You are on page 1of 9

Analisis Kandungan Karbohidrat, Serat Dan Indeks Glikemik Pada Hasil Olahan

Beras Siam Unus Sebagai Alternatif Makanan Selingan Penderita Diabetes Mellitus

Analysis Of Carbohydrate, Fiber And Glycemic Index Of Processed Rice Siam Unus As An
Alternative Snack For Diabetes Mellitus

Nany Suryani1*, Rijanti Abdurrachim2, Nor Alindah3


1
STIKES Husada Borneo, Jl. A. Yani Km 30,5 No. 4 Banjarbaru, Kalimantan Selatan
2
Poltekkes Kemenkes Banjarmasin, Jl. Mistar Cokrokusumo No. 1A Banjarbaru,
Kalimantan Selatan
3
Alumni STIKES Husada Borneo, Jl. A. Yani Km 30,5 No. 4 Banjarbaru, Kalimantan Selatan
*Korespondensi : nan_cdy@yahoo.com

Abstract
Rice is the staple food for the majority of the Indonesian people. Siam unus rice is a local
rice in South borneo which has a low glycemic index is 50.1. Food with a low glycemic index,
low in carbohydrates and high in fiber can help people with diabetes to control blood glucose
levels. The purpose of this study is to analyze different of carbohydrate, crude fiber and the
glycemic index in the processed siam unus rice (lemper nasi, arem-arem and pepes nasi) as
altternatif snack diabetes mellitus. This research is experimental. Analysis of the
carbohydrate content using the gravimetric method, crude fiber using Luft schoorl, while the
glycemic index levels made by examining blood glucose levels to 8 healthy respondents.
Blood glucose tests performed before feeding trials and for two hours afterward with a span
of 30 minutes. The results of this study found no difference in carbohydrate content lemper
nasi, arem-arem and pepes nasi (p = 0.040), there are differences in crude fiber lemper nasi,
arem-arem and pepes nasi (p = 0.006), and no differences in glycemic index processed siam
unus rice (p = 0.958). Glycemic index of lemper nasi and pepes nasi relatively low at 53.40
and 52.87, while arem-arem had moderate glycemic index that is equal to 55.34. Lemper
nasi, arem-arem and pepes nasi can be used as an alternative snack with diabetes mellitus.

Keywords : Carbohydrate Content and Fiber, Glycemic Index, Diabetes Mellitus, Siam Unus
Rice

Pendahuluan tinggi. Namun tidak semua beras memiliki


Beras merupakan makanan pokok indeks glikemik yang tinggi (4). Beras lokal
bagi sebagian besar masyarakat Indonesia. di Kalimantan Selatan yang memiliki indeks
Konsumsi beras masyarakat Indonesia glikemik rendah yaitu beras siam unus
semakin meningkat setiap tahunnya seiring dengan kadar indeks glikemik sebesar 50,1
dengan meningkatnya jumlah penduduk (4).
Indonesia (1). Di Kalimantan Selatan Indeks glikemik (IG) pangan
produksi padi mencapai 2.031.029 ton merupakan tingkatan pangan menurut
(97,69%) dari sasaran 2.079.103 ton (2). Di efeknya terhadap kadar glukosa darah.
lahan rawa pasang surut Kalimantan Pangan yang menaikkan kadar glukosa
Selatan, lebih dari 70% pertanaman padi darah dengan cepat memiliki indeks glikemik
ditanami dengan berbagai varietas lokal. tinggi (5). Hasil penelitian Heather et al., (6)
Menurut Ratnawati (3) beras menunjukkan bahwa pangan dengan IG
merupakan makanan sumber energi yang rendah dapat memperbaiki pengendalian
memiliki kandungan karbohidrat tinggi metabolik pada penderita DM tipe 2 dewasa.
namun proteinnya rendah. Beras selama ini Diabetes melitus (DM) adalah penyakit
dikenal dengan memiliki indeks glikemik metabolik dengan karakteristik hiperglikemia
tinggi, sehingga mengakibatkan dapat karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin
meningkatkan kadar glukosa dalam darah. atau keduanya (7). Diabetes melitus
Hal ini menunjukkan bahwa peningkatan merupakan salah satu penyakit Non-
konsumsi beras berkaitan dengan Communicable Disease (penyakit tidak
peningkatan resiko Diabetes Melitus (DM) menular) yang paling sering terjadi di dunia
tipe 2, karena memiliki indeks glikemik yang (8). Laporan dari Badan Penelitian dan

