayangan

Aku adalah sebuah mata-mata yang memandang

Aku adalah sebuah teriakan-teriakan yang mengerikan

Aku adalah keinginan yang menjulang tinggi dan terjang

Aku adalah sebuah permata yang hilang

Aku adalah

……

Letusan Ketakterdugaan

Aku bekerja seolah-olah pejuang yang sudah handal, sembari melemparkan


ucapan hancur lebur kepada kumpulan kelakar burung kala sore hari.

Aku sedang mencari sebuah jawaban, tapi tak pernah tepat. Berteriak-lah
makhluk tak berakal, memberi tahu sebuah rahasia Tuhan. Sampai, aku
bertanya kepada diriku, siapa aku?

Mula-mula tertarik dengan pandangan reinkarnasi syiah yang tercampur karena


ajaran Budha dan Kathari.

“Kelihatannya akan menjadi terbaik ketika aku terus menerus menjalankan


perjalanan jauh yang tak mampu ditempuh oleh mereka yang bukan aku.”

Tenagaku kini lemas, menjadi malas yang memiliki pelajaran. Tanpa kusadari,
aku berkata “seorang perenung adalah penjantan yang tangguh.”

Dan, pemikir berhak untuk malas karena kenapa? Jelas saja karena kemampuan-
nya menumpahkan seisi ide-nya untuk dibagikan kepada para pembaca.

Kecurigaan yang telah mendekati-mu akan menjadi dera akibat kalian yang
melihat dengan pelan-pelan. Walau kau punya transport cepat, kelihaian
berkomunikasi-mu menakjubkan, dan memiliki senjata efiesien untuk
perlindungan, lalu berbincang dengan mereka yang memiliki pandangan berbeda,
aku tak mungkin kabur dari itu, sebab ada bunyi letusan yang sedikit cepat jika
sekarang datang.
{KA}

Aku menyukaimu hanya sekedar karena mengikuti kehendak Tuhan yang


berbarengan dengan kehendakku.

Sungguh, dunia dengingku selalu melihat kisah yang sesungguhnya ingin tercipta.

Kidung Asmara, nama yang menarik, membuat mataku berdiri di atas air
kekaguman yang sengaja tak ingin terjatuh ke bawah sela-sela hidung ini yang
sedikit kusam dan kehitaman.

Panggilanmu sungguh cantik, membawa hasrat semakin memuncak guna


berteriak kencang memanggil konsonan hurufmu dalam pikiran.

Aku ingin berkenalan denganmu lebih jauh, bukan untuk mencari-cari kesalahan
ataupun ingin menilai penampilanmu yang berbeda.

Baru kumendengar suara yang tergoreng hambatan-hambatan angin yang sedang


berkonflik, sekaligus muncul jawaban yang mengatakan, “perbuatan seseorang
tercontoh lewat apa yang ia lihat”.

Karena itulah, aku dengan malu-malu berkata bahwa perjalanan hidupku pasti
berkaitan terhadapmu.

Koney, Cause the World Gone Wrong…

Obrolan Siang Hari

Bersembunyilah jika merasa pantas, hidupkan rahasiamu pada kesepian, dan


buang yang tak penting. Kebodohan patut hilang dalam kebiasaan masyarakat
seluruh dunia.

Walaupun katanya tak terlihat, padahal bukan, bukan seperti yang dikatakan
oleh mereka yang tersesat. Mending, berikan panganmu kepadaku sehingga
mengatasi “laper bego”, kata seorang teman.
Bersama Schimmel yang mengingatkan bahwa 36 ialah angka pengatur yang
komprehensif menurut sebuah kerajaan Cina, aku ingin menjadi penyanyi yang
angkuh, namun tetap memuja-Nya.

Sampailah ide pada pembuatan album kumpulan ide pemikir yang bercampur,
menjadi berubah-ubah, mengenai pendapatNya.

Hentakkan kaki-ku kini sedang menghina sesuatu yang tak ada, bagaimana bisa?
Perlakukan seseorang sesuai dengan aturan dan norma yang telah di Doktrin
Tuhan.

