You are on page 1of 16

34

KAJIAN HUKUM TENTANG TANGGUNG JAWAB ADMINISTRASI RUMAH


SAKIT TERHADAP KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DITINJAU
DARI PERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMOR 66 TAHUN 2016
TENTANG KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA RUMAH SAKIT

Sinatra Gunawan
gundiuwgm@gmail.com
Alumni Fakultas Hukum Universitas Widya Gama Mahakam Samarinda dan dokter RSUD AWS
Samarinda

ABSTRACT

Health and Safety of Hospital Work (K3RS) is the application of UUD 1945 chapter 27
verse (2) and Chapter 28 H and Health Ministry’s Regulation number 66 2016. K3 has existed
since long time ago and its application has been less satisfactory as this was proven by UU
number 1 1970 about Work Safety and UU number 44 2009 about Hospital. The application of
K3RS is one of the actions taken to ensure and protect the safety and health of the human
resources of the hospital, patients, nurses, visitors, and its environment as well as its physical
condition. Health Ministry’s Regulation Number 66 2016 specifically describes about K3RS but
there is no clear and detail description on what the hospital’s responsibilities are along with
their consequences.
The problem studied is related to the administrative responsibilities of the hospital along
with their consequences for not executing Health Ministry’s Regulation Number 66 2016 in
terms of K3RS. Method used for this law research is Normative Jurisdictive with referential and
field study as the data collection technique. The writer did the research by looking for and
collecting secondary data, compiled, described, and then analyzed in order to form a
systematic, factual, and accurate description of the facts, characteristics or multi-phenomenon
relationship studied. Data were analyzed qualitatively and the conclusion was drawn from there
which later became the answer of the problem of this research.
From the findings of the research, it was proven that there wasn’t optimum
administrative responsibilities of the hospital and there were neither consequences addressed in
written nor in person form in regards of why the K3RS was not implemented. The conclusion
was drawn from this research was the administrative responsibilities of the hospital related to
K3RS were not continuously applied and the written consequences form of the Health Ministry’s
Regulation was not strict.

Keywords: K3RS, Health Ministry’s Regulation, Responsibilities and Consequences.

PEDAHULUAN

Era globalisasi menuntut pelaksanaan merupakan tempat kerja yang unik dan
Keselamatan dan Kesehatan Kerja di kompleks untuk menyediakan pelayanan
setiap tempat kerja termasuk di sektor kesehatan bagi masyarakat. Semakin luas
kesehatan seperti rumah sakit. Rumah sakit pelayanan kesehatan dan bangunan fisik
serta fungsi rumah sakit tersebut, maka
35

akan semakin kompleks peralatan dan mengalami kecelakaan kerja seperti


fasilitas yang dibutuhkan. Kerumitan tertusuk jarum, dan teriris pisau.2
tersebut menyebabkan rumah sakit Diperlukan publikasi data semacam ini
mempunyai potensi bahaya yang sangat setiap tahun dan setiap rumah sakit untuk
besar, tidak hanya bagi pasien dan tenaga mengetahui pelaksanaan keselamatan dan
medis, tetapi juga pengunjung rumah sakit. kesehatan kerja di rumah sakit.
Pelaksanaan Keselamatan dan Data Kementerian Tenaga Kerja dan
Kesehatan Kerja adalah salah satu bentuk Transmigrasi menyebutkan, sampai tahun
penyelenggaraan kegiatan untuk 2013 di Indonesia tidak kurang dari enam
menciptakan tempat kerja yang aman, pekerja meninggal dunia setiap hari akibat
sehat, sehingga dapat mengurangi dan kecelakaan kerja. Angka tersebut tergolong
bebas dari kecelakaan kerja serta penyakit tinggi dibandingkan negara Eropa hanya
akibat kerja yang pada akhirnya dapat sebanyak dua orang meninggal dua per hari
meningkatkan efisiensi dan produktifitas karena kecelakaan kerja. International
kerja.1 Hal ini harus diterapkan pula di Labour Organization (ILO) menyatakan
rumah sakit. setiap hari terjadi kecelakaan kerja yang
Keselamatan dan Kesehatan Kerja mengakibatkan korban fatal kurang lebih
Rumah Sakit yang selanjutnya disingkat 6000 kasus, sementara di Indonesia dari
K3RS, menurut Peraturan Menteri setiap 100.000 tenaga kerja terdapat 20
Kesehatan Republik Indonesia Nomor 66 orang menderita kecelakaan kerja fatal
Tahun 2016 tentang Keselamatan dan dengan rata-rata per tahun terdapat 99.000
Kesehatan Kerja Rumah Sakit adalah: kasus kecelakaan kerja. Angka tersebut
segala kegiatan untuk menjamin dan menginformasikan tingkat keparahan
melindungi keselamatan dan kesehatan bagi kecelakaan kerja di seluruh dunia pada
sumber daya manusia rumah sakit, pasien, umumnya dan di Indonesia pada khususnya
pendamping pasien, pengunjung, maupun yang masih cukup tinggi. 3
lingkungan rumah sakit melalui upaya Ditemukan data maupun
pencegahan kecelakan kerja dan penyakit dokumentasi tentang kurang optimal
akibat kerja di rumah sakit. pelaksanaan K3RS yang menimbulkan
Pengaturan K3RS bertujuan untuk kerugian fisik, psikis dan material; yang
terselenggaranya keselamatan dan dapat dilihat pada media cetak dan media
Kesehatan Kerja di Rumah Sakit secara visual serta didengar pada media audio;
optimal, efektif, efisien dan yang mana tidak terekam dan tidak
berkesinambungan. dipublikasi pada media publikasi ilmiah
Data berupa penelitian di Rumah seperti dalam jurnal hukum, jurnal
Sakit Elim Rantepao dan Rumah Sakit kesehatan, dan jurnal kedokteran,
Umum Daerah Lakipadada Makale mengakibatkan tidak mengarahkan kepada
Kabupaten Tana Toraja tahun 2008
mendapatkan 138 tenaga kerja Rumah Sakit
2 Martina Parubak, Studi Kecelakaan Kerja

Pada Petugas RS Elim Rantepao dan RSUD


1 Liza Salawati, Hubungan Prilaku, Lakipadada Makale Kabupaten Tana Toraja, Artikel
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja Dalam Jurnal Media Kesehatan Masyarakat
dengan Terjadinya Kecelakaan Kerja di Indonesia, Volume 5 Nomor 4, Oktober 2009, hlm.
Laboratorium Patologi Klinik Rumah Sakit Umum DR 83.
Zainoel Abidin Banda Aceh tahun 2009,Tesis, 3 Soehatman Ramli, Sistem Manajemen