1
Jurkessia, Vol. VII, No. 1, November 2016 Nany Suryani, dkk.

Pengembangan Kesehatan Kementrian atau dibakar dan ditambahkan beberapa


Kesehatan (RISKESDAS) tahun 2013 bumbu masakan serta sayuran. Pembuatan
menyebutkan terjadi peningkatan prevalensi lemper nasi, arem-arem dan pepes nasi
pada penderita diabetes melitus yang dengan bahan baku beras siam unus banjar
diperoleh berdasarkan wawancara yaitu diharapkan dapat mencukupi kebutuhan gizi
1,1% pada tahun 2007 menjadi 1,5% pada terutama kebutuhan karbohidrat komplek,
tahun 2013 sedangkan prevalensi diabetes serat, serta tidak menimbulkan peningkatan
melitus di Provinsi Kalimantan Selatan glukosa darah secara cepat, dan dapat
mengalami peningkatan dari 1% pada tahun dikonsumsi sebagai alternatif makanan
2007 menjadi 2% pada tahun 2013 (9). selingan penderita diabetes melitus tanpa
Penatalaksanaan penyakit DM terdiri menyebabkan hiperglikemia.
dari penggunaan obat, suntik insulin, Berdasarkan latar belakang tersebut,
edukasi, olahraga dan pengelolaan pola peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
makan (10). Pengelolaan pola makan yang mengenai analisis kandungan karbohidrat,
dianjurkan untuk penderita DM dikenal serat dan indeks glikemik hasil olahan
dengan diet 3J yaitu tepat jumlah, tepat beras siam unus sebagai alternatif makanan
jadwal dan tepat jenis (11). Bahan makanan penderita diabetes melitus.
yang mengandung karbohidrat tinggi
diantaranya beras, singkong, gaplek, ubi Metode Penelitian
rambat, jagung, kentang, gandum, sagu dan Penelitian ini bersifat kuantitatif
lain-lain (12). dengan rancangan penelitian eksperimental
Jumlah dan jenis karbohidrat yang murni yaitu penelitian ini dilakukan untuk
dikonsumsi juga mempengaruhi sekresi mengetahui perbedaan kandungan
insulin dan glukosa darah. Konsumsi karbohidrat, serat kasar dan indeks glikemik
makanan padat energi (tinggi lemak dan hasil olahan beras siam unus sebagai
gula) dan rendah serat berhubungan dengan alternatif makanan selingan bagi penderita
kadar glukosa darah. Makanan tinggi energi diabetes melitus yang diberikan kepada
berhubungan dengan obesitas, resistensi responden sehat. Analisa kandungan
insulin sehingga dapat memacu peningkatan karbohidrat dan serat hasil olahan beras
kadar glukosa darah (13). siam unus dilakukan dengan satu kali
Konsumsi serat memberikan efek yang perlakuan dan tiga kali replikasi.
positif terhadap kadar glukosa darah pada Pembuatan hasil olahan beras siam
Diabetes Melitus Tipe 2. Serat makanan unus dilakukan di Laboratorium Gizi Sekolah
memperlambat proses pengosongan Tinggi Ilmu Kesehatan Husada Borneo
lambung dan penyerapan glukosa oleh usus Banjarbaru. Penelitian uji kandungan
halus. Beras yang mengandung serat karbohidrat dan serat dilakukan di
pangan tinggi akan menurunkan respon laboratorium dasar MIPA Universitas
glikemik dan indeks glikemiknya cenderung Lambung Mangkurat, Banjarbaru. Uji indeks
rendah (14). Menurut Almatsier (15) glikemik dilakukan di Desa Akar Begantung,
pengaturan makan penderita diabetes Kecamatan Martapura Timur, Kalimantan
melitus yaitu makanan dibagi dalam 3 porsi Selatan.
besar, yaitu makan pagi (20%), siang (30%), Sampel uji indeks glikemik penelitian
dan sore (25%), dan 2-3 porsi kecil untuk ini adalah warga Desa Akar Begantung,
makanan selingan (masing-masing 10-15%) Kalimantan Selatan. Responden yang akan
serta sumber karbohidrat komplek seperti diikutkan pada penelitian ini berjumlah 8
nasi, roti, mi, kentang, singkong, ubi, dan orang yang telah memenuhi kriteria inklusi
sagu. dan eksklusi.
Di Indonesia, beras merupakan Variabel terikat yaitu kandungan
sumber karbohidrat utama. Selain diolah karbohidrat, serat dan indeks glikemik,
menjadi nasi masyarakat Indonesia juga sedangkan variabel bebas yaitu hasil olahan
terbiasa mengolah beras menjadi berbagai beras siam unus (lemper nasi, arem-arem
pangan selingan seperti: lemper nasi, arem- dan pepes nasi).
arem dan pepes nasi. Lemper nasi, arem- Instrumen penelitian meliputi alat yang
arem dan pepes nasi merupakan olahan digunakan dalam membuat hasil olahan
beras yang dimasak dengan cara dikukus beras siam unus, alat untuk uji kadar

