Professional Documents
Culture Documents
Fakultas Psikologi
UNIVERSITAS INDONESIA
ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran mengenai hubungan antara Implicit
Theory of Intelligence dan Goal-Orientation yang dimilki oleh siswa kelas tujuh Sekolah
Menengah Pertama. Pengukuran implicit theory of intelligence menggunakan alat ukur
personal conception of intelligence (Faria & Fontaine, 1997) yang telah diadaptasi oleh
peneliti. Pengukuran goal-orientation menggunakan alat ukur goal-orientation yang
dikembangkan Ames dan Archer (1988) dan telah diadaptasi oleh Murdaningtyas (2006)
serta peneliti sendiri. Partisipan penelitian ini berjumlah 75 orang siswa sekolah menengah
pertama. Hasil penelitian ini menunjukkan hubungan positif yang signifikan antara
incremental theory of intelligence dan mastery goal-orientation (r = 0,549 l.o.s 0,01), dan
juga terdapat hubungan negatif yang signifikan antara entity theory of intelligence dan
mastery goal-orientation (r = -0,264 l.o.s 0,05). Artinya, semakin tinggi incremental theory
of intelligence yang dimiliki seseorang, maka semakin tinggi ia menampilkan mastery goal-
orientation, dan semakin tinggi entity theory of intelligence yang dimiliki seseorang, akan
semakin rendah ia menampilkan mastery goal-orientation. Berdasarkan hasil penelitian
tersebut, untuk dapat mengembangkan mastery goal-orientation, siswa hendaknya
mengembangkan incremental theory of intelligence sejak dini terutama ketika memasuki
Sekolah Menengah.
This research was conducted to find the correlation between implicit theory of intelligence
and goal-orientation among grade seven students. Implicit theory of intelligence was
measured using a modified instrument named personal conception of intelligence (Faria &
Fontaine, 1997). Goal-orientation was measured using a modified instrument which
developed from Ames and Archer (1988) by Murdaningtyas (2006) and researcher.
Participants of this study is 75 junior high school students. This study indicates a significant
positive relationship between the incremental theory of intelligence and mastery goal-
orientation (r = 0.549 l.o.s. 0.01), and a significant negative correlation between the static
conception of intelligence and mastery goal-orientation (r = -0.264 l.o.s. 0.05). That is, the
higher the incremental theory of intelligence one’s own, the higher showing mastery goal-
orientation, and the higher the static conception of intelligence one’s own, the lower showing
mastery goal-orientation. Based on these results, in order to develop a mastery goal-
orientation, students should develop a incremental theory of intelligence from an early age,
especially when entering high school.
1
Universitas Indonesia
2
Universitas Indonesia
3
Universitas Indonesia
TINJAUAN TEORITIS
4
Universitas Indonesia
5
Universitas Indonesia
Goal-orientation
Goal merupakan sesuatu faktor yang penting dalam melakukan suatu aktivitas karena
dengan adanya goal suatu aktivitas dapat diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu. Locke
dan Latham (1990, dalam Wollfok 2004, p. 359) menyatakan bahwa goal adalah what an
individual striving to accomplish. Goal adalah sesuatu yang ingin dicapai oleh seorang secara
sadar dalam melakukan sesuatu. Goal sering dikaitkan dengan teori goal-setting dan goal-
orientation. Dalam beberapa literatur sering ditemukan kebingungan antara pengertian goal-
setting dan goal-orientation. Goal-setting berfokus pada tujuan tertentu dalam situasi
tertentu, sedangkan goal-orientation berfokus pada alasan seseorang dalam melakukan
sesuatu (Radosevich, Allyn, & Yun, 2007).
Teori goal-orientation dikembangkan secara spesifik untuk menjelaskan achievement
behavior. Teori ini dikembangkan oleh psikolog perkembangan, dan pendidikan untuk
menjelaskan pembelajaran dan performa anak dalam tugas akademik dan seting sekolah.
Teori ini sangat erat kaitannya dengan pembelajaran dan instruksi (Schunk, Pintrich, &
Meece, 2010). Ames (1992, p. 261) mendefinisikan Goal-orietation sebagai an integrated
pattern of beliefs that leads to different ways of approaching, engaging in, and responding to
achievement situations. Menurut Dweck dan Leggett (1988) goal-orientation adalah tujuan
yang secara implisit ingin dicapai oleh seseorang dalam melakukan sesuatu.
Dari pengertian diatas, dapat diketahui bahwa goal-orientation adalah pola keyakinan
mengenai tujuan yang secara implisit mengarahkan siswa untuk memiliki cara yang berbeda
dalam pendekatan, penggunaan dan merespon terhadap situasi prestasi (achievement
situation). Goal-orientation merefleksikan standar yang ditetapkan oleh siswa mengenai
kesuksesannya dalam menjalankan suatu tugas.