Universitas Sumatera Utara Medan, Medan, 2009, Keselamatan dan Kesehatan Kerja OHSAS 18001,
hlm. 3. Dian Rakyat, Jakarta, 2010, hlm.1.
36

tanggung jawab dan sanksi diberikan pada bagian akhir setiap peraturan. Sanksi
sehubungan K3RS. administrasi dimaksudkan agar perbuatan
Didalam praktek sehari-hari banyak pelanggaran itu dihentikan. Sifat sanksi
orang yang tidak dapat membedakan antara adalah “ reparatoir” artinya memulihkan
pemerintahan yang dijalankan oleh pejabat pada keadaan semula.5 Pada Permenkes
pemerintah, dan administrasi yang Nomor 66 Tahun 2016 tidak menerangkan
dijalankan oleh administrasi. Hal ini secara jelas tentang sanksi. Sanksi bagi
disebabkan oleh karena pejabat pemerintah yang diberikan dijelaskan pula pada Pasal
selalu merangkap sebagai administrator. 11 ayat (2) dalam Undang-Undang Nomor
Kebijakan tentang keselamatan kerja 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit Dalam
di rumah sakit tertuang dalam Undang- Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009
Undang Nomor 39 Tahun 2009, Undang- Pasal 32q dijelaskan juga ada tuntutan
Undang Nomor 44 Tahun 2009 dan maka tuntutan tersebut dapat perdata atau
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 66 pidana, dan Pasal 46 menjelaskan tanggung
Tahun 2016 yang merupakan amanat jawab hukum Rumah Sakit terhadap
Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 27 ayat kerugian yang ditimbulkan atas kelalaian.
(2) dan Pasal 28 H. Berdasarkan pada Kesalahan rumah sakit dalam
kebijakan tersebut maka semua rumah sakit perawatan yang menimbulkan kerugian
harus tunduk pada kebijakan maupun aturan bagi pasien atau keluarganya, selain
yang berlaku. Pelaksanaan keselamatan mengandung tanggung gugat perdata dan
kerja dapat dilihat dari akreditasi rumah pertanggungjawaban pidana, juga
sakit. mengandung pertanggungjawaban di
Rumah Sakit harus menghormati hak bidang hukum administrasi. Hal ini dapat
pasien dalam memutuskan apa yang akan dilihat sebagaimana dinyatakan dalam Pasal
dia lakukan terhadap pasien. Alasannya 54 Ayat (1) UU No. 23 Tahun 1992 tentang
adalah karena pada prinsipnya, perawatan Kesehatan, dan pada Pasal 29 ayat (4)
yang akan dilakukannya, bukan terletak Permenkes No 66 Tahun 2016 tentang
pada putusannya melainkan terletak pada K3RS, dan Pasal 29 ayat (2) UU No 44
kehendak pasien. Selain itu rumah sakit Tahun 2009 tentang Rumah Sakit.
juga berkewajiban untuk mematuhi Tujuan hukuman administrasi yang
peraturan-peraturan organisatoris dan dijatuhkan terhadap rumah sakit yang
administratif, baik yang ditentukan oleh melakukan kesalahan, adalah untuk
pemerintah melalui peraturan perundang- memperbaiki dan mendidik rumah sakit
undangan, maupun yang ditetapkan oleh yang bersangkutan. Oleh karena itu, jika
organisasi profesi. hukuman disiplin dalam bidang pelayanan
Ada perbedaan antara hukum publik kesehatan diterapkan, maka dengan
dan privat bukanlah perbedaan yang sendirinya rasa tanggung jawab yang
prinsip, melainkan dilihat dari sifatnya itu mendalam akan mendorong mereka untuk
sendiri. Hukum publik a priori memaksa, melakukan kewajiban profesi dan
sedangkan hukum privat tidak, walaupun mematuhi ketentuan-ketentuan hukuman
pada akhirnya memaksa juga.4 yang telah digariskan. Tiap orang dianggap
Sanksi merupakan inti dari mengetahui aturan hukum, sehingga
penegakan hukum, dan biasanya diletakkan

4 Dudu Duswara Machmudin, Pengantar 5 Philipus M. Hadjon, et al, Pengantar Hukum

Ilmu Hukum Sebuah Sketsa, PT Refika Aditama, Administrasi Indonesia, Gadjah Mada University
Bandung, 2013, hlm. 61. Press, Yogyakarta, 2015, hlm. 239.
37

ketidaktahuan tentang Undang-Undang 2016 tentang Keselamatan dan


bukan merupakan suatu alasan.6 Kesehatan Kerja Rumah Sakit?
Pada masa sekarang hampir semua
negara – negara di dunia menganut negara METODE PENELITIAN
hukum yaitu menempatkan hukum sebagai
aturan main penyelenggaraan kekuasaan Jenis Penelitian yang dilakukan
negara dan pemerintahan.7 Indonesia juga penulis adalah penelitian yuridis normatif.
menganut sebagai negara hukum. Sebagai Penelitian dilakukan dengan metode
negara hukum, maka tentu memiliki pendekatan. Metode pendekatan yang
Hukum Administrasi Negara sebagai digunakan adalah penelitian hukum
instrument untuk mengatur dan normatif, yaitu penelitian yang dilakukan
menyelenggarakan tugas-tugas dengan cara meneliti bahan pustaka atau
pemerintahan negara serta mengatur data sekunder dengan membaca dan
hubungan antara pemerintah dan warga menelaah literatur-literatur dan perundang-
negara. Administrasi negara adalah undangan yang berkaitan dengan penelitian
gabungan jabatan-jabatan, alat administrasi yang terdiri dari bahan hukum primer,
yang dibawah pimpinan pemerintah bahan hukum sekunder, dan bahan hukum
melakukan sebagian pekerjaan pemerintah.8 tersier.
Salah satu pekerjaan pemerintah adalah Metode pendekatan ini adalah karena
kesejahteraan rakyat. Keselamatan dan penelitian ini akan menelaah mengenai
kesehatan kerja rumah sakit merupakan tanggung jawab administrasi rumah sakit
bagian dari kesejahteraan rakyat, oleh sebab dan sanksi yang diberikan kepada rumah
rumah sakit perlu melaksanakan dengan sakit dihubungkan dengan peraturan
mengikuti kaidah Hukum Administrasi kebijakan yang diterbitkan oleh menteri
Negara. kesehatan nomor 66 tahun 2016 tentang
keselamatan dan kesehatan kerja rumah
RUMUSAN MASALAH sakit.
Penulis menjelaskan keadaan dari
Berdasarkan latar belakang yang objek yang diteliti dan sejumlah faktor-
telah dijelaskan maka dapat dirumuskan faktor yang mempengaruhi data yang
masalah penelitian sebagai berikut : diperoleh, data tersebut itu dikumpulkan,
1. Bagaimana tanggung jawab disusun, dijelaskan, kemudian dianalisis.
administrasi rumah sakit terhadap Penulis membuat deskripsi, gambaran atau
keselamatan dan kesehatan kerja lukisan secara sistematis, faktual, dan
pegawai, pasien dan pengunjung akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat atau
rumah sakit ? hubungan antar fenomena yang diselidiki.
2. Apa sanksi administrasi yang dapat Laporan penelitian akan berisi kutipan-
diberikan kepada rumah sakit yang kutipan data untuk memberi gambaran
tidak melaksanakan Peraturan penyajian laporan tersebut. Data tersebut
Menteri Kesehatan No 66 Tahun dapat berasal dari cacatan lapangan,
dokumen pribadi, catatan atau memo, berita
6 Sudikno Mertokusumo, Mengenal Hukum
media cetak atau media elektronik dan
Suatu Pengantar, Cahaya Atma Pustaka, Yogyakarta, dokumen resmi lainnya. Peneliti
2016, hlm.115. menganalisis data tersebut dan diharapkan
7 Ridwan HR, Hukum Administrasi Negara,
data dalam bentuk aslinya.
Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2011, hlm.24.
8 Ibid, hlm.29.
38

