Professional Documents
Culture Documents
Analisis Kesesuaian Dan Perencanaan Tapa PDF
Analisis Kesesuaian Dan Perencanaan Tapa PDF
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2008
SURAT PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Analisis Kesesuaian dan
Perencanaan Tapak Kawasan Situ Pengasinan Sebagai Kawasan Pariwisata
Kota adalah karya saya sendiri dan belum pernah diajukan dalam bentuk apapun
kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip
dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah
disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir tesis
ini.
Tesis
Sebagai salah satu syarat memperoleh gelar
Magister Sains pada
Program Studi Ilmu Perencanaan Wilayah
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2008
Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis : DR. Ir. Setia Hadi, MS
Judul Tesis : Analisis Kesesuaian dan Perencanaan Tapak Kawasan Situ
Pengasinan Sebagai Kawasan Pariwisata Kota
Nama : Prima Jiwa Osly
NIM : A353060101
Disetujui
Komisi Pembimbing
Dr. Ir. Komarsa Gandasasmita, MSc Dr. Ir. IDK. Riadika Mastra, MEng
Ketua Anggota
Diketahui
Dr. Ir. Ernan Rustiadi, M.Agr Prof. Dr. Ir. Khairil Anwar Notodiputro, MS
Yang mulia:
Ayahanda dan Ibunda
Prof. DR. Ir. H. Osly Rachman, MS – Hj. Nursahati, SH
Yang tercinta:
Isteriku
Puspita Sari, ST
Yang tersayang:
Putriku
Azumi Sultanikha (Zee)
PRAKATA
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Alhamdulillah penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunianya,
sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam
penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Maret 2008 sampai Juli 2008 ini adalah
perencanaan dan perancangan tapak kawasan situ agar dapat menjadi sebuah
kawasan wisata yang berisi berbagai macam obyek wisata. Berdasarkan tema
diatas, karya ilmiah ini diberi judul Analisis Kesesuaian dan Perencanaan Tapak
Kawasan Situ Pengasinan Sebagai Kawasan Pariwisata Kota.
Dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan
yang setinggi-tingginya kepada :
1. Dr. Ir. Ernan Rustiadi selaku Ketua Program Studi Ilmu Perencanaan
Wilayah (PWL) IPB.
2. Dr. Ir. Komarsa Gandasasmita, MSC selaku Dosen Pembimbing Utama.
3. Dr. Ir. IDK. Riadika Mastra, MEng, selaku Dosen Pembimbing Anggota.
4. Prof. DR. Ir. Osly Rachman, MS, ayah sekaligus mentor.
5. Puspita Sari, ST dan Azumi Sultanikha, istri dan anakku tersayang.
6. Fakultas Teknik Universitas Pancasila, Jakarta, selaku sponsor.
7. Mahasiswa Pasca Sarjana IPB, khususnya Program Studi Ilmu
Perencanaan Wilayah (PWL) IPB, khususnya Program Reguler Angkatan
2006.
8. Semua pihak yang membantu dalam penulisan rencana penelitian ini.
Akhir kata semoga karya ilmiah ini, baik dalam pemaknaan substansi
maupun ekspresi penulisan dapat bermanfaat bagi yang membacanya.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Latar Belakang
Peran sektor pariwisata terasa semakin penting dalam perekonomian
daerah, baik sebagai sumber PAD (Pendapatan Asli Daerah) maupun sebagai
kesempatan kerja serta kesempatan berusaha. Dalam rancangan pembangunan
nasional, untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat, pengembangan pariwisata
harus dilakukan dan ditingkatkan dengan memperluas dan memanfaatkan sumber
serta potensi pariwisata. Pemasukan (devisa) dari sektor pariwisata Indonesia
adalah sebesar Rp 125 trilyun dengan penyerapan tenaga kerja sebesar 7,52 juta
orang (DEPBUDPARRI, 2006). Meningkatnya jumlah wisatawan akan
menciptakan industri pariwisata (angka pertumbuhan nasional sebesar 2% per
tahun). Dalam kasus kota Depok, tahun 2006 sektor pariwisata menyumbang
25,4% bagi PAD dan 8,8% dari keseluruhan restribusi pendapatan Jawa Barat dari
sektor pariwisata. Peningkatan tersebut didorong oleh tiga hal, yakni pertama,
penampilan eksotis daerah, dalam arti bahwa setiap pariwisata tentu ingin
menampilkan sesuatu yang belum ada di mana-mana. Kedua, kebutuhan orang
modern dengan hiburan waktu senggang atau relaksasi (keluar dari rutinitas).