6
Universitas Indonesia
7
Universitas Indonesia
8
Universitas Indonesia
METODE PENELITIAN
Desain penelitian
Penelitian ini menggunakan desain penelitian ex post facto field studies, yaitu penelitian
yang berada dalam setting natural (alami) dan tidak dilakukan manipulasi independent
variabel. Berdasarkan tujuannya, penelitian ini tergolong penelitian korelasional, yaitu
penelitian yang dilakukan oleh peneliti dengan tujuan untuk mengetahui adanya hubungan
antara dua atau lebih aspek dari situasi. Berdasarkan tipe informasi yang diperoleh, penelitian
ini tergolong kuantitatif karena data yang diperoleh berupa angka yang akan dioleh dengan
perhitungan statistik yang selanjutnya dapat diinterpretasikan sehingga dapat diketahui
hubungan antara kedua variabel. Penelitian ini tergolong penelitian noneksperimental dimana
peneliti tidak melakukan manipulasi terhadap variabel bebas karena manipulasi telah terjadi.
Partisipan penelitian
Partisipan yang digunakan dalam penelitian ini adalah 75 orang siswa kelas tujuh
Sekolah Menengah Negeri 3 Depok dengan rentang usia 11 sampai 13 tahun (M=12,04) yang
terdiri dari 61,3% perempuan dan 38,7% laki-laki. Siswa kelas tujuh dipilih karena
merupakan tahapan kelas yang dijalani oleh siswa setelah mengalami transisi dari sekolah
dasar ke sekolah menengah. Sedangkan penulis memilih SMP N 3 Depok karena peneliti
mendapatkan kemudahan akses ke sekolah tersebut.
9
Universitas Indonesia
Instrumen penelitian
Implicit theory of Intelligence. Untuk pengukuran Implicit theory of Intelligence,
peneliti mengadaptasi Personal Conception of intelligence Scale (PCIS) yang dikembangkan
oleh Faria & Fontaine (1997). Faria dan Fontaine (1997) menggunakan istilah personal
conception of intelligence menamakan tipe personal conception of intelligence menjadi static
conception of intelligence (entity) dan dynamic conception of intelligence (incremental).
Faria dan Fountaine (1997) mengembangkan alat ukur ini dari teori yang
dikembangkan Dweck (1988, 1999). Faria dan Fountaine (1997) menambahkan 3 kriteria
baru pada pengukuran implicit theory of intelligence yaitu effort, success dan failure, dan
strategies to avoiding the label “incompetent” or for demonstrating competence, disamping
kriteria yang sebelumnya telah digunakan oleh Dweck yaitu intelligence and capacity. Dalam
penelitian ini, peneliti hanya akan menggunakan tiga dari empat kriteria yang ada yaitu
intelligence dan capacity, effort, dan success and failure. Peneliti tidak menggunakan kriteria
strategies to avoiding the label “incompetent” or for demonstrating competence karena
menurut peneliti, kriteria tersebut bukan merupakan pandangan seseorang terhadap
inteligensinya sendiri, tetapi merupakan pandangan orang lain terhadap inteligensi seseorang.
Persebaran item pada alat ukur personal conception of intelligence tertera pada Tabel 1.
Jumlah item 6 6
Peneliti mengadaptasi alat ukur personal conception of intelligence ini dan melakukan
uji keterbacaan dan merevisi alat ukur ini agar sesuai dengan keadaan siswa di Indonesia.
10
Universitas Indonesia
11
Universitas Indonesia
Metode atau teknik statistik yang digunakan untuk pengolahan data dalam penelitian
ini adalah sebagai berikut:
a. Statistik Deskriptif: digunakan untuk mengetahui tendensi sentral (mean, median, dan
modus), frekuensi, variabilitas, standar deviasi (SD), jangkauan, nilai minimum dan
maksimum dari masing-masing variabel. Teknik ini digunakan untuk mengetahui
gambaran umum implicit theory of intelligence, goal-orientation, jenis kelamin, dan usia.
Skor yang didapat dari gambaran implicit theory of intelligence dan goal-orientation
akan dibuat norma berdasarkan z-score atau standar deviasi dan nilai mean yang
diketahui. Pembagiannya dibuat menjadi tiga kategori yaitu “rendah” untuk nilai yang
berada di bawah -1 SD dari mean, “sedang” untuk nilai yang berada di antara -1 SD dan
+1 SD dari mean, dan “tinggi” untuk nilai yang berada di atas +1 SD dari mean.
b. Pearson Correlation: digunakan untuk melihat signifikansi hubungan antara dua
variabel. Teknik ini digunakan untuk melihat signifikansi hubungan antara variabel
implicit theory of intelligence terhadap variabel goal-orientation.
