You are on page 1of 7

EVALUASI HASIL PEMERIKSAAN KESEHATAN BERKALA

TERHADAP KESEHATAN PEKERJA PENYEMPROT


PESTISIDA DI PT. LANGKAT NUSANTARA
KEPONG DESA BUKIT LAWANG
KECAMATAN BAHOROK
KABUPATEN LANGKAT
TAHUN 2014

(THE EVALUATION OF THE RESULTS OF REGULAR HEALTH CHECK ON


HEALTH WORKERS SPRAYING PESTICIDES IN PT. LANGKAT
NUSANTARA KEPONG KEBUN BUKIT LAWANG
BAHOROK SUBDISTRICT
IN 2014)

Oleh:
Wini Anggraini , Halinda Sari Lubis2, Kalsum2
1

1
Mahasiswa Departemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja FKM USU
2
Dosen Departemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja FKM USU
Universitas Sumatera Utara, Medan, 20155, Indonesia
Email: winianggraini@gmail.com

ABSTRACT

The research was conducted on pesticide spraying workers at PT.LNK Kebun


Bukit Lawang, Bahorok Subdistrict, in 2014, in order to evaluate their working condition.
The researh was descriptive with cross sectional design. The population was 16
workers, and all of them were used as the samples, using total sampling technique.
The data were gathered by using data obtained from the company such as the
number of workers and the history of the company. Clinical data of the company were
viewed from assessment form in the company clinic, based on the history of the previous
illness and smoking. When the workers were intoxicated seriously, they had to be checked
in the laboratory for examining the cholinesterase enzyme.
Based on the distribution frequency, it was found that 12 respondents (75%) were
women, 9 respondents (56,3%) were >50 years old with (62,5%) of them had length of
service of less than 30 years, 12 respondents (75%) did not smoke, and 16 respondents
(100%) had abnormal cholinesterase enzyme with 12 of them (75%) suffered from
seriously acute intoxication, two of them (12,5%) suffered from mild intoxication, two of
them (12,5%) suffered from chronic intoxication, and 10 respondents (62,5%) had the
most history of illness.
It is recommended that the workers in the pesticide spraying avoid contact with
pesticides or move to non-chemical department temporarily until they are free from
cholinesterase enzyme and return to normal.

Keywords: Pesticide, Cholinesterase Enzyme, Intoxicating Level, Workers


Pendahuluan keracunan yang diakibatkan oleh bahan
Pestisida adalah bahan kimia kimia yang terkandung dalam pestisida
yang digunakan untuk mengendalikan itu sendiri.
perkembangan dan pertumbuhan dari Di kalangan pekerja penyemprot
hama, penyakit dan gulma. Pestisida pestisida, kesehatan dipengaruhi oleh
secara umum digolongkan kepada jenis beberapa faktor. Faktor yang
organisme yang akan dikendalikan berpengaruh terhadap terjadinya
populasinya. Insektisida, herbisida, keracunan pestisida adalah faktor dari
fungsida dan nematosida digunakan dalam tubuh (internal) dan dari luar
untuk mengendalikan hama, gulma, tubuh (eksternal). Faktor dari dalam
jamur tanaman yang patogen dan tubuh antara lain umur, jenis kelamin,
nematoda. genetik, status gizi, kadar hemoglobin,
Dalam bidang perkebunan, tingkat pengetahuan dan status
pestisida merupakan sarana untuk kesehatan, sedangkan faktor dari luar
membunuh hama-hama tanaman. tubuh memiliki peranan yang besar.
Penggunaannya yang sesuai aturan dan Menurut WHO (World Health
dengan cara yang tepat adalah hal Organization) hanya sekitar 5 sampai
mutlak yang harus dilakukan mengingat 10% pekerja di negara berkembang dan
bahwa pestisida adalah bahan yang 20% pekerja di negara industri mendapat
beracun. (Soetikno,1992) pelayanan kesehatan yang memadai.
Di Indonesia, kebutuhan akan WHO juga memperkirakan setiap tahun
pestisida juga meningkat dari tahun ke terjadi sekitar 25 juta kasus keracunan
tahun. Hal ini dapat dilihat dari semakin pestisida atau sekitar 68.493 kasus setiap
banyaknya bahan aktif yang beredar di hari. (Aditama,2001).
pasaran. Di pihak lain penggunaan Untuk menjamin kesehatan
pestisida membawa bencana yang sangat pekerja, PT.Langkat Nusantara Kepong
hebat terhadap kesehatan pekerja telah melakukan pemeriksaan kesehatan
khususnya pada pekerja yang kontak yang diperuntukkan bagi pekerja,
langsung dengan pestisida, seperti khususnya pekerja penyemprot pestisida.
pekerja penyemprot pestisida. Menurut Pemeriksaan kesehatan di perusahaan ini
WHO setiap setengah juta kasus dilakukan pada tanggal 18 Mei 2014 dan
pestisida terhadap manusia, 5000 dilanjutkan kembali pada tanggal 8
diakhiri dengan kematian. Januari 2015. Pemeriksaan kesehatan ini
Penyemprotan pestisida yang dilakukan secara berkala, bertujuan
tidak memenuhi aturan akan untuk mengetahui gejala-gejala atau
menimbulkan berbagai macam dampak masalah kesehatan yang dialami pekerja
diantaranya dampak kesehatan bagi serta agar diperoleh data kesehatan
manusia yaitu timbulnya keracunan pada pekerja sebagai bentuk pendeteksian dini
penyemprot pestisida khusunya di kebun terhadap resiko paparan bahan kimia.
kelapa sawit. Upaya kesehatan kerja dapat
PT.Langkat Nusantara Kepong dilakukan dengan melakukan evaluasi
merupakan perusahaan yang memiliki 16 seperti evaluasi pemeriksaan kesehatan.
pekerja penyemprot pestisida. Pada Evaluasi pemeriksaan kesehatan ini
perkebunan kelapa sawit di PT. Langkat dilakukan untuk mengetahui
Nusantara Kepong, beberapa pekerja kemampuan tenaga kerja dalam
penyemprot pestisida mengalami melaksanakan pekerjaan tertentu,
2

