You are on page 1of 11

JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT,

Volume 1, Nomor 2, Tahun 2012, Halaman 720 - 730


Online di http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jkm

Faktor-Faktor yang Berkaitan dengan Kelelahan Mata pada


Karyawan Bagian Administrasi di PT. Indonesia Power UBP
Semarang

Febriana Supriati
*) Mahasiswa Reguler FKM UNDIP 2008
**) Staf Pengajar Bagian K3 FKM UNDIP

ABSTRACT

The use of computer constantly in seeing monitor causes more problems related
eyes. The use of it in a long time enables a risk at eyes strain or astenopia.
Diffuse, hazy vision, double vision, color decreased ability, red eyes, burning,
itching, tense, sleepy, the reduced ability of the accommodation accompanied by
headache symptoms characterizes this diorder. In addition, other factors such as
age, intensity of lighting, and visibility to the monitor contribute also to eyes strain
disorder.
This research aims to analyze the factors related to eye strain using a type of
explanatory research along with cross-sectional approach. The measuring
instrument used are questionnaires, luxmeter, meter, and reaction timer. The
population of this study involves 22 respondents consisting of administration
employees of PT Indonesia Power UBP Semarang using a Purposive Sampling
method. The data are analyzed by using the Rank Spearman correlation.
The results show that the intensity of the lighting is under the standard, 86%
employees have appropriate viewing distance, the average use of the computer
for 6,5 hours, and 59,1% of respondents over 40 years. As much as 77,3% of
respondents experiencing eyestrain. The intensity of lighting-related eyestrain
with ρvalue = 0,021, r = 0,546, and  = 0,05. While variable visibility, long use, and
age not related to eyestrain (ρvalue > 0,05).
There is a relationship between the intensity of lighting with eyestrain and there is
no relationship between the visibility, long use, and age with eyestrain during the
administration of employees of PT Indonesia Power UBP Semarang.

Keywords : computer, eye strain, administration

PENDAHULUAN
Penggunaan teknologi maju penggunaan mesin-mesin akan terus
sangat diperlukan untuk memenuhi meningkat sesuai kebutuhan
kebutuhan hidup manusia secara industrialisasi. Hal tersebut
luas. Namun, bila tanpa disertai disamping memberi kemudahan bagi
pengendalian yang tepat akan dapat proses produksi, tentunya akan
merugikan manusia sendiri. meningkatkan efek samping yang
Penggunaan teknologi maju pada tidak dapat dielakkan yaitu
era industrialisasi yang ditandai bertambahnya ragam bahaya pada
dengan proses mekanisasi, pengguna teknologi itu sendiri.(1)
elektrifikasi, dan modernisasi serta Dibalik kemudahannya,
transformasi globalisasi tidak dapat komputer sebagai salah satu bentuk
dielakkan. Dengan demikian, teknologi maju tentunya memberikan

1
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT,
Volume 1, Nomor 2, Tahun 2012, Halaman 720 - 730
Online di http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jkm

