Professional Documents
Culture Documents
Sinatra Gunawan
gundiuwgm@gmail.com
Alumni Fakultas Hukum Universitas Widya Gama Mahakam Samarinda dan dokter RSUD AWS
Samarinda
ABSTRACT
Health and Safety of Hospital Work (K3RS) is the application of UUD 1945 chapter 27
verse (2) and Chapter 28 H and Health Ministry’s Regulation number 66 2016. K3 has existed
since long time ago and its application has been less satisfactory as this was proven by UU
number 1 1970 about Work Safety and UU number 44 2009 about Hospital. The application of
K3RS is one of the actions taken to ensure and protect the safety and health of the human
resources of the hospital, patients, nurses, visitors, and its environment as well as its physical
condition. Health Ministry’s Regulation Number 66 2016 specifically describes about K3RS but
there is no clear and detail description on what the hospital’s responsibilities are along with
their consequences.
The problem studied is related to the administrative responsibilities of the hospital along
with their consequences for not executing Health Ministry’s Regulation Number 66 2016 in
terms of K3RS. Method used for this law research is Normative Jurisdictive with referential and
field study as the data collection technique. The writer did the research by looking for and
collecting secondary data, compiled, described, and then analyzed in order to form a
systematic, factual, and accurate description of the facts, characteristics or multi-phenomenon
relationship studied. Data were analyzed qualitatively and the conclusion was drawn from there
which later became the answer of the problem of this research.
From the findings of the research, it was proven that there wasn’t optimum
administrative responsibilities of the hospital and there were neither consequences addressed in
written nor in person form in regards of why the K3RS was not implemented. The conclusion
was drawn from this research was the administrative responsibilities of the hospital related to
K3RS were not continuously applied and the written consequences form of the Health Ministry’s
Regulation was not strict.
PEDAHULUAN
Era globalisasi menuntut pelaksanaan merupakan tempat kerja yang unik dan
Keselamatan dan Kesehatan Kerja di kompleks untuk menyediakan pelayanan
setiap tempat kerja termasuk di sektor kesehatan bagi masyarakat. Semakin luas
kesehatan seperti rumah sakit. Rumah sakit pelayanan kesehatan dan bangunan fisik
serta fungsi rumah sakit tersebut, maka
35
Universitas Sumatera Utara Medan, Medan, 2009, Keselamatan dan Kesehatan Kerja OHSAS 18001,
hlm. 3. Dian Rakyat, Jakarta, 2010, hlm.1.
36
tanggung jawab dan sanksi diberikan pada bagian akhir setiap peraturan. Sanksi
sehubungan K3RS. administrasi dimaksudkan agar perbuatan
Didalam praktek sehari-hari banyak pelanggaran itu dihentikan. Sifat sanksi
orang yang tidak dapat membedakan antara adalah “ reparatoir” artinya memulihkan
pemerintahan yang dijalankan oleh pejabat pada keadaan semula.5 Pada Permenkes
pemerintah, dan administrasi yang Nomor 66 Tahun 2016 tidak menerangkan
dijalankan oleh administrasi. Hal ini secara jelas tentang sanksi. Sanksi bagi
disebabkan oleh karena pejabat pemerintah yang diberikan dijelaskan pula pada Pasal
selalu merangkap sebagai administrator. 11 ayat (2) dalam Undang-Undang Nomor
Kebijakan tentang keselamatan kerja 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit Dalam
di rumah sakit tertuang dalam Undang- Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009
Undang Nomor 39 Tahun 2009, Undang- Pasal 32q dijelaskan juga ada tuntutan
Undang Nomor 44 Tahun 2009 dan maka tuntutan tersebut dapat perdata atau
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 66 pidana, dan Pasal 46 menjelaskan tanggung
Tahun 2016 yang merupakan amanat jawab hukum Rumah Sakit terhadap
Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 27 ayat kerugian yang ditimbulkan atas kelalaian.
