You are on page 1of 11

SINTESIS DAN KARAKTERISASI MEMBRAN SILIKA (SiO2) UNTUK

PENGOLAHAN LIMBAH CAIR HOTEL PENGARUH VARIASI


KOMPOSISI
Arief Pratama Avisha1, Jhon Armedi Pinem2, Fajril Akbar3
1 Program
Studi Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Riau
Kampus Binawidya Jl. HR Subrantas Km 12,5 Pekanbaru 28293
2
Jurusan Teknik Kimia,Fakultas Teknik, Universitas Riau
Kampus Binawidya Jl. HR Subrantas Km 12,5 Pekanbaru 28293
3
Jurusan Teknik Kimia,Fakultas Teknik, Universitas Riau
Kampus Binawidya Jl. HR Subrantas Km 12,5 Pekanbaru 28293
ariefpratamaavisha@gmail.com

ABSTRACT
Pollution by domestic waste is not only produced from residential areas nevertheless is also
produced by attempt in tourism especially lodging facilities and infrastructure such as hotels.
One of the effects is the wastewater that produced by the hotel. The wastewater that thrown
away without being processed previously can destroy the surroundings. The hotel wastewater
treatment using membranes by ultrafiltration is an easy and effective way. One of the raw
materials for making membranes is silica. The fabrication of silica membranes is also assisted
by supporting materials that is compound by Polyvynil Alcohol (PVA) and Polyethylene Glicol
(PEG). In this researches the synthesis of silica membranes with variations composition of the
silica mass 8, 10, and 12 gram. The aim of this researches is to learn the effect of variations
composition of the silica mass on the membranes synthesized towards disposition mechanic
membranes along separation of the BOD5, COD, and TSS that contained in hotel wastewater.
The disposition mechanic membranes are determined by tensile strength test as soon as the
deflation level of BOD5, COD, and TSS were done by passing hotel wastewater through the
silica membranes which is synthesized. Morphological analysis of silica membranes is using
Scanning Electron Microscopy (SEM). The measure of membranes pore as well as the best
membranes tensile strength is 0,054 𝜇𝑚 and 33,362 MPa. The optimum coefficient of silica
membranes rejection for deflation level is BOD5, COD, and TSS repeatedly are 72,12%;
79,09% and 87,61% along the value of flux that produced is 22,562 L/m2.Hour. The getting
larger composition of silica membranes, then the measure and tightness of the membranes pore
that produced are getting bigger and organized along with the coefficient of rejection (%) will
also decrease and the disposition mechanic from silica membranes which produced will getting
increase as well.

Keywords : flux and rejection, hotel wastewater, membrane, silica, tensile strength,
ultrafiltration.

1. Pendahuluan provinsi Riau yang kaya dan melimpah


tentu menarik perhatian para investor dan
Riau adalah salah satu provinsi di
wisatawan untuk datang mengunjungi
Kepulauan Sumatera yang berdekatan
provinsi Riau, terlebih lagi provinsi Riau
dengan negara tetangga seperti Singapura
merupakan salah satu sektor wilayah
dan Malaysia. Provinsi Riau juga
industri yang ada di Kepulauan Sumatera.
berbatasan secara langsung dengan provinsi
Sumatera Barat, Jambi, Sumatera Utara, Wisatawan atau investor yang datang ke
Riau dengan berbagai tujuan diantaranya
dan Kepulauan Riau. Potensi alam di

JOM FTEKNIK Volume 3 No.1Februari 2016 1


untuk destinasi bisnis maupun kegiatan pengolahan air limbah menggunakan
travelling mengunjungi wisata alam membran. Teknologi membran merupakan
ataupun cagar budaya yang ada di provinsi salah satu teknologi yang dapat terus
Riau. Salah satu akses jalur masuk bagi dikembangkan sebagai metode pengolahan
para wisatawan atau investor dari berbagai air limbah. Perkembangan teknologi
negara ataupun provinsi lain yang hendak membran mengalami kemajuan yang
berkunjung ke Riau yaitu melalui kota sangat pesat karena memiliki beberapa
Pekanbaru. keunggulan dibandingkan dengan metode
Pekanbaru merupakan kota di provinsi pemisahan lainnya. Membran dapat dibuat
Riau yang sedang mengalami pertumbuhan dari bahan polimer baik organik maupun
di beberapa bidang, terutama dari segi anorganik [Pinem dkk., 2016]. Keunggulan
ekonomi, pengembangan, dan perluasan proses membran yang lain diantaranya
kota. Salah satu bisnis yang berkembang penggunaan energi rendah, lebih sederhana,
pesat di kota Pekanbaru yaitu bisnis bersifat kontinyu, fleksibel, serta ramah
perhotelan dan wisma. Perkembangan lingkungan dan memiliki sifat simplisitas
jumlah hotel berbintang maupun hotel yang tinggi [Mulder, 1996]. Material bahan
melati (wisma) sebagai sarana penginapan baku pembuatan membran yang mudah
dan faktor pendukung bidang pariwisata di didapat dan bervariasi sehingga mudah
kota Pekanbaru terus mengalami untuk diadaptasikan pemakaiannya salah
peningkatan [Diayudha, 2017]. satunya adalah silika. Silika dikenal
Peningkatan sarana penginapan di memiliki sifat fisik yang baik. Sifat fisik
Pekanbaru dapat dilihat pada Gambar 1.1. yang baik terkait dengan sifat pori, kuat
mekanis, dan stabilitasnya yang tinggi di
alam. Penggunaan silika sebagai bahan
80
membran dapat dikompositkan dengan
Jumlah

