Professional Documents
Culture Documents
Disease
Bambang Irawan
Department of Cardiology and Vascular Medicine
Faculty of Medicine Universitas Gadjah Mada
Dr. Sardjito General Hospital Yogyakarta, Indonesia
Abstract
Trial with statins has been done in many clinical trial and proved to
prevent acute coronary syndrome and do improve morbidity and mortality rate in
coronary artery disease even in normal LDL cholesterol, but multiple risk factor
such as hypertension , diabetes mellitus, metabolic syndrome, etc still have risk to
become coronary artery disease and the lower the better concept in normal LDL
was proved to protect patient in multiple risk factors in mortality and morbidity
caused by coronary artery disease.
Sindroma koroner akut merupakan kejadian ruptur atau fisur dari plak
disertai dengan terbentuknya trombus yang terdapat di pembuluh darah koroner
penderita penyakit jantung koroner dan mengakibatkan berbagai tingkatan baik
trombosis maupun penyumbatan distal dari tempat plak tersebut [6,7,8,9]. Pada
rekaman elektrokardiogram [EKG] bisa ada atau tidak gelombang Q patologis,
ada atau tidak elevasi gelombang ST dan bahkan rekaman EKG bisa normal.
Secara klinis sindroma koroner akut dapat berupa angina tidak stabil dan infark
miokardium. Jadi sindroma koroner akut merupakan suatu spektrum sindrom
klinik yang bervariasi dari angina tidak stabil sampai dengan Non ST Elevation
Myocardial Infarction [NSTEMI] dan ST Elevation Myocardial Infarction
[STEMI].
Berbagai tindakan seperti prevensi primer [sebelum terkena secara klinis
aterosklerosis], sekunder [setelah terkena secara klinis aterosklerosis] maupun
tersier [setelah dilakukan tindakan intervensi bedah sebagai akibat aterosklerosis]
sangat diperlukan untuk menurunkan baik angka morbiditas maupun mortalitas
akibat aterosklerosis.
Aterogenesis
Lemak merupakan zat yang tidak larut didalam darah, olekarenanya untuk
transport lemak didalam darah harus berbentuk lipoprotein yang mampu berjalan
didalam darah dengan membawa lemak dalam kondisi larut. Setiap lipoprotein
mengadung trigliserid kolesterol dan phospholipid dalam kadar yang berbeda
menurut jenis lipoproteinnya.
Obat penurun lemak golongan statin khusus untuk kolesterol dan golongan
fibrat untuk trigliserid telah banyak dipakai untuk mengontrol faktor risiko
tersebut, ezetemebe dalam kombinasinya dengan statin telah terbukti sangat
efektif menurunkan kadar kolesterol total dan LDL kolesterol.
Sindroma koroner akut merupakan salah satu dari kejadian kardiovaskuler
dari perjalanan penyakit jantung koroner. Sindroma ini diakibatkan oleh gangguan
aliran darah koroner berupa obstruksi secara akut atau sub akut sehingga
akibatkan menurunnya konsumsi oksigen yang dipicu oleh rupturnya plak
aterosklerose disertai dengan trombosis, vasokonstriksi dan mikroemboli.
Sindroma koroner akut bisa berupa infark miokard akut ataupun angina
tidak stabil, manifestasi klinisnya lain namun patogenesisnya sama berupa ruptur
atau erosinya plak di ikuti dengan berbagai tingkatan kejadian trombosis dan
embolisasi di distal.
Aterosklerosis
Mulai dikenal konsep plak yang stabil dengan ciri matriks ekstraseluler
dengan dindingnya yang tebal sedangkan inti lipid relatif kecil atau sedikit, pada
plak tipe ini walaupun ateroma tersebut besar akan tetapi stabil sehingga tidak
mudah ruptur, oleh karenanya secara klinis penderita tersebut sering mengeluh
tentang angina akan tetapi relatif aman terhadap serangan sindroma koroner akut
dan golongan penderita ini sering disebut dengan angina stabil. Disisi lain dikenal
pula plak yang tidak stabil, dimana ateroma tersebut mengandung matriks
ekstraseluler dengan dindingnya yang tipis dengan inti lipid yang besar sehingga
mudah mengalami ruptur dan terjadi sindroma koroner akut. Untuk terjadinya
sindroma koroner akut bukan ditentukan besar kecilnya plak ateroma yang
terbentuk, akan tetapi stabil tidaknya ateroma yang terbentuk. Ateroma yang
cukup besar akan tetapi stabil relatif akan lebih aman terhadap terjadinya
sindroma koroner akut dibandingkan dengan ateroma walaupun relatif kecil akan
tetapi dari jenis yang tidak stabil karena pada ateroma tipe tidak stabil ini kejadian
ruptur plak lebih mudah dibandingkan dengan yang tipe stabil walaupun plak
yang stabil tersebut lebih besar.