(2) dan Pasal 28 H. Berdasarkan pada Kesalahan rumah sakit dalam
kebijakan tersebut maka semua rumah sakit perawatan yang menimbulkan kerugian
harus tunduk pada kebijakan maupun aturan bagi pasien atau keluarganya, selain
yang berlaku. Pelaksanaan keselamatan mengandung tanggung gugat perdata dan
kerja dapat dilihat dari akreditasi rumah pertanggungjawaban pidana, juga
sakit. mengandung pertanggungjawaban di
Rumah Sakit harus menghormati hak bidang hukum administrasi. Hal ini dapat
pasien dalam memutuskan apa yang akan dilihat sebagaimana dinyatakan dalam Pasal
dia lakukan terhadap pasien. Alasannya 54 Ayat (1) UU No. 23 Tahun 1992 tentang
adalah karena pada prinsipnya, perawatan Kesehatan, dan pada Pasal 29 ayat (4)
yang akan dilakukannya, bukan terletak Permenkes No 66 Tahun 2016 tentang
pada putusannya melainkan terletak pada K3RS, dan Pasal 29 ayat (2) UU No 44
kehendak pasien. Selain itu rumah sakit Tahun 2009 tentang Rumah Sakit.
juga berkewajiban untuk mematuhi Tujuan hukuman administrasi yang
peraturan-peraturan organisatoris dan dijatuhkan terhadap rumah sakit yang
administratif, baik yang ditentukan oleh melakukan kesalahan, adalah untuk
pemerintah melalui peraturan perundang- memperbaiki dan mendidik rumah sakit
undangan, maupun yang ditetapkan oleh yang bersangkutan. Oleh karena itu, jika
organisasi profesi. hukuman disiplin dalam bidang pelayanan
Ada perbedaan antara hukum publik kesehatan diterapkan, maka dengan
dan privat bukanlah perbedaan yang sendirinya rasa tanggung jawab yang
prinsip, melainkan dilihat dari sifatnya itu mendalam akan mendorong mereka untuk
sendiri. Hukum publik a priori memaksa, melakukan kewajiban profesi dan
sedangkan hukum privat tidak, walaupun mematuhi ketentuan-ketentuan hukuman
pada akhirnya memaksa juga.4 yang telah digariskan. Tiap orang dianggap
Sanksi merupakan inti dari mengetahui aturan hukum, sehingga
penegakan hukum, dan biasanya diletakkan
Ilmu Hukum Sebuah Sketsa, PT Refika Aditama, Administrasi Indonesia, Gadjah Mada University
Bandung, 2013, hlm. 61. Press, Yogyakarta, 2015, hlm. 239.
37
gubernur. Sedangkan subyek hukum berupa merugikan subjek hukum, atau akibat-
badan hukum adalah rumah sakit. Subjek akibat lain yang disebabkan karena
hukum seperti direktur rumah sakit atau kejadian-kejadian tertentu oleh perbuatan
kepala dinas kesehatan, secara umum yang hukum10. Akibat yang timbul dapat berupa
menjadi pemangku hak dan kewajiban kesakitan, kecacatan, perlamaan waktu
dengan tidak memandang agama atau kesakitan, kekuatiran dan meninggal.
kebudayaannya. Manusia sebagai pembawa Permasalahan yang dibahas dalam
hak oleh hukum diakui mendukung dan penelitian ini menunjukkan perbuatan
mempunyai hak dan kewajiban untuk hukum yang timbul oleh subjek hukum
melakukan tindakan hukum. Tindakan seperti tidak melaksanakan standar K3RS.
hukum dalam penelitian ini adalah Perbuatan hukum adalah segala perbuatan
pelaksanaan dan tidak melakukan pelaksaan pimpinan atau direktur atau pemilik rumah
K3RS. Rumah sakit, rumah bersalin dan sakit, kepala dinas kesehatan, dan gubernur
sederajat merupakan subjek hukum lain yang tidak melaksakan atau melaksanakan
berbadan hukum atau suatu perkumpulan Permenkes, yang secara sengaja atau tidak
atau lembaga yang dibuat oleh hukum dan sengaja dilakukan oleh seseorang untuk
mempunyai tujuan tertentu dengan syarat- menimbulkan hak-hak dan kewajiban.
syarat yang telah ditentukan oleh hukum. Permasalahan yang dibahas dalam
Permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini menunjukkan peristiwa
penelitian ini menunjukkan objek hukum hukum yang timbul oleh subjek hukum.