ditinjau dari segi kesehatan, mendeteksi keracunan kronis lebih sulit dideteksi
gangguan kesehatan yang mungkin karena tidak segera terasa dan tidak
berkaitan dengan pekerjaan dan menimbulkan gejala serta tanda yang
lingkungan kerja, serta identifikasi spesifik. Namun keracunan kronis dalam
penyakit akibat kerja. Berapa banyak jangka waktu lama bisa menimbulkan
pekerja yang terganggu kesehatannya gangguan kesehatan.
akibat bahan beracun dapat dilakukan (Djojosumarto,2008)
dengan melakukan pemeriksaan Data sekunder umumnya berupa
kesehatan. (Kuswadji,1996) umur, jenis kelamin, masa kerja, dan
data klinik perusahaan.
Metode Penelitian Data klinik perusahaan dilihat
dari form pemeriksaan di klinik
Penelitian ini bersifat bersifat perusahaan itu sendiri yang didasarkan
deskriptif dengan penggunaan data dari riwayat penyakit terdahulu dan
sekunder dan dengan pendekatan cross merokok. Apabila keracunan yang
sectional. Penelitian ini dilakukan pada dialami pekerja sangat berat, maka
bulan Desember 2014 – Juli 2015 pada dilakukan pemeriksaan laboratorium
pekerja penyemprot pestisida di PT. untuk pemeriksaan enzim cholinesterase.
Langkat Nusantara Kepong Desa Bukit
Lawang Kecamatan Bahorok Kabupaten Hasil dan Pembahasan
Langkat.
Populasi dalam penelitian ini PT. Langkat Nusantara Kepong
adalah seluruh pekerja penyemprot merupakan perusahaan swasta hasil
pestisida di PT. Langkat Nusantara kerjasama KLK (Kuala Lumpur
Kepong yang berjumlah 16 orang. Kepong) dengan PTPN II yang didirikan
Sampel dalam penelitian ini dilakukan sejak tahun 2009. Perusahaan ini
secara total populasi yaitu berjumlah 16 dipimpin oleh seorang presiden direktur
orang. yang bernama Patrick Kee (warga
Aspek pengukuran yang negara Malaysia) yang terdiri dari 8
digunakan dalam penelitian ini yaitu kebun dan 1 PKS (Pabrik Kelapa Sawit).
dilihat dari tingkat keracunan yang Tabel 4.1 Distribusi jenis kelamin
dialami pekerja. Tingkat keracunan ini responden pada pekerja penyemprot
terbagi menjadi tingkat keracunan pestisida di PT. LNK Kebun Bukit
ringan, tingkat keracunan akut berat, Lawang Tahun 2014
tingkat keracunan kronis. Jenis Kelamin N %
Tingkat keracunan ringan Perempuan 12 75,0
menimbulkan pusing, sakit kepala, iritasi Laki-Laki 4 25,0
kulit ringan, badan terasa sakit, diare. Total 16 100
Tingkat keracunan akut berat Berdasarkan distribusi frekuensi
menimbulkan gejala mual, menggigil, menunjukan bahwa jenis kelamin
kejang perut, sulit bernafas, keluar air pekerja paling banyak adalah perempuan
liur, pupil mata mengecil, dan denyut sebanyak 12 orang (75,0%). Hal ini
nadi meningkat. Selanjutnya keracunan menunjukkan bahwa pada umumnya
yang sangat berat dapat mengakibatkan masih sangat banyak perempuan yang
pingsan, kejang-kejang, bahkan dapat bekerja di bagian penyemprotan
menyebabkan kematian dan tingkat pestisida. Maka dari itu, lebih banyak
3

