Professional Documents
Culture Documents
Definisi EKG : Elektrokardiografi adalah ilmu yang mempelajari aktivitas listrik jantung.
Elektokardiogram adalah suatu grafik yang menggambarkan rekaman listrik jantung
Cara Menggunakan EKG untuk merekam listrik jantung :
Persiapan
A. Alat
B. Pasien
Penjelasan (informed consent)
- Tujuan pemeriksaan
- Hal-hal yang perlu diperhatikan saat perekaman
Dinding dada harus terbuka dan tidak ada perhiasan logam yang melekat.
Pasien diminta tenang atau tidak bergerak saat perekaman EKG
Cara memasang EKG
1. Pasang semua komponen/kabel-kabel pada mesin EKG
2. Nyalakan mesin EKG
3. Baringkan pasien dengan tenang di tempat tidur yang luas. Tangan dan kaki tidak saling
bersentuhan
4. Bersihkan dada, kedua pergelangan kaki dan tangan dengan kapas alcohol (kalau perlu
dada dan pergelangan kaki dicukur)
5. Keempat electrode ektremitas diberi jelly.
6. Pasang keempat elektrode ektremitas tersebut pada kedua pergelangan tangan dan kaki.
Untuk tangan kanan biasanya berwarna merah, tangan kiri berwarna kuning, kaki kiri
berwarna hijau dan kaki kanan berwarna hitam.
7. Dada diberi jelly sesuai dengan lokasi elektrode V1 s/d V6.
- V1 di garis parasternal kanan sejajar dengan ICS 4 berwarna merah
- V2 di garis parasternal kiri sejajar dengan ICS 4 berwarna kuning
-V3 di antara V2 dan V4, berwarna hijau
- V4 di garis mid klavikula kiri sejajar ICS 5, berwarna coklat
- V5 di garis aksila anterior kiri sejajar ICS 5, berwarna hitam
- V6 di garis mid aksila kiri sejajar ICS 5, berwarna ungu
8. Pasang elektrode dada dengan menekan karet penghisap.
9. Buat kalibrasi, saat ini sudah bersifat otomatis dengan pilihan auto dan manual
10. Rekam setiap lead 3-4 beat (gelombang), kalau perlu lead II panjang (minimal panjang 30
kotak besar) jika ada aritmia, pakai pilihan manual untuk alat baru.
11. Semua electrode dilepas
12. Jelly dibersihkan dari tubuh pasien
13. Beritahu pasien bahwa perekaman sudah selesai
14. Matikan mesin EKG
15. Tulis pada hasil perekaman : nama, umur, jenis kelamin, jam, tanggal, bulan dan tahun
pembuatan, nama masing-masing lead serta nama orang yang merekam
16.Bersihkan dan rapikan alat
Perhatian :
Sebelum bekerja periksa kecepatan mesin 25 mm/detik dan voltase 10 mm. Jika
kertas tidak cukup kaliberasi voltase diperkecil menjadi ½ kali atau 5 mm. Jika
gambaran EKG kecil, kaliberasi voltase diperbesar menjadi 2 kali atau 20 mm.
Hindari gangguan listrik dan mekanik saat perekaman
Saat merekam, operator harus menghadap pasien
Lead EKG
Terdapat 2 jenis lead :
A. Lead bipolar : merekam perbedaan potensial dari 2 elektrode
Lead I : merekam beda potensial antara tangan kanan (RA) dengan tangan kiri (LA)
yang mana tangan kanan bermuatan (-) dan tangan kiri bermuatan (+)
Lead II : merekam beda potensial antara tangan kanan (RA) dengan kaki kiri (LF)
yang mana tangan kanan bermuatan (-) dan kaki kiri bermuatan (+)
Lead III : merekam beda potensial antara tangan kiri (LA) dengan kaki kiri (LF) yang
mana tangan kiri bermuatan (-) dan kaki kiri bermuatan (+)
Lead aVR : merekam beda potensial pada tangan kanan (RA) dengan tangan kiri dan
kaki kiri yang mana tangan kanan bermuatan (+)
Lead aVL : merekam beda potensial pada tangan kiri (LA) dengan tangan kanan dan
kaki kiri yang mana tangan kiri bermuatan (+)
Lead aVF : merekam beda potensial pada kaki kiri (LF) dengan tangan kanan dan
tangan kiri yang mana kaki kiri bermuatan (+)
Lead unipolar prekordial : merekam beda potensial lead di dada dengan ketiga lead
ekstremitas. Yaitu V1 s/d V6
Kertas EKG
Kertas EKG merupakan kertas grafik yang terdiri dari garis horisontal dan vertikal
berbentuk bujur sangkar dengan jarak 1 mm. Garis yang lebih tebal (kotak besar)
terdapat pada setiap 5 mm. Garis horizontal menggambarkan waktu (detik) yang mana
1 mm (1 kotak kecil) = 0,04 detik, 5 mm (1 kotak besar) = 0,20 detik. Garis vertical
menggambarkan voltase yang mana 1 mm (1 kotak kecil) = 0,1 mV.
Kurva EKG
Kurva EKG menggambarkan proses listrik yang terjadi di atrium dan ventrikel. Proses listrik
terdiri dari :
Kurva EKG normal terdiri dari gelombang P,Q,R,S dan T kadang-kadang tampak gelombang
U.
EKG 12 Lead
Lead I, aVL, V5, V6 menunjukkan bagian lateral jantung
Lead II, III, aVF menunjukkan bagian inferior jantung
Lead V1 s/d V4 menunjukkan bagian anterior jantung
Lead aVR hanya sebagai petunjuk apakah pemasangan EKG sudah benar
Aksis jantung
Sumbu listrik jantung atau aksis jantung dapat diketahui dari bidang frontal dan horisontal.
Bidang frontal diketahui dengan melihat lead I dan aVF sedangkan bidang horisontal dengan
melihat lead-lead prekordial terutama V3 dan V4. Normal aksis jantung frontal berkisar -30
s/d +110 derajat.Deviasi aksis ke kiri antara -30 s/d -90 derajat, deviasi ke kanan antara +110
s/d -180 derajat.
Sekilas mengenai EKG Normal
Gelombang P
Nilai normal :
Lebar ≤ 0,12 detik
Tinggi ≤ 0,3 mV
Selalu (+) di lead II
Selau (-) di lead aVR
Interval PR
Diukur dari permulaan gelombang P sampai permulaan gelombang QRS. Nilai normal
berkisar 0,12-0,20 detik.
