You are on page 1of 17

JAI

Volume IX Nomor 2, Juli 2017


ISSN Cetak: 2089-970X
ISSN Online: 2337-5124
Terakreditasi DIKTI
Masa Berlaku 3 Juli 2014 - 2 Juli 2019
www.janesti.com
http://ejournal.undip.ac.id/index.php/janesti

Jurnal Anestesiologi Indonesia

Dipersembahkan untuk kemanusiaan khususnya bangsa Indonesia


melalui insan yang berkarya, belajar dan tertarik di bidang Anestesiologi dan Terapi Intensif

Diterbitkan oleh Perhimpunan Dokter Spesialis Anestesiologi


dan Terapi Intensif Indonesia
Jurnal Anestesiologi Indonesia

LAPORAN KASUS
Penanganan Perioperatif Pasien Penyakit Jantung Kongenital Dewasa dengan
ASD, Suspek Hipertensi Pulmonal, LV Smallish
Perioperative Treatment of Congenital Adult Heart Disease Patients with ASD,
Suspects of Pulmonary Hypertension, LV Smallish
Wisnhu Wardhana*, Cindy Elfira Boom**
*Fellow Anestesi Kardiovaskular RS Harapan Kita
**Konsultan Anestesi Kardiovaskular RS Harapan Kita

ABSTRACT

Grown-up congenital heart disease (GUCH) is the highest incidence of heart diseases
with a 10% incidence of congenital heart defects in adults is acyanotic Atrial Septal
Defect (ASD). ASD optimal therapy remains controversial. Surgery is recommended in
middle age and old age patients with significant left to right shunting. The most
common comorbid in a young adulthood congenital defect is unstable hemodynamic,
pulmonary hypertension, arrhythmia, cardiovascular diseases andrespiratory
infections. Female patient 29 years old with atrial septal defect and pulmonary
hypertension, Right ventricle (RV) and Left ventricle (LV) Smallish conducted ASD
closure surgery. Preoperative preparation includes anamnesis, physical examination
and investigation. The main pathological changes are an increase in pulmonary
vascular resistance and secondary changes in increased blood flow from left to right
shortcuts. The perioperative problem in this patients is small size of the left heart
atrium and ventricle which giving result of unstable hemodynamic like arrhythmia and
pulmonary hypertension when atrial defect closure done. Under these conditions,
given the hemodynamic was support with medication (nitroglycerin, milrinone,
norepinephrine, adrenaline) and reconstruction of Patent Foramen Ovale (PFO),
resulting in stable hemodynamic during surgery and treatment in the Intensive Care
Unit (ICU

Keywords: atrial septal defect, pulmonary hypertension, grown-up congenital heart


(GUCH)

ABSTRAK

Penyakit jantung kongenital dewasa / grown-up congenital heart disease (GUCH)


yang menempati urutan teratas dengan insidensi 10% dari jantung kongenital asianotik
pada dewasa adalah atrial septal defect (ASD). Terapi optimal ASD masih
kontroversial. Operasi direkomendasikan pada pasien usia pertengahan dan usia tua
dengan pintasan kiri ke kanan yang bermakna. Komorbid yang paling sering
didapatkan pada defek kongenital pada usia dewasa muda adalah gangguan

Volume IX, Nomor 2, Tahun 2017


Volume IX, Nomor
Terakreditasi DIKTI 2, Tahunmasa
dengan 2017berlaku 3 Juli 2014 - 2 Juli 2019 71
Dasar SK Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor 212/P/2014
Jurnal Anestesiologi Indonesia

hemodinamik, hipertensi pulmonal, aritmia, penyakit kardiovaskular dan penyakit


resprasi. Dilaporkan pasien perempuan usia 29 tahun dengan atrial septal defect(ASD)
dengan hipertensi pulmonaldan Left Ventricle (LV) Smallishyang dilakukan operasi
penututupan defek atrial atau ASD closure. Persiapan preoperasi mencakup anamnesa,
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.Perubahan patologi utama adalah
peningkatan resistensi vaskuler paru dan perubahan sekunder terhadap peningkatan
aliran darah dari pintasan kiri ke kanan. Masalah yang dihadapi pada pasien
perioperasi ini adalah ukuran jantung kiri baik atrium maupun ventrikel kiri yang kecil
memberikan dampak hemodinamik tidak stabil berupa aritmia dan pulmonal hipertensi
saat dilakukan penutupan defek. Pemberianobat topangan jantung (nitroglyserin,
milrinone, norepinephrine, adrenaline) dan pembuatan Patent Foramen Ovale(PFO)
memberikan hasil hemodinamik yang stabil selama operasi dan di ruang perawatan
Intensive Care Unit (ICU).

Kata kunci: defek septum atrial, hipertensi pulmonal, grown-up congenital heart
(GUCH)

PENDAHULUAN kan dengan shunt luas dan menyebab-


kan efek hemodinamik yang nyata.1,2
Defek septum Atrial atau Atrial Septal
Defect (ASD) adalah penyakit jantung ASD menyebabkan pintasan intra-
kongenital asianotik yang paling sering kardiak kiri ke kanan denganvolume
ditemukan pada pasien dewasa dengan overload ventrikular kanan, peningka-
insidensi 10% dari defek jantung kon- tan aliran darah pulmonal (pulmonary
genital asianotik pada dewasa (terjadi blood flow/PBF), hipertensi pulmonal,
pada 0,8% bayi lahir). Terdapat 4 tipe hipertrofi ventrikel kanan dan terka-
yang berbeda dari ASD, yaitu ostium dan g ga gal j ant un g kon gest i f
sekundum (85%), ostium primum (congestive heart failure/CHF).
(10%), sinus venosus (5%), dan defek Meskipun hipertensi pulmonal banyak
sinus coronarius (jarang). Pada hampir didapatkan namun PVR jarang melebihi
semua pasien yang lahir dengan ASD < 500 dyn s cm-5. Pada pasien dewasa,
3 mm, akan menutup spontan dalam 18 gejala yang muncul dapat berupa sesak
bulan setelah lahir, namun pada pasien nafas, aritmia atrial dan atau gagal jan-
dengan defek 3-8 mm, hanya80% yang tung. Namun begitu beberapa individu
menutup spontan. Defek yang kecil (< tetap asimptomatis sampai terjadi pinta-
5 mm) dihubungkan dengan pintasan san yang berbalik.2,3
yang kecil dan tanpa konsekuensi
Pasien ASD umumnya asimptomatik
hemodinamik. Defek 20 mm dihubung-
atau dapat pula mengalami sesak nafas