Ruptur dari plak bisa terjadi dari berbagai faktor yang mempengaruhinya.
Ruptur secara aktif hal ini diperkirakan akibat adanya sekresi enzim proteolitik
oleh makrophag yang dapat menipiskan maupun memperlemah kapsula fibrosa.
Ruptur ini berhubungan dengan kekuatan fisik yang terfokus pada bagian
terlemah dari kapsula fibrosa biasanya terletak didaerah pertemuan antara plak
dan jaringan yang normal. Daerah rawan ruptur sangat tergantung pada tekanan
sirkumferensi dindingnya, demikian juga lokasi, besar dan komposisi inti lipid
dan dampak dari aliran darah pada permukaan plak tersebut. Di samping ruptur
dari plak, erosi plak juga merupakan salah satu mekanisme terjadinya sindroma
koroner akut. Erosi plak lebih sering terjadi pada wanita. Pada kematian
mendadak akibat koroner prevalensi dari erosi plak terekam sebanyak 40%, pada
akut miokard infark sebanyak 25% dengan angka kejadian pada wanita lebih
banyak dibandingkan pada pria. Pada ruptur dari plak terjadi 37% pada wanita
dan 18% pada pria. Pada erosi plak, trombus melekat pada permukaan dari plak,
sedangkan pada ruptur plak, trombus terjadi sampai kelapisan dalam dari plak ke
inti lipid dan kalau hal ini tidak diikuti dengan remodeling yang positif, akibatkan
pertumbuhan progresi yang sangat cepat dari plak.
Peradangan
Pada pemeriksaan secara patologi dari preparat plak tidak stabil yang
didapat pada aterektomi secara langsung didapatkan sekitar 40% adanya
hiperplasia neointimal, terjadinya neointimal ini sangat mungkin dirangsang oleh
inflammatory growth factor yang dihasilkan oleh sel, trombus atau sel otot polos.
Trombus
Trombus terbentuk ditempat plak yang alami ruptur atau erosi. Dan ini
dapat berupa oklusi koroner subtotal atau total. Pada penderita angina unstable
didapatkan trombus yang terjadi kaya dengan kandungan trombosit. Pada inti
yang kaya lipid dimana terlihat setelah plak ruptur, bersifat sangat trombogenik
dan banyak kandungan faktor jaringan yang aktif dibandingkan dengan
komponen lain [24]. Ada hubungan yang kuat antara aktifitas faktor jaringan
dengan adanya makrofag. Pada angina tidak stabil aktifitas monosit prokoagulan
ditemukan bertambah jumlahnya. Hiperkolesterolemia, fibrinogen, gangguan
fibrinolisis dan infeksi dapat ikut berperan dalam pembentukan trombus.
Terjadinya trombolisis secara spontan dapat menjelaskan terjadinya serangan
thrombotic vessel occlusion/subocclusion yang disertai dengan perubahan keluhan
ataupun perubahan gambaran EKG. Trombosis pada tempat plak yang ruptur
dapat menjadi fragmen yang kecil dan migrasi ikut aliran darah dan menyumbat
arteriolae dan kapiler. Emboli ini akan mengakibatkan nekrosis kecil.
Vaso konstriksi
Miokardium
Pada angina tak stabil miokardium bisa normal atau ada berbagai derajad
nekrosis miokard. Beberapa pasien terdapat area fokal dari sel yang nekrosis pada
miokardium yang dipelihara oleh arteri yang terdapat plak tersebut yang
merupakan akibat dari terjadinya tromboemboli yang berulang. Daerah nekrosis
yang sangat terbatas ini biasanya tidak terdeteksi pada pemeriksaan CK atau CK-
MB secara rutin sehingga hasilnya bisa normal atau naik sedikit. Troponin T atau
I merupakan pemeriksaan yang sangat sensitif dan harus dilakukan pada penderita
yang dicurigai terjadinya sindroma koroner akut. Naiknya troponin tanpa
kenaikan CK-MB menunjukkan adanya kerusakan miokard yang minimal.
Pencegahan
Di samping diet yang baik, olah raga akan sangat menyokong terapi diet
ini. Diet dikombinasikan dengan olah raga dapat menurunkan risiko penyakit
gula, kegemukan dan meningkatkan HDL-kolesterol yang merupakan kolesterol
yang baik.