Ketiga, mendatangkan keuntungan sebesar-besarnya bagi daerah yang dijadikan
tujuan wisata.
Depok memiliki posisi sebagai daerah peresapan air dan hal ini dituangkan
dalam Keppres No. 114 Pasal 2 tahun 1999 tentang Penataan Ruang Bogor-Puncak-
Cianjur). Dalam Keppres tersebut salah satu fungsi penting kawasan adalah
sebagai peresapan air bagi keseluruhan kawasan Jakarta, Bogor, Depok,
Tangerang, dan Bekasi. Praktek peresapan air itu dilakukan melalui perlindungan
ekologi kawasan hijau dan danau (bahasa lokal disebut situ). Saat ini, sebanyak 12
dari 26 situ di Depok dalam keadaan rusak. Kualitas air berkurang karena
sedimentasi, tumbuhnya gulma air yang tak terkendali, limbah domestik,
kerusakan bangunan air pendukung situ (tanggul, pintu air) sehingga
menyebabkan penyempitan luas permukaan situ secara terus menerus. Dengan
semakin besarnya kerusakan ekosistem situ, kegiatan konservasi air di kota Depok
saat ini dalam kondisi mengkhawatirkan (Rosnila, 2004). Sebesar 40% total curah
Identifikasi Masalah
Perkembangan Depok sebagai kota yang relatif baru dapat dikatakan
cukup pesat. Pengembangan kota dari Kota Administratif menjadi Kota membuat
Depok berbenah diri. Depok pada awalnya direncanakan sebagai kota satelit
kemudian berubah menjadi kota dormitory. Hal ini mengakibatkan pertumbuhan
penduduk menjadi sangat cepat (pertumbuhan penduduk 3,70% per tahun, lebih
tinggi dibandingkan pertumbuhan penduduk nasional 3,2% per tahun). Untuk
mengantisipasi hal tersebut maka dilakukan pembangunan fasilitas-fasilitas utama
yang membangun struktur kota yaitu permukiman, perdagangan dan sosial. Di sisi
lain, pertambahan penduduk juga berpengaruh terhadap berbagai hal dalam
keinginan beraktivitas, termasuk aktivitas wisata. Keterbatasan kawasan wisata
termasuk variasi dan obyek wisata di kota Depok membuat masyarakat mencari
obyek wisata yang ada di daerah lain seperti Bogor dan Jakarta (Susilowati et al.,
2005).
Sebagai salah satu wilayah dalam daerah konservasi tanah dan air
(KEPPRES no 114 tahun 1999), Depok memiliki situ-situ yang keberadaannya
belum dimanfaatkan secara maksimal oleh pemerintah kota dan usaha swasta.
Sama seperti kota-kota lainnya yang sedang berkembang, perubahan penggunaan
lahan dari pertanian menjadi non pertanian menjadi konsekwensi perkembangan
kota. Perubahan penggunaan lahan ini akan mempengaruhi perilaku dan fungsi air
permukaan. Keadaan ini juga berpengaruh terhadap keberadaan situ. Apabila
kondisi ini tidak dikendalikan maka keberadaan situ akan menciut dan bahkan
Tujuan Penelitian
Tujuan Utama
Tujuan utama penelitian ini adalah merencanakan dan merancang kawasan
Situ Pengasinan, Sawangan menjadi kawasan pariwisata kota bernuansa
lingkungan dan dapat menjadi ciri utama pariwisata Depok.