ancaman terhadap keselamatan dan komputer adalah kelelahan pada


kesehatan pekerja. Penggunaan mata.(3)
komputer yang tidak terkendali Sejumlah peneliti telah
berdampak terhadap kesehatan kerja menunjukkan bahwa gejala
sebagai suatu unsur yang berkaitan penglihatan muncul pada 75-90%
erat dengan dengan lingkungan kerja pengguna komputer. Bausch dan
dan pekerjaan. Hal ini secara Lomb melaporkan bahwa hampir 60
langsung maupun tidak langsung juta orang menderita masalah mata
akan menmpengaruhi efisiensi dan atau penglihatan karena pekerjaan
produktivitas kerja.(1) Dampak yang yang menggunakan komputer dan
dapat dilihat dari penggunaan satu juta kasus baru dilaporkan
komputer yang dapat dilihat dari setiap tahunnya. Banyak orang yang
penggunaan komputer yang memiliki kelainan penglihatan yang
dipengaruhi oleh faktor lingkungan sangat ringan tetapi tidak
dan pekerjaan ini adalah munculnya menimbulkan gejala apapun ketika
penyakit akibat kerja. melakukan pekerjaan yang
Penggunaan komputer di membutuhkan kemampuan
seluruh dunia mengalami penglihatan yang lebih rendah.
peningkatan dari waktu ke waktu. Penyebab dari gejala tersebut adalah
Berdasarkan suatu survei di Amerika kombinasi dari masalah penglihatan
Serikat, rata-rata waktu kerja yang individual yang telah ada
digunakan untuk bekerja dengan sebelumnya, kondisi tempat kerja
komputer adalah 5,8 jam atau 69% yang buruk, dan kebiasaan kerja
dari total 8 jam kerja.(2) Namun, yang tidak sehat. Survei ini juga
komputer yang kini banyak menyimpulkan bahwa dua pertiga
digunakan sebagai alat bantu dari keluhan yang muncul
ternyata menimbulkan penyakit berhubungan dengan masalah
akibat kerja atau gangguan penglihatan. Di lingkungan yang
kesehatan layaknya penggunaan sama telah menunjukkan juga bahwa
mesin di sebuah industri. Salah satu keluhan
1 penglihatan lebih banyak
penyakit atau gangguan kesehatan terjadi pada pengguna monitor
yang ditimbulkan akibat penggunaan daripada pengguna yang tidak
komputer adalah kelelahan pada memakai monitor.(4)
mata.(3) Penggunaan komputer dalam
Penggunaan komputer di waktu lama beresiko terkena mata
seluruh dunia mengalami lelah atau astenopia. Menurut data
peningkatan dari waktu ke waktu. organisasi kesehatan dunia (WHO)
Berdasarkan suatu survei di Amerika angka kejadian astenopia berkisar 40
Serikat, rata-rata waktu kerja yang persen sampai 90 persen. Astenopia
digunakan untuk bekerja dengan merupakan gejala yang diakibatkan
komputer adalah 5,8 jam atau 69% oleh upaya berlebih dari sistem
dari total 8 jam kerja.(2) Namun, penglihatan yang berada dalam
komputer yang kini banyak kondisi yang kurang sempurna untuk
digunakan sebagai alat bantu memperoleh ketajaman penglihatan.
ternyata menimbulkan penyakit Gangguan ini ditandai oleh
akibat kerja atau gangguan penglihatan terasa buram, kabur,
kesehatan layaknya penggunaan ganda, kemampuan melihat warna
mesin di sebuah industri. Salah satu menurun,
1 mata merah, perih, gatal,
penyakit atau gangguan kesehatan tegang, mengantuk, berkurangnya
yang ditimbulkan akibat penggunaan

2
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT,
Volume 1, Nomor 2, Tahun 2012, Halaman 720 - 730
Online di http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jkm