Gelombang QRS (kompleks QRS)
Nilai normal : lebar 0,04 - 0,12 detik, tinggi tergantung lead.
Gelombang Q : defleksi negatif pertama gelombang QRS
Nilai normal : lebar < 0,04 detik, dalam < 1/3 gelombang R. Jika dalamnya > 1/3 tinggi
gelombang R berarti Q patologis.
Gelombang R adalah defleksi positif pertama pada gelombang QRS. Umumnya di Lead aVR,
V1 dan V2, gelombang S terlihat lebih dalam, dilead V4, V5 dan V6 makin menghilang atau
berkurang dalamnya.
Gelombang T
Merupakan gambaran proses repolirisasi Ventrikel. Umumnya gelombang T positif, di
hampir semua lead kecuali di aVR
Gelombang U
Adalah defleksi positif setelah gelombang T dan sebelum gelombang P berikutnya.
Penyebabnya timbulnya gelombang U masih belum diketahui, namun diduga timbul akibat
repolarisasi lambat sistem konduksi Interventrikuler.
Interval PR
Interval PR diukur dari permulaan gelombang P sampai permulaan gelombang QRS. Nilai
normal berkisar antara 0,12 – 0,20 detik ini merupakan waktu yang dibutuhkan untuk
depolarisasi Atrium dan jalannya implus melalui berkas His sampai permulaan depolarisasi
Ventrikuler
Segmen ST
Segmen ST diukur dari akhir gelombang QRS sampai permulaan gelombang T. segmen ini
normalnya isoelektris, tetapi pada lead prekkordial dapat berpariasi dari – 0,5 sampai +2mm.
segmen ST yang naik diatas garis isoelektris disebut ST eleveasi dan yang turun dibawah
garis isoelektris disebut ST depresi
Cara menilai EKG
ektrokardiografi %28EKG%29
[tutup]
Mari bergabung dengan sukarelawan Wikipedia bahasa Indonesia!
Elektrokardiogram
Elektrokardiogram (EKG) adalah grafik yang dibuat oleh sebuah elektrokardiograf, yang
merekam aktivitas kelistrikan jantung dalam waktu tertentu. Namanya terdiri atas sejumlah
bagian yang berbeda: elektro, karena berkaitan dengan elektronika, kardio, kata Yunani untuk
jantung, gram, sebuah akar Yunani yang berarti "menulis". Analisis sejumlah gelombang dan
vektor normal depolarisasi dan repolarisasi menghasilkan informasi diagnostik yang penting.
Elektrokardiogram tidak menilai kontraktilitas jantung secara langsung. Namun, EKG dapat
memberikan indikasi menyeluruh atas naik-turunnya suatu kontraktilitas.[6]
Sejarah
Alexander Muirhead menghubungkan kabel ke pergelangan tangan pasien yang sakit untuk
memperoleh rekaman detak jantung pasien selama kuliah untuk DSc-nya (dalam listrik) pada
tahun 1872 di St. Bartholomew's Hospital.[7] Aktivitas ini direkam secara langsung dan
divisualisasikan menggunakan elektrometer kapiler Lippmann oleh seorang fisiolog Britania
bernama John Burdon Sanderson.[8]
Orang pertama yang mengadakan pendekatan sistematis pada jantung dari sudut pandang
listrik adalah Augustus Waller, yang bekerja di St. Mary's Hospital di Paddington, London.[9]
Mesin elektrokardiografnya terdiri atas elektrometer kapiler Lippmann yang dipasang ke
sebuah proyektor. Jejak detak jantung diproyeksikan ke piringan foto yang dipasang ke
sebuah kereta api mainan. Hal ini memungkinkan detak jantung untuk direkam dalam waktu
yang sebenarnya. Pada tahun 1911 ia masih melihat karyanya masih jarang diterapkan secara
klinis.
Gebrakan bermula saat seorang dokter Belanda kelahiran Kota Semarang, Hindia Belanda
(kini Indonesia) bernama Willem Einthoven, yang bekerja di Leiden, Belanda, menggunakan
galvanometer senar yang ditemukannya pada tahun 1901, yang lebih sensitif daripada
elektrometer kapiler yang digunakan Waller.[10]
Meski prinsip dasar masa itu masih digunakan sekarang, sudah banyak kemajuan dalam
elektrokardiografi selama bertahun-tahun. Sebagai contoh, peralatannya telah berkembang
dari alat laboratorium yang susah dipakai ke sistem elektronik padat yang sering termasuk
interpretasi elektrokardiogram yang dikomputerisasikan.[12]
Sebuah elektrokardiograf khusus berjalan di atas kertas dengan kecepatan 25 mm/s, meskipun
kecepatan yang di atas daripada itu sering digunakan. Setiap kotak kecil kertas EKG
berukuran 1 mm². Dengan kecepatan 25 mm/s, 1 kotak kecil kertas EKG sama dengan 0,04 s
(40 ms). 5 kotak kecil menyusun 1 kotak besar, yang sama dengan 0,20 s (200 ms). Karena
itu, ada 5 kotak besar per detik. 12 sadapan EKG berkualitas diagnostik dikalibrasikan
sebesar 10 mm/mV, jadi 1 mm sama dengan 0,1 mV. Sinyal "kalibrasi" harus dimasukkan
dalam tiap rekaman. Sinyal standar 1 mV harus menggerakkan jarum 1 cm secara vertikal,
yakni 2 kotak besar di kertas EKG.
Seleksi saring
Monitor EKG modern memiliki banyak penyaring untuk pemrosesan sinyal. Yang paling
umum adalah mode monitor dan mode diagnostik. Dalam mode monitor, penyaring
berfrekuensi rendah (juga disebut penyaring bernilai tinggi karena sinyal di atas ambang
batas bisa lewat) diatur baik pada 0,5 Hz maupun 1 Hz dan penyaring berfrekuensi tinggi
(juga disebut penyaring bernilai rendah karena sinyal di bawah ambang batas bisa lewat)
diatur pada 40 Hz. Hal ini membatasi EKG untuk pemonitoran irama jantung rutin. Penyaring
bernilai tinggi membantu mengurangi garis dasar yang menyimpang dan penyaring bernilai
rendah membantu mengurangi bising saluran listrik 50 atau 60 Hz (frekuensi jaringan saluran
listrik berbeda antara 50 dan 60 Hz di sejumlah negara). Dalam mode diagnostik, penyaring
bernilai tinggi dipasang pada 0,05 Hz, yang memungkinkan segmen ST yang akurat direkam.