HASIL PENELITIAN
Deskripsi Statistik
Sebelum memaparkan hubungan antara tipe implict theory of intelligence dan tipa goal-
orientation pada siswa kelas tujuh, peneliti terlebih dahulu ingin memaparkan gambaran
statistik skor partisipan penelitian pada setiap variabel. Adapun gambaran tersebut dapat
dilihat pada Tabel 3.
12
Universitas Indonesia
Analisis Korelasi
Dari hasil penghitungan korelasi antara incremental theory of intelligence, entity theory
of intelligence, mastery goal-orientation dan performance goal-orientation menunjukkan
bahwa yang memiliki hubungan yang signifikan adalah antara entity theory of intelligence
dan mastery goal-orientation, antara incremental theory of intelligence dan mastery goal-
orientation, dan antara performance goal-orientation dan mastery goal-orientation.
Tabel 4. Hubungan antara tipe Implicit Theory of Intelligence dan tipe Goal-Orientation
PEMBAHASAN
Pada hasil utama penelitian ini ditemukan bahwa tidak terdapat hubungan yang
signifikan antara entity theory of intelligence dan performance goal-orientation pada siswa
kelas tujuh. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Dupeyrat dan Marine
13
Universitas Indonesia
14
Universitas Indonesia
KESIMPULAN
Berdasarkan analisis data yang telah dilakukan, hasil utama penelitian dapat
disimpulkan bahwa:
1. Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara entity theory of intelligence dan
performance goal-orientation pada siswa kelas tujuh.
2. Terdapat hubungan yang signifikan negatif hubungan antara entity theory of
intelligence dan mastery goal-orientation pada siswa kelas tujuh. Artinya, semakin
tinggi entity theory of intelligence seseorang, maka akan menampilkan perikalu mastery
goal-orientation yang rendah.
3. Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara incremental theory of intelligence dan
performance goal-orientation pada siswa kelas tujuh.
4. Terdapat hubungan yang signifikan positif antara incremental theory of intelligence dan
mastery goal-orientation pada siswa kelas tujuh. Artinya, semakin tinggi incremental
theory of intelligence seseorang, maka akan menampilkan perilaku mastery goal-
orientation yang tinggi pula.
15
Universitas Indonesia
Berdasarkan hasil penelitian yang telah diperoleh, peneliti menyarankan beberapa hal
sebagai berikut:
1. Hasil utama penelitian yang menunjukkan hubungan yang signifikan positif antara
incremental theory of intelligence dan mastery goal-orientation dan hubungan yang
signifikan negatif antara entity theory of intelligence dan mastery goal-orientation,
dimana mastery goal-orientation merupakan jenis goal-orientation yang dapat
menunjang keberhasilan akademik siswa. Incremental theory of intelligence dapat
ditumbuhkan dengan memberikan pemahaman pada siswa sedini mungkin untuk bahwa
inteligensi merupakan suatu hal yang dapat berubah dan dapat dikontrol.
2. Meskipun dalam penelitian ini menunjukkan hubungan yang positif dan signifikan antara
incremental theory of intelligence dan mastery goal-orientation, masih terdapat terdapat
faktor-faktor lain yang juga berhubungan dan dapat mempengaruhi goal-orientation.
Oleh karena itu, dalam pembelajaran guru dapat mempertimbangkan faktor-faktor lain
yang dapat mempengaruhi goal-orientation seperti task design, distribution of authority,
recognition of student, grouping arrangement, evaluation practice, dan time allocation
yang biasa disingkat dengan TARGET (task, authority, recognition, grouping,
evaluation, time), agar siswa dapat mengembangkan mastery goal-orientation.
DAFTAR PUSTAKA
Ames, C. (1992). Classroom: goal, structure, and student motivation. Journal of Education
Psychology , Vol. 84, No. 3, 261-171.
Ames, C., & Archer, J. (1988). Achievement goal in the classroom: students' learning
stratgies and motivation processes. Journal of Educational Psychology , Vol. 80, No. 3,
260-267.
Blackwell, L. S., Trzesniewski, K. H., & Dweck, C. S. (2007). Implicit theories of
intelligence predict achievement across an adolescent transition: a longitudinal study
and an intervention. Child Development , 78, 246 – 263.
Chiu, C.-Y., Hong, Y.-Y., & Dweck, C. S. (1997). Lay dispositionism and implicit theories of
personality. Journal of Personality and Social Psychology , Vol. 73, No. 1, 19-30.
Corpus, J. H., & Hayenga, A. O. (2009). Dangerous mindset: beliefs about intelligence
predict motivational change. Society for Child Development , Denver: Reed College.
Delavar, A., Ahadi, H., & Barzegar, M. (2011). Relationship between implicit theory of
intelligence, 2*2 achievement, goals framework, self-regulating learning with academic
achievement, A casual model. 2nd International Conference on Education and
Management Technology. IPED vol.13
16
Universitas Indonesia
17
Universitas Indonesia
18
Universitas Indonesia