adalah Permenkes No 66 Tahun 2016 Peristiwa hukum yang terjadi adalah semua
tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja kejadian atau fakta yang terjadi dalam
Rumah Sakit. Permenkes tersebut kehidupan masyarakat yang mempunyai
merupakan segala sesuatu yang menjadi akibat hukum. Peristiwa hukum yang
acuan pengaturan hukum dimana segala hak timbul pada permasalahan dalam tulisan ini
dan kewajiban serta kekuasan subjek adalah tidak melaksanakan permenkes atau
hukum seperti pasien, direktur, kepala dinas undang – undang tentang K3 RS
kesehatan dan lain lain terkaitan di mengakibat kerugian material maupun
dalamnya, hal ini dapat dilihat pada immaterial terhadap subyek hukum.
ketentuan umum, Pasal 12, Pasal 25. Dalam Peristiwa hukum dapat berupa banjir /
hukum administrasi negara yang menjadi kebakaran / tanah longsor yang terjadi di
objek hukum adalah keputusan tata usaha rumah sakit, pembuangan limbah
negara. Dan dalam hukum tata Negara berbahaya. Peristiwa lain pemberian obat
objek hukumnya adalah kekuasaan9. yang tidak sesuai seperti tertukar, dosis
Keputusan tata usaha negara dalam yang berubah, dan obat palsu atau import,
penelitian ini adalah Keputusan Menteri serta memperkerjakan karyawan yang tidak
Kesehatan Nomor 66 Tahun 2016. layak kerja karena gangguan pada fisik
Permasalahan yang dibahas dalam maupun mental.
penelitian ini menunjukkan akibat hukum Permasalahan yang dibahas dalam
yang timbul disebabkan tidak dilaksanakan penelitian ini menunjukkan perbuatan
K3RS sehingga terjadi sesuatu peristiwa melawan hukum dengan tidak
tertentu. Peristiwa yang terjadi dapat melaksanakan Permenkes dan atau
memberikan akibat perbuatan hukum yang melaksanakan Permenkes dengan tidak
optimal sehingga menimbulkan peristiwa
9 Muhamad Erwin, dan Firman Freaddy
hukum dan akibat hukum. Perbuatan dan para pimpinan RS Swasta yang terkait
melawan hukum lain dapat berupa K3RS mempunyai wewenang menjalankan
pelaksanaan K3RS yang tidak mengikuti K3RS sebagai kewajiban atau mempunyai
kaidah dan standar yang ditentukan. Akibat kekuasaan untuk menyelenggarakan K3RS
hukum dari suatu perbuatan yang yang telah diamanahkan UU dan
bertentangan dengan hukum diatur juga Kepmenkes.
oleh hukum, walaupun akibat itu memang Dalam kerangka negara hukum
tidak dikehendaki oleh yang melakukan wewenang pemerintah berasal dari
perbuatan tersebut. Hal ini dapat berupa peraturan perundang-undangan yang
kelalaian atau kealphaan. berlaku. Dengan kata lain kewenangan
Meskipun azas legalitas mengandung hanya diberikan oleh UU di mana pembuat
kelemahan, tetap menjadi prinsip utama UU dapat memberikan wewenang
dalam setiap negara hukum. Azas legalitas pemerintah, baik kepada organ pemerintah
merupakan dasar dalam penyelenggaraan maupun kepada aparatur pemerintahan.
kenegaraan dan pemerintahan. Dengan kata Peraturan perundang-undang yang ada
lain, setiap penyelenggaraan kenegaraan dapat berupa UU tentang RS dan
dan pemerintahan harus memiliki azas Permenkes tentang K3 RS.
legitimasi, yaitu kewenangan yang Wewenang yang diberikan kepada
diberikan oleh undang-undang. Substansi Gubernur, Walikota, Bupati, Direktur RS
azas legalitas adalah wewenang. 11 Dalam berupa atribusi. Hal tersebut sesuai dengan
tulisan ini yang mempunyai wewenang teori administrasi negara yaitu salah satu
mengatur K3 RS adalah Gubernur, kekuasaan yang diberikan oleh UU kepada
Walikota, Bupati, Direktur RS, Kepala pemerintah adalah atribusi. Pemberian
Dinas Kesehatan, Kepala Instalasi K3 dan wewenang pemerintah berupa amanah
struktur organisasi yang berhubungan undang-undang dan turunannya berupa
dengan K3 RS. permenkes yang menjelaskan perlu
Pengertian wewenang dalam bahasa pelaksanaan K3 RS.