Teknik atau metode pengumpulan Sebelum melakukan pembahasan


data dalam penelitian ini adalah studi pada permasalahan yang ada, penulis
kepustakaan dan studi lapangan. Studi membahas lebih dahulu tentang hal-hal
kepustakaan dan studi lapangan adalah dasar yang berkaitan terhadap
upaya mencari dan mengumpulkan data permasalahan yang ada, dan diberikan
sekunder, disusun, dijelaskan, kemudian perumpamaan terkait dengan keselamatan
dianalisis sehingga membuat deskripsi, dan kesehatan kerja rumah sakit yang
gambaran atau lukisan secara sistematis, kemudian disingkat K3RS. Beberapa hal
faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta, yang akan dijelaskan terlebih dahulu yaitu
sifat-sifat atau hubungan antar fenomena seperti bunyi Permenkes No 16 Tahun
yang diselidiki. Studi lapangan dengan 2016, subjek hukum, objek hukum,
melakukan diskusi dan wawancara di Dinas perbuatan hukum, peristiwa hukum, akibat
Kesehatan Kota Samarinda dengan Kepala hukum, perbuatan melawan hukum,
Dinas Kesehatan Kota beserta staf. tanggung jawab, transaksi terapi,
Wawancara mengenai Tanggung Jawab wewenang dan lain lain.
Administrasi Rumah Sakit Terhadap Pengertian Keselamatan Kerja,
Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Tinjau Kesehatan Kerja, Keselamatan dan
dari PERMENKES Nomor 66 Tahun 2016 Kesehatan Kerja Rumah Sakit dan Rumah
tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Sakit menurut Peraturan Menteri Kesehatan
Rumah Sakit. Republik Indonesia Nomor 66 Tahun 2016
Metode analisis pada penelitian ini tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja
adalah analisis data kualitatif, yaitu proses Rumah Sakit sudah dijelaskan dilandasan
penyusunan, mengkategorikan data teori dan factual. Penjelasan tersebut sudah
kualitatif, mencari pola atau tema dengan memberikan fokus dan detail pelaksanaan
maksud memahami maknanya. Peneliti K3RS sehingga pelaksanaan, tanggung
menganalisis data tersebut dan diharapkan jawab dan sanksi sehubungan K3RS tidak
data dalam bentuk aslinya. Pada penelitian berbenturan dengan kegiatan lainnya
ini, data terutama diperoleh dari bahan dilevel administrasi negara.
pustaka dimana pengolahan, analisis dan Pelaksanaan K3RS tersurat dalam
kontruksi datanya dilaksanakan dengan Permenkes No 66 Tahun 2016 Pasal 7 dan
penelitian yang menggunakan metode Pasal 8, sedangkan standar K3RS tersurat
kualitatif yang merupakan suatu cara pada Pasal 11. Tehnis tindakan yang
penelitian yang menghasilkan data dilakukan sehubungan K3RS dicantumkan
deskriptif serta komparatif. Dari hasil pada Pasal 14, Pasal 15, Pasal 16, Pasal 17,
tersebut kemudian ditarik kesimpulan yang Pasal 18, Pasal 19. Dan sanksi yang
merupakan jawaban atas permasalahan diberikan dapat dilihat pada Pasal 29.
yang diangkat dalam penelitian ini. Permenkes ini diundangkan di Jakarta
tanggal 5 Januari 2017 dan berlaku paling
PEMBAHASAN lambat dalam jangka waktu 1(satu) tahun
sejak Permenkes ini diundangkan.
A. Tanggung Jawab Administrasi Permasalahan yang dibahas dalam
Rumah Sakit Terhadap penelitian ini menunjukkan subjek hukum
Keselamatan Dan Kesehatan Kerja adalah pasien, keluarga pasien, pengunjung
Pegawai, Pasien Dan Pengunjung rumah sakit, karyawan rumah sakit, direktur
Rumah Sakit rumah sakit, kepala dinas kesehatan,
pemilik rumah sakit, bupati, walikota, dan
39

gubernur. Sedangkan subyek hukum berupa merugikan subjek hukum, atau akibat-
badan hukum adalah rumah sakit. Subjek akibat lain yang disebabkan karena
hukum seperti direktur rumah sakit atau kejadian-kejadian tertentu oleh perbuatan
kepala dinas kesehatan, secara umum yang hukum10. Akibat yang timbul dapat berupa
menjadi pemangku hak dan kewajiban kesakitan, kecacatan, perlamaan waktu
dengan tidak memandang agama atau kesakitan, kekuatiran dan meninggal.
kebudayaannya. Manusia sebagai pembawa Permasalahan yang dibahas dalam
hak oleh hukum diakui mendukung dan penelitian ini menunjukkan perbuatan
mempunyai hak dan kewajiban untuk hukum yang timbul oleh subjek hukum
melakukan tindakan hukum. Tindakan seperti tidak melaksanakan standar K3RS.
hukum dalam penelitian ini adalah Perbuatan hukum adalah segala perbuatan
pelaksanaan dan tidak melakukan pelaksaan pimpinan atau direktur atau pemilik rumah
K3RS. Rumah sakit, rumah bersalin dan sakit, kepala dinas kesehatan, dan gubernur
sederajat merupakan subjek hukum lain yang tidak melaksakan atau melaksanakan
berbadan hukum atau suatu perkumpulan Permenkes, yang secara sengaja atau tidak
atau lembaga yang dibuat oleh hukum dan sengaja dilakukan oleh seseorang untuk
mempunyai tujuan tertentu dengan syarat- menimbulkan hak-hak dan kewajiban.
syarat yang telah ditentukan oleh hukum. Permasalahan yang dibahas dalam
Permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini menunjukkan peristiwa
penelitian ini menunjukkan objek hukum hukum yang timbul oleh subjek hukum.
adalah Permenkes No 66 Tahun 2016 Peristiwa hukum yang terjadi adalah semua
tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja kejadian atau fakta yang terjadi dalam
Rumah Sakit. Permenkes tersebut kehidupan masyarakat yang mempunyai
merupakan segala sesuatu yang menjadi akibat hukum. Peristiwa hukum yang
acuan pengaturan hukum dimana segala hak timbul pada permasalahan dalam tulisan ini
dan kewajiban serta kekuasan subjek adalah tidak melaksanakan permenkes atau
hukum seperti pasien, direktur, kepala dinas undang – undang tentang K3 RS
kesehatan dan lain lain terkaitan di mengakibat kerugian material maupun
dalamnya, hal ini dapat dilihat pada immaterial terhadap subyek hukum.
ketentuan umum, Pasal 12, Pasal 25. Dalam Peristiwa hukum dapat berupa banjir /
hukum administrasi negara yang menjadi kebakaran / tanah longsor yang terjadi di
objek hukum adalah keputusan tata usaha rumah sakit, pembuangan limbah
negara. Dan dalam hukum tata Negara berbahaya. Peristiwa lain pemberian obat
objek hukumnya adalah kekuasaan9. yang tidak sesuai seperti tertukar, dosis
Keputusan tata usaha negara dalam yang berubah, dan obat palsu atau import,
penelitian ini adalah Keputusan Menteri serta memperkerjakan karyawan yang tidak
Kesehatan Nomor 66 Tahun 2016. layak kerja karena gangguan pada fisik
Permasalahan yang dibahas dalam maupun mental.
penelitian ini menunjukkan akibat hukum Permasalahan yang dibahas dalam
yang timbul disebabkan tidak dilaksanakan penelitian ini menunjukkan perbuatan
K3RS sehingga terjadi sesuatu peristiwa melawan hukum dengan tidak
tertentu. Peristiwa yang terjadi dapat melaksanakan Permenkes dan atau
memberikan akibat perbuatan hukum yang melaksanakan Permenkes dengan tidak
optimal sehingga menimbulkan peristiwa
9 Muhamad Erwin, dan Firman Freaddy

Busroh,Op.cit., hlm. 60. 10 Ishaq, Op.cit., hlm.104.