60 material-material lain untuk meningkatkan


40
20 Hotel sifat plastisnya. Bentuk komposit yang
0 Wisma umum adalah menggabungkan polimer
anorganik-organik seperti antara silika
Tahun dengan Polivinil Alkohol (PVA) dan
Polietilen Glikol (PEG) [Sukirno dkk.,
2017].
Keunggulan membran ultrafiltrasi yaitu
Sarana penginapan di Pekanbaru
memerlukan energi yang sedikit untuk
berturut-turut 4 tahun terakhir terus
operasi dan pemeliharaan, kondisi proses
mengalami peningkatan dan
pemisahan dapat diatur, dan mudah untuk
perkembangan. Jumlah rata-rata persen
discale-up dari skala laboratorium menjadi
peningkatan bisnis perhotelan dan wisma
skala yang lebih besar. Membran
untuk 4 tahun terakhir yaitu 8,52% dan
merupakan teknologi yang ramah
4,22% [Diayudha, 2017]. Dampak dari
lingkungan karena tidak menimbulkan
kegiatan badan usaha perhotelan dan wisma
dampak buruk bagi lingkungan serta dapat
salah satunya adalah limbah cair yang
mengurangi senyawa organik dan
dihasilkan. Limbah cair yang dihasilkan
anorganik yang berada dalam air limbah
belum teratasi secara baik dan benar serta
tanpa menggunakan bahan kimia dalam
langsung dibuang ke lingkungan.
pengoperasiannya [Tarif dkk., 2016].
Proses pengolahan limbah cair hotel
biasanya membutuhkan lahan yang cukup 2. Metode Penelitian
luas dan pengoperasian yang sulit. Alasan Bahan yang digunakan
tersebut tentu menjadi pemicu Bahan penelitian yang digunakan pada
diperlukannya teknologi terbaru yang lebih sintesis membran diantaranya silika murni
mudah untuk diaplikasikan, yaitu teknologi

