You are on page 1of 4

VITILIGO

Hervina*

*Departement Of Dermatology and venereolgy


Faculty of Medicine Muhammadiyah University of North Sumatera
** Departement Farmacology Faculty of Medicine Muhammadiyah University of
North Sumatera

ABSTRAK

Vitiligo merupakan penyakit kulit dan membran mukosa kronis akibat destruksi
melanosit, dengan karakteristik makula depigmentasi, mempunyai faktor predisposisi
multifaktorial dan faktor pencetus seperti trauma, terbakar matahari, stres, dan penyakit sistemik.
Penyebab pasti penyakit ini belum diketahui. Teori patofisiologi vitiligo yang paling berperan
antara lain mekanisme autoimun, sitotoksik, biokimia, oksidan –antioksidan, neural dan virus.
Manifestasi klinis berupa makula amilanotik berwarna putih susu atau kapur, biasanya berbatas
tegas dan tepi dapat berlekuk. Klasifikasi vitiligo antara lain segemental, akrofasial, generalisata
dan universal atau berdasarkan pola daerah yang terkena yaitu jenis fokal, campuran dan
mukosa. Penyakit endokrinopati yang sering ditemukan pada pasien vitiligo antara lain disfungsi
tiroid, penyakit hipertiroid lain (penyakit grave) atau hipotiroid (tiroiditis hashimoto).
Pemeriksaan laboratorik yang membantu dalam membangun diagnosis vitiligo, antara lain kadar
thyroid stimulating hormone, dan darah lengkap. Pada pemeriksaan histologi tidak ditemukan
melanosit pada lesi kulit. Pengobatan berupa tabir surya, kortikosteroid topikal, imunomodulator
topikal, kalsipotriol topikal, pseudokatalase, kortikosteroid sistemik, PUVA, NBUVB, laser
helium neon, khellin, suction blister graft dan imunosupresan sitemik.
Kata kunci : Vitiligo, etiologi, penatalaksanaan
ABSTRACK

Vitiligo is a chronic skin disease and mucous membrane due to melanocyte destruction,
with characteristic depigmented macules, has multifactorial predisposing factors and
precipitating factors such as trauma, sunburn, stress, and systemic diseases. The exact cause of
this disease is not yet known, but there are several theories that explain the loss of
melanocytepidermal in vitiligo. The pathophysiology theory of vitiligo which has the most role is
the mechanism of autoimmune, cytotoxic, biochemical, oxidant, antioxidant, neural and viral.
Clinical manifestations in the form of amyotic antibiotics are milky white or limestone, usually
firmly defined and curved edges. The classification of vitiligo includes segemental, akrofasial,
generalized and universal or based on the pattern of the affected area namely focal, mixed and
mucous types. Endocrinopathies that are often found in vitiligo patients include thyroid
dysfunction, other hyperthyroid diseases (grave disease) or hypothyroidism (hashimoto
thyroiditis). Laboratory examinations that help in establishing a diagnosis of vitiligo include
levels of thyroid stimulating hormone and complete blood. On histology, melanocytes were not
found in skin lesions. Treatment in the form of sunscreen, topical corticosteroids, topical
immunomodulators, topical calcipotriol, pseudocatalase, systemic corticosteroids, PUVA,
NBUVB, neon helium laser, khellin, suction blister graft and immunosuppressant system.
Keywords: vitiligo, etiology, treatment
PENDAHULUAN kankerterbanyak kelima dan diperkirakan
45.000 kasus didiagnosis pada 2004.8
Vitiligo ialah penyakit kulit dan
membran mukosa kronis yang terjadi akibat
ETIOLOGI
destruksi melanosit, dengan karakteristik
makula depigmentasi, faktor predisposisi Penyebab pasti dari Vitiligo belum
multifaktorial, dan faktor pencetus seperti diketahui secara pasti, tetapi mungkin virus
trauma, terbakar matahari, stres serta merupakan salah satu salah satu etiologi
penyakit sistemik.1 Prevalensi penyakit ini vitiligo.4 Teori konvergen menyatakan faktor
cukup tinggi sekitar 1% pada populasi di stres, akumulasi bahan toksik, autoimun,
dunia.2 Vitiligo sering terjadi pada usia mutasi, perubahan lingkungan seluler dan
dibawah 20 tahun, tetapi juga dapat terjadi migrasi melanosit yang terganggu
pada usia lanjut.3 mempunyai pean dalam patogenesis
terjadinya vitiligo.4
Vitiligo mempunyai beberapa
predileksi, antara lain periorifisial, wajah,
DIAGNOSIS
genital, membran mukosa, daerah ekstensor,
tangan dan kaki.3 Pada pasien vitiligo tampak beberapa
DEFINISI manifestasi klinik berupa makula amelanotik
berwarna putih susu atau seperti kapur,
Vitiligo ialah penyakit kulit dan biasanya berbatas tegas dan tepi dapat
membran mukosa kronis yang terjadi akibat berlekuk. Lesi dapat dilihat dengan
destruksi melanosit, dengan karakteristik pemeriksaan menggunakan lampu Wood.
makula depigmentasi, faktor predisposisi Lesi meluas secara sentrifugal dan dapat
multifaktorial, dan faktor pencetus seperti timbul di semua area tubuh, termasuk
trauma, terbakar matahari, stres serta membran mukosa. Lesi awal sering timbul
penyakit sistemik.1 di area kulit yang terpajan sinar matahari,
terdapat pada siku, lutut, jari, dan
EPIDEMIOLOGI pergelangan tangan fleksor.1