2
Jurkessia, Vol. VII, No. 1, November 2016 Nany Suryani, dkk.

karbohidrat, alat yang digunakan untuk uji Berdasarkan tabel 2 kandungan serat
kadar serat kasar, alat yang digunakan tertinggi pada pepes nasi sebesar 3,75 gr
untuk uji indeks glikemik. sedangkan kandungan serat terendah pada
Analisa data untuk mengetahui lemper nasi 3,20 gr. Berdasarkan analisa
perbedaan kandungan karbohidrat dan serat statistik didapatkan nilai p=0,006 (p<0,05)
kasar pada masing-masing perlakuan yang berarti terdapat perbedaan kandungan
menggunakan analisa One Way Anova, Uji serat pada hasil olahan beras siam unus.
statistik untuk melihat normalitas data
menggunakan uji Shapiro-Wilk Untuk C. Kandungan Indeks Glikemik pada
analisis uji beda indeks Glikemik uji yang Hasil Olahan Beras Siam Unus (Lemper
dilakukan pada 8 orang dengan uji Nasi, Arem-arem dan Pepes Nasi).
Repeated anova. 1. Kenaikan Kadar Glukosa Darah
Hasil pemeriksaan Glukosa darah
Hasil Penelitian pada menit ke-0 sebelum konsumsi
A. Perbedaan Kandungan Karbohidrat makanan standar dan makanan uji pada
Pada Hasil Olahan Beras Siam Unus setiap 30 menit pada dua jam setelah
(Lemper Nasi, Arem-arem dan Pepes pemberian makanan. Setelah konsumsi
Nasi) glukosa murni, puncak kenaikan glukosa
Kandungan karbohidrat pada hasil darah terjadi pada menit ke-30 yaitu 150,5
olahan beras siam unus (lemper nasi, arem- mg/dL. Namun, glukosa darah mengalami
arem dan pepes nasi) dilihat pada tabel 1. penurunan pada menit ke-60 menjadi 127
Tabel 1. Kandungan karbohidrat pada hasil mg/dL dan menit ke-90 yaitu 101,5 mg/dL
olahan beras siam unus (lemper nasi, hingga menit ke-120 yaitu 84 mg/dL.
arem-arem dan pepes nasi) per 100 Sedangkan setelah konsumsi makanan uji
Gram berupa lemper nasi, kadar glukosa darah
Hasil Olahan Karbohidrat (gr) p
juga mengalami puncak kenaikan pada
Beras Siam Unus