40

hukum dan akibat hukum. Perbuatan dan para pimpinan RS Swasta yang terkait
melawan hukum lain dapat berupa K3RS mempunyai wewenang menjalankan
pelaksanaan K3RS yang tidak mengikuti K3RS sebagai kewajiban atau mempunyai
kaidah dan standar yang ditentukan. Akibat kekuasaan untuk menyelenggarakan K3RS
hukum dari suatu perbuatan yang yang telah diamanahkan UU dan
bertentangan dengan hukum diatur juga Kepmenkes.
oleh hukum, walaupun akibat itu memang Dalam kerangka negara hukum
tidak dikehendaki oleh yang melakukan wewenang pemerintah berasal dari
perbuatan tersebut. Hal ini dapat berupa peraturan perundang-undangan yang
kelalaian atau kealphaan. berlaku. Dengan kata lain kewenangan
Meskipun azas legalitas mengandung hanya diberikan oleh UU di mana pembuat
kelemahan, tetap menjadi prinsip utama UU dapat memberikan wewenang
dalam setiap negara hukum. Azas legalitas pemerintah, baik kepada organ pemerintah
merupakan dasar dalam penyelenggaraan maupun kepada aparatur pemerintahan.
kenegaraan dan pemerintahan. Dengan kata Peraturan perundang-undang yang ada
lain, setiap penyelenggaraan kenegaraan dapat berupa UU tentang RS dan
dan pemerintahan harus memiliki azas Permenkes tentang K3 RS.
legitimasi, yaitu kewenangan yang Wewenang yang diberikan kepada
diberikan oleh undang-undang. Substansi Gubernur, Walikota, Bupati, Direktur RS
azas legalitas adalah wewenang. 11 Dalam berupa atribusi. Hal tersebut sesuai dengan
tulisan ini yang mempunyai wewenang teori administrasi negara yaitu salah satu
mengatur K3 RS adalah Gubernur, kekuasaan yang diberikan oleh UU kepada
Walikota, Bupati, Direktur RS, Kepala pemerintah adalah atribusi. Pemberian
Dinas Kesehatan, Kepala Instalasi K3 dan wewenang pemerintah berupa amanah
struktur organisasi yang berhubungan undang-undang dan turunannya berupa
dengan K3 RS. permenkes yang menjelaskan perlu
Pengertian wewenang dalam bahasa pelaksanaan K3 RS.
hukum tidak sama dengan kekuasaan Wewenang selanjutnya berupa
(macht). Kekuasaan hanya menggambarkan delegasi yaitu penyerahan wewenang dari
hak untuk berbuat atau tidak berbuat. pejabat yang lebih tinggi kepada yang lebih
Dalam hukum, wewenang sekaligus berarti rendah. Hal ini berupa surat keputusan
hak dan kewajiban (rechten enplichten). direktur kepada kepala instalasi K3 RS atau
Dalam kaitan dengan otonomi daerah, hak komite K3 RS atau yang lainya yang
mengandung pengertian kekuasaan untuk memperhatikan K3RS.
mengatur sendiri (zelfregelen) dan Wewenang terakhir berupa mandat
mengelola sendiri (zelfbesturen), sedangkan yaitu wewenang yang didapat melalui
kewajiban secara horizontal berarti atribusi dan delegasi bisa dimandatkan
kekuasaan untuk menyelenggarakan kepada badan atau pegawai bawahan jika
pemerintahan sebagaimana mestinya. pejabat yang memperoleh wewenang itu
Vertikal berarti kekuasaan untuk tidak sanggup untuk melakukan sendiri .
menjalankan pemerintahan dalam satu Berbeda dengan delegasi, mengenai
tertib ikatan pemerintahan secara mandat, pemberi mandat tetap berwenang
9 untuk melakukan sendiri wewenangnya
keseluruhan. Dalam tulisan ini para
aparatur negara yang terkait dengan K3RS apabila ia menginginkan, dan memberi
petunjuk kepada mandataris tentang apa
11 Ridwan HR, Op.cit., hlm. 98. yang diinginkannya. Dalam hal ini Kepala
41

Instalasi K3 atau Kepala Komite K3 RS Kitab Undang-Undang Hukum Perdata,


memberi mandat kepada staf K3 atau diatur juga atau berlaku pula dalam
karyawan RS dalam pelaksanaan K3 yang perjanjian terapeutik.
mana tanggung jawab secara yuridis tetap Pengajuan gugatan terhadap rumah-
pada kepala instalasi atau kepala komite. sakit, dokter, atau tenaga kesehatan dan
Transaksi terapeutik adalah atau tenaga lainnya dengan alasan
perjanjian antara dokter dengan pasien, berdasarkan perbuatan melanggar hukum
perjanjian antara rumah sakit dengan harus dipenuhi empat unsur. Hal ini juga
pasien, keluarga pasien, dan pengunjung dituangkan dalam buku Hukum Kesehatan
pasien yang datang dengan membayar Pertanggungjawaban Dokter karangan
karcis dan registrasi rumah sakit. Hal ini Bahder Johan Nasution yaitu:
berupa hubungan hukum yang melahirkan a. Adanya pemberian gaji atau honor
hak dan kewajiban bagi kedua belah tetap yang dibayar secara periodik
pihak.12 Berbeda dengan transaksi yang kepada dokter atau tenaga kesehatan
biasa dilakukan oleh masyarakat, transaksi yang bersangkutan.
terapeutik memiliki sifat atau ciri yang b. Majikan atau dokter mempunyai
khusus yang berbeda dengan perjanjian wewenang untuk memberikan
pada umumnya dan ciri pada umumnya instruksi yang harus ditaati oleh
sesuai dengan kejadian yang terdapat di bawahannya.
rumah sakit; kekhususannya terletak pada c. Adanya wewenang untuk
atau mengenai objek yang diperjanjikan. mengadakan pengawasan.
Objek dari perjanjian khusus ini adalah d. Ada kesalahan atau kelalaian yang
berupa upaya atau terapi untuk diperbuat oleh dokter atau tenaga
penyembuhan pasien. Jadi perjanjian atau kesehatan lainnya, di mana kesalahan
transaksi terapeutik yang khusus, adalah atau kelalaian tersebut menimbulkan
suatu transaksi untuk menentukan atau kerugian bagi pasien. 13
upaya mencari terapi yang paling tepat bagi
pasien yang dilakukan oleh dokter. Jadi Keempat unsur diatas telah dipenuhi
menurut hukum, objek perjanjian dalam sehingga gugatan dapat dilakukan, gugatan
transaksi terapeutik bukan kesembuhan dapat berupa gugatan administrative,
pasien, melainkan mencari upaya yang pidana, maupun perdata. Gugatan
tepat untuk kesembuhan pasien. Sedangkan administratif sesuai dengan kedisplinan
yang transaksi terapeutik yang umum yaitu pegawai yang terdapat pada peraturan
tentang keselamatan dan kesehatan kerja di pemerintah, peraturan aparatur negara dan
rumah sakit. peraturan kementerian kesehatan.
Persoalannya, apakah dalam Aspek negatif dari bentuk tanggung
perjanjian terapeutik juga berlaku gugat dalam pelayanan kesehatan, adalah
ketentuan-ketentuan umum dari hukum karena pasien mengalami kesulitan
perikatan sebagaimana yang diatur di dalam membuktikannya. Pada umumnya pasien
Buku III Kitab Undang-Undang Hukum tidak bisa membuktikan bahwa apa yang
Perdata? Hal ini dapat ditemukan bila dideritanya, merupakan akibat dari
akibat hukum yang timbul sehubungan kesalahan dan atau kelalaian dokter dalam
dengan K3RS. Jadi, secara umum apa yang perawatan atau dalam pelayanan kesehatan.
diatur dalam perjanjian menurut Buku Kesulitan dalam pembuktian ini karena

