Professional Documents
Culture Documents
4 Maret 2016
ABSTRACT
Carica pubescens Lenne & K. Koch is a tropical species that adapt to the plateau
environment and low temperatures. In East Java, the plant is found in Cangar and Bromo
region. Morphological, chemical content, and analysis of protein banding pattern on C.
pubescens has been done, but more on the analysis of active compounds for pharmaceutical
raw materials and its accumulation in the body of the plant has not been widely studied.
Saponins on C. pubescens potential as a raw material of natural medicine in the treatment
of Diabetes Mellitus (DM). This study aims to determine the content of saponin in leaf and
petiole of C. pubescens in terms of absorbance values. Saponins were analyzed by
qualitative form the foam test, color test, Thin Layer Chromatography (TLC) analytical and
preparative. Quantitative test in the form of UV-Vis spectrophotometry results preparative
TLC. This research was done at the Laboratory of Department of Biology and Chemistry
UIN Maulana Malik Ibrahim Malang. The results showed that the leaf and petiole of C.
pubescens positive for the saponins with the formation of stable foam for 60 seconds at 1.5
cm - 1.7 cm. The third positive samples containing saponins triterpene the ring test
produces a brownish color. Isolation saponin by TLC shows the best ratio of eluent
chloroform: methanol: water (14: 6: 1) compounds can be separated perfectly. Saponin
absorbance values obtained three samples as follows: petiole samples from the region
Cangar amounted to 0.852, leaf samples from the region Cangar amounted to 0.686, and
leaf samples from Bromo region amounted to 0,629. The highest saponins found in organs
petiole. Thus the petiole of C. pubescens has the potential to be used as a source of
triterpene saponins which can be developed into a commercial herbal medicines.
Keywords: Carica pubescens Lenne & K. Koch, Saponin Accumulation,
Spectrophotometer, TLC
143
Eko Budi Minarno
(sumber: http://isdha93.blogspot.com/2012/11/saponin.html)
Artinya: “7. dan Apakah mereka tidak
Gambar 2. Contoh struktur saponin
memperhatikan bumi, berapakah
banyaknya Kami tumbuhkan di bumi itu
Saponin termasuk senyawa fitokimia yang
pelbagai macam tumbuh-tumbuhan yang
dapat menghambat peningkatan kadar glukosa
baik? 8. Sesungguhnya pada yang
darah dengan cara menghambat penyerapan
demikian itu benar-benar terdapat suatu
glukosa di usus halus dan menghambat
tanda kekuasaan Allah. dan kebanyakan
pengosongan lambung. Dengan melambatnya
mereka tidak beriman. 9. dan
pengosongan lambung, maka absorpsi makanan
Sesungguhnya Tuhanmu benar-benar
akan semakin lama dan kadar glukosa darah
Dialah yang Maha Perkasa lagi Maha
akan mengalami perbaikan (Bruneton, 1999;
Penyayang.” (QS. Asy-Syu’araa: 7-9)
Matsuda, et al., 1999; Mahendra dan Fauzi,
2005). Dengan demikian, saponin pada C.
Studi mengenai tanaman obat dan
pubescens berpotensi sebagai herba bahan obat
potensinya untuk kesehatan dewasa ini banyak
Diabetes Melitus.
dikembangkan. Karakter morfologi, kapasitas
Diabetes Mellitus (DM) adalah penyakit
antioksidan dan analisis pola pita protein
kelainan metabolik yang dikarakteristikkan
terhadap C. pubescens telah dilakukan (Laily,
dengan hiperglikemia kronis serta kelainan
2011), akan tetapi lebih lanjut mengenai
metabolisme karbohidrat, lemak dan protein
pemanfaatan senyawa aktif untuk bahan baku
diakibatkan oleh kelainan sekresi insulin, kerja
obat dan konservasinya belum banyak diteliti.
insulin maupun keduanya (WHO, 2006).