JOM FTEKNIK Volume 3 No.1Februari 2016 2


(SiO2), 2-propanol atau isopropil alkohol, komposisi silika murni yaitu 8, 10, dan 12
NH4Cl, PVA atau polivinil alkohol, PEG gram dengan tekanan operasi pengujian
400, semen portland putih, aluminium fluks membran 1, 2 dan 3 bar.
sulfat, gas N2, aluminium foil, limbah cair
Prosedur Penelitian
hotel, kertas saring dan akuades.
Penelitian ini melalui beberapa tahapan
Alat yang dipakai dalam pengerjaannya yaitu:
Alat-alat yang digunakan pada
1. Pengambilan dan Identifikasi Sampel
penelitian ini yaitu magnetic stirrer dengan
Limbah Cair Hotel
pemanas (hot plate), gelas beaker (ukuran Sampel limbah cair hotel yang
50 ml, 250 ml, 500 ml, dan 1000 ml), gelas dibutuhkan sebanyak ± 15 liter. Sampel
piala (ukuran 50 ml dan 250 ml) , gelas limbah cair hotel sebanyak 500 ml per satu
kimia 2000 ml, statif dan klem, motor botol sampel (sampel limbah cair hotel
pengaduk, impeller, thermometer, oven,
sebelum dan sesudah dilakukan pengolahan
cawan petri, batang pengaduk, neraca atau proses filtrasi menggunakan membran)
analitik, spatula, labu ukur 1000 ml, akan dilakukan analisa kadar COD dan
stopwatch, pipet tetes, gelas ukur (dengan BOD5 di Dinas PU dan Penataan Ruang
ukuran 10 ml dan 100 ml), plat kaca, botol Unit Pelaksana Teknis Laboratorium Bahan
sampel, pisau casting, kaca arloji, corong
Konstruksi. Parameter lainnya yang akan
kaca, batang magnet, isolasi hitam, tabung dilakukan analisa yaitu pH dan TSS yang
gas N2, alat sel ultrafiltrasi, selang masukan terdapat pada air limbah. Analisa parameter
umpan, selang keluaran permeat, pH meter, pH untuk air limbah menggunakan pH
jerigen ukuran 20 liter, dan mikrometer meter dan analisa kadar TSS dilakukan
sekrup. secara gravimetri. Proses analisa kadar
Variabel Penelitian parameter pH dan TSS dilakukan secara
langsung.
Variabel yang digunakan dalam
penelitian ini terdiri dari variabel tetap dan 2. Sintesis Membran Silika
variabel berubah. Variabel tetap pada Tahapan awal sintesis membran silika
penelitian ini yaitu massa PVA 5,4 gram, yaitu melakukan proses penimbangan
volume isopropil alkohol 35 ml, volume masing-masing variasi komposisi silika
larutan PEG 400 sebanyak 10,8 ml, massa yang telah ditentukan yaitu 8, 10, dan 12
semen portland putih 5,4 gram, volume gram. Silika yang sudah ditimbang
akuades 300 ml, massa NH4Cl 3,5 gram, selanjutnya dimasukkan ke dalam gelas
kecepatan pengadukan magnetic stirrer 600 beaker 500 ml kemudian ditambahkan 35
rpm, waktu pengadukan pembuatan larutan ml 2-propanol. Campuran tersebut
casting membran 15 menit dan 60 menit, kemudian diaduk menggunakan magnetic
waktu pendiaman larutan casting hingga stirrer dengan kecepatan pengadukan 600
menjadi film membran selama 30 jam, suhu rpm selama 15 menit. Langkah selanjutnya
pengeringan lapisan film membran adalah menambahkan NH4Cl sebanyak 3,5
menggunakan oven 70oC, waktu gram dan akuades sebanyak 300 ml ke
pengeringan membran menggunakan oven dalam campuran silika dan 2-propanol.
selama 1 jam, pengadukan cepat proses Seluruh campuran kemudian diaduk
koagulasi sebesar 200 rpm dengan waktu kembali menggunakan magnetic stirrer
koagulasi 5 menit, pengadukan lambat dengan kecepatan pengadukan yang sama
proses flokulasi sebesar 60 rpm dengan yaitu 600 rpm selama 1 jam [Maharani dan
waktu flokulasi 15 menit dan waktu Damayanti, 2013].
pengendapan proses pre-treatment limbah Tahapan selanjutnya yaitu membuat
cair hotel selama 30 menit. Sedangkan larutan casting membran silika. PVA dan
variabel berubah pada penelitian ini yaitu semen portland putih masing-masing