hukum tidak sama dengan kekuasaan Wewenang selanjutnya berupa
(macht). Kekuasaan hanya menggambarkan delegasi yaitu penyerahan wewenang dari
hak untuk berbuat atau tidak berbuat. pejabat yang lebih tinggi kepada yang lebih
Dalam hukum, wewenang sekaligus berarti rendah. Hal ini berupa surat keputusan
hak dan kewajiban (rechten enplichten). direktur kepada kepala instalasi K3 RS atau
Dalam kaitan dengan otonomi daerah, hak komite K3 RS atau yang lainya yang
mengandung pengertian kekuasaan untuk memperhatikan K3RS.
mengatur sendiri (zelfregelen) dan Wewenang terakhir berupa mandat
mengelola sendiri (zelfbesturen), sedangkan yaitu wewenang yang didapat melalui
kewajiban secara horizontal berarti atribusi dan delegasi bisa dimandatkan
kekuasaan untuk menyelenggarakan kepada badan atau pegawai bawahan jika
pemerintahan sebagaimana mestinya. pejabat yang memperoleh wewenang itu
Vertikal berarti kekuasaan untuk tidak sanggup untuk melakukan sendiri .
menjalankan pemerintahan dalam satu Berbeda dengan delegasi, mengenai
tertib ikatan pemerintahan secara mandat, pemberi mandat tetap berwenang
9 untuk melakukan sendiri wewenangnya
keseluruhan. Dalam tulisan ini para
aparatur negara yang terkait dengan K3RS apabila ia menginginkan, dan memberi
petunjuk kepada mandataris tentang apa
11 Ridwan HR, Op.cit., hlm. 98. yang diinginkannya. Dalam hal ini Kepala
41
Pembukaan UUD 1945. Beranjak dari Kerugian yang timbul pada obyek
pemikiran tersebut, keberadaan hukum hukum yaitu pasien, pengunjung, keluarga
sangat diperlukan dalam kehidupan pasien, dan pekerja rumah sakit dapat
masyarakat. berhubungan dengan hukum perdata berupa
Jika kebijakan administrasi itu ganti rugi dan dapat berhubungan dengan
termasuk kategori perbuatan melanggar hukum publik berupa hukum administrasi
hukum, maka ganti rugi yang wajib dibayar dan hukum pidana. Hukum administrasi
oleh administrasi yang berkaitan dengan yang diberikan berupa mutasi pegawai, atau
pemerintah negara berdasarkan ganti rugi hukuman disiplin kategori berat, sedang,
karena perbuatan yang melanggar hukum ringan. Hal ini dapat dilihat pada Peraturan
dengan segala konsekuensi administrasinya Pemerintah Nomor 11 Tahun 2017 tentang
terhadap penjamin-administrator pelaku Manajemen Pegawai Negeri Sipil dan
atau pengambil kebijakan. Sebaliknya jika Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun
kebijakan itu adalah sah, berdasarkan pada 2010 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil.
hukum, maka ganti rugi yang wajib dibayar Pemerintah atau administrasi negara
adalah “ ganti rugi karena perbuatan yang adalah subyek hukum yang mewakili dua
sah.”15 Dalam hal ini ganti rugi dapat institusi yaitu jabatan pemerintahan dan
diberikan apabila tidak terjadi kerugian badan hukum. Karena mewakili dua
berupa kehilangan nyawa. Bila terjadi maka institusi, dikenal ada dua tindakan hukum
terjadi pelanggaran terhadap hukum pidana. yaitu tindakan hukum publik dan tindakan
Tidak setiap kerugian dapat diganti rugi hukum privat.