Buah tanaman ini telah diteliti kandungannya
Hiperglikemia kronis pada diabetes melitus akan
sebagai sumber flavanoid (Minarno, 2014)
disertai dengan kerusakan, gangguan fungsi
sedangkan bijinya telah diteliti sebagai sumber
beberapa organ tubuh khususnya mata, ginjal,
saponin (Supono, 2014). Flavanoid erat
saraf, jantung dan pembuluh darah. Walaupun
kaitannya dengan aktivitas antioksidan
pada diabetes melitus ditemukan gangguan
sedangkan saponin merupakan senyawa dalam
metabolisme semua sumber makanan tubuh kita,
bentuk glikosida, keduanya tersebar luas pada
kelainan metabolisme yang paling utama ialah
tumbuhan.
kelainan metabolisme karbohidarat. Oleh karena
Saponin membentuk busa yang mantap
itu diagnosis DM selalu berdasarkan tingginya
jika dikocok (Harbrone, 1987), merupakan
kadar glukosa dalam plasma darah (Adam,
golongan senyawa alam yang rumit, yang
2006).
mempunyai massa dan molekul besar, dengan
Informasi mengenai organ tempat
kegunaan luas (Burger, et.al., 1998). Struktur
akumulasi saponin pada tanaman C. pubescens
saponin menyebabkan saponin bersifat seperti
diperlukan dalam rangka pemanfaatan tanaman
sabun atau detergen sehingga saponin disebut
tersebut sebagai sumber saponin. Diperlukan
sebagai surfaktan alami (nama saponin diambil
pengetahuan tentang kandungan saponin pada
dari sifat utama ini yaitu “sapo” dalam bahasa
daun maupun tangkai daun sebagai herba
Latin yang berarti sabun) (Calabria, 2008;
berpotensi obat pada kasus DM. Besarnya nilai
Hawley and Hawley, 2004). Contoh struktur
absorbansi saponin pada spektrofotometri UV-
saponin seperti ditunjukkan pada Gambar 2.
Vis dapat digunakan sebagai rujukan untuk
mengetahui perbandingan kandungan saponin
pada organ tanaman. Dengan demikian
penelitian ini perlu untuk dilakukan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
kandungan saponin pada daun dan tangkai daun
144
Analisis Kandungan Saponin (143-152) El-Hayah Vol. 5, No.4 Maret 2016
145
Eko Budi Minarno
10) Pembacaan hasil elusi dengan sinar UV tersebut akan membantu penurunan kadar
366 nm glukosa darah. Regenerasi sel β pankreas itu
e. Isolasi Saponin dengan KLT Preparatif terjadi karena adanya sel quiescent pada
1) Aktivasi plat KLT dengan dioven selama pankreas yang memiliki kemampuan
1 jam suhu 100 ºC beregenerasi.
2) Dibuat eluen dengan komposisi Beberapa contoh saponin pada tanaman
Kloroform:Methanol:Air perbandingan antara lain diosgenin dan botogenin dari genus
(14:6:1) Dioscorea. Hekogenin, manogenin dan gitogenin
3) Eluen dimasukkan dalam chamber dari spesies Agave. Sarsapogenin dan
sebanyak 10 ml smilagenin dari genus Smilax. Sarmentogenin
4) Penjenuhan eluen dalam chamber selama dari genus Strophantus. Sitosterol dari minyak
kurang lebih 1 jam tanaman. Famili Liliaceae, Amaryllidaceae dan
5) Ekstrak diencerkan 1000 ppm Dioscoreaceae mengandung sapogenin.
6) Dipotong plat KLT ukuran 5x10 cm, Demikian juga pada Apocynaceae (Sirait, 2007).
diberi pembatas 1 cm untuk batas atas dan Maka pada penelitian ini diselidiki kandungan
bawah plat saponin pada Genus Caricaceae, yakni C.
7) Ekstrak ditotolkan pada plat pubescens pada dua organ tanaman dan dua
menggunakan pipa kapiler tempat tumbuh yang berbeda di Indonesia.