Penyaring bernilai rendah diatur pada 40, 100, atau 150 Hz. Sebagai akibatnya, tampilan
EKG mode monitor banyak tersaring daripada mode diagnostik, karena bandpassnya lebih
sempit.[13]
Sadapan
Grafik yang menunjukkan hubungan antara elektrode positif, muka gelombang depolarisasi
(atau rerata vektor listrik), dan kompleks yang ditampilkan di EKG.
Kata sadapan memiliki 2 arti pada elektrokardiografi: bisa merujuk ke kabel yang
menghubungkan sebuah elektrode ke elektrokardiograf, atau (yang lebih umum) ke gabungan
elektrode yang membentuk garis khayalan pada badan di mana sinyal listrik diukur. Lalu,
istilah benda sadap longgar menggunakan arti lama, sedangkan istilah 12 sadapan EKG
menggunakan arti yang baru. Nyatanya, sebuah elektrokardiograf 12 sadapan biasanya hanya
menggunakan 10 kabel/elektrode. Definisi terakhir sadapan inilah yang digunakan di sini.
Saat bergerak ke arah elektrode positif, muka gelombang depolarisasi (atau rerata
vektor listrik) menciptakan defleksi positif di EKG di sadapan yang berhubungan.
Saat bergerak dari elektrode positif, muka gelombang depolarisasi menciptakan
defleksi negatif pada EKG di sadapan yang berhubungan.
Saat bergerak tegak lurus ke elektrode positif, muka gelombang depolarisasi (atau
rerata vektor listrik) menciptakan kompleks equifasik (atau isoelektrik) di EKG, yang
akan bernilai positif saat muka gelombang depolarisasi (atau rerata vektor listrik)
mendekati (A), dan kemudian menjadi negatif saat melintas dekat (B).
Ada 2 jenis sadapan—unipolar dan bipolar. EKG lama memiliki elektrode tak berbeda di
tengah segitiga Einthoven (yang bisa diserupakan dengan ‘netral’ stop kontak dinding) di
potensial nol. Arah sadapan-sadapan ini berasal dari “tengah” jantung yang mengarah ke luar
secara radial dan termasuk sadapan (dada) prekordial dan sadapan ekstremitas—VL, VR, &
VF. Sebaliknya, EKG baru memiliki kedua elektrode itu di beberapa potensial dan arah
elektrode yang berhubungan berasal dari elektrode di potensial yang lebih rendah ke tinggi,
mis., di sadapan ekstremitas I, arahnya dari kiri ke kanan, yang termasuk sadapan
ekstremitas—I, II, dan III.
Catat bahwa skema warna untuk sadapan berbeda antarnegara.
Sadapan ekstremitas
Sadapan I
Sadapan II
Sadapan I, II dan III disebut sadapan ekstremitas karena pernah pokoq elektrokardiogafi
benar-benar harus menempatkan tangan dan kaki mereka di ember air asin untuk
mendapatkan sinyal dari galvanometer senar Einthoven. EKG seperti itu membentuk dasar
yang kini dikenal sebagai segitiga Einthoven.[2] Akhirnya, elektrode ditemukan sehingga
dapat ditempatkan secara langsung di kulit pasien. Meskipun ember air asin sebentar saja
diperlukannya, elektrode-elektrode itu masih ditempatkan di lengan dan kaki pasien untuk
mengira-ngirakan sinyal yang diperoleh dari ember air asin itu. Elektrode-elektrode itu masih
menjadi 3 sadapan pertama EKG 12 sadapan modern.
Sadapan I adalah dipol dengan elektrode negatif (putih) di lengan kanan dan elektrode
positif (hitam) di lengan kiri.
Sadapan II adalah dipol dengan elektrode negatif (putih) di lengan kanan dan
elektrode positif (merah) di kaki kiri.
Sadapan III adalah dipol dengan elektrode negatif (hitam) di lengan kiri dan elektrode
positif (merah) di kaki kiri.
Sadapan aVR, aVL, dan aVF merupakan sadapan ekstremitas tambahan, yang diperoleh
dari elektrode yang sama sebagai sadapan I, II, dan III. Namun, ketiga sadapan itu
memandang jantung dari sudut (atau vektor) yang berbeda karena elektrode negatif untuk
sadapan itu merupakan modifikasi terminal sentral Wilson, yang diperoleh dengan
menambahkan sadapan I, II, dan III bersama dan memasangnya ke terminal negatif mesin
EKG. Hal ini membidik elektrode negatif dan memungkinkan elektrode positif untuk menjadi
"elektrode penjelajah" atau sadapan unipolar. Hal ini mungkin karena Hukum Einthoven
menyatakan bahwa I + (-II) + III = 0. Persamaan itu juga bisa ditulis I + III = II. Ditulis
dengan cara ini (daripada I + II + III = 0) karena Einthoven membalik polaritas sadapan II di
segitiga Einthoven, mungkin karena ia suka melihat kompleks QRS tegak lurus. Terminal
sentral Wilson meratakan jalan untuk perkembangan sadapan ekstremitas tambahan aVR,
aVL, aVF dan sadapan prekordial V1, V2, V3, V4, V5, dan V6.
Sadapan aVR atau "vektor tambahan kanan" memiliki elektrode positif (putih) di
lengan kanan. Elektrode negatif merupakan gabungan elektrode lengan kiri (hitam)
dan elektrode kaki kiri (merah), yang "menambah" kekuatan sinyal elektrode positif
di lengan kanan.
Sadapan aVL atau "vektor tambahan kiri" mempunyai elektrode positif (hitam) di
lengan kiri. Elektrode negatif adalah gabungan elektrode lengan kanan (putih) dan
elektrode kaki kiri (merah), yang "menambah" kekuatan sinyal elektrode positif di
lengan kiri.
Sadapan aVF atau "vektor tambahan kaki" mempunyai elektrode positif (merah) di
kaki kiri. Elektrode negatif adalah gabungan elektrode lengan kanan (putih) dan
elektrode lengan kiri (hitam), yang "menambah" sinyal elektrode positif di kaki kiri.
Sadapan ekstremitas tambahan aVR, aVL, dan aVF diperkuat dengan cara ini karena sinyal
itu terlalu kecil untuk berguna karena elektrode negatifnya adalah terminal sentral Wilson.