72 Volume IX, Nomor 2, Tahun 2017


Jurnal Anestesiologi Indonesia

ketika beraktivitas. Aliran darah pul- harapan hidup dan keluaran fungsional
monal yang meningkat, overload jan- biasanya normal. Sayangnya penutupan
tung kanan, aritmia dan hipertensi pul- yang terlambat masih merupakan resiko
monal cenderung meningkat dengan kematian prematur.2
usia. Diperkirakan 25% pasien dengan
Follow up jangka panjang setelah op-
ASD yang tidak diperbaiki akan men-
erasi penutupan ASD menunjukkan
inggal pada usia 27 tahun, 50% dalam
waktu hidup yang sebanding dengan
37 tahun dan 90% pada usia 60 tahun.1
usia kontrol jika operasi dilakukan pada
Kesuksesan dramatik dari operasi jan- dekade awal atau sebelum onset hiper-
tung pediatrik, menyebabkan peningka- tensi pulmonal. Hasil dari operasi
tan populasi pasien dewasa muda den- pasien pada dekade ketiga dan keempat
gan grown up congenital heart menunjukkan hasil yang lebih buruk
(GUCH).Pasien GUHC dapat dibagi daripada kontrol.1Perbandingan operasi
menjadi 3 kategori : pasien yang telah penutupan ASD dengan manajemen
menjalani operasi perbaikan, pasien medis, khususnya ketika simptom telah
yang menjalani operasi paliatif dan berkembang, menunjukkan keuntungan
pasien yang belum menjalani operasi waktu hidup pada kelompok yang
korektif maupun paliatif. Terdapat be- diterapi dengan operasi selama dekade
berapa alasan kenapa pasien tidak diko- kedua dan ketiga. Penelitian terbaru
reksi, salah satunya adalah diagnosis yang membandingkan 51 pasien usia 35
terlambat, khususnya pada kasus ASD -50 tahun dan 38 pasien usia 51-72
dan coarcatio aorta, pasien dengan pasien menunjukkan angka mortalitas
sirkulasi pulmonal dan sistemik yang sebesar 3,3%, pada kelompok usia yang
seimbang, relatif asimptomatis sampai lebih tua.1
keseimbangan sirkulasi pulmonal dan
Manifestasi klinis dari pintasan jantung
sistemik terganggu. Beberapa pasien
kiri ke kanan tergantung usia pasien,
dipertimbangkan tidak dapat dioperasi
letak dan ukuran anomali. Gagal untuk
dan beberapa pasien tidak memung-
berkembang adalah gambaran yang pal-
kinkan operasi karena fasilitas yang
ing sering didapatkan pada pasien den-
tidak memadai.2
gan penyakit jantung kongenital dan
ASD yang dihubungkan dengan pen- mempengaruhi respon metabolik terha-
ingkatan aliran darah paru / pulmonary dap injuri dan keluaran setelah operasi
blood flow (PBF}> 50% seharusnya jantung korektif. Ketidakseimbangan
ditutup untuk mencegah berkem- energi adalah faktor kontribusi utama.3
bangnya disfungsi RV dan aritmia
Dengan teknik medis terbaru, hal ini
atrial. Pada pasien yang menjalani op-
tidaklah sulit untuk mendiagnosis pen-
erasi penutupan sebelum usia 25 tahun,

Volume IX, Nomor 2, Tahun 2017 73


Jurnal Anestesiologi Indonesia

yakit jantung kongenital. Pemeriksaan vesikuler, tidak didapatkan ronkhi mau-


fisik, auskultasi, EKG, pemeriksaan pun wheezing. Rontgen Thorax : CTR
radiologi thorax dan ekocardiografi se- 62%, segmen Aorta normal, segmen
bagai alat diagnostik ASD. Kateterisasi pulmonal menonjol, pinggang jantung
jantung dapat merupakan teknik yang (-), apex downward, plethora (+).
berguna, tidak hanya untuk diagnosis
Hasil Laboratorium Lab : Hb 11, Ht 30,
yang akurat tetapi juga untuk menilai
Leukosit 5000, trombosit 120.000,
fungsi jantung. Aritmia atrial dan ven-
ureum 66, BUN 30, creatinin 1,44.
trikuler paling sering ditemukan. Kira-
GDS 93, SGOT 16, SGPT 13, Alb 4,6,
kira 50% pasien dengan GUCH men-
glob 3,3. Elektrolit: Na 137, K 3,7, Cl
galami aritmia. Tipe gangguan ritme
102, Ca 2,3, Mg 2,3. Enzym jantung :
tergantung utamanya pada lesi. Passien
CK 45, CKMB 9. AGD :pH 7,4 pCO2
dengan ASD umumnya mengalami
34, pO2 103, HCO2 20,7, BE -0,7,
interupsi jalur konduksi normal atau
SaO2 99.
varian abnormal seperti duplikasi AV
node, yang akan menyebabkan aritmia Pemeriksaan EKG : AF, QRS rate 100
re-entrant.2,3 x/menit, axis normal, RBBB (+). Pe-
meriksaan Echocardiografididapatkan:
LAPORAN KASUS
Dilatasi LA dan RA. Tampak echo gap
Dilaporkan pasien perempuan usia 29 di IAS ukuran 1,2-1,4 cm, L-R shunt,
tahun dengan nomor rekam medis2014- dengan ostium primum dengan mala-
38-09-28, berat badan 50 kg, tinggi lignment. Rim aorta (-), rim SVC
badan 160 cm. Dari anamnesa pendek, PV sulit diidentifikasi, terdapat
didapatkanPasien mengeluh sesak sejak eustachian valve yang sangat panjang
1 tahun yang lalu, cepat lelah, dispneu membentuk seperti sekat ganda di RA
de effort. Pasien sudah menikah, hamil (seperti cor triatriatum, tidak terdapat
6 tahun yang lalu, saat hamil tidak ada obstruksi). Katup mitral normal, Katup
keluhan, sesak tidak didapatkan, bayi trikuspid : TR mild, TVG 23 mmHg.
lahir spontan pervaginam, prematur Kesimpulan : ASD dengan malalign-
dengan BBL 1100 gram. Riwayat ment ostium dd. PFO stretched. Giant
pengobatan dengan lasix 40 mg/hari eustachian valve, DD coartriatum RA,
dan cardace 2,5 mg/hari, NYHA II-III. TR mild, RA dan LA dilatasi.
Pemeriksaan fisik didapatkan tekanan
Kateterisasi : Saturasi VCSH 57%,
darah (TD) 100/69 mmHg, HR 120 x/
VCSL 53%, VCI 78%, RA high 67%,
menit, SpO2 100%. Kepala : conjung-
RA mid 81%, RA low 80%, LA 96%,
tiva tidak anemis, sklera tidak ikterik.
LPA 84%, LV 97%, PV kanan atas
Leher : JVP tidak meningkat. Cor : SI-
98%, PV kanan bawah 97%, PV kiri
II normal, irreguler, bising (-). Pulmo :