Kontribusi Penelitian
Kontribusi dari penelitian ini adalah :
1. Acuan bagi Pengambil Kebijakan (Pemerintah Kota Depok c/q Kantor
Pariwisata, Seni dan Budaya Kota Depok) untuk menetapkan pembangunan
Kawasan Situ Pengasinan, Sawangan
2. Sebagai salah satu model pembangunan kawasan wisata yang berwawasan
lingkungan
3. Sebagai salah satu landasan ilmiah dalam mempromosikan pariwisata Depok
Pengertian Pariwisata
World Trade Organization (WTO) mendefinisikan pariwisata sebagai ”the
activities of persons travelling to and staying in places outside their usual
environment for not more than one consecutive year for leisure, business and
other purposes” atau segala macam aktivitas dari manusia yang melakukan
perjalanan dan menetap di sebuah tempat selain lingkungan tempat hidupnya
selama tidak lebih dari satu tahun untuk keperluan mengisi waktu senggang,
bisnis dan atau keperluan lainnya. Definisi wisata menurut Swabrooke et al., 2003
adalah “Tourism can be defined as the theories and practice of travelling and
visiting places for leisure related purpose” atau pariwisata dapat diartikan sebagai
teori dan praktek dari perjalanan mengunjungi obyek-obyek tertentu untuk
mendapatkan kesenangan. UU nomor 9 tahun 1990 tentang Kepariwisataan
mendefinisikan wisata sebagai kegiatan perjalanan atau sebagian dari kegiatan
tersebut yang dilakukan secara sukarela serta bersifat sementara untuk menikmati
obyek dan daya tarik wisata. Sehingga berdasarkan definisi diatas dapat diartikan
bahwa seluruh jenis perjalanan yang dilakukan dapat dikatakan sebagai wisata
apabila dalam melakukan perjalanan tersebut seseorang mendapatkan kesenangan.
Secara relasional, pariwisata merupakan hubungan antara obyek dan manusia.
Obyek memberikan sesuatu yang dapat mengakibatkan manusia terpuaskan hasrat
keinginannya, manusia akan memberikan sesuatu pula terhadap obyek tersebut.
Berdasarkan pengertian diatas maka pariwisata mempunyai ciri-ciri (1) pelaku
(individu atau kelompok), (2) yang melakukan perjalanan, (3) bersifat sementara,
(4) untuk mencari kebahagian, kepuasaan atau kenikmatan. Sehingga, secara
kontekstual, perjalanan yang dilakukan manusia dari tempat asal menuju tempat-
tempat yang disukai dalam waktu sementara dengan tujuan rekreasi dan
bersenang-senang identik dengan kegiatan wisata.
Segmentasi Pasar
Dalam menghubungkan antara konsep atau teori mengenai aktivitas dan
fasilitas wisata serta pengalaman berwisata pengunjung diperlukan sebuah konsep
atau teori yang menjelaskan keberadaan dari pengunjung tersebut yang terkait
dengan konsep pasar. Konsep ini berguna dalam menganalisa kebutuhan
wisatawan atau pengunjung pada suatu destinasi. Konsep pasar merupakan alat
untuk menemukenali karakteristik wisatawan atau pengunjung, karena dengan
mengenali karakteristiknya dapat diketahui tanggapan dari wisatawan atau
pariwisata.
Memiliki fungsi-fungsi utama sebagai tempat rekreasi, permukiman,
Dalam perencanaan kawasan tepi air terdapat dua aspek dominan, yaitu :
1. Aspek geografis, yaitu hal-hal menyangkut geografis kawasan yang akan
menentukan jenis serta pola penggunaan kawasam tersebut. Termasuk
dalam aspek ini adalah :
Kondisi perairan (jenis, dimensi dan konfigurasi, pasang surut serta
keadaan air)
Kondisi daratan (ukuran, konfigurasi, daya dukung tanah dan
kepemilikan)
Iklim (musim, temperature, angin dan curah hujan)
Pencapaian dan sirkulasi, yaitu akses dari dan menuju tapak serta
Kedua aspek diatas menjadi penting untuk menciptakan suatu kawasan tepian air
yang hidup dan dapat dinikmati
dibuatlah beberapa saluran kanal di area waterfront. Hal ini bertujuan untuk
tetap mempertahankan ikatan visual dan karakter pada area waterfront, dan
membuat pemisah buatan yang memisahkan secara jelas fungsi fungsi yang
ada pada site.