1. Kadar gula darah harus dijaga tetap normal. Pada penderita penyakit gula
harus dicapai keseimbangan antara diet, obat dan olah raga sedemikian
mungkin sehingga bisa mencapai target kadar gula di dalam darah se
normal mungkin.
3. Makan cukup kalori sesuai dengan kebutuhan badan untuk mencapai atau
mempertahankan berat badan ideal. Namun pada masa pertumbuhan,
hamil dan menyusui harus menambah kalori yang dimakan untuk
memenuhi kebutuhan yang meningkat pada keadaan tersebut.
4. Khusus untuk penderita penyakit gula yang memakai obat, diet harus
dapat mencegah terjadinya hiper atau hipoglikemia.
1. Makan banyak yang mengandung sayur, nasi, kacang dan tepung setiap
harinya.
2. Makan lebih banyak buah-buahan dan sayur, makin banyak makin baik.
3. Pilihlah makanan dengan kadar lemak yang rendah misalnya susu, keju
dan yogurt rendah lemak
Dan yang paling penting adalah statin dalam hal ini rosuvastatin dapat
melindungi tidak saja pada prevensi sekunder atau tersier akan tetapi harus sudah
dipakai pada prevensi primer pada golongan risiko tinggi ataupun dengan
kenaikan hs-CRP walaupun belum ada secara klinis penyakit kardiovaskuler.
Simpulan
Namun pada mereka yang telah ada plak maka statin terbukti mampu
merubah plak yang tidak stabil menjadi stabil sehingga dapat menurunkan baik
angka kesakitan maupun kematian akibat penyakit jantung koroner.
Daftar Pustaka
1. Murray CJ, Lopez AD. 1997. Mortality by cause for eight regions of the
world: Global Burden of Disease Study. Lancet ;349:1269-76.
3. Willet WC. 1994. Diet and Health: what should we eat? Science ;264:532-
7.
7. Davies MJ, Thomas AC. 1985. Plaque fissuring: the cause of acute
myocardial infarction, sudden ischemic death, and crescendo angina.Br
Heart J;53:363-73.
10. Furchgott RF,Zawadski JV. 1980. The obligatory role of endothelial cells
in the relaxation of arterial smooth muscle by acetylcholin.
Nature;299:373-376.
11. MAAS Investigators. 1994. Effect of Simvastatin on Coronary Atheroma.
The Multicentre Anti-Atheroma Study [MAAS]. Lancet;344:633-8.
12. Pitt B, Waters D, Brown MV, et al. 1999. Aggressive lipid lowering
therapy compared with angioplasty in stable coronary artery disease. N
Engl J Med;341:70-6.
14. The LIPID study Group. 1998. Prevention of cardiovascular events and
death with pravastatin in patients with coronary heart disease and a broad
range of initial cholesterol levels. N Engl J Med;339:1349-57.
15. Schwartz GG, Oliver MF, Ezekowitz MD, et al. 1998. Rational and design
of The Myocardial Ischemic Reduction with Aggressive Cholesterol
Lowering [MIRACL] Study that evaluates atorvastatin in unstable angina
pectoris and in non Q wave acute myocardial infarction. Am J
Cardiol;81:578:81.
16. Underhill HR, Yuan C, Zhao XQ, et al. 2008. Effect of rosuvastatin
therapy on carotic plaque morphology and composition in moderately
hypercholesterolemic patients: A high-resolution magnetic resonance
imaging trial. Am Heart J;155:584 e1-e8.
17. Crouse JR, Raichlen JS, Riley WA, et al. 2007. Effect of Rosuvastatin on
Progression of Carotid Intima-Media Thickness in Low-Risk Individuals
with subclinical Atherosclerosis. JAMA;297:1344-53.
18. Baigent C, Keech A, Kearney PM, et al. 2005. Efficacy and safety of
cholesterol-lowering treatment: prospective meta-analysis of data from
90.056 participants in 14 randomised trial of statin. Lancet;366:1267-78.
19. Kearney PM, Blackwell L, Collins R, et al. 2008. Efficacy of cholesterol
lowering therapy in 18.686 people with diabetes in 14 randomised trials of
statins: a meta-analysis. Lancet;371:117-25.
20. Ridker PM, Danielson E, Fonseca FA, et al. 2008. Rosuvastatin to prevent
vascular events in men and women with elevated C-reactive protein. N
Engl J Med;39:2195-207.
---------------------------------------------------------------------------------