misalnya terjadi kecacatan atau kehilangan Secara teoritis, cara untuk
pada organ manusia akibat kelalaian menentukan apakah tindakan pemerintahan
pelaksanaan K3RS. itu diatur oleh hukum privat atau hukum
Pemerintah atau administrasi negara publik adalah dengan melihat kedudukan
merupakan subyek hukum dan pendukung pemerintah dalam menjalankan tindakan
hak-hak dan kewajiban-kewajiban. Sebagai tersebut. Jika pemerintah bertindak dalam
subyek hukum, pemerintah melakukan kedudukannya sebagai pemerintah, hanya
berbagai tindakan baik tindakan nyata hukum publiklah yang berlaku. Jika
maupun tindakan hukum. Tindakan nyata pemerintah bertindak tidak dalam kapasitas
adalah tindakan yang tidak ada relevansinya sebagai pemerintah, hukum privatlah yang
dengan hukum dan oleh karenanya tidak berlaku. Dengan kata lain, ketika
menimbulkan akibat hukum. Sedangkan pemerintah dalam hal ini diwakilkan
tindakan hukum adalah tindakan yang wewenang berupa atribusi atau delegasi
berdasar sifatnya dapat menimbulkan akibat oleh Gubernur, Walikota, Bupati dan
hukum. Istilah tindakan hukum ini bermula Direktur RS Negara maupun Swasta terlibat
berasal dari ajaran hukum perdata, yang dalam pergaulan publik maka hukum publik
kemudian digunakan dalam hukum yang berlaku. Contoh hukum publik adalah
administrasi negara sehingga dikenal adanya banjir dan kebakaran di rumah sakit,
dengan istilah tindakan hukum pemberian makanan yang membuat
administrasi.16 penyakit, lantai yang licin, peralatan yang
tidak steril, dan adanya pelayanan rumah
15
Willy D.S Voll, Op.cit.,hlm.147. sakit yang keluar dari ketentuan jaminan
16
Juniarso Ridwan, dan Achmad Sodik kesehatan negara yang merupakan
Sudrajat, Hukum Administrasi Negara Dan
tanggung jawab terhadap keselamatan dan
Kebijakan Pelayanan Public, PT Nuansa
Cendekia, Bandung ,2014, hlm.18. kesehatan kerja.
45
Beberapa tahun terakhir ini sering sakit, dengan kata lain aturan masuk dan
timbul gugatan dari pasien yang merasa keluar rumah sakit sudah mengikuti kaedah
dirugikan, untuk menuntut ganti rugi akibat K3RS.
kesalahan atau kelalaian yang dilakukan Peraturan Menteri Kesehatan
oleh dokter atau tenaga kesehatan atau Republik Indonesia Nomor 66 Tahun 2016
karyawan rumah sakit dalam melaksanakan Tentang Keselamatan Dan Kesehatan Kerja
pekerjaannya. Berbagai kasus telah Rumah Sakit adalah produk peraturan yang
disidangkan di pengadilan dan mendapat mengatur tentang Keselamatan dan
sorotan dari profesi kalangan kesehatan dan Kesehatan Kerja di Rumah Sakit agar
profesi hukum serta masyarakat umum. terselenggara secara optimal, efektif, efisien
Keadaan seperti ini menunjukkan suatu dan kesinambungan. Hal ini tercantum
gejala, bahwa rumah sakit mulai dilanda dalam pada Pasal 2 dalam peraturan
krisis etika dan kepercayaan, bahkan juga tersebut.
krisis keterampilan medik yang tidak dapat Sebelum PERMENKES terbit telah
diselesaikan dengan kode etik kedokteran ada Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
semata-mata, melainkan harus diselesaikan 432 Tahun 2007 Tentang Pedoman
dengan cara yang lebih luas lagi yaitu harus Manajemen Kesehatan dan Keselamatan
diselesaikan melalui jalur hukum. Kerja di Rumah Sakit. Keputusan ini
Munculnya permasalahan seperti itu sebagai pedoman rumah sakit untuk
merupakan indikasi bahwa kesadaran akreditasi rumah sakit yang mana beberapa
hukum masyarakat semakin meningkat. point pelaksanaan akreditasi tersurat
Peningkatan kesadaran masyarakat akan pelaksanaan keselamatan dan kesehatan
aturan hukum, semakin mengetahui mereka kerja.