Pola susunan massa dan ruang pada zona-zona yang berada di area
waterfront harus mengacu dan berorientasi ke arah perairan. Apabila hal ini tidak
diterapkan maka area tersebut akan kehilangan ciri khas dan karakternya sebagai
area waterfront. Zona-zona yang ada di area waterfront tercipta karena area
waterfront merupakan suatu area yang menjadi tempat bertemu dan
berintegrasinya beberapa fungsi kegiatan menjadi satu. Pada umumnya, zona yang
berada langsung berbatasan dengan daerah perairan utama mempunyai fungsi-
fungsi kegiatan utama yang bersifat publik sehingga dapat diakses dari segala arah
oleh semua orang. Setelah zona utama terbentuk barulah kemudian di sekitarnya
dibangun zona-zona ruang yang lebih kecil yang berisi fungsi-fungsi penunjang
kawasan utama tersebut atau berisi daerah permukiman penduduk.
Sirkulasi atau jaringan jalan merupakan elemen kawasan yang penting.
Sirkulasi adalah lahan yang digunakan sebagai prasarana penghubung antara
Perencanaan Tapak
Perencanaan tapak (site planning) adalah seni menata lingkungan buatan
manusia dan lingkungan alamiah guna menunjang kegiatan manusia. Mendesain
sebuah tapak juga merupakan sebuah seni untuk menata fasilitas dalam tapak
untuk mendukung pemenuhan kebutuhan akan aktivitas. Pemberian bentuk untuk
Analisa Tapak
Analisa tapak merupakan sebuah proses pemahaman akan kualitas-kualitas
tapak yang dimiliki, faktor-faktor yang menentukan suatu karakter tapak, maksud
yang terkandung dalam tiap faktor, lokasi masing-masing faktor dan
mengkategorikan tiap faktor kedalam proses perencanaan. Semua ruang, baik
ruang dalam dan ruang luar, dirancang untuk menunjang satu atau beberapa
kegiatan. Perilaku manusia yang merupakan suatu kegiatan spesifik akan
mempengaruhi bentuk yang diwadahi oleh ruang. Sebaliknya, bentuk ruang
mempengaruhi persepsi masyarakat tentang ruang dan kemudian cara mereka
memakainya. Jadi terdapat hubungan keseluruhan antara perilaku, persepsi, dan
bentuk. Analisa dan rancangan tapak proyek terfokus pada hubungan-hubungan
ini dalam tapak komunitas. Analisa terhadap tapak juga membutuhkan
pemahaman terhadap kondisi dalam tapak (on site) dan luar tapak (off site).
Analisa tapak membahas secara sistematis tiga konteks tersebut:
1. Konteks ruang tapak (faktor-faktor alami dan buatan)
2. Konteks perilaku (pola-pola kegiatan sosial dan ekonomis dari tapak dan
konteks lingkungannya, serta kebijakan pemerintah yang mempengaruhi
pembangunan tapak).
3. Konteks persepsi (persepsi manusia dan penggunaan ruang).
kawasan
Memisahkan jalan yang menampung volume lebih tinggi pada
bangunan.
Pemberi bayangan keteduhan (shelter)
debu.
c. Plaza
Plaza atau ruang terbuka dibuat untuk mengikat massa-massa bangunan
yang saling terpisah, dan difungsikan sebagai ruang komunikasi/relaksasi
penghuninya
Pendaerahan atau Zoning
Kriteria untuk membentuk pendaerahan/zoning didasarkan pada:
a. Derajat privasi dari pengguna kawasan.
b. Derajat kepentingan dari kawasan ditinjau dari jenis kegiatan utama yang
terjadi dalam kawasasn terbangun
ANALISA
Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan selama 4 bulan, dimulai pada bulan Maret 2008
yang dimulai dengan studi kepustakaan sampai dengan penulisan tesis selesai
pada bulan Juli 2008.