12 Bahder Johan Nasution, Op.cit., hlm. 11. 13 Ibid,hlm. 16.


42

pasien tidak memiliki pengetahuan yang Terbitnya Peraturan Menteri


cukup mengenai “patient safety” yang Kesehatan Nomor 66 Tahun 2016 Tentang
dialaminya atau yang dilakukan kepadanya. Keselamatan dan Kesehatan Kerja di
Hubungan antara rumah sakit dengan Rumah Sakit merupakan turunan dari
pasien yang lahir dari transaksi terapeutik, Undang Undang Nomor 36 Tahun 2009
selain menyangkut aspek hukum tentang Kesehatan Pasal 6, Pasal 10, Pasal
administraitf, hukum perdata juga 15; Undang Undang Nomor 44 Tahun 2009
menyangkut aspek hukum pidana. Aspek tentang Rumah Sakit Pasal 2, Pasal 11 ayat
pidana baru timbul apabila dari pelayanan (2); dan merupakan amanah Undang-
kesehatan yang dilakukan, berakibat atau Undang Dasar 1945 Pasal 27 ayat (2), 28H;
menyebabkan pasien mati atau menderita Tanggung jawab administrasi rumah
cacat sebagaimana diatur dalam ketentuan sakit berupa pelaksanaan K3RS adalah
Pasal 359, 360, dan 361 Kitab Undang- sesuai arahan Permenkes No 66 Tahun
Undang Hukum Pidana (KUHP). Apabila 2016 yaitu penyelenggaraan K3RS,
hal ini terjadi maka sanksinya bukan hanya dikarenakan pada saat sekarang dan masa
suatu ganti rugi yang berupa materi, akan akan datang RS lebih memfokuskan
tetapi juga dapat merupakan hukuman pencegahan , “Patient Safety“ daripada
badan sebagaimana diatur dalam Pasal 10 pengobatan penyakit, dan RS juga harus
KUHP. memperhatikan lingkungan sekitar rumah
Dasar untuk mempermasalahkan sakit baik lingkungan fisik bangunan
aspek pidananya, berawal dari hubungan maupun pengunjung, keluarga dan staf.
keperdataan yang timbul antara dokter Secara administratif, rumah sakit dibawah
dengan pasien, yaitu berupa transaksi pengawasan kementerian kesehatan melalui
terapeutik sebagai upaya penyembuhan. dinas kesehatan setempat. Secara hukum
Aspek perdata dapat diawali dari tidak ada administratif, rumah sakit memberikan
evaluasi dan monitoring K3RS laporan secara berkala tentang K3RS, dari
berkesinambungan akibat lemah dalam laporan tersebut dapat timbul peristiwa
pengawasan K3RS oleh subyek hukum. hukum dan akibat hukum serta diketahui
Permenkes No 66 Tahun 2016 ada dan tidak timbul perbuatan melawan
menjelaskan tentang sanksi pada Pasal 29 hukum.
ayat (4). Sanksi yang diberikan berupa Terjadi banjir, kebakaran, longsor,
teguran lisan atau teguran tertulis kepada kesalahan pemberian obat, lambat
Rumah Sakit yang tidak menyelenggarakan penangganan pasien, serta kecelakaan kerja
K3RS. Sanksi tersebut berupa sanksi di rumah sakit yang bukan merupakan
administratif. malpraktik adalah akibat lemah
Permenkes tersebut tidak terlepas pelaksanaan K3RS dan dapat menimbulkan
dari Undang-Undang Nomor 44 Tahun akibat hukum berupa kerugian pada pasien,
2009 Tentang Rumah Sakit yang dapat pengunjung serta keluarga pasien; dan
dilihat pada lampiran permenkes tersebut. lingkungan sekitarnya. Hal ini berarti salah
Sanksi yang diberikan pada rumah sakit satu contoh tidak melaksnakan Pasal 7
dapat mengacu pada aturan perundangan Permenkes No 66 Tahun 2016.
tersebut. Dalam UU No 44 Tahun 2009 ada
bunyi tentang sanksi perdata dan pidana. B. Sanksi Administrasi Yang Dapat
Menurut analisa penulis setelah Diberikan Kepada Rumah Sakit
melakukan penjabaran hal-hal diatas Yang Tidak Melaksanakan
adalah: Permenkes No 66 Tahun 2016
43

Tentang Keselamatan Dan tidak terkendali dengan baik, maka akan


Kesehatan Kerja Rumah Sakit mudah terjadi perbuatan yang tercela, yang
tendensinya menimbulkan kerugian pada
Menurut Willy D.S Voll dalam buku pihak tertentu. Perbuatan pemerintah yang
Dasar-Dasar Ilmu Hukum Administrasi tercela ini dalam Hukum Tata Administrasi
Negara tentang kebijakan administrasi Negara sering disebut perbuatan penguasa
dalam negara modern; demokrasi yang sewenang-wenang (willekeur).
mengandung arti bahwa kebijakan diambil Perbuatan yang sewenang-wenang ini.
demi kepentingan dan keuntungan rakyat frekuensinya banyak terjadi dalam
sebagai pemegang kedaulatan (pelaku penyelenggaraan pemerintahan yang
negara). Persoalan terjadi apabila ada satu bersifat bebas (vrij bestuur). Dalam
rakyat atau beberapa rakyat atau penyelenggaraan pemerintahan yang
sekelompok rakyat yang dirugikan oleh bersifat mengikat (gebonden bestuur)
kebijakan administrasi. Kelompok perbuatan tersebut jarang terjadi.14
masyarakat yang dirugikan disini adalah Perbuatan ini digambarkan sebagai
pasien, pengunjung pasien, keluarga pasien ketidakpedulian terhadap K3RS dengan
dan yang bekerja di rumah sakit; dan tidak melaksanakan Permenkes tentang
lingkungan sekitar rumah sakit. Hal ini K3RS.
berbenturan dengan Pasal 1 Permenkes No Kekuasaan penguasa tidak pernah
66 Tahun 2016. mutlak, tetapi selalu terbatas, karena dalam
Pejabat administrasi (bestuur) selaku mengandalkan perjanjian dengan seseorang
pelaksana kebijakan politik negara atau sekelompok orang, individu – individu
mempunyai wewenang sebagaimana tidak menyerahkan seluruh hak alami
diperintahkan undang - undang, berfungsi mereka. Ada hak alamiah mereka yang
memimpin masyarakat, mengendalikan merupakan hak – hak asasi yang tidak dapat
pemerintahan, memberi petunjuk, dipisahkan atau dilepas, juga oleh individu
menghimpun aspirasi, menggerakkan tersebut. Penguasa yang diserahi tugas
potensi, memberi arah, mengkoordinasikan mengatur hidup individu dalam ikatan
kegiatan, membuka kesempatan, memberi kenegaraan harus menghormati hak asasi
kesempatan, memberi kemudahan, tersebut.
mengawasi, menilai, mendukung, membina, Hubungan antara masyarakat dengan
melayani, mendorong dan melindungi hukum, merupakan satu kesatuan yang
masyarakat. Dalam hal ini pejabat tidak dapat dipisahkan. Ini sesuai dengan
administrasi adalah Gubernur, Walikota, ungkapan ubi societas ibi ius (di mana ada
Bupati. masyarakat disitu ada hukum). Dapat
ditegaskan bahwa hukum memiliki fungsi
Dalam rangka mensejahterakan untuk mengatur kehidupan masyarakat
masyarakat, terjadi hubungan hukum dalam menjalankan aktivitasnya, sehingga
(rechtsbetrekking) yang erat antara melalui pengaturan itu bisa terwujud satu
pemerintah dengan rakyatnya. Dengan masyarakat yang sejahtera sesuai dengan
perkataan lain, pemerintah mempunyai yang diamanatkan dari tujuan negara
kewajiban untuk memberikan pelayanan Indonesia yang tercantum dalam
kepada masyarakat (public service).
Perbuatan aparat pemerintah yang 14
Muchsan, Sistem Pengawasan
dilaksanakan berdasarkan peraturan Terhadap Perbuatan Aparat Pemerintah Dan
Peradilan Tata Usaha Negara Di Indonesia.
perundang-undangan maupun diskresi jika Liberty, Yogyakarta. 1992, hlm.14.
44