menit ke-30 dari menit ke-0 yaitu 86,625
Lemper Nasi 21.42
Arem-arem 23.58 0.040
mg/dL menjadi 129 mg/dL pada menit ke-30,
Pepes Nasi 20.1 namun mengalami penurunan dari menit ke-
60 menjadi 109 mg/dL, menit ke-90 menjadi
Berdasarkan tabel 1 kandungan 100,25 mg/dL dan menit ke-120 menjadi
karbohidrat terendah pada pepes nasi 91,75 mg/dL. Begitu juga setelah responden
sebesar 20,1 gr sedangkan karbohidrat mengkonsumsi arem-arem kenaikan puncak
tertinggi pada pada arem-arem sebesar juga terjadi pada menit ke-30 yaitu dari
23,58 gr. Berdasarkan analisa statistik menit ke-0 80,75 mg/dL menjadi 130,25
didapatkan nilai p=0,040 (p<0,05) yang mg/dL dan mengalami penurunan pada
berarti terdapat perbedaan kandungan menit ke-60 yaitu 103,75 mg/dL, menit ke-90
karbohidrat pada hasil olahan beras siam yaitu 92,72 mg/dL, dan menit ke-120 yaitu
unus. 89 mg/dL. Responden juga mengalami
kenaikan pada menit ke-30 setelah
B. Perbedaan Kandungan Serat Pada konsumsi pepes nasi dari 87,5 mg/dL pada
Hasil Olahan Beras Siam Unus (Lemper menit ke-0 menjadi 130,125 mg/dL pada
Nasi, Arem-arem dan Pepes Nasi) menit ke-30. Namun penurunan kadar
Kandungan serat pada hasil olahan glukosa darah juga terjadi pada menit ke-60
beras siam unus (lemper nasi, arem-arem hingga menit ke-120, dimana kadar glukosa
dan pepes nasi) dilihat pada tabel 2: darah nya berturut-turut pada menit ke-60
Tabel 2. Kandungan serat kasar pada hasil 109,25 mg/dL pada menit ke-90 97,25
olahan beras siam unus (lemper nasi, mg/dL dan 93,75 mg/dL pada menit ke-120..
arem-arem dan pepes nasi) per 100gr
Hasil Olahan Beras Serat (gr) p 2. Perbedaan Kadar Indeks Glikemik pada
Siam Unus Hasil Olahan Beras Siam Unus (Lemper
Lemper Nasi 3.20 Nasi, Arem-arem dan Pepes Nasi)
Arem-arem 3.67 0.006 Perhitungan indeks glikemik dihitung
Pepes Nasi 3.75 dengan mencari perbandingan luas area
bawah kurva respon glukosa darah