perempuan yang mengalami keracunan Tabel 4.4 Distribusi kebiasaan


pestisida dibandingkan laki-laki. merokok responden pada pekerja
Tabel 4.2 Distribusi usia responden penyemprot pestisida di PT. LNK
pada pekerja penyemprot pestisida di Kebun Bukit Lawang Tahun 2014
PT. LNK Kebun Bukit Lawang Merokok N %
Tahun 2014 Merokok 4 25,0
Usia N % Tidak Merokok 12 75,0
≤50 7 43,8 Total 16 100
>50 9 56,3 Berdasarkan distribusi frekuensi
Total 16 100 kebiasaan merokok pekerja yaitu tidak
Berdasarkan distribusi frekuensi merokok sebanyak 12 orang (75,0%) dan
usia pekerja terbanyak >50 tahun kadar enzim cholinesterase pekerja
sebanyak 9 orang (56,3%). Semakin secara keseluruhan tidak normal yaitu
bertambahnya umur seseorang maka sebanyak 16 orang (100%). Perhitungan
semakin banyak yang dialaminya, dan kadar enzim cholinesterase ini
semakin banyak pula pemaparan yang didasarkan pada perhitungan dengan
dialaminya, dengan bertambahnya umur satuan kU/L rumah sakit perusahaan
seseorang maka fungsi metabolisme dengan kadar normal 4,6-11,5. Aktivitas
akan menurun dan ini juga akan enzim cholinesterase mengalami
berakibat menurunnya aktifitas penurunan seiring dengan tingginya
kholinesterase darahnya sehinggga akan kadar zat organofosfat dalam darah.
mempermudah terjadinya keracunan Tabel 4.5 Distribusi tingkat
pestisida. keracunan responden pada pekerja
Tabel 4.3 Distribusi masa kerja penyemprot pestisida di PT. LNK
responden pada pekerja penyemprot Kebun Bukit Lawang Tahun 2014
pestisida di PT. LNK Kebun Bukit Tingkat Keracunan N %
Lawang Tahun 2014 Ringan 2 12,5
Masa Kerja N % Akut Berat 12 75,0
≤30 6 37,5 Kronis 2 12,5
>30 10 62,5 Total 16 100
Total 16 100 Berdasarkan distribusi frekuensi
Berdasarkan distribusi frekuensi jika diukur dengan tingkat keracunan
diketahui bahwa pekerja dengan masa maka pekerja dengan tingkat keracunan
kerja terbanyak >30 tahun sebanyak 10 terbanyak yaitu terdapat pada tingkat
(62,5%). Hal ini dikarenakan semakin keracunan akut berat sebanyak 12 orang
lama pekerja menjadi penyemprot (75,0%), tingkat keracunan ringan 2
pestisida, maka semakin lama pula orang (12,5%) dan tingkat keracunan
kontak dengan pestisida sehingga resiko kronis 2 orang (12,5%). Pekerja dengan
keracunan terhadap pestisida semakin tingkat keracunan akut berat dapat
tinggi. Penurunan aktifitas disebabkan karena kurangnya
kholinesterase dalam plasma darah keperdulian pekerja terhadap
karena keracunan pestisida akan penggunaan APD. Pekerja tidak
berlangsung mulai seseorang terpapar menggunakan APD secara lengkap dari
hingga 2 minggu setelah melakukan awal dimulainya jam kerja hingga
penyemprotan. selesai bekerja. Beberapa pekerja ada
yang tidak menggunakan masker dan
4