Pembukaan UUD 1945. Beranjak dari Kerugian yang timbul pada obyek
pemikiran tersebut, keberadaan hukum hukum yaitu pasien, pengunjung, keluarga
sangat diperlukan dalam kehidupan pasien, dan pekerja rumah sakit dapat
masyarakat. berhubungan dengan hukum perdata berupa
Jika kebijakan administrasi itu ganti rugi dan dapat berhubungan dengan
termasuk kategori perbuatan melanggar hukum publik berupa hukum administrasi
hukum, maka ganti rugi yang wajib dibayar dan hukum pidana. Hukum administrasi
oleh administrasi yang berkaitan dengan yang diberikan berupa mutasi pegawai, atau
pemerintah negara berdasarkan ganti rugi hukuman disiplin kategori berat, sedang,
karena perbuatan yang melanggar hukum ringan. Hal ini dapat dilihat pada Peraturan
dengan segala konsekuensi administrasinya Pemerintah Nomor 11 Tahun 2017 tentang
terhadap penjamin-administrator pelaku Manajemen Pegawai Negeri Sipil dan
atau pengambil kebijakan. Sebaliknya jika Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun
kebijakan itu adalah sah, berdasarkan pada 2010 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil.
hukum, maka ganti rugi yang wajib dibayar Pemerintah atau administrasi negara
adalah “ ganti rugi karena perbuatan yang adalah subyek hukum yang mewakili dua
sah.”15 Dalam hal ini ganti rugi dapat institusi yaitu jabatan pemerintahan dan
diberikan apabila tidak terjadi kerugian badan hukum. Karena mewakili dua
berupa kehilangan nyawa. Bila terjadi maka institusi, dikenal ada dua tindakan hukum
terjadi pelanggaran terhadap hukum pidana. yaitu tindakan hukum publik dan tindakan
Tidak setiap kerugian dapat diganti rugi hukum privat.
misalnya terjadi kecacatan atau kehilangan Secara teoritis, cara untuk
pada organ manusia akibat kelalaian menentukan apakah tindakan pemerintahan
pelaksanaan K3RS. itu diatur oleh hukum privat atau hukum
Pemerintah atau administrasi negara publik adalah dengan melihat kedudukan
merupakan subyek hukum dan pendukung pemerintah dalam menjalankan tindakan
hak-hak dan kewajiban-kewajiban. Sebagai tersebut. Jika pemerintah bertindak dalam
subyek hukum, pemerintah melakukan kedudukannya sebagai pemerintah, hanya
berbagai tindakan baik tindakan nyata hukum publiklah yang berlaku. Jika
maupun tindakan hukum. Tindakan nyata pemerintah bertindak tidak dalam kapasitas
adalah tindakan yang tidak ada relevansinya sebagai pemerintah, hukum privatlah yang
dengan hukum dan oleh karenanya tidak berlaku. Dengan kata lain, ketika
menimbulkan akibat hukum. Sedangkan pemerintah dalam hal ini diwakilkan
tindakan hukum adalah tindakan yang wewenang berupa atribusi atau delegasi
berdasar sifatnya dapat menimbulkan akibat oleh Gubernur, Walikota, Bupati dan
hukum. Istilah tindakan hukum ini bermula Direktur RS Negara maupun Swasta terlibat
berasal dari ajaran hukum perdata, yang dalam pergaulan publik maka hukum publik
kemudian digunakan dalam hukum yang berlaku. Contoh hukum publik adalah
administrasi negara sehingga dikenal adanya banjir dan kebakaran di rumah sakit,
dengan istilah tindakan hukum pemberian makanan yang membuat
administrasi.16 penyakit, lantai yang licin, peralatan yang
tidak steril, dan adanya pelayanan rumah
15
Willy D.S Voll, Op.cit.,hlm.147. sakit yang keluar dari ketentuan jaminan
16
Juniarso Ridwan, dan Achmad Sodik kesehatan negara yang merupakan
Sudrajat, Hukum Administrasi Negara Dan
tanggung jawab terhadap keselamatan dan
Kebijakan Pelayanan Public, PT Nuansa
Cendekia, Bandung ,2014, hlm.18. kesehatan kerja.
45