8) Penotolan dilakukan sebanyak 5-8 kali,
tiap sekali penotolan ditunggu hingga plat a. Penyiapan Ekstrak Carica pubescens
kering/ digunakan hair drayer Lenne & K. Koch
9) Plat dimasukkan dalam chamber dan Pengambilan sampel buah dari dua
ditunggu hingga plat terelusi sampai tanda tempat, yakni di Jawa Timur meliputi kawasan
batas atas Cangar dan Bromo. Diperoleh sampel dari
10) Pembacaan hasil elusi dengan sinar UV kawasan Cangar dengan berat basah daun
366 nm sebesar 1117 gram dan tangkai daun dengan
f. Pengukuran Senyawa Saponin dengan berat basah sebesar 1291 gram, sedangkan
Spektrofotometri UV-Vis sampel dari kawasan Bromo yaitu daun dengan
Dari hasil KLT, warna yang sesuai berat basah sebesar 1000 gram. Studi literatur
dikerok. Hasil kerokan dimasukkan dalam telah dilakukan untuk mendapatkan metode
tube kemudian ditambahkan methanol 1 ml, ekstraksi, uji kualitatif dan kuantitatif sampel
selanjutnya disentrifuge untuk memisahkan daun maupun tangkai daun C. pubescens.
plat dengan supernatan. Supernatan yang Proses pengeringan sampel buah Carica
didapat kemudian diukur absorbansi pubescens Lenne & K. Koch dilakukan dengan
menggunakan spektro dengan panjang menggunakan oven dengan suhu 40 oC selama ±
gelombang 209 nm dengan memasukkan 5-6 hari supaya zat yang diinginkan terlindung
isolat/supernatan ke dalam kuvet sebanyak dari kemungkinan terjadinya kerusakan. Sampel
700 mikroliter. yang telah dikeringkan selanjutnya dihaluskan
Analisis data kandungan saponin dengan saringan 60 Mesh dan ditimbang untuk
dilakukan secara kualitatif dengan mengetahui berat kering dalam bentuk serbuk.
membandingkan busa dan warna sedangkan Sampel dari kawasan Cangar mempunyai berat
secara kuantitatif dilakukan dengan menentukan kering daun sebesar 220 gram dan tangkai daun
nilai absorbansi saponin terbaik dari ketiga dengan berat kering sebesar 50 gram, sedangkan
sampel C. pubescens hasil pengukuran dengan sampel dari kawasan Bromo yaitu daun
spektrofotometri UV-Vis. mempunyai berat kering sebesar 450 gram.
Ekstrak diperoleh dengan mengekstraksi
HASIL DAN PEMBAHASAN senyawa aktif dari simplisia menggunakan
Firdous, et al. (2009) membuktikan bahwa pelarut methanol pro analys. Metode yang
saponin berfungsi sebagai antidiabetes. Setelah diterapkan pada ekstraksi daun dan tangkai daun
dilakukan pemeriksaan histopatologi, diketahui Carica pubescens Lenne & K. Koch adalah
bahwa saponin mampu meregenerasi pankreas metode maserasi. Maserasi buah dilakukan
yang menyebabkan adanya peningkatan jumlah dengan proses pengekstrakan simplisia pada
sel β pankreas dan pulau-pulau Langerhans temperatur ruangan (26 ºC sampai dengan 28
sehingga sekresi insulin akan mengalami ºC), sehingga zat-zat yang terkandung di dalam
peningkatan. Peningkatan sekresi insulin simplisia relatif aman. Maserasi dilakukan
146
Analisis Kandungan Saponin (143-152) El-Hayah Vol. 5, No.4 Maret 2016
b. Uji Pendahuluan Kandungan Saponin Pada ekstrak tangkai daun yang diperoleh
Ekstrak Carica pubescens Lenne & K. dari kawasan Cangar, setelah ditambahkan 10
Koch ml aquades dan dikocok kuat kemudian
Uji pendahuluan untuk mengetahui kadar dilakukan penambahan asam klorida 2 N,
saponin secara kualitatif dilakukan dengan terbentuk busa yang tidak hilang dengan
metode yang dideskripsikan oleh Suharto dkk ketinggian 1,7 cm selama kurang lebih 60 detik.
(2012). Uji ini dilakukan untuk memastikan Hasil uji busa pada sampel ekstrak tangkai daun
secara kualitatif adanya senyawa saponin yang dari kawasan Cangar seperti terlihat pada
terkandung dalam daun dan tangkai daun C. Gambar 4.
pubescens sampel dari kawasan Cangar dan
daun sampel dari kawasan Bromo.
1. Uji Busa
Saponin bila dikocok akan membuih.