3
Jurkessia, Vol. VII, No. 1, November 2016 Nany Suryani, dkk.

makanan uji dengan makanan standar. hasil olahan beras siam unus yaitu arem-
Perhitungan luas area bawah kurva dihitung arem sebesar 23,58 gr sedangkan
menggunakan perhitungan trapezoid (16). kandungan karbohidrat pada lemper nasi
Setelah dirata-ratakan didapatkan kadar 21,42 gr, dan pepes nasi 20,1 gr.
indeks glikemik makanan uji yang disajikan Kandungan karbohidrat dari ketiga hasil
dalam tabel 3. olahan tersebut tergolong dalam karbohidrat
Tabel 3. Kadar Indeks Glikemik pada Hasil yang rendah bila dibandingkan dengan
olahan Beras Siam Unus (Lemper karbohidrat pada produk olahan beras yaitu
Nasi, Arem-arem dan Pepes nasi) seperti nasi putih 27,9 gr, nasi goreng 41,7
Makanan Uji Indeks Glikemik (%) p gr dan lemper 34,7 gr (20). Nasi yang diolah
Lemper Nasi 53,40 dari beras siam unus memiliki kandungan
Arem-arem 55,34 0.958
karbohidrat 12,51% per 100 gram (4)
Pepes Nasi 52,87
dibandingkan dengan karbohidrat pada nasi
yang diolah dari beras giling umumnya yaitu
Berdasarkan tabel 3 dapat diketahui
40 gram (21).
bahwa kadar indeks glikemik hasil olahan Kandungan karbohidrat dari olahan
beras siam unus terendah adalah pepes
nasi beras siam unus yaitu lemper nasi,
nasi yaitu 52,87%. Hasil analisis statistik arem-arem dan pepes nasi lebih tinggi
didapatkan p=0,958 (p>0,05) menunjukan dibandingkankan dengan nasi dari siam
tidak ada perbedaan indeks glikemik dari unus (12,51 gr) dikarenakan adanya
ketiga hasil olahan tersebut.
perbedaan proses pengolahan dan
penambahan bahan isian pada olahan
Pembahasan
tersebut. Adapun isian dari olahan beras
A. Perbedaan Kandungan Karbohidrat
siam unus terdiri dari wortel dan daging
pada Hasil Olahan Beras Siam Unus
ayam serta penambahan bumbu seperti gula
(Lemper Nasi, Arem-arem dan Pepes
pasir dan garam.
Nasi)
Menurut Syamsir (22) proses
Karbohidrat atau hidrat arang adalah pemasakan dengan cara dipanggang
suatu zat gizi yang fungsi utamanya sebagai menyebabkan terjadinya granula pati
penghasil energi, dimana setiap gramnya
mengembang lebih lambat sehingga pati
menghasilkan 4 kalori. Sumber karbohidrat
tidak tergelatinisasi secara penuh karena
adalah padi-padian atau serelia, umbi-
kontak dengan air lebih sedikit. Sedangkan
umbian dan gula. Hasil Olahan bahan-bahan proses pemasakan arem-arem,
ini dalah bihun, mie, roti, tepung-tepungan,
menyebabkan arem-arem memiliki
selai, sirup, dan sebagainya (17). kandungan karbohidrat lebih tinggi karena
Karbohidrat merupakan sumber nutrisi melalui kontak dengan air secara langsung.
utama pada beras. Karbohidrat pada beras
Dari hasil penelitian Syamsir (22),
terdiri sebagian besar pati dan sebagian pemanasan basah menyebabkan kontak
kecil pentilosa, selulosa, hemiselulosa, dan dengan air menjadi lebih besar sehingga
gula (18). proses gelatinisasi akan berlangsung lebih
Astawan (2004) dalam Widjayanti (19) intensif. Hal ini lah yang menyebabkan
menjelaskan makin tinggi kandungan
kandungan karbohidrat arem-arem lebih
amilosa, kemampuan pati untuk menyerap besar dibandingkan dengan lemper nasi dan
dan mengembang menjadi lebih besar
pepes nasi.
karena amilosa mempunyai kemampuan Pemasakan karbohidrat diperlukan
membentuk ikatan hidrogen yang lebih untuk mendapatkan daya cerna pati yang
besar daripada amilopektin. Pati dan serat
tepat, karena karbohidrat merupakan
termasuk dalam golongan polisakarida yang sumber kalori. Pemasakan juga membantu
merupakan karbohidrat kompleks.
pelunakan dinding sel sayuran dan
Karbohidrat kompleks akan diserap lebih selanjutnya memfasilitasi daya cerna
lambat dibandingkan karbohidrat sederhana, protein. Bila pati dipanaskan, granula-
sehingga tida menyebabkan peningkatan granula pati membengkak dan pecah
glukosa darah secara cepat. sehingga pati tergelatinisasi. Pati masak
Berdasarkan pada tabel 1 diketahui
lebih mudah dicerna daripada pati mentah.
bahwa kandungan karbohidrat tertinggi pada
Dalam pengolahan yang melibatkan panas