Penyakit ini tersebar di seluruh Vitiligo dengan onset masa anak


dunia. Prevalensi penyakit ini cukup tinggi mempunyai predileksi lesi awal yang
sekitar 1% pada populasi di dunia.2 Vitiligo berbeda dengan onset vitiligo lambat.
sering terjadi pada usia dibawah 20 tahun, Predileksi lesi vitiligo onset masa anak
tetapi juga dapat terjadi pada usia lanjut.3 antara lain kelopak mata dan ekstremitas
Vitiligo sering ditemukan pada bayi bawah, sedangkan daerah utama vitiligo
baru lahir, jarang pada dewasa, kejadian onset lambat antara lain ekstremitas atas,
pada pria dan wanita, tidak berbeda khususnya tangan. Vitiligo onset masa anak
mencolok.8 Usianya berkisar dari mempunyai prevalensi yang lebih tinggi
lahirsampai 12 tahun, namun sebagian besar juga menderita penyakit alergi dan
(73%) adalah usia 4 tahun atau lebih muda.8 prevalensi yang lebih rendah dalam hal juga
Kanker ini berjumlah 6% dari seluruh menderita penyakit tiroid. Lesi vitiligo dapat
kanker di dunia tahun 2002 atau merupakan didahului terbakar matahari berat,
kehamilan, trauma pada kulit, dan/atau stres sehingga pada pasien vitiligo dapat
emosi.2 ditemukan kadar serum transforming growth
factor-β yang merupakan produk utama T
DIAGNOSIS BANDING regulator berkurang. Hal ini dapat
menyebabkan imunitas seluler meningkat,
1. Tinea Versikolor
sehingga maturasi sel T regulator berkurang
a. Perubahan warna kulit
dan mengakibatkan inhibisi inflamasi
b. Gatal terutama saat berkeringat
terganggu. Produksi sitokin proinflamasi
c. Makula Hipopigmentasi
seperti IL-1β, IL-6, IL-8, dan TNF-α
d. Skuama halus batas tegas
meningkat pada pasien vitiligo.4

PENATALAKSANAAN
Penanganan Non farmakologi pada
vitiligo digunakan Autologus skin graft /
tandur kulit bagian dermis atau epidermis
dengan cara memindahkan kulit normal 2-4
2. Ptiriasis Alba mm ke ruam vitiligo.6
a. Makula Hipopigmentasi
Untuk penatalaksanaan Farmakologi
b. Skuama halus batas tidak tegas
pada vitiligo adalah Fototerapi Topikal
Psoralen topikal (Larutan metoksalen 1%
dan dan 8-metoksipsoralen), Fototerapi
Sistemik, Psoralen 20-30 mg atau 0,6
mg/kgBB diminum 2 jam sebelum,
dilakukan penyinaran (1/2 – 4 menit) selama
6 bulan.6