74 Volume IX, Nomor 2, Tahun 2017


Jurnal Anestesiologi Indonesia

atas 98%, PV kiri bawah 97%, AoA bali dan dibuat atrial septectomy 0,5
97%, AoD 97%, Tekanan RA 1 23 v 24 cm. Setelah dibuat ASD creation dicoba
m 19 mmHg, RV 50/14, PA 40/23 (35), off pump dan tekanan darah sistemik
LPA 26/11 (22), LA a 24 v 27 m 23 stabil. Pasien keluar dari kamar operasi
mmHg, LV 98/23, Ao 107/80 (93) AoA dengan support NTG 1 mcg/kgBB/
110/81 (93). Kesimpulan :ASD sekun- menit, milrinone 0,375 mcg/kgBB/
dum, PH high flow low resistance, menit dan adrenaline 0,05µg/kg/menit.
PARi 0,97, FR 2,57.
DISKUSI
Monitor yang digunakan pada pasien
Pada operasi ligasi PDA pertama kali,
ini adalah EKG (elektrokardiografi),
menginisiasi penanganan lanjutan
SpO2, artery line, CVP (central venous
utama pada operasi jantung kongenital
pressure), urine output dan TEE
dan berkembangnya teknik operasi
(transesophageal ecocardiography).
modern. Perbaikan mayor diikuti den-
Pasien dipasang artery line di ruang
gan perbaikan yang bermakna di dalam
persiapan, premedikasi midazolam 5
mortalitas dan meningkatnya harapan
mg, kemudian masuk ke kamar operasi
hidup. Di tahun 2000, konferensi Be-
dan diinduksi menggunakan fentanyl
thesda ke 32 melaporkan kurang lebih
250 mcg, propofol 50 mg, ecron 8 mg.
85% dari pasien yang dioperasi dengan
Pemeliharaan menggunakan
kelainan jantung kongenital dapat hidup
sevoflurane, fentanyl dan ecron
sampai usia dewasa.1
intermittent. Pada pemeriksaan TEE
preoperasi didapatkan RA, LA dilatasi, Evaluasi pasien GUCH sebelum operasi
EF 49%, TAPSE 1,8 adanya RV dan meliputi riwayat medis dan status fung-
LV smallish, katup trikuspid : TR mild, sional pasien. Untuk mendapatkan ri-
Vc 0,34, TVG 16 mmHg dan ASD (+) wayat medis dan operasi yang akurat-
3,2 cm. merupakan suatu tantangan, karena
hanya setengah dari pasien dengan
Operasi berlangsung selama 285 menit
GUCH dapat mendiskripsikan diagno-
dengan CPB time I 61 menit, CPB time
sisnya dengan benar. Pasien dengan
II 74 menit, Aox time I 17 menit, Aox
GUCH memiliki kapasitas fungsional
time II 16 menit, dengan ischaemia
yang bervariasi. Pada pasien ini ber-
time I 13 menit, II 13 menit. S e t e l a h
dasarkan anamnesa didapakan pasien
off pump I pasien mengalami low car-
mudah lelah dan sesak nafas bila berak-
diac output syndrome, dengan pemerik-
tifitas dengan NYHA klas II-III disertai
saan TEE didapatkan septum interver-
aritmia.1,4
trikular mendesak ke LV (D shape),
gerakan paradoks, tekanan darah sis- Beberapa tanda dan gejala pasien den-
temik turun, diputuskan on pump kem- gan GUCH adalah murmur jantung

Volume IX, Nomor 2, Tahun 2017 75


Jurnal Anestesiologi Indonesia

Gambar 1. hemodinamik durante operasi

continuous, right bundle branch block masi status struktural jantung, status
(RBBB), sianosis. RBBB dapat terjadi fungsional ventrikel dan derajat Pul-
pada populasi umum, namun begitu, monal Artery Hipertension (PAH).
jika ditemukan bersama dengan bising EKG harus didapatkan sebagai base-
continuous, hal ini mengindikasikan line, lihat kemungkinan penggunaan
defek kongenital. Penemuan diatas se- pacemaker atau gangguan ritme. Pe-
harusnya menstimulasi pemeriksaan meriksaan rontgen dada dapat mem-
ekokardiografi sebelum operasi.4 bantu menentukan derajat kelainan jan-
tung dan paru sebagai baseline.1,4
Target keseluruhan dari pemeriksaan
laboratorium dan penunjang yang lain Pintasan kiri ke kanan yang kronis da-
adalah untuk membantu dokter di pat menyebabkan aliran darah pulmonal
dalam memahami derajat keterlibatan berlebihan, selanjutnya terjadi edema
beberapa komorbid. Pasien dengan pulmonal atau hipertensi pulmonal.
status fungsional yang normal dapat Peningkatan aliran darah pulmonal
diterapi seperti pasien dewasa yang menyebabkan peningkatan PVR dalam
menjalani operasi, sedangkan pasien waktu yang lama akan menurunkan
dengan gangguan fungsional berat perlu shunting kiri ke kanan dan akhirnya
pemeriksaan evaluasi tambahan. terjadi keseimbangan tekanan ventrikel
Evaluasi laboratorium meliputi pe- kanan dan kiri. Proses ini menyebabkan
meriksaan darah lengkap, koagulasi dan konversi shunt kiri ke kanan menjadi
pemeriksaan metabolik dasar. shunt kanan ke kiri yang dinamakan
Kateterisasi dan/atau ekocardiografi sindrom Eisenmenger. Sekali Eisen-
akan membantu khususnya pada pasien menger Syndrome berkembang, akan
simptomatis dengan memberikan infor- terjadi sianosis dengan derajat gagal