4
Jurkessia, Vol. VII, No. 1, November 2016 Nany Suryani, dkk.

yang tinggi karbohidrat terutama gula akan menentukan kadar serat kasar, yaitu asam
mengalami karamelisasi (pencoklatan non sulfat dan natrium hidroksida (29).
enzimatis). Faktor pengolahan juga Didalam serat terdapat selulosa,
berpengaruh terhadap kandungan hemiselulosa, pektin, lignin, gum, β-glukan,
karbohidrat, terutama seratnya (23). fruktan, dan pati resisten. Kandungan serat
Jumlah konsumsi makanan utama dan berfungsi sebagai komponen non gizi, tetapi
makanan selingan lebih penting daripada bermanfaat bagi keseimbangan flora usus
sumber atau tipe karbohidrat tersebut. Hal dan sebagai prebiotik, merangsang
ini disebabkan jumlah karbohidrat yang pertumbuhan bakteri yang baik bagi usus
dikonsumsi dari makanan utama dan sehingga penyerapan zat gizi menjadi lebih
selingan mempengaruhi kadar gula darah baik dan usus lebih bersih (30).
dan sekresi insulin 24). Mutu serat makanan dapat dilihat dari
Pengurangan asupan karbohidrat komposisi komponen serat makanan,
diperlukan bagi penderita DM tipe 2 dengan dimana komponen serat makanan terdiri dari
obesitas. Pengurangan asupan karbohidrat komponen larut air (Soluble Dietary Fiber,
pada DM tipe 2 dengan obesitas sdf) dan komponen yang tidak larut air
berhubungan dengan penurunan berat (Insoluble Dietary Fiber, IDF) (31). Prosky
badan, kadar gula darah puasa dan A1C. and De Vries (1992) dalam Widowati (32)
Hasil penelitian Samaha dkk (25) mengatakan sekitar sepertiga dari serat
menyatakan bahwa pengurangan asupan makanan total (Total Dietary Fiber, TDF)
karbohidrat dapat meningkatkan sensitivitas adalah serat makanan yang larut (SDF),
insulin pada individu sehat dan penurunan sedangkan kelompok terbesarnya
kadar gula darah puasa pada penderita DM merupakan serat yang tidak larut (IDF).
tipe 2 (26). Namun pengurangan jumlah Kandungan serat tertinggi pada serat
karbohidrat yang dikonsumsi terlalu banyak hasil olahan beras siam unus yaitu pepes
tidak diperbolehkan untuk penderita DM tipe nasi sebesar 3,75% sedangkan kandungan
2 yaitu tidak diperbolehkan untuk kurang serat pada arem-arem 3,66%, dan lemper
dari 45% dari kebutuhan total. Dimana nasi 3,21%. Kandungan serat dari ketiga
setiap anjuran asupan karbohidrat pada hasil olahan tersebut tergolong dalam serat
penderita DM sebesar 45-65% dari total yang tinggi bila dibandingkan dengan serat
energi serta anjuran kebutuhan energi untuk pada produk olahan beras yaitu seperti nasi
makanan selingan 10-15% dari kebutuhan putih 0,4 gr, nasi goreng 1,4 gr dan lemper
energi total (27). Perhitungan total energi 1,23 gr (20). Kandungan serat terbesar
untuk makanan selingan yaitu 190 kkal dalam hasil olahan beras siam unus yaitu
diharapkan dapat terpenuhi bila berasal aleuron beras. Namun proses
mengkonsumsi lemper nasi sebanyak 2 pembuatan menyebabkan sebagian aleuron
buah sajian dengan kandungan karbohidrat hilang. Proses pemanasan pada suhu dan
21,42 gram, arem-arem sebanyak 2 buah tekanan tinggi dalam pembuatan lemper
sajian dengan kandungan karbohidrat 23,58 nasi, arem-arem dan pepes nasi
gram dan pepes nasi sebanyak 2 buah mengakibatkan beras mengembang
sajian dengan kandungan karbohidrat 20,1 sehingga eleuron terlepas dari biji beras
gram. (33). Semakin lama proses pemasakan dan
semakin tinggi suhu yang digunakan maka
B. Perbedaan Kandungan Serat pada kandungan aleuronnya semakin rendah
Hasil Olahan Beras Siam Unus (Lemper (34).
Nasi, Arem-arem dan Pepes Nasi) Serat larut air akan larut dalam air dan
Serat adalah bagian dari tanaman membentuk sebuah gel dalam air. Gel ini
yang tidak dapat diserap oleh tubuh. Namun dapat menyebakan turunnya kecepatan
akhir-akhir ini istilah serat mengalami mendorong material makanan ke usus
perkembangan dengan pengertian yang dalam saluran pencernaan (35).
lebih tepat sehubungan dengan perannya Pelambatan ini dapat menyebabkan
didalam tubuh (28). Serat kasar adalah absorpsi zat gizi menjadi sempurna. Selain
bagian dari pangan yang tidak dapat itu, serat larut dapat menurunkan kolesterol
dihidrolisis oleh bahan-bahan kimia. Untuk karena dapat merangsang ekskresi asam