Bersama dengan sadapan I, II, dan III, sadapan ekstremitas tambahan aVR, aVL, dan aVF
membentuk dasar sistem rujukan heksaksial, yang digunakan untuk menghitung sumbu
kelistrikan jantung di bidang frontal.
Sadapan prekordial
Sadapan prekordial V1, V2, V3, V4, V5, dan V6 ditempatkan secara langsung di dada.
Karena terletak dekat jantung, 6 sadapan itu tak memerlukan augmentasi. Terminal sentral
Wilson digunakan untuk elektrode negatif, dan sadapan-sadapan tersebut dianggap unipolar.
Sadapan prekordial memandang aktivitas jantung di bidang horizontal. Sumbu kelistrikan
jantung di bidang horizontal disebut sebagai sumbu Z.
Sadapan V1, V2, dan V3 disebut sebagai sadapan prekordial kanan sedangkan V4, V5, dan
V6 disebut sebagai sadapan prekordial kiri.
Kompleks QRS negatif di sadapan V1 dan positif di sadapan V6. Kompleks QRS harus
menunjukkan peralihan bertahap dari negatif ke positif antara sadapan V2 dan V4. Sadapan
ekuifasik itu disebut sebagai sadapan transisi. Saat terjadi lebih awal daripada sadapan V3,
peralihan ini disebut sebagai peralihan awal. Saat terjadi setelah sadapan V3, peralihan ini
disebut sebagai peralihan akhir. Harus ada pertambahan bertahap pada amplitudo
gelombang R antara sadapan V1 dan V4. Ini dikenal sebagai progresi gelombang R.
Progresi gelombang R yang kecil bukanlah penemuan yang spesifik, karena dapat disebabkan
oleh sejumlah abnormalitas konduksi, infark otot jantung, kardiomiopati, dan keadaan
patologis lainnya.
Sadapan V1 ditempatkan di ruang intercostal IV di kanan sternum.
Sadapan V2 ditempatkan di ruang intercostal IV di kiri sternum.
Sadapan V3 ditempatkan di antara sadapan V2 dan V4.
Sadapan V4 ditempatkan di ruang intercostal V di linea (sekalipun detak apeks
berpindah).
Sadapan V5 ditempatkan secara mendatar dengan V4 di linea axillaris anterior.
Sadapan V6 ditempatkan secara mendatar dengan V4 dan V5 di linea midaxillaris.
Sadapan dasar
Sebuah elektrode tambahan (biasanya hijau) terdapat di EKG 4 dan 12 sadapan modern, yang
disebut sebagai sadapan dasar yang menurut kesepakatan ditempatkan di kaki kiri, meski
secara teoretis dapat ditempatkan di manapun pada tubuh. Dengan EKG 3 sadapan, saat 1
dipol dipandang, sisanya menjadi sadapan dasar bila tiada.
Sebuah EKG yang khas melacak detak jantung normal (atau siklus jantung) terdiri atas 1
gelombang P, 1 kompleks QRS dan 1 gelombang T. Sebuah gelombang U kecil normalnya
terlihat pada 50-75% di EKG. Voltase garis dasar elektrokardiogram dikenal sebagai garis
isoelektrik. Khasnya, garis isoelektrik diukur sebagai porsi pelacakan menyusul gelombang
T dan mendahului gelombang P berikutnya.
Analisis irama
Ada beberapa aturan dasar yang dapat diikuti untuk mengenali irama jantung pasien.
Bagaimana denyutannya? Teratur atau tidak? Adakah gelombang P? Adakah kompleks QRS?
Adakah perbandingan 1:1 antara gelombang P dan kompleks QRS? Konstankah interval PR?
Gelombang P
Selama depolarisasi atrium normal, vektor listrik utama diarahkan dari nodus SA ke nodus
AV, dan menyebar dari atrium kanan ke atrium kiri. Vektor ini berubah ke gelombang P di
EKG, yang tegak pada sadapan II, III, dan aVF (karena aktivitas kelistrikan umum sedang
menuju elektrode positif di sadapan-sadapan itu), dan membalik di sadapan aVR (karena
vektor ini sedang berlalu dari elektrode positif untuk sadapan itu). Sebuah gelombang P harus
tegak di sadapan II dan aVF dan terbalik di sadapan aVR untuk menandakan irama jantung
sebagai Irama Sinus.
Interval PR
Interval PR diukur dari awal gelombang P ke awal kompleks QRS, yang biasanya panjangnya
120-200 ms. Pada pencatatan EKG, ini berhubungan dengan 3-5 kotak kecil.
Interval PR lebih dari 200 ms dapat menandakan blok jantung tingkat pertama.
Interval PR yang pendek dapat menandakan sindrom pra-eksitasi melalui jalur
tambahan yang menimbulkan pengaktifan awal ventrikel, seperti yang terlihat di
Sindrom Wolff-Parkinson-White.
Interval PR yang bervariasi dapat menandakan jenis lain blok jantung.
Depresi segmen PR dapat menandakan lesi atrium atau perikarditis.
Morfologi gelombang P yang bervariasi pada sadapan EKG tunggal dapat
menandakan irama pacemaker ektopik seperti pacemaker yang menyimpang maupun
takikardi atrium multifokus
KOMPLEKS QRS
Kompleks QRS adalah struktur EKG yang berhubungan dengan depolarisasi ventrikel.
Karena ventrikel mengandung lebih banyak massa otot daripada atrium, kompleks QRS lebih
besar daripada gelombang P. Di samping itu, karena sistem His/Purkinje
mengkoordinasikan depolarisasi ventrikel, kompleks QRS cenderung memandang "tegak"
daripada membundar karena pertambahan kecepatan konduksi. Kompleks QRS yang normal
berdurasi 0,06-0.10 s (60-100 ms) yang ditunjukkan dengan 3 kotak kecil atau kurang, namun
setiap ketidaknormalan konduksi bisa lebih panjang, dan menyebabkan perluasan kompleks
QRS.
Tak setiap kompleks QRS memuat gelombang Q, gelombang R, dan gelombang S. Menurut
aturan, setiap kombinasi gelombang-gelombang itu dapat disebut sebagai kompleks QRS.
Namun, penafsiran sesungguhnya pada EKG yang sulit memerlukan penamaan yang pasti
pada sejumlah gelombang. Beberapa penulis menggunakan huruf kecil dan besar, bergantung
pada ukuran relatif setiap gelombang. Sebagai contoh, sebuah kompleks Rs akan
menunjukkan defleksi positif, sedangkan kompleks rS akan menunjukkan defleksi negatif.