76 Volume IX, Nomor 2, Tahun 2017


Jurnal Anestesiologi Indonesia

jantung yang bervariasi dimana me- keparahan shunt, disfungsi ventrikel,


nempatkan pasien di dalam kategori sianosis, abnormalitas katup. Evaluasi
resiko tinggi untuk prosedur operasi. anestesi termasuk memprediksi faktor
Perhatian juga perlu dilakukan untuk resiko operasi pada populasi pasien.
menghindari emboli udara.4 Beberapa indikator prognostik untuk
keluaran pasien dengan GUCH adalah :
Aritmia atrial dan ventrikel sangat ser-
hipertensi arteri pulmonal, sianosis atau
ing didapatkan pada pasien GUCH.
residual VSD, aritmia, disfungsi ven-
Kira-kira terjadi pada 50% pasien. Tipe
trikel. Manajemen post operasi meliputi
gangguan ritme tergantung utamanya
pula manajemen nyeri dan
pada lesi dan metode repair operasi.
pertimbangan volume.4
Pasien dengan ASD mengalami in-
terupsi jalur konduksi normal atau var- Hipertensi arteri pulmonal /
ian abnormal seperti duplikasi nodus Pulmonal Artery Hypertension (PAH)
AV yang menyebabkan aritmia re-
Hipertensi arteri pulmonal didefinisikan
entrant. Terapi medis antiaritmia masih
sebagai tekanan pulmonal rata-rata > 25
menjadi pilihan meskipun pada be-
mmHg pada saat istirahat atau 30
berapa kasus seperti takikardi intra
mmHg selama aktifitas. Pasien GUCH
atrial re-entrant didapatkan hasil yang
memiliki insidensi PAH sampai 10%
suptoptimal dengan pemberian amio-
pasien. Etiologi dari PAH dibagi men-
darone. Kemajuan elektrofisiologi men-
jadi 2 yaitu kelompok I dan II. Kelom-
yebabkan perbaikan yang bermakna di
pok I adalah PAH yang disebabkan
dalam manajemen gangguan ritme ini.
primer PAH tetapi termasuk shunt kon-
Elektrofisiologi dapat menggambarkan
genital dan kelompok II disebabkan
jalur konduksi di dalam jantung dan
oleh hipertensi vena pulmonal
melakukan ablasi jalur maligna. Hal ini
(contohnya gangguan katup, kelebihan
sangat berguna pada pasien aritmia
volume dan disfungsi ventrikel kiri).6,7
atrial, dengan keberhasilan jangka
pendek mencapai 90%. Keluaran Sirkulasi pulmonal pada orang dewasa
jangka panjang dari ablasi kurang men- adalah sistem sirkulasi dengan resis-
janjikan, sedangkan 59% mengalami tensi yang rendah yang mengakomodasi
kekambuhan setelah ablasi dengan keseluruhan cardiac output. Di dalam
lokasi jalur kambuhnya berbeda dari kondisi normal, tekanan sistolik arteri
jalur awalnya.5 pulmonal pada keadaan istirahat adalah
25 mmHg, dengan nilai diastolik 10
Manajemen anestesi harus mempertim-
mmHg dan nilai mean pulmonary arte-
bangkan komplikasi mayor seperti
rial pressure (MPAP) berkisar 12-16
hipertensi arteri pulmonalis, aritmia
mmHg. Berdasarkan konsensus hiper-
jantung, disfungsi jantung kanan dan