Beberapa tahun terakhir ini sering sakit, dengan kata lain aturan masuk dan
timbul gugatan dari pasien yang merasa keluar rumah sakit sudah mengikuti kaedah
dirugikan, untuk menuntut ganti rugi akibat K3RS.
kesalahan atau kelalaian yang dilakukan Peraturan Menteri Kesehatan
oleh dokter atau tenaga kesehatan atau Republik Indonesia Nomor 66 Tahun 2016
karyawan rumah sakit dalam melaksanakan Tentang Keselamatan Dan Kesehatan Kerja
pekerjaannya. Berbagai kasus telah Rumah Sakit adalah produk peraturan yang
disidangkan di pengadilan dan mendapat mengatur tentang Keselamatan dan
sorotan dari profesi kalangan kesehatan dan Kesehatan Kerja di Rumah Sakit agar
profesi hukum serta masyarakat umum. terselenggara secara optimal, efektif, efisien
Keadaan seperti ini menunjukkan suatu dan kesinambungan. Hal ini tercantum
gejala, bahwa rumah sakit mulai dilanda dalam pada Pasal 2 dalam peraturan
krisis etika dan kepercayaan, bahkan juga tersebut.
krisis keterampilan medik yang tidak dapat Sebelum PERMENKES terbit telah
diselesaikan dengan kode etik kedokteran ada Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
semata-mata, melainkan harus diselesaikan 432 Tahun 2007 Tentang Pedoman
dengan cara yang lebih luas lagi yaitu harus Manajemen Kesehatan dan Keselamatan
diselesaikan melalui jalur hukum. Kerja di Rumah Sakit. Keputusan ini
Munculnya permasalahan seperti itu sebagai pedoman rumah sakit untuk
merupakan indikasi bahwa kesadaran akreditasi rumah sakit yang mana beberapa
hukum masyarakat semakin meningkat. point pelaksanaan akreditasi tersurat
Peningkatan kesadaran masyarakat akan pelaksanaan keselamatan dan kesehatan
aturan hukum, semakin mengetahui mereka kerja.
akan hak dan kewajibannya dan semakin Didalam Peraturan Menteri
luas pula suara-suara yang menuntut agar Kesehatan No 66 Tahun 2016 Tentang
hukum memainkan peranannya di bidang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Rumah
kesehatan. Masyarakat telah mengetahui Sakit terdiri dari sebelas bab, Setiap bab
bagaimana harus bertindak sesuai dengan menjelaskan pelaksanaan tentang
hak dan kepentingannya apabila mereka Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Bab III
menderita kerugian sebagai akibat dari menjelaskan standar keselamatan dan
kesalahan atau kelalaian yang terjadi akibat kesehatan kerja rumah sakit dan Bab VIII
pelayanan di rumah sakit. menjelaskan penilaian keselamatan dan
Dampak dari akibat hukum yang kesehatan kerja rumah sakit,
timbul, selain merusak atau mengurangi Didalam Peraturan Menteri
kepercayaan masyarakat terhadap rumah Kesehatan tersebut tidak tersurat penjelasan
sakit, profesi kedokteran, pembangunan secara detail mengenai sanksi yang
kesehatan seperti jaminan kesehatan negara diberikan kepada rumah sakit sehubungan
juga menimbulkan kerugian pada pasien. pelaksanaan keselamatan dan kesehatan
Untuk itu dalam memahami ada atau tidak kerja rumah sakit. Sanksi yang diberikan
adanya kesalahan atau kelalaian tersebut, kepada rumah sakit ada dituangkan pada
terlebih dahulu kesalahan atau kelalaian Undang Undang Nomor 44 Tahun 2009
pelaksanaan profesi harus diletakkan Tentang Rumah Sakit.
berhadapan dengan kewajiban profesi. Kurang responsif, kurang inovatif,
Profesi yang ada di rumah sakit terdiri dari kurang accessible, kurang koordinasi,
beragam profesi mulai dari pintu masuk birokratis, dan kurang mau mendengar
rumah sakit sampai pintu keluar rumah keluhan, saran, dan aspirasi masyarakat
46

merupakan kelemahan yang terjadi pada Tujuan hukuman administrasi yang


rumah sakit sehingga dapat menimbulkan dijatuhkan terhadap rumah sakit yang
peristiwa hukum. Hal ini dapat dilihat pada melakukan kesalahan, adalah untuk
lampiran yang mengambarkan adanya memperbaiki dan mendidik rumah sakit
banjir lebih dari sekali dalam kurun waktu yang berangkutan. Oleh karena itu, jika
kurang dari 6 (enam) bulan dan melakukan hukuman disiplin dalam bidang pelayanan
evakuasi pasien. Apabila K3RS kesehatan diterapkan, maka dengan
dilaksanakan dengan baik dan benar maka sendirinya rasa tanggung jawab yang
hal tersebut tidak akan terjadi karena sudah mendalam akan mendorong mereka untuk
diamanahkan dalam Permenkes Nomor 66 melakukan kewajiban profesi dan
Tahun 2016 Tentang K3RS pasal 7. mematuhi ketentuan-ketentuan hukuman
Sanksi yang diberikan kepada rumah yang telah digariskan.
sakit yang menimbulkan kerugian, selain Menghadapi problem yang demikian
mengandung tanggung gugat perdata dan ini maka unsur profesionalisme merupakan
pertanggungjawaban pidana, juga hal yang mutlak. Karena profesionalisme
mengandung pertanggungjawaban di berkaitan erat dengan pelayanan. Unsur lain
bidang hukum administrasi. Sanksi yang mengikat dalam profesionalisme
administratif dapat dilihat pula pada Pasal adalah unsur nasionalisme dan unsur
29 ayat (4) Permenkes No 66 Tahun 2016 persatuan kerja dalam tim. Hal tersebut
tentang K3RS yang berbunyi : “Dalam diatas sudah terangkum dalam Keselamatan
rangka pembinaan dan pengawasan K3RS, dan Kesehatan Kerja.
menteri, kepala dinas kesehatan provinsi, Setelah penjelasan diatas diberikan
kepala dinas kesehatan kabupaten/kota maka penulis mempunyai analisis bahwa
dapat memberikan sanksi administratif sanksi administrasi yang diberikan diawali
berupa teguran lisan atau teguran tertulis dengan hukuman disiplin pada pegawai
kepada Rumah Sakit yang tidak sesuai dengan kesalahan yang dilakukan,
menyelenggarakan K3RS”; dibandingkan kemudian teguran lisan kepada pimpinan /
bunyi Pasal 29 ayat (2) UU No 44 Tahun direktur rumah sakit, dilanjutkan teguran
2009 tentang Rumah Sakit mengenai tertulis kepada rumah sakit dari instansi
pelanggaran atas kewajiban sistem diatasnya sampai dilakukan pembekuan ijin
pencegahan kecelakaan dan operasional dari rumah sakit tersebut.
penanggulangan bencana, rumah sakit Apabila diperlukan maka dapat dilanjutkan
dikenakan sanksi admisnistratif berupa pada peradilan perdata maupun peradilan
teguran, teguran tertulis atau denda dan pidana.
pencabutan izin Rumah Sakit. Ketidaktegas Sanksi dapat diberikan disesuaikan
sanksi yang terbit pada Permenkes tersebut dengan perbuatannya dan sanksi diatur
dapat membuat tidak optimal dalam Undang-Undang Rumah Sakit,
penyelenggaraan K3RS. Peraturan Pemerintah tentang disiplin
Sanksi administrasi dimaksudkan pegawai, dan Permenkes tentang K3RS
agar perbuatan pelanggaran itu dihentikan. serta peraturan lainnya yang terkait.
Sifat sanksi adalah “reparatoir” artinya
memulihkan pada keadaan semula.
Pemberian sanksi diikuti pengawasan yang
ketat oleh menteri, kepala dinas kesehatan
dapat membuat penyelenggara K3RS
menjadi berkesinambungan.
47