kemampuan akomodasi serta besar ruangan yang diukur belum


disertai dengan gejala sakit kepala.(5) memenuhi standar minimal yang
Timbulnya kelelahan mata disyaratkan untuk pekerjaan
dipengaruhi oleh beberapa faktor kantor/administrasi yaitu 300 lux,
yang berasal dari faktor pekerja kecuali lokasi yang berdekatan
maupun faktor lingkungan. Faktor dengan jendela. Beberapa ruangan
pekerja dapat berupa kelainan tersebut adalah ruang perencanaan
refraksi, usia, perilaku yang beresiko, dan evaluasi (122,2 lux); ruang
faktor keturunan, dan lama kerja. akuntansi, keuangan, dan anggaran
Sedangkan faktor lingkungan yang (161,6 lux); ruang engineering (249,3
mempengaruhi adalah intensitas lux), logistik (129,5 lux); ruang sistem
pencahayaan, kualitas iluminasi, informasi (194,6 lux); ruang SPS
atau ukuran objek. Faktor pekerja kepegawaian (198,8 lux); dan ruang
dan faktor lingkungan sebagai faktor SDM (131,4 lux).
risiko kelelahan mata dapat Penelitian ini bertujuan untuk
berdampak buruk terhadap pekerja. menganalisis faktor-faktor yang
Lingkungan memiliki pengaruh yang berkaitan dengan kelelahan mata
dramatis bagi produktivitas kerja. pada karyawan bagian administrasi
Kenyamanan fisik dan fisiologi di PT. Indonesia Power UBP
tenaga kerja yang baik akan Semarang.
meningkatkan efisiensi pekerjaan
dan peningkatan produk yang MATERI DAN METODE
berdampak juga pada produktivitas Jenis penelitian ini adalah
kerja.(6) explanatory research, yaitu ingin
Sebanyak 89,5% pekerja menjelaskan hubungan antara
pengguna komputer bekerja variabel-variabel melalui pengujian
menggunakan komputer selama hipotesa yang telah dirumuskan
lebih dari 4 jam. Sebanyak 52,4% dengan rancangan peneliitian besifat
pekerja yang menggunakan cross sectional. Penelitian dilakukan
komputer mengalami keluhan- di PT. Indonesia Power UBP
keluhan pada penglihatan pada akhir Semarang. Populasi penelitian
jam kerja. Keluhan terbesar yang adalah karyawan bagian administrasi
dirasakan adalah pegal/kekakuan yang berjumlah 70 orang. Sampel
pada mata sebanyak 57,9%. penelitian berjumlah 22 orang yang
Keluhan lain secara berturut-turut memenuhi kriteria inklusi sebagai
adalah sakit kepala/pusing 47,4%, berikut : menggunakan komputer
penglihatan kabur/gelap 42,1%, mata secara rutin setiap hari selama 4
terasa panas 34,2%, mata jam, tidak menderita sakit mata, tidak
berair/merah 28,9%, mata terasa memiliki riwayat penyakit diabetes
gatal 21%, dan penglihatan ganda melitus, katarak, dan hipertensi, tidak
15,8%. sedang mengkonsumsi obat-obatan,
Berdasarkan data sekunder tidak mengalami kelainan refraksi,
pengukuran intensitas pencahayaan dan bersedia dijadikan responden
oleh Balai Hiperkes pada Bulan penelitian.
November 2011, penerangan umum Variabel bebas dalam
dalam ruangan kerja tidak merata. penelitian ini adalah intensitas
Hal ini bisa dilihat dari kisaran hasil pencahayaan, jarak monitor, lama
dengan rentang yang pada penggunaan monitor, dan usia.
umumnya cukup jauh. Intensitas Intensitas pencahayaan diukur
penerangan umum pada sebagian dengan luxmeter dan jarak monitor

3
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT,
Volume 1, Nomor 2, Tahun 2012, Halaman 720 - 730
Online di http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jkm

dengan mata diukur menggunakan


meteran. Sedangkan data lama
penggunaan dan usia didapatkan
melalui wawancara menggunakan
kuesioner. Sedangkan variabel
terikat adalah kelelahan mata yang
diukur berdasarkan kecepatan waktu
reaksi terhadap rangsang cahaya
menggunakan reaction timer L-77.
Sebagai variabel pengganggu adalah
riwayat penyakit, kelainan refraksi,
beban kerja, dan status gizi. Uji
hipotesis dalam penelitian ini
menggunakan uji korelasi Rank
Spearman.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Berdasarkan kriteria inklusi
yang telah ditentukan, didapatkan 22
sampel yang terdiri dari laki-laki
berjumlah 12 orang (54,5%) dan
perempuan 10 orang (45,5%).
Hasil uji normalitas data pada
masing-masing variabel didapatkan
bahwa variabel intensitas
pencahayaan, lama penggunaan,
usia, dan kelelahan mata yang diukur
berdasarkan waktu reaksi rangsang
cahaya tidak berdistribusi normal
(ρ>0,05). Sedangkan variabel jarak
pandang berdistribusi normal.