Jika kedua kompleks itu dinamai RS, takkan mungkin untuk menilai perbedaan ini tanpa
melihat EKG yang sesungguhnya.
Durasi, amplitudo, dan morfologi kompleks QRS berguna untuk mendiagnosis aritmia
jantung, abnormalitas konduksi, hipertrofi ventrikel, infark otot jantung, gangguan
elektrolit, dan keadaan sakit lainnya.
Gelombang Q bisa normal (fisiologis) atau patologis. Bila ada, gelombang Q yang
normal menggambarkan depolarisasi septum interventriculare. Atas alasan ini, ini
dapat disebut sebagai gelombang Q septum dan dapat dinilai di sadapan lateral I,
aVL, V5 dan V6.
Gelombang Q lebih besar daripada 1/3 tinggi gelombang R, berdurasi lebih besar
daripada 0,04 s (40 ms), atau di sadapan prekordial kanan dianggap tidak normal, dan
mungkin menggambarkan infark miokardium.
Gelombang T
Pada sebagian besar sadapan, gelombang T positif. Namun, gelombang T negatif normal di
sadapan aVR. Sadapan V1 bisa memiliki gelombang T yang positif, negatif, atau bifase. Di
samping itu, tidak umum untuk mendapatkan gelombang T negatif terisolasi di sadapan III,
aVL, atau aVF.
Gelombang T terbalik (atau negatif) bisa menjadi iskemia koroner, sindrom Wellens,
hipertrofi ventrikel kiri, atau gangguan SSP.
Gelombang T yang tinggi atau "bertenda" bisa menandakan hiperkalemia. Gelombang
T yang datar dapat menandakan iskemia koroner atau hipokalemia.
Penemuan elektrokardiografi awal atas infark otot jantung akut kadang-kadang
gelombang T hiperakut, yang dapat dibedakan dari hiperkalemia oleh dasar yang
luas dan sedikit asimetri.
Saat terjadi abnormalitas konduksi (mis., blok cabang berkas, irama bolak-balik),
gelombang T harus didefleksikan berlawanan dengan defleksi terminal kompleks
QRS, yang dikenal sebagai kejanggalan gelombang T yang tepat.
Interval QT
Interval QT diukur dari awal kompleks QRS ke akhir gelombang T. Interval QT yang normal
biasanya sekitar 0,40 s. Interval QT di samping yang terkoreksi penting dalam diagnosis
sindrom QT panjang dan sindrom QT pendek. Interval QT beragam berdasarkan pada denyut
jantung, dan sejumlah faktor koreksi telah dikembangkan untuk mengoreksi interval QT
untuk denyut jantung.
Cara yang paling umum digunakan untuk mengoreksi interval QT untuk denyut pernah
dirumuskan oleh Bazett dan diterbitkan pada tahun 1920.[15] Rumus Bazett adalah , di
mana QTc merupakan interval QT yang dikoreksi untuk denyut, dan RR adalah interval dari
bermulanya satu kompleks QRS ke bermulanya kompleks QRS berikutnya, diukur dalam
detik. Namun, rumus ini cenderung tidak akurat, dan terjadi kelebihan koreksi di denyut
jantung tinggi dan kurang dari koreksi di denyut jantung rendah.
Gelombang U
Gelombang U tak selalu terlihat. Gelombang ini khasnya kecil, dan menurut definisi,
mengikuti gelombang T. Gelombang U diperkirakan menggambarkan repolarisasi otot
papillaris atau serabut Purkinje. Gelombang U yang menonjol sering terlihat di hipokalemia,
namun bisa ada di hiperkalsemia, tirotoksikosis, atau pemajanan terhadap digitalis, epinefrin,
dan antiaritmia Kelas 1A dan 3, begitupun di sindrom QT panjang bawaan dan di keadaan
pendarahan intrakranial. Sebuah gelombang U yang terbalik dapat menggambarkan iskemia
otot jantung atau kelebihan muatan volume di ventrikel kiri.[16]
Jumlah sadapan EKG ada 12, masing-masing merekam aktivitas kelistrikan jantung dari
sudut yang berbeda, yang juga berkaitan dengan area-area anatomis yang berbeda dengan
tujuan mengidentifikasi iskemia korner akut atau lesi. 2 sadapan yang melihat ke area
anatomis yang sama di jantung dikatakan bersebelahan (lihat tabel berkode warna).
Sadapan inferior (sadapan II, III dan aVF) memandang aktivitas listrik dari tempat
yang menguntungkan di dinding inferior (atau diafragmatik) ventrikel kiri.
Sadapan lateral (I, aVL, V5 dan V6) melihat aktivitas kelistrikan dari titik yang
menguntungkan di dinding lateral ventrikel kiri. Karena elektrode positif untuk
sadapan I dan aVL terletak di bahu kiri, sadapan I dan aVL kadang-kadang disebut
sebagai sadapan lateral atas. Karena ada di dada pasien, elektode positif untuk
sadapan V5 dan V6 disebut sebagai sadapan lateral bawah.
Sadapan septum, V1 and V2 memandang aktivitas kelistrikan dari titik yang
menguntungkan di dinding septum anatomi kiri, yang sering dikelmpkkan bersama
dengan sadapan anterior.
Sadapan anterior, V3 dan V4 melihat aktivitas kelistrikan dari tempat yang
menguntungkan di anterior ventrikel kiri.
Di samping itu, setiap 2 sadapan prekordial yang berdampingan satu sama lain
dianggap bersebelahan. Sebagai contoh, meski V4 itu sadapan anterior dan V5 lateral,
2 sadapan itu bersebelahan karena berdekatan satu sama lain.
Sadapan aVR tak menampakkan pandangan khusus atas ventrikel kiri. Sebagai
gantinya, sadapan ini melihat bagian dalam dinding endokardium dari sudut
pandangnya di bahu kanan.
Sumbu
Diagram yang menunjukkan bagaimana polaritas kompleks QRS di sadapan I, II, dan III
dapat digunakan untuk memperkirakan sumbu listrik jantung dalam bidang frontal.
Sumbu kelistrikan jantung merujuk ke arah umum muka gelombang depolarisasi jantung
(atau rerata vektor listrik) di bidang frontal. Biasanya berorientasi di arah bahu kanan ke
kaki kiri, yang berhubungan dengan kuadran inferior kiri sistem rujukan heksaksial, meski -
30o hingga +90o dianggap normal.