sarung tangan. Hal ini dikarenakan dimiliki pekerja seperti misalnya asma,
pekerja merasa risih, dan tidak terbiasa. kolesterol, hipertensi, dan lain-lain.
Terdapat juga pekerja yang tidak Riwayat kesehatan sakit merupakan
mencuci tangan dengan air dan sabun riwayat kesehatan yang dimiliki pekerja
setelah selesai kontak langsung dengan seperti misalnya asma, kolesterol,
bahan kimia. Pekerja dengan tingkat hipertensi, dan lain-lain. Hal ini tentu
keracunan akut berat sebaiknya semakin memicu terjadinya keracunan
dijauhkan atau dipindahkan ke pekerjaan pestisida pada pekerja, ditambah lagi
non bahan kimia selama 3-4 minggu jika dilihat dari jenis pestisida yang
sampai hasil pemeriksaan selanjutnya digunakan.
diketahui.
Pada pekerja dengan tingkat Kesimpulan
keracunan kronis sebanyak 2 orang Berdasarkan hasil penelitian
(12,5%), pekerja tidak menggunakan yang telah dilakukan pada pekerja
APD sama sekali. Sepatu yang mereka penyemprot pestisida di PT.Langkat
gunakan bukan sepatu khusus untuk Nusantara Kepong dapat disimpulkan
proses penyemprotan. Penggunaan sebagai berikut:
masker tidak digunakan dengan baik. 1. Umur responden sebagai pekerja
Pekerja juga ada yang tidak mengganti penyemprot pestisida terbanyak
pakaian setelah selesai melakukan adalah >50 tahun yaitu sebanyak 7
pekerjaan. Hal ini semakin memicu orang (43,8%) dengan jenis kelamin
terpaparnya pestisida pada pekerja terbanyak adalah perempuan
Pekerja dengan tingkat sebanyak 12 orang (75,0%) dan
keracunan ringan sebanyak 2 orang dengan masa kerja >30 tahun
(12,5%), pekerja menggunakan APD sebanyak 10 orang (62,5%).
hingga jam kerja berakhir. Kebanyakan 2. Pekerja penyemprot pestisida yang
dari pekerja hanya menggunakan APD memiliki kebiasaan merokok
dengan kurun waktu beberapa jam saja. sebanyak 4 orang (25,0%)
Hal ini dikarenakan pekerja merasa risih, 3. Pekerja penyemprot pestisida
panas dan ada yang beranggapan bahwa dengan kadar cholinesterase tidak
dapat memperlambat pekerjaan mereka. normal yaitu secara keseluruhan
Tabel 4.6 Distribusi riwayat kesehatan sebanyak 16 orang (100%)
responden pada pekerja penyemprot 4. Pekerja penyemprot pestisida yang
pestisida di PT.LNK Kebun Bukit memiliki riwayat kesehatan sakit
Lawang Tahun 2014 sebanyak 10 orang (62,5%), dapat
Riwayat Kesehatan N % memicu terjadinya keracunan
Sehat 6 37,5 pestisida pada pekerja ditambah lagi
Sakit 10 62,5 jika dilihat dari jenis pestisida yang
Total 16 100 digunakan.
Berdasarkan distribusi frekuensi 5. Pekerja penyemprot pestisida yang
maka riwayat kesehatan pekerja memiliki tingkat keracunan
penyemprot pestisida yang paling terbanyak yaitu tingkat keracunan
banyak adalah sakit sebanyak 10 orang akut berat sebanyak 12 orang
(62,5%) dan sehat sebanyak 6 orang (75,0%). Seseorang dapat dikatakan
(37,5%). Riwayat kesehatan sakit menderita tingkat keracunan akut
merupakan riwayat kesehatan yang apabila mengalami gejala seperti
5