Kemampuan menurunkan tegangan permukaan
ini disebabkan molekul saponin terdiri dari
hidrofor dan hidrofil. Bagian hidrofob adalah
aglikonnya, bagian hidrofil adalah glikonnya.
Rasanya pahit atau getir. Sebagian besar saponin
bereaksi netral (larut dalam air), beberapa ada Gambar 4. Hasil uji busa pada sampel ekstrak
yang bereaksi asam (sukar larut dalam air), tangkai daun dari kawasan Cangar
sebagian kecil ada yang bereaksi basa. Aglikon
saponin disebut sapogenin. Sapogenin sukar Pada ekstrak daun yang diperoleh dari
larut dalam air. Saponin dapat berupa senyawa kawasan Bromo, setelah ditambahkan 10 ml
yang mempunyai satu rantai gula atau dua rantai aquades dan dikocok kuat kemudian dilakukan
gula yang sebagian besar bercabang (Sirait, penambahan asam klorida 2 N, terbentuk busa
2007). yang tidak hilang dengan ketinggian 1,5 cm
Ekstrak kental C. pubescens sebanyak 0,3 selama kurang lebih 60 detik. Hasil uji busa
gram dimasukkan dalam tabung reaksi. Dalam pada sampel ekstrak tangkai daun dari kawasan
uji busa digunakan aquades sebagai pelarut dan Cangar seperti terlihat pada Gambar 5.
asam klorida 2 N sebagai pereaksinya.
Pada ekstrak daun yang diperoleh dari
kawasan Cangar, setelah ditambahkan 10 ml
aquades dan dikocok kuat kemudian dilakukan
penambahan asam klorida 2 N, terbentuk busa
yang tidak hilang dengan ketinggian 1,5 cm
selama kurang lebih 60 detik. Hasil uji busa
pada sampel ekstrak daun dari kawasan Cangar
seperti terlihat pada Gambar 3.
147
Eko Budi Minarno
148
Analisis Kandungan Saponin (143-152) El-Hayah Vol. 5, No.4 Maret 2016
149
Eko Budi Minarno
150
Analisis Kandungan Saponin (143-152) El-Hayah Vol. 5, No.4 Maret 2016
sekunder, termasuk dalam hal ini adalah Demikian juga bagi para dokter, jika sudah
kandungan saponin. meyakini bahwa setiap penyakit pasti ada
Dengan diketahui adanya saponin pada obatnya, ia pasti terus mencari obat dari suatu
organ tanaman C.pubescens maka tanaman ini penyakit dan terus melakukan penelitian (Al-
berpotensi dijadikan sebagai sumber bahan baku Jauziyah, 2013). Dengan demikian tidak
obat dalam pengobatan Diabetes Mellitus. terkecuali pada penelitian menggunakan C.
Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan pubescens sebagai sumber saponin dapat
bahwa 65 % dari penduduk negara-negara maju membuka wawasan baru pengobatan penyakit
telah menggunakan pengobatan tradisional Diabetes Mellitus.
(Depkes RI, 2008). WHO merekomendasikan
penggunaan obat tradisional, termasuk herbal, KESIMPULAN
dalam pemeliharaan kesehatan masyarakat, Diperoleh kesimpulan bahwa tangkai
pencegahan dan pengobatan penyakit, terutama daun memiliki nilai absorbansi saponin tertinggi.
untuk penyakit kronis, penyakit degeneratif, Tangkai daun C. pubescens memiliki potensi
serta kanker. WHO juga mendukung upaya- untuk dimanfaatkan sebagai sumber saponin
upaya peningkatan keamanan dan khasiat obat triterpen yang dapat dikembangkan menjadi obat
tradisional (WHO, 2006). Penggunaan obat komersial alami.
tradisional, secara umum dinilai relatif lebih .
aman daripada penggunaan obat modern, dengan UCAPAN TERIMA KASIH
catatan memenuhi kaidah dan aturan dalam Ucapan terima kasih kami sampaikan
penggunaannya. Sebab, obat tradisional kepada LPPM UIN Maulana Malik Ibrahim
memiliki efek samping yang relatif lebih sedikit Malang yang telah mendukung dan mendanai
dari pada obat modern dalam penggunaan yang penelitian ini.
tepat dan rasional (Purwanto, 2014).