Volume IX, Nomor 2, Tahun 2017 77


Jurnal Anestesiologi Indonesia

tensi pulmonal didapatkan ketika kanan diastolik jantung kanan dan te-
MPAP > 25 mmHg pada saat istirahat kanan atrium kanan meningkat dan ga-
atau 30 mmHg pada saat latihan. Ber- gal jantung kanan akan muncul di
dasarkan definisi, hipertensi pulmonal dalam tanda klinis. Meskipun ventrikel
dianggap ringan ketika MPAP 26-35 kiri tidak dipengaruhi secara langsung,
mmHg, sedang 36-45 mmHg dan berat dilatasi ventrikel kanan progresif dapat
ketika > 45 mmHg.3 mengganggu compliance ventrikel kiri,
menyebabkan peningkatan left ven-
Peningkatan aliran darah pulmonal
tricular end-diastolic dan pulmonary
yang berhubungan dengan latihan di-
capillary wedge pressure.3
hubungkan dengan peningkatan mini-
mal tekanan arteri pulmonal. Ketika Perubahan pembuluh darah pada hiper-
aliran meningkat, resistensi pembuluh tensi arteri pulmonal adalah vasokon-
darah pulmonal menurun. Respon ini striksi, trombosis, proliferasi sel otot
utamanya disebabkan oleh recruitment polos dan endothelial. Sel endothelial
pembuluh darah pulmonal yang tidak memegang peranan utama di dalam
mendapat perfusi sebelumnya dan pada mempertahankan hemodinamik pul-
keadaan yang lebih sedikit adanya dis- monal normal melalui pelepasan be-
tensi dari pembuluh yang baru saja ter- berapa substansi vasoaktif termasuk
perfusi.3 nitric oxide (NO), prostanoid dan endo-
thelin (ET) yang berkontribusi terhadup
Evolusi hemodinamik dari gangguan
tonus vaskular. NO, sebelumnya dike-
hipertensi pulmonal telah dideskripsi-
nal sebagai endothelium-derived relax-
kan dengan jelas. Awalnya, kemam-
ing factor (EDRF), memegang peranan
puan vascular bed pulmonal untuk ber-
utama di dalam modulasi tonus vasku-
dilatasi dan recruit pembuluh darah hi-
lar pulmonal. Selain menjadi vasodila-
lang, menyebabkan peningkatan te-
tor, NO berperan sebagai bronkodilator,
kanan arteri pulmonal pada saat isirahat
substansi neurotransmitter, antikoagu-
dan selanjutnya peningkatan dengan
lan, anti proliferasi dan antimikrobial
latihan. Di dalam respon terhadap pen-
dan menghambat agregrasi trombosit.
ingkatan afterload ini, ventrikel kanan
Pelepasan NO secara terus menerus
mengalami hipertrophi. Awal dari pen-
dari endothel pulmonal menentukan
yakit, ventrikel kanan mampu memper-
resistensi pembuluh darah pulmonal
tahankan cardiac output pada saat isti-
yang rendah. Prostacyclin (PGI2), se-
rahat. Namun ketika penyakit berkem-
buah produk dari metabolisme siklook-
bang progresif, ventrikel menjadi tidak
sigenasi dari asam arakhidonat, adalah
mampu mempertahankan cardiac out-
vasodilator kuat dan inhibitor agregasi
put normal ketika istirahat. Ketika dis-
trombosit. 3
fungsi jantung kanan berkembang, te-

78 Volume IX, Nomor 2, Tahun 2017


Jurnal Anestesiologi Indonesia

Pasien PAH adalah kandidat operasi kombinasi peningkatan resistensi vas-


resiko tinggi. Penelitian yang sudah di- kular pulmonal dan peningkatan aliran
lakukan menunjukkan angka mortalitas darah, peningkatan tekanan vena pul-
operasi yang cukup tinggi, yaitu berk- monal4
isar 4% sampai 24% tergantung pada
Strategi terapi seharusnya berfokus
keparahan penyakit dan prosedur op-
pada penyebab yang mendasari dan se-
erasi. Resiko operasi dan anestesi harus
harusnya dievaluasi ulang secara terus
jelas sebelum operasi, terutama pada
menerus, tidak hanya dari titik awal
kasus elektif.8
dari pulmonal atrial pressure (PAP)
Terdapat 4 kelompok obat yang absolut tetapi juga efek pada sirkulasi
tersedia untuk terapi hipertensi : secara keseluruhan dan perfusi sitemik.
prostanoids (epoprostenol, treprostinil, Selain terapi khusus pada PAP atau tar-
iloprost), endothelin blocker (bosentan, get PAP, hubungan PAP dengan te-
ambrisentan), phosphosdiesterase in- kanan arteri sistemik dan fungsi ven-
hibitor (sildenafil) dan calcium channel trikel kanan harus dipertimbangkan.7
blocker.3
Beberapa faktor tambahan terhadap me-
Terjadinya hipertensi pulmonal pasca sin pintas jantung paru atau cardio-
operasi dapat diprediksi pada beberapa pulmonary bypass (CPB) berkontribusi
tipe operasi misalnya koreksi pintasan terhadap peningkatan PVR dan harus
jantung kiri-kanan kongenital atau pen- dipertimbangkan ketika melakukan
yakit katup mitral. Pasien dengan hiper- manajemen hipertensi pulmonal post
tensi pulmonal preoperasi membu- operasi. CPB menyebabkan trauma en-
tuhkan evaluasi preoperasi dengan hati- dothelial termasuk pembuluh darah pul-
hati untuk meyakinkan bahwa operasi monal dan menyebabkan peningkatan
tidak membuat tekanan arteri pulmonal sementara dari PVR. Faktor yang
semakin naik.6 berkontribusi termasuk terganggunya
produksi nitric oxide, peningkatan pe-
Pasien dengan resiko hipertensi pul-
lepasan endothelin, respon inflamasi
monal pasca operasi dapat diidentifikasi
terhadap CPB, dan lepasnya substansi
preoperasi, didasarkan pada penyakit
vasoaktif seperti tromboxane, mikroem-
jantungnya dan dapat dikelompokkan
boli, leukosequestration dan hypoxic
ke dalam 4 kategori berdasarkan pada
pulmonary vasoconstriction yang men-
mekanisme yang bertanggung jawab
yebabkan edema alveolar dan atelekta-
terhadap hipertensi pulmonal yaitu :
sis.7
peningkatan resistensi vaskular paru,
peningkatan aliran darah pulmonal den- Patofisiologi dari hipertensi pulmonal
gan resistensi vaskular paru normal, akut pada periode postoperasi termasuk

Volume IX, Nomor 2, Tahun 2017 79


Jurnal Anestesiologi Indonesia

Tabel 1. Prinsip dasar penatalaksanaan hipertensi pulmonal


Optimalkan keseimbangan cairan
 Hindari cairan berlebihan pada pasien dengan vena cava inferior dan ventrikelkanan yang mengge-
lembung.
Optimalkan status metabolic
 Koreksi asidosis, hipoksemia, anemia
Terapi gagal nafas
 Intubasi
 Lung protective ventilation strategy (volume tidal 6 cc/kg, plateau pressure < 30 cmH2O)
 Optimalkan oksigenasi
Pertahankan tekanan perfusi sistemik
 Tekanan darah sistemik rata-rata > tekanan arteri pulmonal rata-rata
 Vaso Pressor jika diperlukan
Optimalkan cardiac output
 Gunakan inotropik untuk mempertahankan cardiac index > 2 L/min/m2
Turunkan afterload ventrikel kanan
 Hindari vasodilator sistemik
 Gunakan vasodilator pulmonal : vasodilator inhalasi mempunyai efek samping yang lebih rendah
pada tekanan darah sistemik ataupun oksigenasi
 Pertimbangkan kombinasi medikamentosa
Webb, G, Gatzoulis MA,Atrial septal defect in the adults, Recent Progress & Overview, Circulation, 2013;114;
1645-1653