Deviasi sumbu kiri (-30o hingga -90o) dapat menandakan blok fasciculus anterior kiri
atau gelombang Q dari infark otot jantung inferior.
Deviasi sumbu kanan (+90o hingga +180o) dapat menandakan blok fasciculus
posterior kiri, gelombang Q dari infark otot jantung lateral atas, atau pola nada
ventrikel kanan.
Dalam keadaan blok cabang berkas kanan, deviasi kanan atau kiri dapat menandakan
blok bifasciculus
Elektrokardiogram (EKG) atau electrocardiogram (ECG) adalah tes medis untuk mendeteksi
kelainan jantung dengan mengukur aktivitas listrik yang dihasilkan oleh jantung,
sebagaimana jantung berkontraksi. EKG dapat membantu mendiagnosis berbagai kondisi
kesehatan seperti aritmia jantung, pembesaran jantung, peradangan jantung (perikarditis atau
miokarditis), dan penyakit jantung koroner.
Hasil EKG yang normal dari jantung memiliki karakteristik yang khas. Irama jantung yang
tidak teratur atau kerusakan pada otot jantung dapat berdampak pada aktivitas listrik jantung
sehingga mengubah bentuk EKG. Seorang dokter mungkin akan merekomendasikan tes EKG
pada pasien yang mungkin berisiko mengalami penyakit jantung karena adanya riwayat
keluarga penyakit jantung, atau karena kebiasaan merokok, obesitas, diabetes, kolesterol
tinggi, atau tekanan darah tinggi.
Berbagai masalah jantung yang dapat didiagnosis dengan EKG, antara lain:
Pembesaran jantung
Cacat jantung bawaan yang melibatkan sistem kelistrikan jantung
Aritmia (irama jantung abnormal - cepat, lambat atau denyutnya tidak teratur)
Kerusakan jantung seperti ketika salah satu arteri jantung tersumbat (oklusi koroner)
Suplai darah yang buruk ke jantung
Posisi normal dari jantung
Peradangan jantung - perikarditis atau miokarditis
Serangan jantung selama di ruang gawat darurat atau pemantauan di ruang ICU
(intensive care unit)
Gangguan sistem konduksi jantung
Ketidakseimbangan kimia darah (elektrolit) yang mengontrol aktivitas jantung.
Seseorang dengan penyakit jantung bisa jadi menunjukkan hasil EKG yang normal jika
kondisi penyakit jantungnya itu tidak melibatkan gangguan dalam aktivitas kelistrikan
jantung. Untuk kondisi ini disarankan untuk melakukan metode diagnostik lain.
Masalah medis yang perlu dipertimbangkan dengan EKG
Dokter mungkin akan merekomendasikan tes EKG jika pasien mengalami gejala, seperti
nyeri dada, sesak napas, pusing, pingsan, napas cepat atau detak jantung tidak teratur
(palpitasi). EKG sering dilakukan untuk memantau kesehatan pasien yang telah didiagnosis
dengan masalah jantung, untuk membantu menilai alat pacu jantung buatan atau untuk
memonitor efek dari obat tertentu pada jantung.
Tidak ada persiapan khusus untuk melakukan EKG, jadi pasien tidak perlu berpuasa sebelum
tes. Tapi Anda harus memberitahukan dokter jika Anda tengah mengonsumsi suatu obat
sebelum melakukan tes EKG, dan juga beritahukan dokter jika Anda memiliki alergi terhadap
pita perekat (adhesive tapes) yang mungkin digunakan untuk menempelkan elektroda dalam
pemeriksaan EKG.
Prosedur EKG
Elektroda EKG akan ditempelkan pada dada, pergelangan tangan dan kaki, jadi sebaiknya
Anda (terutama wanita) menggunakan pakaian dengan atasan dan bawahan yang terpisah. Ini
untuk mempermudah pemasangan elektroda EKG. Jika lokasi penempelan elektroda EKG
didapati banyak bulu, bisa saja dokter memerintahkan untuk mencukurnya terlebih dahulu.
Sensor yang disebut dengan elektroda akan dilekatkan pada dada, pergelangan tangan dan
kaki, baik dengan menggunakan semacam cangkir hisap atau gel lengket. Elektroda ini
selanjutnya akan mendeteksi arus listrik yang dihasilkan jantung yang diukur dan dicatat oleh
mesin elektrokardiograf.
EKG istirahat (resting ECG) - pasien berbaring. Selama tes pasien tidak
diperbolehkan bergerak, karena impuls listrik lain dapat dihasilkan oleh otot-otot lain
selain jantung yang dapat mengganggu pemeriksaan jantung Anda. Jenis EKG ini
biasanya memakan waktu lima sampai sepuluh menit.
EKG ambulatory (ambulatory ECG) - EKG ambulatory atau Holter dilakukan
dengan menggunakan alat perekam portabel yang dipakai setidaknya selama 24 jam.
Pasien bebas untuk bergerak secara normal sementara monitor terpasang. Jenis EKG
ini digunakan untuk pasien yang gejalanya intermiten dan mungkin tidak muncul
selama tes EKG istirahat. Orang yang sembuh dari serangan jantung dapat dimonitor
dengan cara ini untuk memastikan ketepatan fungsi jantungnya.
Test stres jantung - tes ini digunakan untuk merekam EKG pasien sementara pasien
menggunakan alat seperti sepeda atau berjalan diatas treadmill. Jenis EKG ini
membutuhkan waktu sekitar 15-30 menit.
Elektroda EKG dilepas. EKG tidak akan menyakitkan dan non-invasif, artinya kulit Anda
sama sekali tidak akan rusak (tidak seperti jarum yang menembus kulit). Dokter dapat
menginterpretasikan hasil EKG langsung berdasarkan riwayat medis kesehatan, gejala, dan
pemeriksaan klinis pasien.
Setelah dirumah
Pasien dapat melanjutkan aktivitasnya seperti biasa setelah menjalani tes EKG. EKG adalah
tes medis non-invasif dan tidak melibatkan penggunaan obat-obat (seperti anestesi) atau
memerlukan waktu untuk pemulihan.
EKG merupakan prosedur medis yang aman, dan sejauh ini belum ditemukan risikonya. EKG
tidak mengirimkan arus listrik ke tubuh Anda, artinya Anda tidak terkena stroom. Hanya saja
ada kemungkinan adanya orang yang mungkin mengalami alergi atau sensitif terhadap
elektroda yang menyebabkan kulit mereka gatal dan kemerahan. Namun hal ini sangat jarang
terjadi.