4
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT,
Volume 1, Nomor 2, Tahun 2012, Halaman 720 - 730
Online di http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jkm

Tabel 1. Distribusi Frekuensi Lama


Responden Menurut Usia, Jenis penggunaan
Kelamin, Lama Penggunaan, dan 4 jam 2 9,1
Jarak pandang Karyawan Bagian
Administrasi di PT. Indonesia Power 5 jam 1 4,5
UBP Semarang 6 jam 9 40,9
Subyek Penelitian
Kategori 7 jam 4 18,2
Responden Jumlah Persentas
(orang) e (%) 8 jam 6 27,3
Usia Jumlah 22 100
<40 tahun 9 40,9 Jarak
pandang
≥40 tahun 13 59,1
<50,8 cm 3 14
Jumlah 22 100
50,8-71,1 cm 15 68
Jenis
kelamin >71,1 cm 4 18
Laki-laki 12 54,5 Jumlah 22 100
Perempuan 10 45,5
Jumlah 22 100

Tabel 2. Distribusi Frekuensi Tingkat Kelelahan Mata Responden


Kecepatan Waktu Persentase Tingkat
No Jumlah
Reaksi (mili detik) (%) Kelelahan
1. 150,0-240,0 5 22,7 Normal
Kelelahan
2. >240,0-<410,0 14 63,6
ringan
Kelelahan
3. 410,0-580,0 2 9,1
sedang
Kelelahan
4. >580,0 1 4,5
berat
Total 22 100
Berdasarkan tabel 2 dapat penggunaan monitor. Dari 22
diketahui bahwa kelelahan mata responden sebanyak 19 karyawan
yang paling banyak dialami dari (86,4%) merasakan keluhan
kecepatan waktu reaksi rangsang subyektif atau gejala terkait
cahaya adalah kelelahan ringan yaitu kelelahan mata. Sedangkan
sebanyak 14 karyawan (63,6%) dan sebanyak 3 karyawan (13,6%) sama
kelelahan berat hanya 1 karyawan sekali tidak mengalami gejala terkait
(4,5%) sedangkan 5 karyawan penggunaan komputer. Masing-
dinyatakan normal. Rata-rata masing responden merasakan
kecepatan reaksi rangsang cahaya keluhan yang bervariasi terkait
adalah sebesar 303,6 mili detik. dengan kelelahan mata. Keluhan
Tabel 3 menunjukkan keluhan terbesar yang dirasakan responden
subyektif kelelahan mata yang adalah mata terasa mengantuk
dirasakan oleh responden terkait setelah menggunakan monitor

5
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT,
Volume 1, Nomor 2, Tahun 2012, Halaman 720 - 730
Online di http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jkm

sebanyak 11 karyawan (50%), dan sakit kepala yang masing-


sedangkan keluhan yang paling masing dirasakan sebanyak 2
sedikit dirasakan adalah mata merah karyawan (9,1%).

Tabel 3. Distribusi Frekuensi Keluhan Subyektif Kelelahan Mata


Frekuensi Gejala
N Kelelahan Mata
Keluhan/Gejala Jumlah
o
Ya % Tidak %

1. Mata merah 2 9,1 20 90,9 22

2. Mata berair 3 13,6 19 86,4 22

3. Mata terasa perih 5 22,7 17 77,3 22


Mata terasa gatal
4. 4 18,2 18 81,8 22
atau kering
5. Mata mengantuk 11 50 11 50 22

6. Mata terasa tegang 8 36,4 14 63,6 22

7. Penglihatan kabur 7 31,8 15 68,2 22

8. Penglihatan rangkap 3 13,6 19 86,4 22


Kesulitan
9. memfokuskan 4 18,2 18 81,8 22
pandangan
10. Sakit kepala 2 9,1 20 90,9 22