mual, menggigil, kejang perut, sulit b. Perusahaan sebaiknya melakukan


bernafas, keluar air liur, pupil mata briefing terlebih dahulu terkait
mengecil, dan denyut nadi penggunaan APD yang baik dan
meningkat. benar terhadap pekerja.
6. Pemakaian pestisida yang tidak c. Kelengkapan APD pekerja
aman dan tidak terkontrol dapat sebaiknya perlu diperhatikan
menimbulkan dampak berbahaya sebelum pekerja penyemprot
terhadap kesehatan pekerja pestisida melakukan pekerjaan.
penyemprot pestisida. d. Perusahaan sebaiknya memberikan
peningkatan pemahaman kepada
Saran pekerja terkait dengan personal
1. Bagi pekerja hygiene pekerja
a. Para pekerja memiliki kesadaran e. Apabila telah terbukti terjadi
untuk menjaga kebersihan dirinya keracunan pestisida pada pekerja
selama bekerja dan menerapkan penyemprot pestisida, sebaiknya
personal hygiene yang baik yaitu perusahaan cepat tanggap dan sigap
mencuci tangan dengan air dan untuk memindahkan atau
sabun setelah kontak langsung mengalihkan pekerja penyemprot
dengan bahan kimia, pakaian bersih pestisida ke pekerjaan yang minim
dari bahan kimia lainnya serta selalu kaitannya dengan bahan kimia.
mencuci pakaian kerja setelah
seharian bekerja. Daftar Pustaka
b. Selama pekerja melakukan Aditama, Yoga, Tjandra. 2002.
penyemprotan pestisida sebaiknya Kesehatan dan Keselamatan
pekerja menghindari kontak Kerja. Penerbit: Universitas
langsung dengan bahan kimia Indonesia Press. Jakarta.
dengan cara menggunakan APD Djau, Asri, Rusli. 2009. Faktor Resiko
lengkap seperti misalnya masker, Kejadian Anemia dan Keracunan
sarung tangan, kacamata dan sepatu Pestisida Pada Pekerja
boot. Penyemprot Gulma di Kebun
c. Bagi pekerja dengan kadar enzim Kelapa Sawit PT.Agro Indomas
cholinesterase tidak normal, Kab. Seruyan Kalimantan
dianjurkan untuk menghindari Tengah Tahun 2009. Skripsi.
kontak dengan pestisida atau Semarang: Universitas
dipindahkan bekerja non bahan Diponegoro.
kimia untuk sementara waktu Djojosumarto, Panut. 2008. Teknik
hingga saat dimana hasil cek ulang Aplikasi Pestisida Pertanian.
diketahui dan kadar enzim Penerbit: Percetakan Konisius.
cholinesterase mencapai kategori Yogyakarta.
normal. __________________ 2008. Pestisida
dan Aplikasinya. Penerbit: AgroMedia
2. Bagi perusahaan Pustaka. Surabaya.
a. Perusahaan sebaiknya selalu Ester, Monica. 2006. Bahaya Bahan
mengawasi para pekerja penyemprot Kimia Pada Kesehatan Manusia
pestisida agar selalu bekerja secara dan Lingkungan. Penerbit:
aman dan benar.
6

Penerbit Buku Kedokteran EGC.


Jakarta.
Irianto, Koes. 2008. Pencegahan
Penanggulangan Keracunan.
Penerbit: Yrama Widya.
Bandung.
Kurniawidjaja, Meily. 2012. Teori dan
Aplikasi Kesehatan Kerja.
Penerbit: Universitas Indonesia
Press. Jakarta.
Akibat Keracunan Pestisida. Jurnal.
Cirebon: Fakultas Kedokteran.
Ramli, Soehatman. 2010. Sistem
Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja OHSAS 18001.
Penerbit: Dian Rakyat. Jakarta.
Sartono. 2012. Racun dan Keracunan.
Penerbit: HIPOKRATES. Jakarta.
Sastroutomo, Soetikno. 1992. Pestisida
Dasar-Dasar dan Dampak
Penggunaannya. Penerbit: PT.
Gramedia Pustaka Utama.
Jakarta.
Soedirman & Suma’mur. 2014.
Kesehatan Kerja Dalam
Perspektif Hiperkes dan
Keselamatan Kerja. Penerbit:
Erlangga. Jakarta.
Sudarmo, Subiyakto. 2007. Pestisida.
Penerbit: Kanisius. Yogyakarta.
Suma’mur. 2009. Higiene Perusahaan
dan Kesehatan Kerja
(HIPERKES). Penerbit: Sagung
Seto. Jakarta.

You might also like