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan Saran
Bentuk Tanggung Jawab Mensosialisasikan Tanggung Jawab
Administrasi Rumah Sakit Terhadap Administrasi Rumah Sakit dengan
Keselamatan dan Kesehatan Kerja Rumah melakukan koordinasi dengan pemerintahan
Sakit adalah melaksanakan kewajiban daerah dan dinas kesehatan setempat yang
berkesinambungan amanah Peraturan dilakukan berkesinambungan dan
Menteri Kesehatan Nomor 66 Tahun 2016 terintegrasi dengan tim K3RS berupa
Tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Instalasi, Komite, Pokja dan lainnya; yang
Rumah Sakit sesuai dengan arahan dan disertakan pengawasan dan monitoring dari
standar yang diberikan. Pelaksanaan institusi profesional yang independent.
tersebut dibawah pengawasan Dinas Diberikan sanksi yang tegas kepada
Kesehatan dan Menteri Kesehatan. Rumah Sakit dan atau Pimpinan dan atau
Sanksi dapat diberikan kepada rumah Pemilik Rumah Sakit sesuai dengan
sakit berupa sanksi hukum administrasi perbuatan yang dilakukan. Sanksi tahap
yang dimulai dari teguran lisan sampai pertama berupa sanksi hukum administrasi
dengan pencabutan ijin operasional rumah berupa teguran lisan, teguran tertulis
sakit, kemudian dapat dilanjutkan dengan sampai pembekuan operasional rumah
diberikan sanksi hukum perdata dan sanksi sakit. Apabila dimungkinkan maka
hukum pidana sesuai dengan tindakan sanksi dapat berupa sanksi hukum
melawan hukum yang dilakukan. Dalam
perdata dan sanksi hukum pidana;
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 66
penghargaan juga perlu diberikan
Tahun 2016 tersurat sanksi administratif.
apabila tercapai pelaksanaan K3RS
sesuai dengan Permenkes Nomor 66
DAFTAR PUSTAKA Tahun 2016.
Buku:

Asyhandie, Zaeni. Pengantar Ilmu Hukum, Departemen Kesehatan R.I, Panduan


PT RajaGrafindo Persada, ed ke – 2, Nasional Keselamatan Pasien
Jakarta, 2014. Rumah Sakit, Bhakti Husada, 2006.
Arsyad, Jawade Hafidz, Korupsi dalam Djamali, R.Abdoel, Pengantar Hukum
Perseptif HAN, Sinar Grafika, Indonesia, PT Raja Grafindo
Jakarta, 2015. Persada, Jakarta, 2013.
Azwar, Asrul. Pengantar Administrasi Erwin, Muhamad, Filsafat Hukum, Refleksi
Kesehatan, Ed 3, Bina Rupa Aksara, Kritis terhadap Hukum, PT. Raja
Jakarta. Grafindo Persada, Jakarta, 2011.
Bisri, Ilhami, Sistim Hukum Indonesia Erwin Muhamad, Firman F Busroh,
Prinsip-Prinsip dan Implementasi Pengantar Ilmu Hukum, PT Refika
Hukum Indonesia, PT Raja Aditama, Bandung, 2012.
Grafindo Persada, Cet Ketujuh, Fuady, Munir, Perbuatan Melawan Hukum
Depok, 2012. Pendekatan Kontemporer, PT Citra
Aditya Bakti, Banung, Ed IV,
2013.
Saran
48

Hadjon, Philipus M. et al, Pengantar Raharjo, Satjipto, Ilmu Hukum, Cet


Hukum Administrasi Indonesia, Ketujuh, PT.Citra Aditya Bakti,
Gadjah Mada University Press, Bandung, 2012.
Yogyakarta, 2015. Ramli, Soehatman, Sistem Manajemen
Hart H.L.A, Konsep Hukum, Nusa Media, Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Bandung, 2016. OHSAS 18001, Dian Rakyat,
HR, Ridwan, Hukum Administrasi Negara, Jakarta, 2010.
Raja Grafindo Persada, Jakarta, Ridwan, Juniarso, Achmad Sodik Sudrajat,
2013. Hukum Administrasi Negara dan
HS, Salim dan Erlies Septiana Nurbani, Kebijakan Layanan Publik, Nuansa
Penerapan Teori Hukum Pada Cendekia, Bandung, 2014.
Penelitian Tesis dan Disertasi, PT. Situmorang, Chaidir, Mengikuti Prosedur
Raja Grafindo Persada, Jakarta, Menjaga Kesehatan Dan
2013. Lebih jauh lihat, Lawrence Keselamatan Kerja, Bakti Husada,
M. Friedman, The Legal System: A Jakarta, 2003.
Social Science Perspective, Russel Ta’adi, Hukum Kesehatan: Sanksi &
Sage Foundation, New York, 1975. Motivasi Bagi Perawat, Ed 2, Buku
Ishaq, Dasar-Dasar Ilmu Hukum, Sinar Kedokteran EGC, Jakarta, 2013.
Grafika, Jakarta, 2016 Voll, Willy D.S., Dasar-Dasar Ilmu Hukum
Kamus Besar Bahasa Indonesia, Ed 2, Balai Administrasi Negara, Sinar
Pustaka, Jakarta, 1994. Grafika, Jakarta, 2013.
Kelsen, Hans, Teori Hukum Murni Dasar- Warassih, Esmi, Pranata Hukum, Sebuah
Dasar Ilmu Hukum Normatif, Nusa Telaah Sosiologi, Semarang.
Media, Bandung, 2016. Penerbit Universitas Diponegoro.
______, Teori Umum Tentang Hukum Dan 2011.
Negara, Nusa Media, Bandung, Wiratno, Pengantar Hukum Administrasi
2016. Negara, Penerbit Universitas
Marzuki, Peter Mahmud, Pengantur Ilmu Trisakti, Jakaarta, 2011.
Hukum, cetakan ke-3, Penerbit
Kencana Prenada Media Group, Peraturan Perundang-undangan:
Jakarta, 2009.
Machmudin, Dudu Duswara, Pengantar Undang-Undang Dasar Republik Indonesia
Ilmu Hukum Sebuah Sketsa, PT Tahun 1945. Amandemen IV.
Refika Aditama, Bandung, 2013. Undang-Undang Republik Indonesia
Mertokusumo, Sudikno, Mengenal Hukum Nomor 1 Tahun 1970 Tentang
Suatu Pengantar, Cahaya Atma Keselamatan Kerja.
Pustaka, Yogyakarta, 2016. Undang-Undang Republik Indonesia
Mustafa, Bachsan, Sistem Hukum Indonesia Nomor 28 Tahun 1999 Tentang
Terpadu, PT Citra AdityaBakti, Penyelenggara Negara Yang Bersih
Bandung, 2003. dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan
Nasution, Bahder Johan, Hukum Kesehatan Nepotisme.
Pertanggungjawaban Dokter, PT
Rineka Cipta, Jakarta, 2013. Undang-Undang Republik Indonesia
P.K.Suma’mur, Higiene Perusahaan dan Nomor 36 Tahun 2009 Tentang
Kesehatan Kerja (Hiperkes), Sagung Kesehatan.
Seto, Jakarta, 2009.
49

Undang-Undang Republik Indonesia


Nomor 44 Tahun 2009 Tentang
Rumah Sakit.
Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun
2010 Tentang Disiplin Pegawai
Negeri Sipil.
Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun
2017 Tentang Manajemen Pegawai
Negeri Sipil.
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 66
Tahun 2016 Tentang Keselamatan
dan Kesehatan Kerja Rumah Sakit.
Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 432
Tahun 2007 Tentang Pedoman
Manajemen Kesehatan dan
Keselamatan Kerja di Rumah Sakit.

Tesis:
Liza Salawati, Hubungan Prilaku,
Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja dengan
Terjadinya Kecelakaan Kerja di
Laboratorium Patologi Klinik
Rumah Sakit Umum DR Zainoel
Abidin Banda Aceh tahun
2009,Tesis.Universitas Sumatera
Utara Medan, Medan, 2009.

Jurnal:
Martina Parubak, Studi Kecelakaan Kerja
Pada Petugas RS Elim Rantepao
dan RSUD Lakipadada Makale
Kabupaten Tana Toraja, Artikel
Dalam Jurnal Media Kesehatan
Masyarakat Indonesia, Volume 5
Nomor 4, Oktober 2009.

You might also like