Intensitas pencahayaan 8. Engineering 223,3


Tabel 4. Intensitas Pencahayaan
Umum Ruang Administrasi
Rerata Rata-rata intensitas
Intensitas pencahayaan umum pada masing-
No Ruangan
Pencahyaan masing ruang bervariasi. Rata-rata
(lux) intensitas pencahayaan ruangan
1. Humas 49,8 masih dibawah standar dari yang
disyaratkan untuk perkantoran yaitu
2. SDM 86 kurang dari 300 lux. Rata-rata
3. Sistem informasi 72,1 intensitas pencahayaan terendah
sebesar 49,8 lux dan tertinggi
4. Keuangan 119,3 sebesar 223,3 lux.
Kondisi pencahayaan yang
5. Logistik 97
redup maupun yang menimbulkan
6. Kepegawaian 155,7 silau akan dapat menyebabkan
Pengembangan terjadinya keluhan seperti mata
7. 103,6 selalu terasa mengantuk sebagai
aset
gejala umum adanya kelelahan mata

6
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT,
Volume 1, Nomor 2, Tahun 2012, Halaman 720 - 730
Online di http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jkm

(eye fatigue). Sedangkan keluhan dibutuhkan intensitas pencahayaan


terasa tegang pada bagian leher dan sebesar 300 lux.(15)
bahu merupakan dampak akomodasi Kondisi pencahayaan yang
mata yang berlebihan untuk redup maupun yang menimbulkan
menyesuaikan dengan kondisi silau akan dapat menyebabkan
pencahayaan yang ada. Akomodasi terjadinya keluhan seperti mata
mata yang maksimal bahkan selalu terasa mengantuk sebagai
cenderung berlebihan dapat gejala umum adanya kelelahan mata
disebabkan oleh tingkat (eye fatigue). Sedangkan keluhan
pencahayaan yang rendah maupun terasa tegang pada bagian leher dan
tinggi atau menyilaukan.(17) bahu merupakan dampak akomodasi
Berdasarkan hasil uji statistik mata yang berlebihan untuk
diketahui bahwa nilai ρvalue = 0,021 menyesuaikan dengan kondisi
(ρvalue <0,05) yang berarti bahwa ada pencahayaan yang ada. Akomodasi
hubungan antara intensitas mata yang maksimal bahkan
pencahayaan dengan kelelahan cenderung berlebihan dapat
mata. Sedangkan nilai koefisien disebabkan oleh tingkat
korelasi r menunjukkan hubungan pencahayaan yang rendah maupun
yang negatif yang berarti bahwa jika tinggi atau menyilaukan.(17)
intensitas pencahayaan semakin
tinggi maka waktu reaksi rangsang Jarak pandang
cahaya akan semakin rendah. Hasil Berdasarkan uji statistik
penelitian ini sejalan dengan korelasi Rank Spearman diketahui
penelitian Herry Koesyanto (2006) bahwa nilai ρvalue sebesar 0,310 (ρ>
dengan judul pengaruh penerangan 0,05) dan r sebesar 0,227 yang
dan jarak pandang pada komputer berarti tidak ada hubungan antara
terhadap kelelahan mata yang jarak pandang dengan kelelahan
menunjukkan bahwa penerangan mata. Hasil ini tidak sejalan dengan
berhubungan dengan kelelahan penelitian Herry Koesyanto (2006)
mata. dengan judul pengaruh penerangan
Hasil ini jika dibandingkan dan jarak pandang pada komputer
dengan Keputusan Menteri terhadap kelelahan mata yang
Kesehatan No.1405 tahun 2002 nilai menunjukkan terdapat korelasi yang
tersebut masih dibawah standar sangat nyata antara jarak pandang
bahwa untuk jenis pekerjaan rutin dengan kelelahan mata (ρ = 0,000).
yang salah satunya ruang Hasil pengamatan terhadap
administrasi dibutuhkan tingkat 22 responden, didapatkan bahwa
pencahayaan minimal 300 lux.(14) sebanyak 73% responden cenderung
Sedangkan Grandjean menyusun bekerja dengan sikap duduk tegak
rekomendasi tingkat penerangan dalam menggunakan monitor,
pada tempat-tempat kerja dengan sehingga hal ini membuat jarak
komputer berkisar antara 300-700 pandang responden terhadap
lux.(9) United Nations Environment monitor masih sesuai dengan
Programme (UNEP) dalam pedoman standar. Para pengguna komputer
efisiensi energi untuk industri di Asia dilihat dari aspek kesehatan mata
mengklasifikasikan kebutuhan tingkat diharapkan mampu melihat dengan
pencahayaan ruang tergantung area jelas dan nyaman pada monitor
kerjanya, yaitu pencahayaan umum dengan jarak 40-70 cm tergantung
untuk interior dalam kegiatan kenyamanan masing-masing. Jarak
membaca dan membuat arsip pandang antara mata dengan