Dengan cara yang sama, maka semua kelas dalam parameter tersebut
diberi skor. Selanjutnya kombinasi dari semua parameter lahan tersebut,
dijumlahkan skornya. Dengan demikian semakin tinggi jumlah skornya maka
keidealannya juga semakin besar atau dengan kata lain sangat sesuai. Skor
kemudian diperingkatkan untuk menilai tingkat kesesuaian zona mulai dari sangat
sesuai sampai dengan sangat tidak sesuai (Tabel 11.) dengan selang tingkat
kesesuaian berdasarkan persamaan :
Selang Kelas =
∑ SkorMaksimal − ∑ SkorMinimal
∑ Parameter
Vegetasi yang diukur pada kawasan ini adalah vegetasi yang terdiri dari pohon-
pohon tinggi dengan jarak rapat, pohon-pohon tinggi dengan jarak renggang dan
padang alang-alang/rumput (ruang terbuka hijau). Ketiga jenis vegetasi ini sangat
mendukung zona A, karena keberadaannya menjadikan obyek wisata utama
menjadi variatif. Selain itu vegetasi ini dapat dirubah menjadi taman-taman hidup
yang menjadi satelit-satelit dalam zona.
Tabel 15. Skoring Vegetasi dalam zona A (Village Zone)
Kelas Besaran Deskripsi Skor Keterangan
Sangat ideal Vegetasi bergerombol dan teratur 5
Vegetasi bergerombol dan tidak
Sedang 3
teratur
Sangat tidak Vegetasi tidak bergerombol dan tidak
1
ideal teratur
Topografi
Lokasi penelitian ini terletak pada ketinggian 87,50 m dpl (diatas
permukaan laut) sampai dengan 111 m dpl dengan topografi bervariatif (Gambar
12). Lokasi penelitian ini cenderung rata dan cocok untuk pengembangan kawasan
wisata perkotaan kota yang relatif tidak membutuhkan earthwork (pekerjaan
galian dan timbunan) yang besar. Kemiringan lahan (slope) lokasi penelitian dapat
dilihat pada Gambar 13.
Hidrologi
Wilayah penelitian berada pada Daerah Aliran Sungai (DAS) Ciliwung.
Sungai yang terdapat pada wilayah penelitian adalah anak sungai Ciliwung yaitu
Aksesibilitas
Pada lokasi penelitian terdapat 3 ruas jalan yang menghubungkan wilayah
penelitian dengan jalan propinsi dan jalan kota. Dari 3 ruas jalan ini baru satu ruas
yang permanen dengan badan jalan di aspal sepanjang 3,5 km yaitu jalan
Pengasinan Raya yang mengitari kawasan. Sedangkan jalan lainnya kondisinya
masih jalan tanah namun dapat dilewati oleh kendaraan roda dua maupun roda
empat. Sedangkan jalan lainnya yaitu jalan dalam kawasan masih dalam bentuk
jalan setapak yang biasa digunakan oleh masyarakat setempat untuk bertani dan
berladang (Gambar 15).
Pola Ruang
Pola ruang dasar kawasan adalah kawasan budidaya pertanian dan badan
air. View dan desakan penduduk akibat kebutuhan akan perumahan membuat pola
dasar ini berubah. Saat ini pola ruang permukiman sudah mulai masuk kedalam
wilayah badan air dan areal budidaya pertanian. Hal ini akan menggangu kondisi
lingkungan sekitar badan air karena kondisi air permukaan akan terdesak oleh
limbah-limbah rumah tangga perumahan. Harga tanah yang mulai meningkat pada
kawasan juga mendorong penduduk untuk mematikan lahan sawah, hal ini
ditunjukkan dengan luas lahan sawah bera permanen yang sudah dipersiapkan
untuk areal permukiman. Pola ruang kawasan dan luas dari masing-masing Land
Cover/Land Use dapat dilihat pada Gambar 16 dan Tabel 25.
Infrastruktur
Kawasan dikelilingi oleh jalan kolektor sehingga kawasan adalah kawasan
yang memiliki aksesibilitas tinggi. Jalan kolektor tersebut adalah jalan Pengasinan
Raya, jalan Masjid dan jalan Kemat. Aksesibiltas tinggi ini dapat dimanfaatkan
untuk mempermudah pengaturan pintu masuk dan pintu keluar kawasan. Selain
Arahan Pengembangan
Analisis Kemiringan Lahan
Bentang alam suatu wilayah dibentuk oleh Topografi dan kemiringan
lahan. Tingkat kemiringan lahan akan berpengaruh pada tingkat erosi, penentuan
jenis vegetasi, arah aliran saluran drainase, serta jenis kegiatan fisik yang akan
dikembangkan. Secara umum semakin tinggi tingkat kemiringan lahan, semakin
Kesesuaian Zona
Untuk mengetahui tingkat kesesuaian pada masing-masing zona
peruntukan, maka dilakukan overlay/intersept antara peta pola ruang, jalan, view,
vegetasi dan slope yang masing-masing memiliki bobot tertentu untuk masing-
masing zona yang akan dibangun. Dari hasil overlay tersebut kemudian dihitung
luas tingkat kesesuaian untuk masing-masing zona peruntukan.