JOM FTEKNIK Volume 3 No.1Februari 2016 3


ditimbang sebanyak 5,4 gram dan selama 5 menit. Setelah proses koagulasi
dimasukkan ke dalam gelas beaker 50 ml. berlangsung selama 5 menit, maka tahapan
PEG kemudian ditambahkan sebanyak 10,8 selanjutnya yaitu proses flokulasi atau
ml ke dalam campuran PVA dan semen pengadukan lambat selama 15 menit
portland putih dan diaduk hingga melarut. dengan kecepatan pengadukan 60 rpm.
Setelah campuran PVA, PEG, dan semen Setelah melalui tahapan proses koagulasi-
sudah melarut sempurna maka campuran flokulasi maka selanjutnya proses
serbuk silika yang telah diaduk selama 1 pengendapan selama 30 menit [Pinem dan
jam sebelumnya kemudian dimasukkan Sorang, 2012].
secara perlahan ke dalam campuran PVA, Setelah tahapan proses koagulasi-
PEG, dan semen hingga keseluruhan bahan flokulasi sebagai proses pre-treatment
melarut sempurna menggunakan magnetic limbah cair hotel selesai, maka pengolahan
stirrer selama 30 menit dan membentuk limbah cair hotel selanjutnya yaitu
larutan casting membran silika. Larutan menggunakan membran silika yang telah
casting membran silika yang sudah disintesis dengan variasi tekanan 1, 2, dan 3
terbentuk selanjutnya langsung dituangkan bar. Pengolahan limbah cair hotel
ke atas cetakan kaca (cetakan film menggunakan membran silika melalui
membran) dan didiamkan selama 30 jam. proses ultrafiltrasi sistem dead-end dimana
Lapisan film membran yang sudah aliran umpan tegak lurus terhadap
terbentuk selama proses pendiaman 30 jam membran.
langsung dikeringkan menggunakan oven
pada suhu 70oC selama 1 jam untuk 4. Karakterisasi Membran Silika
menghilangkan kadar air ataupun pelarut Uji Morfologi Membran
yang masih melekat pada lapisan film Uji morfologi membran dapat dianalisa
membran silika [Puspayana dan menggunakan perlatan Scanning Electron
Damayanti, 2013]. Setelah melalui tahapan Microscopy (SEM). Pemotretan membran
pengeringan menggunakan oven, maka dengan alat SEM dilakukan pada
terbentuklah membran silika berpori. penampang atas membran silika yang
Membran silika berpori kemudian dipotong disintesis.
sesuai cetakan membran (cetakan kaca) Uji FTIR
yang telah dibuat untuk selanjutnya Pengamatan terhadap gugus fungsional
digunakan pada tahapan proses pengolahan dilakukan menggunakan uji Fourier
limbah cair hotel. Transform Infrared (FTIR). Uji ini
3. Pretreatment Limbah Cair Hotel dan bertujuan untuk menginformasikan
Pengolahan Limbah Cair Hotel bagaimana perbandingan komposisi
Menggunakan Membran Silika bahan-bahan penyusun membran silika dan
mempelajari serta menentukan pengaruh
Pretreatment limbah cair hotel dengan komposisi tersebut terhadap struktur
proses koagulasi-flokulasi dilakukan di membran silika yang dihasilkan melalui
dalam gelas kimia 2000 ml yang dilengkapi puncak-puncak serapan yang dihasilkan
dengan motor pengaduk lengkap dengan berdasarkan gugus fungsi.
impeller dan pH meter. Limbah cair hotel
Uji Kuat Tarik
sebanyak 1000 ml dimasukkan ke dalam Pengukuran sifat mekanik membran
gelas kimia 2000 ml. Bahan koagulan dilakukan dengan uji kuat tarik
aluminium sulfat sebanyak 5 ml dengan menggunakan ASTM D 882. Hasil kuat uji
konsentrasi 50 ppm ditambahkan ke dalam tarik ini dapat menentukan nilai Elastic
1000 ml sampel limbah cair hotel tersebut. Modulus dan Tensile Strength. Uji kuat
Motor pengaduk kemudian dinyalakan tarik dilakukan pada membran dengan
dengan kecepatan pengadukan sebesar 200 kecepatan rata-rata penarikan 40 mm/min
rpm (pengadukan cepat proses koagulasi) hingga membran putus.

JOM FTEKNIK Volume 3 No.1Februari 2016 4


Pengukuran Nilai Fluks dan Rejeksi Nilai Rejeksi
Proses pengukuran nilai fluks dan Untuk menghitung nilai rejeksi pada
rejeksi pada pengolahan limbah cair hotel tekanan operasi 1,2, dan 3 bar dilakukan
menggunakan membran silika yang analisa konsentrasi masing-masing permeat
digunakan yaitu dengan dimasukkannya pada berbagai tekanan tersebut dan
membran silika ke dalam alat sel filtrasi. konsentrasi pada umpan. Nilai rejeksi
Sebelum membran dimasukkan, membran membran dapat ditentukan menggunakan
dipotong sesuai dengan ukuran tempat persamaan:
membran pada alat sel filtrasi dengan
𝐶𝑝
diameter membran sebesar 5 cm. Tahapan % R = (1 − ) × 100 [Mulder,1996] ....2.2
𝐶𝑓
pertama yaitu dengan mengalirkan air atau
akuades pada membran hingga diperoleh Cp = konsentrasi permeat (ppm)
volume permeat yang tetap. Volume Cf = konsentrasi umpan (ppm)
permeat yang telah tetap atau konstan
menandakan pori membran telah stabil dan 3. Hasil dan Pembahasan
waktu yang dibutuhkan untuk mendapat Analisa Awal Sampel air Payau
volume permeat setiap sekali waktu Sampel air payau yang digunakan pada
pengambilan sampel permeat selama 1,5 penelitian ini berasal dari sumur di rumah
jam telah terukur. masyarakat yang tinggal di daerah pesisir
Tahapan selanjutnya dengan Tembilahan. Jarak antara sumber sampel
mengalirkan limbah cair hotel yang telah di air payau sekitar ±2 km dari laut. Sampel air
treatment dengan proses koagulasi- payau dianalisa untuk parameter warna,
flokulasi sebagai umpan dengan tekanan kekeruhan, kesadahan dan klorida. Berikut
variasi yang digunakan yaitu 1, 2, dan 3 bar. merupakan hasil analisa air payau di daerah
Pengukuran fluks permeat dilakukan setiap pesisir Tembilahan.
10 menit sekali selama 1,5 jam untuk setiap Tabel 3.1 Analisa Awal Air Payau
variasi tekanan yang digunakan.
Pengambilan sampel permeat untuk analisa N Parame Satu Air Baku
dihentikan setelah operasi membran o ter an payau mutu
mencapai keadaan tunak. Perhitungan nilai
rejeksi dilakukan melalui analisa 1 Warna Pt- 124 15
konsentasi masing-masing permeat pada Co
berbagai variasi tekanan tersebut dan 2 Kekeru mg/L 12,473 5
konsentrasi pada umpan [Randi dkk., han
2016]. 3 Kesada mg/L 780 500
Fluks air, Jw bagi setiap eksperimen han
dihitung berdasarkan waktu Δt (jam) yang 4 Klorida mg/L 1700 250
diperlukan untuk mengumpulkan permeat Sumber : Data ditampilkan dari hasil uji UPT
dengan menggunakan persamaan: Laboratorium Kesehatan dan Lingkungan
Provinsi Riau (2015)
1 V Dari Tabel 3.1 dapat dilihat bahwa pada
Jw  [Mulder,1996]........... .2.1 masing masing parameter air payau
A t
melebihi baku mutu air minum menurut
dimana A merupakan luas membran efektif, peraturan Menteri Kesehatan RI No.
ΔV merupakan volume permeat yang 492/MenKes/PER/IV/2010 sehingga perlu
dikumpulkan. Grafik fluks terhadap dilakukan pengolahan terhadap air payau
tekanan diplot dan kemiringannya tersebut. Adapun komponen yang akan
merupakan nilai permeabilitas air bagi dianalisa parameternya yaitu warna,
membran tersebut [Mulder,1996]. kekeruhan, kesadahan dan klorida. Air
Eksperimen ini diulangi sebanyak 2 kali. payau tersebut akan disaring menggunakan