Aku hanya berusaha mengutarakan, namun dianggap sebagai seorang gila yang
kebegoan.
Maka, lampauilah dirimu dengan keanggunan, bukan dengan keburaman wajah
yang terpancar kemana-mana cahayanya.

Benar itu milik seorang, maaf, maksud-ku semua orang. Karena memang ada
ruh Tuhan.
Benar itu milik hewan dan tumbuhan juga yang lainnya. Bagaimana bisa? Apa
ada makhluk tak berakal yang mengatur?

Dia berdiri sendiri. Apakah itu maksudku?


“Inilah tempat tinggalmu yang tak mengenal kontrol.”

Aku tidak akan meninggalkan semacam pesan yang tak sengaja tertumpah dalam
kadar kenormalan, karena aku adalah pengamen yang melakukan akibat sebuah
tujuan.

Obrolan Siang Hari (bagian dua)

Tak ada yang lebih besar, tak ada yang lebih besar, dari segala sesuatu. Bunyi
sendok-pun jatuh, dan Dia tetap menakutkan. Bunyi lemari es terbuka, dan
sesuatu itu Maha Menakutkan, tak tahu dimana, dimana Ia. Dia adalah Dia
yang tetap Dia, kumohon.. Ampuni kesalahan daku, yang sering berbuat tidak
senonoh.

Engkau adalah sahabatku yang dulu, aku yakin engkau berontak di dalam segala
rasaku. Bunyi piring bergoyang dan telur menetas akibat minyak yang terbakar
di penggorengan. Kau menjatuhkan sebagian pengaruh sisa-nya di dalam
penantian akan kehidupan panjang, dan bunyi telur kembali menetas.

Sedangkan aku tak tahu, tapi aku tahu apa lagi.


“Yasudah begitulah ceritanya”, David Bowie menari-nari.
Aku sedang makan, makan mie, mie, mie. Soal-nya laper, dari pagi belum
makan dan penyedianya belum datang.
Akhirnya, aku makan sendiri, mau gimana lagi, udah begitu tapi.
Terlihat sangat sedap sekali makanan ini, oh sungguh sangat menipu.
Dunia ini penuh tipuan, dan aku anggap makanan adalah tipuan paling kejam,
karena kenapa? Karena dia memberikan jeda sementara untuk menikmati,
namun, namun hanya sesaat, seperti kata sahabatmu yang kini sedang belajar
bahasa arab. Ngomong-ngomong, bunyi kunyahku begitu lucu.

Dan takkan terlihat, dan dia tidak gentar menghadapi kutukan orang yang
sedang mencela. Aku sangat cemburu ketika, ketika seseorang lihat dia begitu
saja. Ya akhirnya sama saja, sama saja akhirnya. Mengganti-ganti suatu hal
yang sama, tapi aku bingung, maksud apa pecahan gelas yang sama dari satu
bentuk. Aku sungguh kenyamanan makan instan kali ini, dibikinlah isyarat-
isyarat yang menjijikan, malah membuatmu mati perlahan-lahan.

Sungguh, sungguh ini membuatku membayangkan suatu yang menakutkan,


suatu yang menakutkan, suatu ketersiksaan yang membuatku tak tahu lagi
bagaimana menghadapi-nya. Tetapi, aku harus tersiksa sebuah peluang yang
memberikan perlawanan terhadap penciptaan, agar tahu bagaimana cara
menderita.

Bagaimana-kah caranya jika kamu sebenarnya hanyalah semacam pagar yang


dihidangkan dan terpisahkan antar satu sama lain? Bagaimana bisa oh diriku?
Aku tak mampu menghirup kembali udara segar, yang dimana aku tak tahu lagi
keberadaannya, apakah sudah tercemar? Apakah sudah ternodai? Ataukah sudah
menjadi sebuah kenikmatan yang diperbolehkan, bagaimana itu Tuhan?

You might also like