7
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT,
Volume 1, Nomor 2, Tahun 2012, Halaman 720 - 730
Online di http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jkm

monitor juga dipengaruhi oleh ukuran sekitar mata akan mengalami


monitor dan kondisi penglihatan penurunan sehingga berakibat mata
individu.(7),(16) mengalami kelelahan.(13) Jenis
Berdasarkan hasil observasi monitor yang digunakan di bagian
di lingkungan kerja diketahui bahwa administrasi adalah LCD. Berbeda
semua karyawan telah dengan monitor jenis CRT yang
menggunakan kursi dan meja yang menghasilkan tingkat radiasi yang
sesuai untuk pengguna komputer. tinggi sehingga kelelahan mata
Kursi yang digunakan sudah akibat penggunaan monitor yang
ergonomis yang dapat diatur lama dapat diabaikan karena semua
ketinggiannya sesuai dengan karyawan telah menggunakan jenis
penggunanya dan terdapat sandaran monitor LCD yang memiliki tingkat
punggung sehingga memberikan radiasi lebih rendah dari monitor
kenyamanan bagi pengguna. CRT. Selain itu, sebanyak 81,8%
Dengan demikian telah dilakukan responden telah melakukan istirahat
upaya mengurangi kelelahan mata setelah menggunakan monitor
melalui desain tempat kerja yang selama 2 jam. Namun, dari 81,8%
ergonomis sehingga jarak pandang responden yang melakukan istirahat
dengan monitor dapat optimal. sebanyak 38,9% responden
melakukan istirahat sesuai dengan
Lama penggunaan rekomendasi dari NIOSH yaitu
Berdasarkan hasil uji statistik selama 10 menit setelah
dengan Rank Spearman didapatkan menggunakan monitor selama 2 jam.
nilai ρvalue sebesar 0,231 (ρ>0,05)
dan nilai r sebesar -0,266 yang Usia
berarti tidak ada hubungan antara Dari hasil uji statistik dengan
lama penggunaan monitor dengan Rank Spearman diketahui bahwa
kelelahan mata. nilai ρvalue sebesar 0,131 (ρ > 0,05)
Seorang pekerja yang bekerja dan koefisien korelasi r sebesar
menggunakan komputer (VDT) 0,332. Karena nilai ρvalue > 0,05,
tentunya akan mengalami suatu maka dapat disimpulkan bahwa tidak
risiko karena mata operator ada hubungan antara usia dengan
komputer selalu berinteraksi dengan kelelahan mata.
peralatan tersebut untuk melihat Penelitian ini tidak sejalan
dokumen yang dimasukkan ke dalam dengan teori bahwa bertambahnya
komputer. Pekerjaan mata yang usia akan mengakibatkan
selalu berulang (repetition) kemampuan fisik menurun. Pekerja
menyebabkan mata selalu berupaya yang berusia lebih dari 40 tahun
untuk memfokuskan pada layar akan lebih rentan terhadap
monitor.(12) penglihatan, sejalan dengan proses
Pada penelitian tersebut, perubahan fisiologis dan penuaan
jenis monitor yang digunakan pada mata.(11) Bertambahnya usia
Samsat Palembang adalah jenis menyebabkan elastisitas mata
CRT yang menghasilkan tingkat semakin berkurang dan pada usia
radiasi yang tinggi. Jumlah radiasi lanjut elastisitasnya akan hilang
yang diserap mata berbanding lurus sehingga menyebabkan menurunnya
dengan lamanya interaksi dengan kemampuan lensa mata untuk
layar monitor. Semakin lama memfokuskan obyek pada retina
berinteraksi dengan layar monitor, sehingga timbul rasa tidak nyaman
kemampuan fisiologis otot-otot di