Allah SWT adalah Dzat yang DAFTAR PUSTAKA
menciptakan segala penyakit, namun Dia juga Adam, John. M. F. 2006. Klasifikasi dan
yang menunjukkan metode penyembuhannnya. Kriteria Diagnosis Diabetes Mellitus yang
Sebagaimana yang disabdakan oleh Rasulullah Baru. Cermin Dunia Kedokteran. 127: 37-
SAW: “Allah tidak menurunkan penyakit 40.
kecuali Dia menurunkan obat baginya” (HR.
Al-Jauziyah, Syekh Ibnu Qayyim. 2013. Rahasia
Bukhari). Rasulullah SAW menegaskan bahwa
Pengobatan Nabi SAW. Mitrapress.
setiap penyakit ada obatnya dan bisa
disembuhkan atas izin Allah SWT, kecuali Bruneton, J. 1999. Flavonoid. Dalam:
penuaan dan kematian. Sedangkan ragam obat Pharmacognosy: Phytochemistry medical
sudah disediakan (diciptakan) oleh Sang Maha plants, edisi 2. France: Lavoisier
Penyembuh (Allah SWT). Begitu pula dengan Publishing. p. 310-327.
teori dan praktik pengobatannya, secara garis
besar maupun detail telah dicontohkan Burger, I., Burger, B, V. Albrecht, C. F. Spicies,
Rasulullah SAW. “Setiap penyakit itu memiliki H. S. C. and Sandor. P. 1998. Triterpenoid
obat, ketika obat itu mengenai penyakit maka ia saponin From Bacium gradivlona Var.
sembuh atas izin Allah (HR. Muslim)”. Obovatum Phytochemistry. 49: 2087-
Ibnu Qayyim al-Jauziyah mengatakan, 2089.
bahwa ungkapan Nabi “setiap penyakit ada
obatnya” memberikan semangat dan kekuatan Calabria, L. M. 2008. The Isolation and
jiwa orang yang sakit dan para dokter (tabib) Characterization of Triterpene Saponins
yang mengobatinya, mereka terdorong untuk from Silphium and the Chemosystematic
mencari obat dan menelitinya. Sedangkan bagi and Biological Significance of Saponins in
si pasien ketika merasa yakin bahwa pasti ada The Asteraceae. ProQuest.
obat yang bisa menyembuhkan penyakitnya,
maka ia memiliki semangat untuk sembuh. Rasa Departemen Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial
keputusasaan menjadi hilang karena harapan RI. 2008. Profil Kesehatan Indonesia
terbuka. Jika jiwanya sudah kuat, maka 2007. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.
semangatpun meningkat, maka stamina yang
mendukung tubuhnya juga meningkat sehingga Firdous, M., Koneri, R., Sarvaraidu, C. H. dan
mampu mengatasi bahkan mengusir penyakit. Shubhapriya, K. H. 2009. NIDDM
151
Eko Budi Minarno
Hawley, Ts. and Hawley, R. G. 2004. Flow Supono. 2014. Potensi Ekstrak Biji Karika
Cytometry Protocols. New York: Humana (Carica pubescens) Sebagai Larvasida
Press, Inc. Nyamuk Aedes aegypty. El-Vivo. Vol 2,
No 1.
Laily, A. N. 2011. Karakterisasi Carica
pubescens Lenne & K. Koch Berdasarkan Wagner, G. J. 1984. Characterization of a
Karakter Morfologi, Kapasitas cadmium-binding complex of cabbage
Antioksidan, dan Pola Pita Protein di leaves. Plant Physiol. 76: 797-805.
Dataran Tinggi Dieng, Jawa Tengah.
Tesis. Surakarta: Pascasarjana UNS. World Health Organisation. 2006. Diabetes
Mellitus: Report of a WHO Study Group.
Mahendra, B. dan Fauzi Rahmat Kusuma. 2005. World Health Organisation. Geneva-
Kumis kucing pembudidayaan dan Switzerland. S5-36.
Pemanfaatan untuk penghancur batu
ginjal. Depok: Penebar Swadaya. 15: Hal
6-10.
152