JOM FTEKNIK Volume 3 No.1Februari 2016 5


membran selulosa asetat dan akan permukaan luas membran dengan waktu
dihasilkan permeat. Permeat tersebut tertentu dan dengan adanya gaya dorong
nantinya akan diuji untuk parameter warna, berupa tekanan. Faktor-faktor yang
kekeruhan, kesadahan dan klorida. mempengaruhi fluks yaitu komposisi dari
membran dan tekanan [Mulder,1996].
Pengaruh Perbedaan Tekanan operasi Adapun Pengaruh komposisi selulosa asetat
dan Komposisi Selulosa Asetat Terhadap dan tekanan operasi terhadap fluks dapat
Fluks dilihat pada grafik 3.1.
Fluks merupakan suatu jumlah volume
permeat yang melewati satu satuan

47.0 43.258 44.679


45.0
43.0 39.196
41.0
39.0 34.322 34.728
37.0 33.448 Membran Selulosa
Fluks (L/m2.jam)

35.0 asetat 20%


33.0 30.057 30.037
31.0 27.985 33.509 Membran Selulosa
29.0 31.397
Asetat 19%
27.0 25.183
25.0 26.747 Membran Selulosa
23.0 22.827 21.832 26.198
22.157 23.578 Asetat 18%
21.0
19.0 Membran Selulosa
17.0 17.872 21.730
Asetat 17%
15.0 Membran Selulosa
13.0 13.404
11.0 15.496 Asetat 16%
9.0 11.921 9.037
7.0 7.920
0 2 4 6 8 10 12
Tekanan (bar)

Gambar 3.1 Grafik Fluks Air Payau Untuk Variasi Tekanan dan Komposisi Selulosa Asetat
terhadap Fluks

karena terjadinya fouling sehingga laju


Berdasarkan grafik pada Gambar 3.1 alirnya tidak jauh berbeda. Jika ditinjau dari
dapat dilihat bahwa terjadi peningkatan grafik pada Gambar 3.1, dapat dilihat
fluks dari tekanan 2 bar hingga 8 bar. bahwa fluks terendah air payau yang
Semakin besar tekanan operasi maka akan dihasilkan terdapat pada tekanan operasi 2
semakin besar fluks yang dihasilkan. bar untuk masing-masing membran
Peningkatan fluks tersebut diakibatkan selulosa asetat dan fluks tertinggi air payau
adanya gaya dorong (driving force) berupa terdapat pada tekanan operasi 10 bar pada
tekanan pada proses penyaringan. Driving masing-masing membran selulosa asetat.
force yang diberikan mengakibatkan Berdasarkan hasil tersebut maka hubungan
desakan terhadap molekul air payau antara tekanan terhadap fluks yaitu
sehingga volume air payau yang melewati berbanding lurus. Richa (2011) melakukan
membran per satuan luas per satuan waktu penelitian mengenai pengaruh tekanan
meningkat. terhadap fluks membran selulosa asetat,dari
Namun tidak terjadi peningkatan yang penelitian yang dilakukan dihasilkan
signifikan dari tekanan operasi 8 bar hubungan antara tekanan terhadap fluks
menuju 10 bar pada masing-masing variasi berbanding lurus.
komposisi selulosa asetat pada membran. Untuk hubungan antara komposisi
Hal ini dikarenakan desakan terhadap air selulosa asetat terhadap fluks, berdasarkan
payau sudah mencapai titik jenuhnya grafik pada Gambar 3.1 menggambarkan