5
Jurkessia, Vol. VII, No. 1, November 2016 Nany Suryani, dkk.

empedu ke usus sehingga absorpsi dari pangan. Dilihat dari proses pemasakan,
kolesterol dan lemak lainnya melambat (36). maka teknik pemasakan basah seperti
Fungsi serat pangan larut terutama merebus dan mengukus akan menyebabkan
adalah memperlambat pencernaan didalam peningkatan indeks glikemik lebih besar
usus, memberikan rasa kenyang lebih lama, dibandingkan dengan produk yang diolah
dan memperlambat laju peningkatan dengan cara dipanggang (di oven).
glukosa darah sehingga insulin yang Pemanasan basah menyebabkan kontak
dibutuhkan untuk mentransfer glukosa dengan air menjadi lebih besar sehingga
kedalam sel-sel tubuh dan mengubahnya proses gelatinisasi akan berlangsung lebih
menjadi energi semakin sedikit. Pektin intensif (22).
merupakan salah satu contoh serat pangan Kadar amilosa yang tinggi pada beras
yang larut dalam air dan menentukan dapat memeperlambat pati, sehingga
visikositas serat pangan (37). Oleh karena menyebabkan indeks glikemik rendah. Laju
itu fungsi serat pangan yang larut tersebut pencernaan yang lebih lambat setelah
sangat dibutuhkan oleh penderita DM mengkonsumsi hasil olahan dari beras yang
karena dapat mereduksi absorpsi glukosa berkadar amilosa tinggi diduga karena pada
pada usus (38). saat pengolahan atau pemanasan, amilosa
membentuk kompleks dengan lipid,
C. Kadar Indeks Glikemik pada Hasil sehingga menurunkan kerentanan terhadap
Olahan Beras Siam Unus (Lemper nasi, hidrolisis enzimatik (38).
Arem-arem dan Pepes Nasi). Berdasarkan gambar 1 menunjukan
Pengujian Indeks Glikemik bahwa kadar gula darah puasa adalah 81,75
menggunakan glukosa murni sebagai mg/dL dan pada menit ke-120 adalah 84, hal
makanan standar dan hasil olahan dari ini menunjukan bahwa glukosa darah
beras siam unus yaitu lempernasi, arem- kembali mendekati menit ke-0 dalam waktu
arem dan pepes nasi sebagai makanan uji. 2 jam sehingga rasa lapar juga muncul
Semua bahan makanan uji ditimbang untuk dengan cepat setelah konsumsi gula murni,
mendapatkan setara 50 gram karbohidrat begitu juga setelah konsumsi arem-arem
yang ditentukan berdasarkan kandungan kadar glukosa darah pada menit ke-0 adalah
karbohidrat yang terdapat didalam bahan 80,75 mg/dL dan pada menit ke-120 adalah
makanan tersebut setelah diuji laboratorium. 89 mg/dL, ini disebabkan karena kandungan
Indeks glikemi (Glikemic Index, GI) karbohidrat pada arem-arem lebih tinggi dari
adalah tingkatan pangan menurut efeknya lemper nasi dan pepes nasi. Hal ini
terhadap kadar gula darah, dengan kata lain dipengaruhi oleh proses pemasakan dengan
indeks glikemik merupakan respon glukosa cara dikukus sehingga menyebabkan
darah terhadap makanan dibandingkan gelatinisasi pati secara penuh. Mekanisme
dengan respon glukosa darah terhadap hubungan konsumsi karbohidrat dengan
glukosa murni (39). kadar glukosa darah yaitu karbohidrat akan
Klasifikasi indeks glikemik makanan dipecah dan diserap dalam bentuk
sebagai berikut: IG rendah (<55%), IG monosakarida, terutama glukosa.
sedang (55-75%), dan IG tinggi (>75%) (5). Penyerapan glukosa menyebabkan
Hasil olahan beras siam unus yaitu pepes peningkatan kadar glukosa darah dan
nasi dengan indeks glikemik 52,87% dan meningkatkan sekresi insulin (14).
lemper nasi memiliki indeks glikemik yaitu Proses pencernaan maupun
53,40% tergolong dalam indeks glikemik penyerapan karbohidrat kompleks didalam
yang rendah. Sedangkan hasil olahan beras tubuh berlangsung lebih lama daripada
siam unus yang berupa arem-arem memiliki karbohidrat sederhana (40). Hal tersebut
indeks gilkemik sedang yaitu 55,34%. diperkuat dengan pernyataan Parkin (2002)
Perbedaan indeks glikemik pada dalam Zumroh dkk (41) bahwa orang sehat
makanan uji tersebut dipengaruhi oleh membutuhkan 2-3 jam untuk
proses pengolahan yang berbeda-beda. mengembalikan kadar glukosa darah pada
Berbagai proses pemasakan atau taraf prepandial (keadaan awal/saat puasa).
pengolahan dapat mengubah struktur, dan Makanan dengan indeks glikemik rendah
komposisi kimia pangan yang selanjutnya menciptakan rasa kenyang yang lebih besar
mengubah daya serap dan indeks glikemik dan bertahan lebih lama. Karena rasa lapar