Zona A (Village Zone)
Zona A sebagai zona yang akan dikembangkan menjadi zona desa
memiliki tingkat kesesuaian lahan yang cukup untuk dikembangkan menjadi
sebuah kawasan wisata desa. Dengan luas area yang sesuai sebesar 35% dari luas
kawasan, zona ini relatif lebih mudah dikembangkan (Tabel 29). Komposisi
penyebaran daerah kesesuaian yang merata pada bagian barat kawasan juga
menjadikan zona ini lebih mudah untuk dikembangkan menjadi satu tema. Selain
itu, lahan-lahan sawah yang akan menjadi titik utama perancangan seluruhnya
tersebar pada daerah dengan kesesuaian sangat sesuai dan sesuai (Gambar 20).
Arahan Pengembangan
Berdasarkan hasil analisis kesesuaian lahan untuk masing-masing zona,
maka dapat ditentukan letak tapak untuk masing-masing zona pada kawasan.
Perletakan masing-masing zona ini didasarkan atas kedekatan perletakan hasil
Perancangan Tapak
Kriteria Dasar
Menurut Lang (2005), Urban-Rural fringe is an area of mixed rural and
urban populations and land uses, which began at the point where agriculture land
Tapak dilintasi oleh jalan raya Pengasinan yang memiliki panjang 1612 m
yang melintas di sisi timur dengan intensitas kendaraan rendah dan jalan
Masjid yang memiliki panjang 1310 m dengan intesitas kendaraan rendah
yang melintas di sisi utara. Pada kedua sisi ini, kawasan terlihat secara
keseluruhan dan lebih indah sehingga pintu masuk utama dan pintu keluar
Untuk mencapai tapak dapat digunakan jalan raya Parung-Bogor (dari arah
Jakarta, Bogor dan Tangerang) serta jalan Muhtar Raya (dari arah Jakarta dan
Depok) sehingga dengan adanya papan penunjuk maka kawasan akan mudah
dicapai melalui jalan-jalan tersebut.
Faktor infrastruktur
Selain itu zona ini juga berfungsi sebagai zona penerima pengunjung. Sarana
dan prasarana pada zona ini adalah areal wisata desa, kantor pengelola dan
loket, pos sepeda, lapangan parkir dan main gate (pintu utama) yang
merupakan in gate (pintu masuk).
Zona B (Rest Area), yaitu zona yang berfungsi sebagai area untuk rekreasi dan
istirahat. Sarana dan prasarana pada zona ini adalah areal terbuka (sebagai areal
serbaguna), taman, restoran, bungalow, pos sepeda, kolam pemancingan dan
area servis.
wisata belanja. Selain itu zona ini juga berfungsi sebagai zona keluar
pengunjung. Saran dan prasarana pada zona ini adalah areal wisata air,
dermaga wisata air, toko handicraft, areal agrowisata, pos sepeda, areal servis
dan out gate (pintu keluar).
Ciri Khusus Kawasan
Kawasan ini merupakan kawasan peruntukan perumahan dengan KDB
tinggi dan KDB rendah. Keberadaan situ pengasinan dan lahan sawah
memberikan view atau pemandangan indah serta membuat kawasan ini tampak
alami dan indah. Aksesibilitas yang mudah membuat kawasan ini sangat strategis.
Saat ini, dengan keberadaan fasilitas wisata air dan lahan sawah yang belum
tertata rapi membuat kawasan ini belum dapat dinikmati secara maksimal. Untuk
membuat kawasan ini menjadi kawasan wisata bertema desa dengan kolam besar
maka perlu dilakukan penataan kawasan dan membuka view yang luas kearah situ
dan lahan sawah atau menjadikan situ dan lahan sawah sebagai orientasi kawasan.