Gambar 2. Patofisologi Hipertensi Pulmonal

80 Volume IX, Nomor 2, Tahun 2017


Jurnal Anestesiologi Indonesia

konsekuensi fisiologis dari overload ringan-sedang, hal yang harus dijaga


tekanan ventrikel kanan dan disfungsi meliputi fungsi ventrikel kanan, stabili-
ventrikel. Dengan disfungsi ventrikel tas klinis, status cairan, tekanan
kanan yang progresif, terjadi penurunan pengisian ventrikel kiri dan tekanan
aliran darah pulmonal dan peningkatan darah. Sementara sindrom jantung
tekanan dan volume ventrikel kanan. kanan adalah keadaan darurat yang
Sebagai hasil dari peningkatan tekanan membutuhkan terapi agresif.6
ventrikel kanan, septum interventrikular
Monitoring dan Managemen Aritmia
bergeser ke arah ventrikel kiri. Hal ini
mempengaruhi compliance ventrikel Monitoring kardiopulmonal adalah per-
kiri, menyebabkan peningkatan tekanan awatan utama, yang memampukan klin-
akhir diastolik ventrikel kiri, tekanan isi untuk melakukan intervensi ber-
atrium kiri dan penurunan venous re- dasarkan waktu dan memonitor efek
turn pulmonal yang akan berkontribusi dari intervensi. Hipotensi dan takikardi
terhadap penurunan preload dan cardiac adalah tanda awal peningkatan PAP
output ventrikel kiri. Hal ini akan men- dan intervensi segera untuk mencegah
yebabkan krisis hipertensi pulmonal, iskemia dari ventrikel kanan sekunder
yang mana bila tidak diterapi dengan terhadap terganggunya aliran darah ar-
cepat dapat terjadi keadaan yang teri koroner. Bradikardi yang menye-
mengancam nyawa.7 babkan penurunan cardiac output
segera adalah tanda dari krisis hiper-
Penggunaan iNO untuk terapi hiper-
tensi pulmonal dan impending cardiac
tensi pulmonal setelah operasi jantung
arrest. Saturasi oksigen arteri masih di-
didokumentasikan pada beberapa popu-
dalam kisaran normal selama krisis
lasi. iNO menurunkan hipertensi pul-
hipertensi pulmonal kecuali jika dida-
monal setelah operasi jantung. Respon
patkan shunting intrakardiak dimana
terhadap iNO dapat bervariasi dan tidak
penurunan saturasi oksigen arteri meru-
dapat diprediksi dan obat ini harus
pakan tanda awal peningkatan PAP se-
digunakan indiscriminately. Pasien den-
cara akut.7
gan peningkatan PVR yang tetap, den-
gan penyebab baik abnormalitas End-tidal CO2 monitoring adalah stan-
anatomikal maupun struktural dari dard perawatan pada pasien yang ter-
pembuluh darah pulmonal menunjuk- ventilasi mekanik dan peningkatan di
kan respon minimal terhadap iNO.7 dalam gradien arterial end tidal CO2
adalah indikasi penurunan aliran darah
Manajemen hipertensi pulmonal post-
pulmonal. Monitoring tekanan atrium
operasi tergantung pada keparahan dan
kanan menyebabkan penilaian tekanan
hasil dari evaluasi yang cermat. Jika
pengisian dan fungsi RV secara con-
pasien mengalami hipertensi pulmonal

Volume IX, Nomor 2, Tahun 2017 81


Jurnal Anestesiologi Indonesia

tinuous dan juga penilaian delivery genital dihubungkan dengan usia/durasi


oxygen yang adekuat dengan mengukur ASD.9,12
saturasi oksigen vena sentral. Kateter
ASD pada dewasa umumnya menun-
atrium kiri berguna untuk menilai in-
jukkan simptom klinis yang bermakna,
teraksi interventrikular dan perubahan
berupa overload volume dan tekanan
compliance ventrikel kiri. Kateter arteri
jantung kanan, keterbatasan aktifitas,
pulmonal memberikan penilaian hiper-
aritmia atrial (fibrilasi atrium, atrial
tensi pulmonal yang lebih nyata dan
flutter, biasanya pada usia lebih dari 30
respon terhadap beberapa terapi pada
tahun), dapat menyebabkan gagal jan-
periode perioperatif. Ekokardiografi
tung kanan (biasanya pada usia lebih
berguna di dalam terapi hipertensi pul-
dari 40 tahun), emboli paradoksikal
monal. Penemuan ekokardiografi men-
yang menyebabkan TIA/stroke serta
gindikasikan keparahan hipertensi pul-
hipertensi pulmonal, meskipun hiper-
monal dan respon terapi termasuk esti-
tensi pulmonal dapat juga berkembang
masi tekanan sistolik ventrikel kanan
karena penyebab yang lain.10,11
berdasar pada kecepatan jet regurgitasi
trikuspid, jumlah regurgitasi trikuspid, Penutupan ASD secara pembedahan
posisi septum interventrikular dan vol- pada ASD sekundum tanpa hipertensi
ume ventrikel kiri, aliran melewati pat- pulmonal memiliki angka mortalitas
ent ductus arteriosus atau defek septum yang sangat rendah (<1%).Tindak lan-
dan volume serta fungsi ventrikel jut awal dan jangka panjang sangat
kanan.7,8 baik.Setelah operasi penutupan ASD,
simptom preoperasi biasanya menurun
Disritmia atrium, ventrikel dan tipe lain
atau hilang. Fibrilasi atrium dan atrial
dari disritmia dapat terjadi pada pasien
flutter akan tetap ada meskipun telah
dengan shunting jantung kiri ke kanan.
dilakukan ablasi cryo atau radiofre-
Gangguan ritme ini dihubungkan den-
quency atau right atrial maze termasuk
gan anomali alami intrinsik atau pe-
pulmonary vein encirclement telah dila-
rubahan morfologi sekunder terhadap
kukan. Atrial flutter dan/atau fibrilasi
overloading darah pada sisi kanan jan-
tetap ada setelah repair tetapi ditoler-
tung. Takiaritmia, baik supraventrikular
ansi dengan lebih baik dan lebih re-
atau ventrikular dan bradiaritmia, baik
sponsif terhadap terapi antiaritmia. Ga-
disfungsi nodus sinus atau blok atrio-
gal ventrikel kiri dapat terjadi pada
ventrikular juga sering terjadi.
pasien dengan penyakit kardiovaskular
Teknologi lanjutan di dalam pendeka-
yang mendasari (contohnya penyakit
tan intervensi dan operasi menyebabkan
arteri koroner, hipertensi, inkompeten
penurunan aritmia profilaksi maupun
katup mitral).9,13
terapetik. Insidensi fibrilasi atrium pada
pasien dengan penyakit jantung kon-

