BAB I
KEBIJAKSANAAN LAHAN PERKOTAAN DAN
KONSEP KONSOLIDASI LAHAN
2.1. Kebijaksanan Lahan Perkotaan
Kebijaksanaan lahan perkotaan adalah suatu rangkaian
tindakan yang secara sistematis dan terorganisasi dimaksudkan
untuk menyediakan lahan pada waktu yang tepat untuk
pemanfaatan dan penggunaan dengan tujuan tertentu yang sesuai
dengan kepentingan berbagai pihak. Jadi Kebijaksanaan Lahan
Perkotaan merupakan suatu mekanisme normatif yang melandasi
pelaksanaan rencana tata ruang kota khususnya dari segi
pemanfaatan dan penggunaan lahan serta pengendalian dan
pengawasannya.
Pada dasarnya suatu kebijaksanaan lahan perkotaan akan
menyangkut 4 unsur penting (Djoko Sujarto, 1990) yakni :
1. Tata guna lahan, penataan penggunaan lahan perkotaan
secara berencana dan terarah sesuai dengan kemampuannya
baik secara ekonomis, secara sosial dan fisik.
2. Pengendalian harga lahan, harga lahan yang terkendali
sehingga fungsi lahan tidak semata-mata sebagai benda
komoditi.
3. Pajak, sistim perpajakan / IPEDA lahan yang dikaitkan
dengan macam kegiatan fungsional kota pada wilayah
tertentu sesuai dengan peruntukannya, seperti yang tertera
dalam rencana kota.
4. Penataan lahan, pengembangan lahan (land development)
secara berencana dan terarah serta mempunyai sasaran
2122
sosial diutamakan selain sasaran ekonomis, didalamnya
termasuk land banking, land consolidation dan GLD.
Keempat unsur tersebut merupakan media dalam mewujudkan
tercapainya tujuan kebijakan lahan perkotaan. aAdapun
tujuannya adalah sebagai berikut (Djoko Sujarto, 1990) :
1. Mengusahakan pemanfaatan dan penggunaan lahan yang optimal
untuk dapat mengakomodasikan dinamika membangun lingkungan
secara fisik oleh dan demi kepentingan masyarakat.
2. Mengurangi masalah dan keadaan yang dapat menyebabkan
kekurangan lahan kota, terutama lahan matang yang lengkap
untuk mempermudah pelaksanaan program permukiman serta
unsur-unsur pekerjaan umum lainnya.
3. Mencegah kenaikan harga lahan yang tidak wajar dan tidak
terkendali serta dapat mencegah tumbuhnya spekulasi lahan
yang hanya akan menguntungkan fihak tertentu saja.
4, Memanfaatkan surplus keuntungan pada lahan yang disebabkan
oleh aktivitas masyarakat untuk kepentingan umum serta
menciptakan kondisi yang = memungkinkan — penduduk
berpendapatan rendah dapat turut menikmati permukiman yang
sehat dan adil di dalam kota.
Pengertian, aspek serta tujuan dari kebijaksanaan lahan
perkotaan sangat relevan dengan arahan pelaksanaan
konsolidasi lahan. Relevannya bukan hanya pada upaya
peningkatan persediaan lahan, tetapi juga menggolongkan
sumber-sumber potensial dari masyarakat untuk berpartisipasi
dalam pembangunan perkotaan.23
Kebijaksanaan lahan perkotaan di Indonesia pada dasarnya
dirumuskan dalam pasal 33 ayat 3 UUD 1945 yang lebih lanjut
dijabarkan dalam UU no. 5 tahun 1960 yang dikenal dengan
Undang - Undang Pokok Agraria. Kemudian ditekankan lagi dalam
GBHN TAP MPR No. II/MPR/1993 pada Pembangunan Jangka Panjang
Kedua bahwa, "tata ruang nasional yang berwawasan nusantara
dijadikan pedoman bagi perencanaan pembangunan agar penataan
lingkungan hidup dan pemanfaatan sumber daya alam dapat
dilakukan secara aman, tertib, efisian dan efektif (GBHN,
1993). Sehubungan dengan itu perlu makin ditingkatkan
penataan kembali penggunaan, penguasaan dan pemilikan lahan
termasuk pengalihan hak.
Pada prinsipnya, ketetapan tersebut dijadikan arah dalam
pembentukan kebijaksanaan lahan perkotaan. Di samping itu
dalam TAP MPR NO. II/MPR/1993, pada Pembangunan Lima Tahun
Keenam, dinyatakan “dilain pihak partisipasi aktif segenap
lapisan masyarakat dalam pembangunan harus makin meluas dan
makin merata, baik dalam memikul beban pembangunan maupun
dalam pertanggungjawaban atas pelaksanaan pembangunan ataupun
pula di dalam menerima kembali hasil pembangunan".
Karenanya, mengingat keterbatasan keuangan pemerintah,
kiranya perlu dijajagi dan dilaksanakan suatu pendekatan
peningkatan pengadaan atau penyediaan lahan perkotaan
melalui pelaksanaan kebijaksanaan lahan dengan strategi yang
melibatkan potensi dan peran serta masyarakat, pendekatan
tersebut adalah "konsolidasi lahan perkotaan".