Tata Bangunan
Sesuai tema yang diusung oleh kawasan ini, maka tata bangunan yang
dirancang disesuaikan dengan tema yang diangkat. Konsep tata bangunan
mengikuti kaidah Vernacular Architecture yaitu bahasa arsitektur dari manusia
atau tata bangunan yang berhubungan dengan konteks lingkungan dan sumber
daya yang tersedia serta membangun dengan peralatan yang tersedia. Seluruh
bentuk ini dibangun berdasarkan kebutuhan, mengakomodasi nilai lahan, ekonomi
dan cara hidup dalam bingkai kebudayaan lokal (Sebestyen, 2003).
Pencapaian Tapak
Tapak dapat dicapai melalui jalan Pengasinan Raya dengan moda
transportasi angkutan umum dan angkutan pribadi baik roda empat maupun roda
dua. Selain itu tapak juga dapat dicapai melalui jalan Raya Parung.
Sistem Sirkulasi Dalam Tapak
Pola sirkulasi dalam kawasan mengelilingi situ dan lahan sawah
(pematang) yang bentuk dan polanya merefleksikan bentuk air yang dinamis dan
diwakilkan oleh bentuk lingkaran dan lengkung. Sirkulasi dalam kawasan dibagi
menjadi tiga yaitu sirkulasi manusia, kendaraan (sepeda) dan kendaraan bermotor
parkir.
Kendaraan roda empat untuk pengelola dan servis, disediakan area
pohon besar sangat menarik dan unik. Sebagai kawasan wisata bernuansa
lingkungan, maka penggunaan bangunan yang dapat merusak lingkungan
Kegiatan wisata pada zona ini dimulai ketika memasuki pintu utama zona
(kantor pengelola). Perjalanan wisata dimulai dengan melakukan jalan-jalan
1 2
3 4
Kompleks Amphi Theatre adalah lahan seluas 10.700 m2. Kawasan ini
merupakan areal yang dirancang untuk dimiliki oleh PEMKOT dan atau
POKJA. Fasilitas ini berfungsi sebagai sarana untuk mengadakan acara-
acara yang berhubungan dengan kegiatan PEMKOT dan atau POKJA.
1. Backstage/Costume
2. Panggung
3. VIP
4. Festival
Pusat belanja tanaman merupakan sebuah areal yang memiliki luas lahan
sebesar 8550 m2. Areal ini terdiri dari 3 bangunan yaitu gazebo, pusat
belanja tanaman dan rumah kaca. Pusat belanja tanaman merupakan hasil
renovasi bangunan yang telah ada saat ini. Penempatan gazebo berfungsi
sebagai pintu masuk areal dan sarana untuk bersantai. Rumah kaca
berfungsi sebagai tempat pengembangbiakan tanaman, penyimpanan
tanaman dan sarana transfer teknologi kepada petani tanaman hias yang
ada saat ini (Gambar 34). Perancangan suasana untuk bangunan ini dapat
dilihat pada Gambar 35.
Dermaga wisata air merupakan hasil renovasi dari dermaga wisata air
yang ada saat ini. Dermaga wisata air yang ada saat ini dikelola oleh
POKJA Situ Pengasinan bekerjasama dengan PEMKOT Depok. Luas
dermaga air saat ini adalah sebesar 50 m2 dengan fasilitas tambahan
adalah penutup atap. Dalam perancangan luas areal untuk dermaga wisata
air adalah 780 m2. Pengembangan dermaga ini menjadi penting karena
Arahan
Arahan Tahapan Pembangunan
Perlunya penyusunan prioritas pengembangan guna menyesuaikan kondisi
pemerintah dan investor dalam mengembangkan kawasan perencanaan sehingga
tujuan dan sasaran dapat tercapai dengan baik. Di dalam arahan penentuan
prioritas pembangunan ditentukan antara lain oleh :
bersangkutan.
Ketersediaan lahan pengembangan yang dapat dibangun
Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan dalam penelitian ini, dapat disimpulkan
beberapa hal, sebagai berikut :
Analisis kesesuaian lokasi dibangun berdasarkan parameter yang terdiri
dari Land Cover/Land Use, jaringan jalan, status lahan dan view. Analisis
kesesuaian zona dibangun berdasarkan parameter Land Cover/Land Use,
Slope, Water Body, View, aksesibilitas dan vegetasi.