82 Volume IX, Nomor 2, Tahun 2017


Jurnal Anestesiologi Indonesia

Manajeman LV Smallish pasien dengan ASD.12

Berkurangnya distensibilitas ventrikel Beberapa kondisi menyebabkan


kiri telah dilaporkan sebagai penyebab berkurangnya compliance ventrikel kiri
gagal ventrikel kiri pada pasien ASD. (seperti hipertrofi ventrikel kiri yang
Etiologi gagal jantung kiri pada ASD disebabkan oleh hipertensi, kar-
telah banyak diperdebatkan. Beberapa diomiopati atau infark miokard) akan
mekanisme yang mendasari adalah lesi cenderung meningkatkan shunt kiri ke
mekanik yang mempengaruhi performa kanan melalui ASD dan memperburuk
ventrikel kiri, disfungsi sistolik ven- simptom.9,13
trikel kiri sebagai efek shunt kiri ke
Meskipun penutupan ASD telah
kanan dan gangguan ventrikel kanan
berkembang, gagal jantung pasca pe-
terhadap fungsi diastolik ventrikel kiri
nutupan ASD masih merupakan ma-
yang disebabkan oleh berkurangnya
salah klinis yang sering ditemukan.
compliance ventrikel kiri sebagai re-
Overload volume jantung kanan adalah
spon terhadap peningkatan pengisian
patofisiologi dasar pada ASD, namun
ventrikel kanan secara progresif.13
begitu gagal jantung post penutupan
Pasien ASD mengalami kekakuan elas- ASD dapat ditemukan dengan karakter-
tis pada ventrikel kiri dibandingkan istik kongesti paru akut yang kemung-
pasien normal. Penelitian ini juga kinan besar terjadi karena disfungsi di-
menunjukkan gangguan hubungan te- astolik ventrikel kiri dikarenakan load-
kanan-volume diastolik ventrikel kiri ing volume akut post penutupan ASD.14
dan juga didapatkan gagal ventrikel
Usia memegang peranan penting di
kanan yang manifest sebagai peningka-
dalam patofisiologi gagal jantung me-
tan tekanan diastolik ventrikel kiri den-
lalui beberapa mekanisme selain dis-
gan compliance ventrikel kiri yang
fungsi diastolik, termasuk disfungsi sis-
menurun.12
tolik ventrikel, kekakuan pembuluh da-
Data compliance pada penelitian ini rah, adanya komorbid lain yang secara
menunjukkan eksistensi turunnya dis- bermakna mempengaruhi fungsi kar-
tensibilitas ventrikel pada pasien den- diovaskular. Penelitian terbaru men-
gan ASD.Pada pasien dengan tekanan yarankan penilaian akurat dari fungsi
akhir diastolik ventrikel yang tinggi, diastolik sebelum penutupan seperti tes
compliance ventrikel kiri turun secara oklusi (penutupan) ASD yang dapat
bermakna. Beberapa penelitian lain membantu mengidentifikasi pasien re-
menunjukkan meningkatnya isi otot siko tinggi untuk terjadinya gagal jan-
pada nonstressed ventricle, yang men- tung post penutupan ASD.14
gindikasikan hipertrofi ventrikel pada
Pada pasien ini dilakukan induksi den-

Volume IX, Nomor 2, Tahun 2017 83


Jurnal Anestesiologi Indonesia

gan tehnik titrasi lambat untuk membuat fenestrasi septum atrial sebe-
menghindari gejolak hemodinamik dan sar 0.5 cm.
kenaikan tekanan pulmonal yang
Dengan pemberian milrinone ( inhibitor
akut.Induksi menggunakan fentanyl
PDE ) drip dengan tujuan untuk menu-
250 mcg, propofol 50 mg, ecron 8 mg.
runkan afterload, pemberian inotropik
Pemeliharaan menggunakan
untuk memperbaiki kontraktilitas jan-
sevoflurane, fentanyl dan ecron
tung sertapeningkatan SVR dan pem-
intermittent. Dosis yang diberikan
berian nitrogliserin untuk memberikan
sesuai dengan rekomendasi untuk
efek vasodilatasi pulmonal. Hal ini ter-
memblokir respon kardiorespirasi saat
jadi karena ventrikel kiri tidak terbiasa
dilakukan intubasi. Setelah dipastikan
menerima jumlah aliran darah yang be-
kerja obat tercapai maksimal dan
sar. Sebelum dilakukan penutupan sep-
ditambahkan spray lidokain untuk
tum interatrial, jumlah darah yang diter-
menumpulkan reflek simpatis, hal ini
ima atrium kanan sebagian dialirkan ke
untuk menghindari rasa nyeri yang
atrium kanan.. Setelah dbuat PFO, dila-
dapat meningkatkan gejolak
kukan untuk weaningdan tekanan darah
hemodinamik.
sistemik stabil. Dengan topangan nitro-
Setelah dilakukan ASD closure, sebe- gliserin 1 mcg/kgBB/menit, milrinone
lumdilakukan weaning disiapkantopan- 0,375 mcg/kgBB/menit dan adrenaline
gan obat – obatan berupa norephine- 0,05 mcg/kg/menit. Pemberian nitro-
prin drip, milrinone drip dan dobutamin gliserin pada kasus ini untuk menu-
drip. Pada saat weaning, terjadi gejolak runkan PVR dengan harapan HR dan
hemodinamik, mulai dari tekanan darah kontraktilitas membaik atau meningkat.
sistemik turun berkisar 70 /30 mmHg
Pasca operasi pasien masih tersedasi
MAP 43 , gambaran EKG sinus Tachy-
dan terintubasi dipindahkan ke ICU
cardiadan ketika dilakukan pengukuran
dengan topangan NTG 1 mcg/kgBB/
tekanan arteri pulmonal, didapatkan
menit, milrinone 0,375 mcg/kgBB/
hasil melebihi tekanan darah sistemik.
menit dan adrenaline 0,05 mcg/kg/
Pada pemeriksan TEE didapatkan LV
menit. Ekstubasi dilakukan setelah 12
tidak berkontraksi dengan baik, septu-
jam perawatan di ICU.Pasien dirawat di
minteratrial mencembung kekanan dan
ICU selama 2 hari dan dipindahkan ke
septum interventrikel mencembung
ruang Intermediate.
kekiri dengan irama jantung berubah
menjadisupra ventricular tachycardia SIMPULAN
(SVT) dan ventricel tachycardia
(VT).Dilakukan pijat jantung secara Telah dilakukan anestesi pada pasien
langsung oleh dokter bedah dan dipu- wanita umur 29 thn dengan diagnose
tuskan untuk on pump yang keduauntuk ASD, suspek PH LV samallish dan