KESIMPULAN
PATOFISIOLOGI
Vitiligo ialah penyakit kulit dan
Patogenesis dari vitiligo sampai saat
membran mukosa kronis dengan
ini masih belum jelas.1 Diperkirakan ada
karakteristik makula depigmentasi
beberapa kemungkinan, menurut teori
berbatas tegas. Prevalensi vitiligo di dunia
mekanisme imun seluler, terjadi destruksi
0,1-2% dengan onset puncak usia 10-30
melanosit pada vitiligo yang diperantarai
tahun.8 Penyebab pasti belum diketahui,
langsung oleh autoreaktif reagen sel T.1
tetapi terdapat beberapa teori yang
Jumlah sitotoksik limfosit CD8+ yang
menjelaskan tentang hilangnya melanosit
meningkat, reaktif terhadap melan-A/Mart-1
epidermal pada vitiligo. Teori
(antigen melanoma yang dikenali sel T),
patofisiologi vitiligo yang paling berperan
Glikoprotein 100 dan tirosinase. Sel T CD8+
adalah mekanisme autoimun, sitotoksik,
yang teraktivasi dapat ditemukan pada kulit
biokimia, oksidan-antioksidan, neural, dan
sekitas lesi vetiligo.4
virus.9
Jumlah sel T-helper pada lesi vitiligo
Lesi dapat dilihat dengan
berkurang. Transforming growth factor-β
menggunakan lampu Wood. Pengobatan
diketahui berfungsi menghambat aktivitas
bervariasi antara lain tabir surya,
vitiligo, tetapi penyakit autoimun dapat
kortikosteroid topikal, imunumodulator
menyebabkan T regulator berkurang,
topikal, kalsipotriol topikal, epidemilology, quality of life,
pseudokatalase, kortikosteroid sistemik, diagnosis, associations,
PUVA, NBUVB, laser excimer, bioskin, histopathology, etiology, and work-up.
L-fenilalanin, antioksidan, depigmentasi, J Am Acad Dermatol. 2011;
autologous thin split-thickness grafting, 65(3):473-91.
suction blister grafts, transplantasi kultur 5. Birlea SA, Fain PR, Spritz RA. A
melanosit autologous, kamuflase, Romanian population isolate with high
inhibitor Tumor Necrosis Factor-α, dan frequency of vitiligo and associated
imunosupresan sistemik.9 autoimmune diseases. Arch Dermatol.
2008; 144(3):310-6.
DAFTAR PUSTAKA 6. Silverberg JI, Silverberg AI, Malka E,
Silverberg NB. A pilot study assesing
1. Halder RM, Taliaferro SJ. Vitiligo. the role of 25 hydroxy vitamin d levels
Dalam: Goldsmith L, Katz S, Gilchrest in patients with vitiligo vulgaris. J Am
B, Paller A, Leffell D, Wolff K, editor. Acad Dermatol. 2010; 62(6):937-41.
Fitzpatrick’s dermatology in general 7. Anstey AV. Disorders of skin colour.
medicine. Edisi ke- Dalam: Burns T, Breathnach S, Cox
7. New York: McGraw-Hill Inc; 2008. N, Griffiths C, editor. Rook’s textbook
2. Nicolaidou E, Antoniou C, Miniati A, of dermatology. Edisi ke-8.
Lagogianni E, Matekovits A, Stratigos Chichester: Blackwell Publishing Ltd.;
A, et al. Childhood-and later-onset 2010.
vitiligo have diverse epidemiologic 8. Geel NV, Speeckaert R, Taieb A,
and clinical characteristics. J Am Acad Picardo M, Bohm M, Gawkrodger
Dermatol. 2011; 66(6):954-8. DJ, et al. Koebner’s phenomenon in
3. Rekam Medis Rumah Sakit Umum vitiligo: European position paper.
Pusat Moehammad Hoesin. Data Pigment Cell Melanoma Res. 2011;
rekam medis divisi dermato- 24(3):564-73.
kosmetologi poliklinik ilmu kesehatan 9. Ezzedine K, Gauthier Y, Leaute-
kulit dan kelamin rumah sakit umum Labreze C, Marquez S, Bouchtnei S,
pusat Moehammad Jouary T, et al. Segmental vitiligo
Hoesin/Fakultas Kedokteran associated with generalized vitiligo
Universitas Sriwijaya. Palembang: (mixed vitiligo): a retrospective case
RSUPMH/FK Unsri; 2011. series of 19 patiens. J Am Acad
4. Alikhan A, Felsten LM, Daly M, Dermatol. 2011; 65(5):965-71.
Petronic- Rosic V. Vitiligo: a
comprehensive overview introduction,

You might also like