JOM FTEKNIK Volume 3 No.1Februari 2016 6


bahwa komposisi selulosa asetat selulosa asetat terhadap fluks. Hasil yang
berbanding terbalik terhadap fluks. diperoleh yaitu semakin besar komposisi
Semakin besar komposisi selulosa asetat selulosa asetat maka fluksnya akan semakin
maka akan semakin kecil fluks dihasilkan, turun. Penurunan fluks tersebut
hal tersebut dikarenakan tidak terjadi dikarenakan semakin besar komposisi
penggembungan pada rantai polimer selulosa asetat maka akan semakin kecil
selulosa asetat. Formamida yang berfungsi ukuran pori yang dihasilkan,semakin kecil
sebagai swelling agent tidak membentuk ukuran pori maka akan semakin besar fluks
ikatan lemah berupa jembatan hidrogen yang dihasilkan.
diantara rantai polimer selulosa asetat
sehingga struktur selulosa asetat tetap kuat. Hasil Analisa Permeat Membran
Tetap kuatnya struktur selulosa asetat ini Selulosa Asetat
akan menurunkan permeabilitas dari Hasil analisa permeat membran selulosa
membran tersebut. asetat disajikan dalam Tabel 3.2 berikut:
Natalia (2003) melakukan penelitian
yang sama mengenai hubungan komposisi

Tabel 3.2 Analisa Permeat Air Payau


Permeat
Air Baku
No Parameter Satuan 10
payau mutu 2 bar 4 bar 6 bar 8 bar
bar
1 Warna Pt-Co 124 15 5 6 8 9 10
2 Kekeruhan mg/L 12,473 5 0,826 0,974 1,027 1,242 1,289
3 Kesadahan mg/L 780 500 157 162 165 171 183
4 Klorida mg/L 1700 250 24 28 29 31 33

Baku mutu mengacu pada permen No.492 tahun 2010


Hasil analisa diperoleh dari hasil uji UPT Laboratorium Kesehatan dan Lingkungan Provinsi
Riau (2015)

minum sesuai dengan permenkes No.492


Permeat yang dianalisa merupakan Tahun 2010.
permeat hasil dari filtrasi menggunakan
membran selulosa asetat 20%. Menurut Selektifitas Membran Selulosa Asetat
Daruune dan Tribop (2008) semakin besar Selektivitas membran dinyatakan dalam
komposisi selulosa asetat maka akan nilai koefisien rejeksi, yang merupakan
semakin kecil fluks yang dihasilkan, namun ukuran kemampuan membran untuk
semakin besar rejeksinya. Karena pada menahan atau melewatkan satu spesi
variasi selulosa asetat dihasilkan fluks tertentu. Selektivitas bergantung pada
terkecil yaitu pada variasi membran interaksi membran dengan partikel terlarut,
selulosa asetat 20% maka permeatnya akan ukuran pori membran, dan ukuran partikel
dianalisa untuk parameter warna, yang akan melewati pori membran
kekeruhan, kesadahan dan klroida. [Setiasih, 2009). Dalam penelitian ini,
Untuk setiap variasi tekanan, dihasilkan selektivitas membran ditinjau melalui
permeat yang kualitas warna, kekeruhan, kemampuannya pada penyisihan warna,
kesadahan dan klorida dibawah baku mutu. kekeruhan, kesadahan dan klorida yang
Dengan kata lain dapat disimpulkan bahwa ditampilkan pada Gambar 3.2 berikut.
membran selulosa asetat dapat digunakan
untuk mengolah air payau menjadi air

JOM FTEKNIK Volume 3 No.1Februari 2016 7


101 98.59 98.35 98.29 98.18 98.06
99
97 95.97
95.16
95 93.55 92.74
93 91.94 Warna
Rejeksi (%)