akan hak dan kewajibannya dan semakin Didalam Peraturan Menteri
luas pula suara-suara yang menuntut agar Kesehatan No 66 Tahun 2016 Tentang
hukum memainkan peranannya di bidang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Rumah
kesehatan. Masyarakat telah mengetahui Sakit terdiri dari sebelas bab, Setiap bab
bagaimana harus bertindak sesuai dengan menjelaskan pelaksanaan tentang
hak dan kepentingannya apabila mereka Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Bab III
menderita kerugian sebagai akibat dari menjelaskan standar keselamatan dan
kesalahan atau kelalaian yang terjadi akibat kesehatan kerja rumah sakit dan Bab VIII
pelayanan di rumah sakit. menjelaskan penilaian keselamatan dan
Dampak dari akibat hukum yang kesehatan kerja rumah sakit,
timbul, selain merusak atau mengurangi Didalam Peraturan Menteri
kepercayaan masyarakat terhadap rumah Kesehatan tersebut tidak tersurat penjelasan
sakit, profesi kedokteran, pembangunan secara detail mengenai sanksi yang
kesehatan seperti jaminan kesehatan negara diberikan kepada rumah sakit sehubungan
juga menimbulkan kerugian pada pasien. pelaksanaan keselamatan dan kesehatan
Untuk itu dalam memahami ada atau tidak kerja rumah sakit. Sanksi yang diberikan
adanya kesalahan atau kelalaian tersebut, kepada rumah sakit ada dituangkan pada
terlebih dahulu kesalahan atau kelalaian Undang Undang Nomor 44 Tahun 2009
pelaksanaan profesi harus diletakkan Tentang Rumah Sakit.
berhadapan dengan kewajiban profesi. Kurang responsif, kurang inovatif,
Profesi yang ada di rumah sakit terdiri dari kurang accessible, kurang koordinasi,
beragam profesi mulai dari pintu masuk birokratis, dan kurang mau mendengar
rumah sakit sampai pintu keluar rumah keluhan, saran, dan aspirasi masyarakat
46
Kesimpulan Saran
Bentuk Tanggung Jawab Mensosialisasikan Tanggung Jawab
Administrasi Rumah Sakit Terhadap Administrasi Rumah Sakit dengan
Keselamatan dan Kesehatan Kerja Rumah melakukan koordinasi dengan pemerintahan
Sakit adalah melaksanakan kewajiban daerah dan dinas kesehatan setempat yang
berkesinambungan amanah Peraturan dilakukan berkesinambungan dan
Menteri Kesehatan Nomor 66 Tahun 2016 terintegrasi dengan tim K3RS berupa
Tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Instalasi, Komite, Pokja dan lainnya; yang
Rumah Sakit sesuai dengan arahan dan disertakan pengawasan dan monitoring dari
standar yang diberikan. Pelaksanaan institusi profesional yang independent.
tersebut dibawah pengawasan Dinas Diberikan sanksi yang tegas kepada
Kesehatan dan Menteri Kesehatan. Rumah Sakit dan atau Pimpinan dan atau
Sanksi dapat diberikan kepada rumah Pemilik Rumah Sakit sesuai dengan
sakit berupa sanksi hukum administrasi perbuatan yang dilakukan. Sanksi tahap
yang dimulai dari teguran lisan sampai pertama berupa sanksi hukum administrasi
dengan pencabutan ijin operasional rumah berupa teguran lisan, teguran tertulis
sakit, kemudian dapat dilanjutkan dengan sampai pembekuan operasional rumah
diberikan sanksi hukum perdata dan sanksi sakit. Apabila dimungkinkan maka
hukum pidana sesuai dengan tindakan sanksi dapat berupa sanksi hukum
melawan hukum yang dilakukan. Dalam
perdata dan sanksi hukum pidana;
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 66
penghargaan juga perlu diberikan
Tahun 2016 tersurat sanksi administratif.
apabila tercapai pelaksanaan K3RS
sesuai dengan Permenkes Nomor 66
DAFTAR PUSTAKA Tahun 2016.
Buku:
Tesis:
Liza Salawati, Hubungan Prilaku,
Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja dengan
Terjadinya Kecelakaan Kerja di
Laboratorium Patologi Klinik
Rumah Sakit Umum DR Zainoel
Abidin Banda Aceh tahun
2009,Tesis.Universitas Sumatera
Utara Medan, Medan, 2009.
Jurnal:
Martina Parubak, Studi Kecelakaan Kerja
Pada Petugas RS Elim Rantepao
dan RSUD Lakipadada Makale
Kabupaten Tana Toraja, Artikel
Dalam Jurnal Media Kesehatan
Masyarakat Indonesia, Volume 5
Nomor 4, Oktober 2009.