Analisis kesesuaian lokasi menggambarkan bahwa kawasan situ
Pengasinan cocok untuk dikembangkan menjadi kawasan wisata kota
dengan luas area sebesar 85% dari total kawasan.
Analisis kesesuaian zona membagi kawasan situ Pengasinan menjadi tiga
zona yaitu zona A (Village Zone) sebesar 37% luas kawasan, zona B (rest
area) sebesar 23% luas kawasan dan zona C (Water Zone) sebesar 21%
luas kawasan dengan masing-masing peruntukan dan obyek-obyek wisata
yang berbeda.
Konsep perancangan situasi yang diusung untuk kawasan wisata situ
Pengasinan adalah pedesaan dengan lahan sawah dan kolam besar. Konsep
tersebut menentukan isi dan perancangan keseluruhan bangunan termasuk
tata letak bangunan dan tata bangunannya.
Berdasarkan obyek-obyek wisata yang dibangun serta rancangan suasana
yang ada pada rencana kawasan maka target pengunjung kawasan adalah
keluarga dan perorangan dan tidak ada batasan umur.
Kawasan situ Pengasinan sesuai untuk dikembangkan menjadi sebuah
[Anonim]. 2004. Profil Daerah Kabupaten dan Kota Jilid 4. Jakarta. Penerbit
Buku KOMPAS.
[DEPBUDPARRI] Departemen Kebudayaan dan Pariwisata Republik Indonesia.
2006. Rencana Strategis Departemen Kebudayaan dan Pariwisata
2005-2009. Jakarta.
[DEPDAGRI] Departemen Dalam Negeri Republik Indonesia. 1990. Undang-
Undang Republik Indonesia No. 9 Tahun 1990 tentang
Kepariwisataan. Jakarta.
[DEPDAGRI] Departemen Dalam Negeri Republik Indonesia. 2007. Undang-
Undang Republik Indonesia No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan
Ruang. Jakarta.
[DODUSA] Departement of Defense USA. 2004. AREA PLANNING, SITE
PLANNING AND DESIGN. Unified Facilities Criteria (UFC) No.
UFC 3-210-01A. Washington.
[DODUSA] Departement of Defense USA.. 2004. SITE PLANNING AND
DESIGN. Unified Facilities Criteria (UFC) No. 3-210-06A.
Departement of Defense USA. Washington.
[GoWA] Government of Western Australia. 2006. QuickStart Guide to a Tourism
Bussiness. Tourism Western Australia.
[NCDoCM] NC Division of Coastal Management. 2005. Land Sutability Analysis
: User Guide. North Carolina.
[PEMKODEPOK] Pemerintah Kota Depok. 2006. Rencana Stratejik Kantor
Pariwisata, Seni dan Budaya Kota Depok 2006-2011. Depok.
Anggraini E. 2002. Pusat Kegiatan Informasi Arsitektur Indonesia di Surabaya.
Rancangan Arsitektur [skripsi]. Surabaya : Fakultas Teknik Sipil dan
Perencanaan Universitas Kristen Petra.
Bahaire T, Elliott-White M. 1999. The Application of Geographical Information
System (GIS) in Sustainable Tourism Planning : A Review. Journal of
Sustainable Tourism Vol. 7 No. 2. p159-174.
Breen A, Rigby D. 1996. The New Waterfront: A Worldwide Urban Success
Story, Great Britain. London. Thames & Hudson
Caneday L, Farris B. 2005. Carrying Capacity of Oklahoma’s Sand Dune Parks.
OSU. Oklahoma. Oklahoma Tourism and Recreation Departement.
Coppock JT, Duffield DS, Sewell D. 1971. Classification and Analysis of
Recreation Resource. Lavery ed. Recreational Geography. London.
De Chiara J, Koppelman L. 1975. Urban Planning and Design Criteria.
NewYork. Van Nostrand Reinhold Company Inc.
Erkin E, Usul N. 2004. Site Selection for New Tourism Type in Bodrum Peninsula
MU_LA Turkey. [terhubung berkala]. www.gis-esri.com [18 Sept
2007]