91 93.38
89 92.19 91.77 Kekeruhan
87 90.04 89.67
Kesadahan
85
83 79.87 Clorida
81 79.23 78.85 78.08
79 76.54
77
75
0 2 4 6 8 10 12
Tekanan (bar)
Gambar 3.2 Kurva Pengaruh Tekanan Terhadap Selektivitas Membran Selulosa
Asetat pada Penyisihan Warna, Kesadahan, Kekeruhan dan Klorida

dengan bertambahnya tekanan. Pada


Hasil perhitungan koefisien rejeksi tekanan 2 bar dihasilkan rejeksi 79,87% dan
menunjukkan bahwa selektivitas membran semakin menurun hingga pada tekanan 8
selulosa asetat berkurang seiring dengan bar dengan rejeksi 78,08%. Namun pada
bertambahnya tekanan. Hal ini disebabkan tekanan 8 bar ke tekanan 10 bar terjadi
terjadinya pelebaran pori membran penurunan yang jauh yaitu menjadi
sehingga partikel yang seharusnya tertahan 76,54%. Penurunan yang jauh ini terjadi
oleh membran dapat lolos [Notodarmojo karena membran tidak mampu lagi
dan Anne, 2004]. menahan partikel sehingga pori membran
Untuk parameter warna pada tekanan 2 menjadi rusak (terbuka lebar) sehingga
bar dihasilkan rejeksi 95,97%, namun pada bukan menyisihkan partikel namun malah
tekanan 4 bar penurunan rejeksi tidak membuat partikel lolos dengan jumlah yang
terlalu signifikan yaitu 95,16%, hal ini lebih banyak.
dikarenakan belum terjadi pelebaran pori Nilai rejeksi membran selulosa asetat
pada membran. Kemudian pada tekanan 6 terhadap rejeksi garam sangat tinggi yaitu
bar dihasilkan rejeksi yang lebih jauh 95,59%. Namun rejeksi garam tidak
menurun dari tekanan 4 bar yaitu 93,55% berubah terlalu signifikan terhadap
yang berarti telah terjadi pelebaran pori kenaikan tekanan. Nilai rejeksi hanya
sehingga partikel tidak tertahan lagi berkurang sedikit saja terhadap perubahan
membran. Penurunan rejeksi yang cukup tekanan pada membran. Hal ini terjadi
besar tersebut kemudian terjadi lagi pada karena partikel garam pada air payau lebih
tekanan 8 bar yaitu 92,74% dan pada besar dibanding pori membran meskipun
tekanan 10 bar dengan rejeksi 91,94%. terjadi gaya dorong berupa tekanan.
Nilai koefisien rejeksi kesadahan
mengalami penurunan membentuk kurva Satistika Pori Membran
linear seiring dengan bertambahnya Untuk membuktikan hasil
tekanan. Tekanan yang besar akan pengujian membran, maka perlu
mendorong senyawa penyebab kekeruhan diketahui sifat-sifat fisik membran
semakin banyak menembus membran. tersebut. Pemotretan permukaan melalui
Untuk parameter kesadahan, terjadi hal mikroskop elektron sangat berguna
yang sama yaitu penurunan rejeksi seiring untuk mengetahui sifat fisik

JOM FTEKNIK Volume 3 No.1Februari 2016 8


(morfologi) membran, yaitu pori-
porinya. Dalam analisis foto SEM dapat
diketahui bentuk dan perubahan
permukaan dari material yang diuji.
Analisa dilakukan pada permukaan dan
penampang lintang membran. Hasil
analisa ditunjukkan pada Gambar 3.3
berikut.
Gambar 3.4 Foto penampang lintang
membran selulosa asetat
\\
Ketebalan membran diketahui dengan
mengukur foto SEM penampang lintang
membran, dan membandingkannya dengan
skala yang tertera pada Gambar 3.4. Dari
hasil perhitungan diketahui bahwa
membran mempunyai ketebalan 64,77 µm.
Gambar 3.4 menunjukkan struktur pori
yang tidak homogen di seluruh bagian
penampang membran, hal ini membuktikan
(a) (b) membran selulosa asetat merupakan
membran asimetri.
Gambar 3.3. Foto Permukaan Atas (a)
dan Permukaan Bawah (b) Membran Klasifikasi Membran yang Diperoleh
Selulosa Asetat Berikut merupakan Tabel klasifikasi
membran selulosa asetat yang diperoleh :
Pada Gambar 3.3 dapat dilihat bahwa
permukaan atas (lapisan aktif) membran Tabel 3.3 Klasifikasi Membran Selulosa
selulosa asetat mempunyai ukuran pori Asetat
yang lebih kecil dibandingkan permukaan Membran
bawahnya. Hal ini dikarenakan, ketika Klasifikasi
NO Selulosa
cetakan larutan cetak didiamkan di udara Membran
Asetat
terbuka, pelarut aseton pada lapisan atas 1 Berdasarkan bahan Membran
membran mengalami difusi ke atmosfir, dasar sintesis
sehingga lapisan atas akan kekurangan pembuatannya
pelarut. Membran dengan struktur tersebut 2 Berdasarkan fungsi Membran
merupakan membran asimetri nanofitrasi
[Setiasih,2009]. Disamping itu, pada 3 Berdasarkan Membran
gambar juga terlihat distribusi pori morfologi asimteri
membran tidak merata. Dari hasil 4 Berdasarkan Membran
perhitungan diperoleh ukuran pori besar prinsip berpori
rata-rata membran sebesar 2,031 nm dan pemisahannya
ukuran pori kecil rata-rata membran sebesar
1,686 nm. Dengan range pori yang berada
4. Kesimpulan
antara <2 nm, maka membran
Berdasarkan hasil analisa permeat yang
dikategorikan sebagai membran
diperoleh dari hasil uji UPT Laboratorium
nanofiltrasi.
Kesehatan dan Lingkungan Provinsi Riau,
membran selulosa asetat dapat digunakan
untuk mengolah air payau menjadi air
minum sesuai dengan Permenkes No.492