Hasil EKG akan menentukan langkah perawatan pasien selanjutnya, jika memang diperlukan
perawatan. Pengobatan juga tergantung dari diagnosis tapi biasanya mencakup, misalnya:
Aritmia - obat atau operasi (seperti memasang alat pacu jantung buatan)
Penyakit arteri koroner atau serangan jantung - obat seperti beta-blocker, berhenti
merokok, perubahan pola makan dan operasi bypass arteri koroner
Tekanan darah tinggi - perubahan pola makan, olahraga teratur, dan obat-obatan.
Tes-tes lain yang dapat membantu mendiagnosis masalah jantung, antara lain:
Pemeriksaan fisik
Sinar-x (rontgen) dada
Echocardiogram (USG jantung)
Magnetic resonance imaging (MRI) atau CT scan dada
Tes darah
Kateterisasi jantung (penyisipan kateter melalui pembuluh darah pangkal paha ke
jantung).
Berikut ini sedikit catatan saya tentang bagaimana cara membaca hasil pemeriksaan EKG
yang tergambar di kertas EKG. Saya sarankan untuk terlebih dahulu memahami aktivitas
elektrik jantung dan cara memasang EKG. Mudah-mudahan bisa jadi bahan diskusi.
1. IRAMA JANTUNG
Irama jantung normal adalah irama sinus, yaitu irama yang berasal dari impuls yang
dicetuskan oleh Nodus SA yang terletak di dekat muara Vena Cava Superior di atrium kanan
jantung. Irama sinus adalah irama dimana terdapat gelombang P yang diikuti oleh kompleks
QRS. Irama jantung juga harus teratur/ reguler, artinya jarak antar gelombang yang sama
relatif sama dan teratur. Misalkan saya ambil gelombang R, jarak antara gelombang R yang
satu dengan gelombang R berikutnya akan selalu sama dan teratur.
Jadi, yang kita tentukan dari irama jantung adalah, apakah dia merupakan irama sinus atau
bukan sinus, dan apakah dia reguler atau tidak reguler.
Irama Sinus, seperti yang saya tulis di atas, yakni adanya gelombang P, dan setiap
gelombang P harus diikuti oleh kompleks QRS. Ini normal pada orang yang
jantungnya sehat.
Irama Bukan Sinus, yakni selain irama sinus, misalkan tidak ada kompleks QRS
sesudah gelombang P, atau sama sekali tidak ada gelombang P. Ini menunjukkan
adanya blokade impuls elektrik jantung di titik-titik tertentu dari tempat jalannya
impuls seharusnya (bisa di Nodus SA-nya sendiri, jalur antara Nodus SA – Nodus
AV, atau setelah nodus AV), dan ini abnormal.
Reguler, jarak antara gelombang R dengan R berikutnya selalu sama dan teratur. Kita
juga bisa menentukan regulernya melalui palpasi denyut nadi di arteri karotis, radialis
dan lain-lain.
Tidak reguler, jarak antara gelombang R dengan R berikutnya tidak sama dan tidak
teratur, kadang cepat, kadang lambat, misalnya pada pasien-pasien aritmia jantung.
2. FREKUENSI JANTUNG
Frekuensi jantung atau Heart Rate adalah jumlah denyut jantung selama 1 menit. Cara
menentukannya dari hasil EKG ada bermacam-macam. Bisa kita pakai salah satu atau bisa
semuanya untuk membuat hasil yang lebih cocok. Rumusnya berikut ini:
1) Cara 1
HR = 1500 / x
Keterangan: x = jumlah kotak kecil antara gelombang R yang satu dengan gelombang R
setelahnya.
2) Cara 2
HR = 300 / y
Keterangan: y = jumlah kotak sedang (5×5 kotak kecil) antara gelombang R yang satu
dengan gelombang R setelahnya. (jika tidak pas boleh dibulatkan ke angka yang mendekati,
berkoma juga ga masalah)
3) Cara 3
Adalah cara yang paling mudah, bisa ditentukan pada Lead II panjang (durasi 6 detik,
patokannya ada di titik-titik kecil di bawah kertas EKG, jarak antara titik 1 dengan titik
setelahnya = 1 detik, jadi kalau mau 6 detik, bikin aja lead II manual dengan 7 titik).
Caranya adalah:
3. AKSIS
Aksis jantung menurut definisi saya adalah, proyeksi jantung jika dihadapkan dalam vektor 2
dimensi. Vektor 2 dimensi disini maksudnya adalah garis-garis yang dibentuk oleh sadapan-
sadapan pada pemeriksaan EKG. Sadapan (Lead) EKG biasanya ada 12 buah yang dapat
dikelompokkan menjadi 2:
1. Lead bipolar, yang merekam perbedaan potensial dari 2 elektroda/ lead standar, yaitu
lead I, II dan III.
2. Lead unipolar, yang merekam perbedaan potensial listrik pada satu elektroda yang
lain sebagai elektroda indiferen (nol). Ada 2: (a) unipolar ekstrimitas (aVL, aVF, dan
aVR); (b) unipolar prekordial (V1, V2, V3, V4, V5 dan V6)
Setiap lead memproyeksikan suatu garis/ vektor tertentu. Urutannya bisa dilihat dari
gambaran berikut ini:
Aksis jantung normal (positif) adalah antara -30° sampai dengan 120° (ada yang
mendefinisikan sampai 100° saja). Sebenarnya ini adalah proyeksi dari arah jantung
sebenarnya (jika normal dong :)). Pada kertas EKG, kita bisa melihat gelombang potensial
listrik pada masing-masing lead. Gelombang disebut positif jika arah resultan QRS itu ke
atas, dan negatif jika ia kebawah. Berikut ini arti dari masing-masing Lead:
Lead I = merekam beda potensial antara tangan kanan (RA) dengan tangan kiri (LA),
dimana tangan kanan bermuatan (-) dan tangan kiri bermuatan positif (+).