84 Volume IX, Nomor 2, Tahun 2017


Jurnal Anestesiologi Indonesia

aritma. Terjadi gangguan hemodinamik DAFTAR PUSTAKA


setelah dilakukan penutupan defek
1. S Ghosh, S Chatterjee, E Black, R K
atrial . Dilakukan on pump kedua untuk
Firmin, Surgical closure of atrial septal
pembuatan fenestrasi septum atrial se-
defects in adults: effect of age at opera-
besar 0,5 cm dengan hasil hemodi- tion on outcome. Heart;2002;88:485–
namik stabil. Pasien stabil dengan to- 487
pangan obat – obatan jantung dosis
standar, 2. Lovell, A.T, Anesthetic implication of
grown-up congenital heart disease, Br J.
Manajemen anestesi pada pasien de- Anaesth, 2004;93; 129-39
wasa dengan ASD, meliputi pemerik-
3. Jeremies, A., Brown, D.L, Pulmonary
saan preoperasi yang teliti dengan ke-
hypertension, cardiac intensive care,
lainan lain yang mendasari (seperti Saunders, 2010;2nd edition,
hipertensi pulmonal, gagal ventrikel
kiri maupun kanan), manajemen anest- 4. Webb, G, Gatzoulis MA, Atrial septal
defect in the adults, Recent Progress &
esi yang baik dengan tidak meningkat-
Overview, Circulation, 2013;114; 1645-
kan hipertensi pulmonal yang ada, dan
1653
manajemen post operasi.
5. Gatzoulis MA, Freeman MA, Siu SC,
Pengetahuan mengenai patofisiologi
Webb GD, Harris L, Atrial arrhytmia
hipertensi pulmonal akan menentukan after surgical closure of atrial septal de-
terapi hipertensi pulmonal. Manajemen fects in adults, The New England Jour-
gagal jantung kanan dan resiko gagal nal of Medicine, 1999;340 : 839-46
jantung kiri karena kekakuan ventrikel
6. Hill, NS, Roberts KR, Preston IR, Post-
kiri turut memberikan peranan besar.
operative pulmonary hypertension : eti-
Monitoring yang tepat juga akan
ology and treatment of a dangerous
menentukan keberhasilan terapi. complication, respiratory care,2009;54
Penutupan defek atrial secara langsung (7) : 958-968

terhadap pasien dengan LV smallish 7. Mary B. Taylor, MD; Peter C. Laussen,


perlu dipertimbangkan kembali untuk MBBS, Fundamentals of management
mencegah terjadinya PH. of acute postoperative pulmonary hyper-
tension, Pediatr Crit Care
Tindakan fenestrasi atrial merupakan Med .2010;11(2):S27-S29.
keputusan terbaik pada pasien dengan
hemodinamik tidak stabil dan LV 8. Dezube R, Housten T, Mathal SC, Post-
smallishyang tidak respon terhadap operative care of the patient with pul-
monary hypertension, Advances in Pul-
obat – obatan.
monary Hypertension, 2013;Vol 12,
Number 1 (1-7)

Volume IX, Nomor 2, Tahun 2017 85


Jurnal Anestesiologi Indonesia

9. CCS Consensus Conference update : 13.Kalarickal, PL., Bent ST, Yarborough


Recommendations for the management MJ, Mathew KA, Fox C, Perioperative
of adults with congenital heart disease. management of pulmonary hyperten-
The Canadian Cardiovascular Society's, sion, Pulmonary Hypertension-From
2001. Bench Research to Clinical Challenges,
2011;Vol 12, 247 (63); 1-16
10.Sommer RJ, Hijazi, ZM, Rhodes JF,
Pathophysiology of congenital heart 14.Masutani, S., Senzaki. H., Left Ven-
disease in the adult, Circulation, tricular Function in Adult Patients with
2008;117; 1090-1099 Atrial Septal Defect : Implication for
development of Heart Failure after tran-
11.Kaye A.D., Stout T.B., Padnos, I.W.,
scatheter closure, Journal of Cardiac
Schwartz B.G., Baluch, A.R., Fox. C.J.,
Failure, 2011;11 : 680-690
Liu H, Left to right cardiac shunt : pe-
rioperative anesthetic considerations,
Middle East J Anaesthesiol,2012 Oct;21
(6):793-806.

12.Booth D.C., Wisenbaugh, T., Smith M.,


Demaria A.N., Left ventricular distensi-
bility and passive elastic stiffness in
atrial septal defect, J Am Coll Cardiol,
1988 ;12:1231-6.

86 Volume IX, Nomor 2, Tahun 2017

You might also like