8
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT,
Volume 1, Nomor 2, Tahun 2012, Halaman 720 - 730
Online di http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jkm

pada mata dan mempercepat dengan melakukan istirahat yang


terjadinya kelelahan mata.(10) cukup kondisi mata akan kembali
Kelelahan mata relatif lebih pulih. Berbeda dengan ketajaman
dipengaruhi dari faktor pekerjaan penglihatan yang lebih dipengaruhi
dibandingkan usia. Kelelahan mata oleh usia. Bertambahnya usia secara
menggambarkan seluruh gejala- fisiologis mengakibatkan penurunan
gejala yang terjadi sesudah stres fungsi organ mata sehingga terjadi
yang berlebihan terhadap fungsi penurunan kemampuan penglihatan
mata, diantaranya adalah tegangnya yang dapat dilihat melalui uji visus.
otot siliaris yang berakomodasi saat Uji visus ini menggambarkan
memandang objek yang kecil dalam kemampuan penglihatan seseorang
jarak sangat dekat.(8) Kelelahan mata dibandingkan dengan penglihatan
bersifat reversible yang berarti jika orang normal.
mata mengalami kelelahan maka

Tabel 5. Ringkasan Hasil Uji Statistik Beberapa Faktor yang Berkaitan dengan
Kelelahan Mata

No Variabel bebas α ρvalue Kesimpulan


Intensitas
1. 0,05 0,021 Ada hubungan
pencahayaan
2. Jarak pandang 0,05 0,310 Tidak ada hubungan
Lama
3. 0,05 0,231 Tidak ada hubungan
penggunaan
4. Usia 0,05 0,131 Tidak ada hubungan
SIMPULAN memaksimalkan pencahayaan
Penelitian ini memperlihatkan alami sehingga dapat
hubungan yang negatif antara mengurangi kelelahan mata.
variabel intensitas pencahayaan 2. Bagi karyawan
dengan kelelahan mata. Makin tinggi Karyawan yang telah
intensitas pencahayaan maka waktu bekerja dengan jarak pandang
reaksi rangsang cahaya akan yang optimal diharapkan mampu
semakin rendah. Sedangkan variabel mempertahankan sikap kerjanya
lama penggunaan monitor, jarak untuk mengurangi kelelahan
pandang, dan usia tidak terdapat mata serta melakukan istirahat
hubungan dengan kelelahan mata singkat secara teratur minimal
karyawan bagian administrasi PT. 10 menit setelah menggunakan
Indonesia Power UBP Semarang. monitor selama 2 jam dengan
cara memandang sejauh 20
SARAN meter.
1. Bagi perusahaan 3. Bagi peneliti selanjutnya
Hasil pengukuran Melakukan penelitian
intensitas pencahayaan ruangan terhdap variabel lain yaitu status
masih dibawah standar sehingga gizi atau desain tempat kerja dan
perusahaan perlu melakukan melakukan pemeriksaan
perbaikan terhadap kondisi kelelahan mata dengan metode
lingkungan kerja dengan lain seperti Metode Push Up
melakukan perawatan terhadap untuk mengukur amplitudo
kebersihan instalasi akomodasi mata.
pencahayaan tempat kerja dan

9
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT,
Volume 1, Nomor 2, Tahun 2012, Halaman 720 - 730
Online di http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jkm