JOM FTEKNIK Volume 3 No.1Februari 2016 9


Tahun 2010. Berdasarkan hasil penelitian, Joko.S., Cahya D., & Tutuk D. (2013).
semakin besar komposisi selulosa asetat Peningkatan Kinerja Membran
maka akan semakin kecil fluks yang Selulosa Asetat untuk Pengolahan
diperoleh, namun akan semakin besar
Air Payau dengan Modifikasi
rejeksinya. Pengaruh tekanan terhadap
proses pengujian air payau menjadi air Penambahan aditif dan
minum yaitu semakin besar tekanan maka Pemanasan. Jurnal Teknologi
akan semakin besar fluks yang dihasilkan. Kimia dan Industri,Vol 2, No.3,
Klasifikasi membran selulosa asetat yang halaman 96-108.
diperoleh yaitu berdasarkan bahan dasar Kim, I.C., Yun,H.G., & Lee, K.H. (2001).
pembuatannya disebut membran sintesis, Preparation of Asymetric
berdasarkan fungsinya disebut membran
Polyacrylonitrile Membrane with
nanofiltrasi, berdasarkan morfologi disebut
membran asimetri dan berdasarkan prinsip Small Pore by Pahse Inversion
pemisahannya disbeut membran berpori and Post-Treatment Process.
Journal of Membrane Science 199:
Dafar pustaka 75-84
Anonim. (2013). Informasi Umum Provinsi Kurniawan,A.,Rahadi,B., & Susanawati,D.
Riau. Dilihat di: www.riau.go.id. (2009). Studi Pengaruh Zeolit
Diakses pada 29 Desember 2014. Alam Termodofikasi HDTMA
Bhongsuwan,D., & Bhongsuwan Tribop. Terhadap Penurunan Salinitas Air
(2008). Preparation of Cellulose Payau. Jurnal Sumberdaya dan
Acetate Membranes for Ultra- Lingkungan.
Nano- Filtrations. Kasetsart J. Setiasih,S. (2009). Pengaruh Aditif pada
(Nat. Sci.) 42:311 – 317. Karakteristik Membran Selulosa
Mulder, M. (1996). Basic Principles of Asetat. Institut Teknologi
Membrane Technology, 2nd ed., Bandung.
Kluwer Academic Publisher, Supriyadi, Joko., Hakika,D., &
Netherland. Kusoworo,T. (2013). Peningkatan
Natalia,S., Adiarto T., & Atie S. (2003). Kinerja Membran Selulosa Asetat
Sintesis dan Optimasi Membran untuk Pengolahan Air Payau
Selulosa Asetat pada Proses dengan
Mikrofiltrasi Bakteri. Jurusan Modifikasi Penambahan Aditif dan
Teknik Kimia. Unversitas Pemanasan. Jurnal Teknologi
Surabaya. Kimia dan Industri,Vol 2,No.3,
Richa. (2011). Sintesis Membran Selulosa Halaman 96-108.
Asetat untuk Pengolahan Air Wenten,I.G. (1999). Teknologi Membran
Sungai Siak. Skripsi Sarjana. Industrial.Bandung.
Unversitas Riau. Winani., & Ade,I. ( 2011). Kajian
Rosnelly,C.M. (2012). Pengaruh Rasio Efektifitas Membran Selulosa
Aditif PEG terhadap Selulosa Asetat pada Proses Filtrasi
Asetat Pada Pembuatan Membran Bertahap untuk Desalinasi Air
Selulosa Asetat secara Inversi Laut.Departemen Fisika.IPB.
Fasa. Jurnal Rekayasa Kimia dan Zhang, Pan., Hu, Jing Tau., & Wei,Lie.
Lingkungan. Vol.9,No.1.halaman (2013). Research Progress of
25-29. Brackish Water Desalination by

JOM FTEKNIK Volume 3 No.1Februari 2016 10


Reverse Osmosis. Journal of Water
Resource and Protection, Vol 5, p.
304-309

JOM FTEKNIK Volume 3 No.1Februari 2016 11

You might also like