Lead II = merekam beda potensial antara tangan kanan (RA) dengan kaki kiri (LF),
dimana tangan kanan bermuatan negatif (-), dan kaki kiri bermuatan positif (+)
Lead III = merekam beda potensial antara tangan kiri (LA) dengan kaki kiri (LF),
dimana tangan kanan bermuatan negatif (-) dan tangan kiri bermuatan positif (+)
Lead aVL = merekam potensial listrik pada tangan kiri (LA), dimana tangan kiri
bermuatan positif (+), tangan kanan dan kaki kiri membentuk elektroda indiferen
(potensial nol)
Lead aVF = merekam potensial listrik pada kaki kiri (LF), dimana kaki kiri bermuatan
positif (+), tangan kiri dan tangan kanan nol.
Lead aVR = merekam potensial listrik pada tangan kanan (RA), dimana tangan kanan
positif (+), tangan kiri dan kaki kiri nol.
Nah, secara elektrofisiologi, arus potensial listrik jantung berasal dari SA node lalu meluncur
ke AV node, bundle His, cabang septal dan sampai ke serabut purkinje. Arus itu bermuatan
negatif (-). Jika arus itu menuju lead yang bermuatan positif (+), maka di kertas EKG akan
muncul gelombang ke atas, (kan tarik-menarik gitu..), kalau arus itu menjauhi lead yang
bermuatan (+) tersebut, maka di kertas EKG dia akan muncul sebagai gelombang ke bawah.
(Arus menuju dan menjauhi lead itu layaknya bisa di imajinasikan sendiri kali ya, bayangkan
saja lokasi leadnya dan arah arus elektrofisiologi jantungnya. Sama halnya jika diibaratkan,
lead itu kayak orang yang lagi berdiri memandangi sebuah mobil yang lagi jalan dalam suatu
arena balap. Ada orang yang melihat mobil itu dari sudut segini, ada yang dari segitu, jadi
ntar penafsiran mereka beda-beda. Jika digabungkan, maka dapatlah mereka menyimpulkan
apa yang terjadi dari mobil balap itu.)
Itulah mengapa arah gelombang di lead aVR bernilai negatif (gelombangnya terbalik), karena
arah arus jantung berlawanan dengan arah lead/ menjauhi lead, sedangkan di lead-lead
lainnya bernilai positif (gelombangnya ke atas).
1. Lihat hasil di Lead I, perhatikan resultan gelombang di kompleks QRS. (ingat lagi
pelajaran vektor di fisika, hehe). Jika resultan gaya Q, R dan S nya positif,
(maksudnya jika gelombang R-nya lebih tinggi daripada jumlah Q dan S {bisa
dihitung jumlah kotaknya}), maka lead I = positif (+). Jika R-nya lebih rendah
daripada jumlah Q dan S, maka lead I = negatif (-). Ini semacam resultan gaya.
Bagusnya digambar di buku petak matematika itu agar lebih paham.. He.
2. Lihat hasil di Lead aVF, perhatikan hal yang sama, apakah lead aVF nya positif atau
negatif.
3. Jika masih ragu lihat lagi di Lead II (lead II hasilnya lebih bagus karena letak lead II
searah dengan arah jantung normal). tentukan apakah lead II nya positif atau negatif.
Aksis Normal = ketiga lead tersebut bernilai positif, artinya jantung berada di antara
aksis -30° sampai dengan 120° (ada yang menyebutkan sampai 100° saja).
LAD (Left Axis Deviation), artinya aksis / arah proyeksi jantungnya bergeser ke kiri,
atau di atas – 3o°. Kalau demikian tentu gak mungkin aVF atau lead II nya positif,
pasti negatif kan.. Ini biasa terjadi jika adanya pembesaran ventrikel kiri/ LVH
(Left Ventricular Hypertrophy), sehingga arah jantungnya jadi ga normal lagi, agak
naik gitu. Misalnya pada pasien-pasien hipertensi kronis dsb.
RAD (Right Axis Deviation), artinya aksisnya bergeser ke kanan, atau di atas 120°.
Kalau ke kanan tentu lead I-nya akan negatif, sedangkan aVF dan II positif. Biasanya
ini terjadi jika adanya pembesaran jantung kanan/ RVH (Right Ventricular
Hypertrophy).
4. Gelombang P
Normal
Tidak normal:
P-pulmonal : tinggi > 0,3 mV, bisa karena hipertrofi atrium kanan.
P-mitral: lebar > 0,12 detik dan muncul seperti 2 gelombang berdempet, bisa karena
hipertrofi atrium kiri.
P-bifasik: muncul gelombang P ke atas dan diikuti gelombang ke bawah, bisa terlihat
di lead V1, biasanya berkaitan juga dengan hipertrofi atrium kiri.
5. PR Interval
PR interval adalah jarak dari awal gelombang P sampai awal komplek QRS. Normalnya 0,12
– 0,20 detik (3 – 5 kotak kecil). Jika memanjang, berarti ada blokade impuls. Misalkan pada
pasien aritmia blok AV, dll.
6. Kompleks QRS
Yang dinilai:
QS, QR, RS, R saja, rsR’, dll. Variasi tertentu biasanya terkait dengan kelainan
tertentu.
– Interval QRS, adalah jarak antara awal gelombang Q dengan akhir gelombang S.
Normalnya 0,06 – 0,12 detik (1,5 – 3 kotak kecil). Tentukan apakah dia normal atau
memanjang.
7. Tentukan RVH/LVH
Rumusnya,
8. ST Segmen
ST segmen adalah garis antara akhir kompleks QRS dengan awal gelombang T. Bagian ini
merepresentasikan akhir dari depolarisasi hingga awal repolarisasi ventrikel. Yang dinilai:
9. Gelombang T
Ada yang tahu apa itu EKG ? ya betul, EKG adalah kepanjangan elektrokardiografi yang
berarti pemeriksaan atau perekaman gelombang elektrik pada jantung. Caranya adalah
dengan memasang elektroda pada kaki dan dada untuk menciptakan perekaman 12 lead. Nah
12 lead maksudnya adalah banyaknya arah gelombang elektris jantung yang diukur bukan
jumlah kabel elektroda yang diletakkan pada pasien.
Sebelum kita memulai perekaman alat yang harus disiapkan adalah:
Prosedurnya adalah:
Note!!!!
Upayakan pasien nyaman, karena kontraksi otot yang berlebihan akan dapat
mempengaruhi hasil
Arus elektrik AC dan sinar fluoresen dapat mempengaruhi hasil sehingga jika ada
gangguan upayakan mematikan lampu fluoresen dan menjauhkan pasien dari kabel -
kabel elektrik AC di sekitar pasien
Untuk lokasi pemasangan dan warna umum elektroda adalah sebagai berikut:
B. Chest lead