DAFTAR PUSTAKA 8. Ilyas, Sidarta. Penuntun Ilmu


Penyakit Mata. Jakarta :
1. Tarwaka, Keselamatan dan
Penerbit Fakultas Kedokteran
Kesehatan Kerja, Manajemen
Universitas Indonesia, 2003.
dan Implementasi K3 di Tempat
Kerja, Surakarta : Harapan 9. Grandjean, E. Fitting the Task
Press, 2008 To the Man. A Texbook of
Occupational Ergonomics.
2. Wasisto, S.W. Komputer Secara
London: Taylor & Francis. ;
Ergonomis dan Sehat. 2005,
1997.
Dari: http://www.wahana.com [11
Mei 2009] 10. Depkes. Pencahayaan Salah
Perburuk Penglihatan. 2008.
3. Fauzi, A. Penyakit Akibat Kerja
Karena Penggunaan Komputer. 11. Tarwaka. Ergonomi Industri.
Bagian Ilmu Kesehatan Surakarta : Harapan Offset,
Masyarakat dan Kedokteran 2011
Komunitas, Program Studi
Pendidikan Dokter, Universitas 12. Ergo Web. (Online),
Lampung. 2007. (http://www.ergoweb.com/resour
http://repository.unila.ac.id:8180/ ces/faq/glossary.cfm, diakses
dspace/bitstream/123456789/10 tanggal 4 Juli 2012 )
47/1/laptunilapp-gdl-jou-2007- 13. Aprisupriati. Hubungan
afauzi-617-penyakit-r.pdf Penggunaan Visual Display
(Diakses pada tanggal 26 Terminal dan Intensitas
Desember 2011 ) Penerangan Terhadap
4. Affandi, Edi.S. Sindrom Kelelahan Mata Pengguna
Penglihatan Komputer Komputer di PT.Sriwijaya
(Computer Vision Syndrome). Perdana Palembang, Program
(Online), Majalah Kedokteran Studi Kesehatan Masyarakat
Indonesia, Vol.55, No.3, Maret Fakultas kedokteran Universitas
2005, Sriwijaya, 2007.
(http://masrip.sarumpaet.net/wpc 14. Keputusan Menteri Kesehatan
ontent/uploads/2010/03/Sindrom Republik Indonesia Nomor
PenglihatanKomputerComputerV 1405/MENKES/SK/XI/2002
isionSyndrome.pdf, diakses tentang Persyaratan Kesehatan
pada tanggal 15 Desember Lingkungan Kerja Perkantoran
2011) dan Industri, Jakarta : 2002
5. Affandi. 2002. Kesehatan Mata 15. United Nations Environment
Pengguna Komputer. (http: Programme. Energy Efficiency
www, Guide for Industry in Asia. 2007.
elektroindonesia.Com/elektro/ko (Online).(http://www.energyeffici
mput 6.html) encyasia.org, diakses 7 Mei
6. M, Soeripto. Higiene Industri. 2012)
Jakarta : Balai Penerbit Fakultas 16. American Optometric
Kedokteran Indonesia, 2008. Association. Healthy Vision at
7. Mangunkusumo, V. Penggunaan the Computer. 2008. (Online),
Komputer dan Kesehatan Mata, (http://www.aoa.org/documents/
Seminar Sehari Komputer dan Vision-Lifestyle-Fact-Sheet.pdf,
Kesehatan Mata, Jakarta, 2002 diakses tanggal 3 Juli 2012)

10
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT,
Volume 1, Nomor 2, Tahun 2012, Halaman 720 - 730
Online di http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jkm

17. Hendra STANP, Amah Majidah


V.D. Tingkat Pencahayaan pada
Perpustakaan di Lingkungan
Universitas Indonesia. 2010.
(Online),(http://staff.ui.ac.id/inter
nal/132255817/publikasi/Pencah
ayaanPerpustakaandiUniversitas
Indonesia.pdf, diakses tanggal
27 Juni 2012)

11

You might also like