6
Jurkessia, Vol. VII, No. 1, November 2016 Nany Suryani, dkk.

baru muncul lagu beberapa jam kemudian, sebesar 53,40% dan arem-arem yaitu
kita menjadi lebih sedikit mengkonsumsi 55,34%
makanan.
Jenkins et al., (2002) dalam Widowati Daftar Pustaka
dkk (42) menyatakan bahwa konsep indeks 1. Badan Pusat Statistik Nasional. 2009.
glikemik sebenarnya merupakan Analisis Usaha Tani Tanaman Padi,
pengembangan dari hipotesis serat pangan, Jagung Dan Kedelai Tahun 2009.
yang menyatakan bahwa konsumsi serat Katalog BPS.
pangan akan menurunkan laju masukan 2. Dinas Pertanian Provinsi Kalimantan
nutrisi keusus. Keberadaan serat pangan Selatan. 2013. Produksi Padi di
dapat mempengaruhi kadar glukosa darah. Kalimantan Selatan.
Ketiga jenis makanan uji yaitu hasil 3. Ratnawati 2012. Pengaruh
olahan beras siam unus yang berupa lemper Penambahan Agar-Agar Terhadap
nasi, arem-arem dan pepes nasi dilakukan Tingkat Kesukaan, Kadar Serat, dan
uji statistik yaitu uji repeated anova. Hasil uji Indeks Glikemik Nasi Putih. Media Gizi
repeated anova p=0.958 (p>0.05) Masyarakat Indonesia, 2(1): 38-44.
menujukkan Ho diterima yang berarti tidak 4. Widayati, Diah. 2015. Gambaran Kadar
terdapat perbedaan yang bermakna diantara Serat, Karbohidrat Dan Perbedaan
ketiga jenis makanan uji tersebut. Ketiga Indeks Glikemik Pada Nasi Dari
hasil olahan beras siam unus yaitu lemper Varietas Beras Siam (Mutiara, Unus
nasi dan pepes nasi dikategorikan dalam Dan Saba) Yang Dapat Dimanfaatkan
makanan yang berindeks glikemik rendah Bagi Penderita Diabetes Melitus.
sedangkan arem-arem termasuk dalam Skripsi. STIKES Husada Borneo.
kategiri sedang, sehingga ketiga hasil Banjarbaru.
olahan tersebut dapat dimanfaatkan untuk 5. Rimbawan, Siagian A. 2004. Indeks
mengontrol kadar gula darah. Glikemik Pangan. Jakarta: Penerbit
Swadaya.
Kesimpulan 6. Heather R et al. 2001. The Effect Of
1. Ada perbedaan kandungan karbohidrat Flexible Low Glycemic Index Dietary
hasil olahan beras siam unus (lemper Advice Versus Measured Carbohydrate
nasi, arem-arem dan pepes nasi) Exchange Diets On Glycemic Control In
p=0,040 (p<0.05). Kandungan Children With Type 1 Diabetes. Diabet
karbohidrat hasil olahan beras siam unus Care, 24 : 1137-1143.
(lemper nasi, arem-arem dan pepes nasi) 7. Soewondo P. 2014. Harapan Baru
secara berturut-turut sebanyak 21,42 gr, Penyandang Diabetes Melitus Pada Era
23,58 gr dan 20,1 gr. Jaminan Kesehan Nasional 2014.
2. Ada perbedaan kandungan serat hasil eJournal Kedokteran Indonesia, 2 (1) :1-
olahan beras siam unus (lemper nasi, 6.
arem-arem dan pepes nasi) p=0,006 8. WHO. 2011. Diabetes Melitus. Global
(p<0.05). Kandungan serat hasil olahan Status Report On Noncomunicable
beras siam unus (lemper nasi, arem-arem Disease 2010.
dan pepes nasi) secara berturut-turut 9. Riskesdas. 2013. Laporan Provinsi
sebanyak 3,20 gr, 3,67 gr dan 3,75 gr. Kalimantan Selatan. Badan Penelitian
3. Berdasarkan analisis uji statistik repeated dan Pengembangan Kesehatan.
anova diketahui bahwa p=0.958 yang Jakarta: Departemen Kesehatan
berarti tidak ada perbedaan yang Republik Indonesia.
bermakna pada indeks glikemik hasil 10. Perkumpulan Endokrinologi Indonesia
olahan beras siam unus (lemper nasi, (PERKENI). 2011. Konsensus
arem-arem dan pepes nasi) sehingga Pengelolaan Diabetes Melitus Tipe 2 Di
dapat digunakan sebagai alternaif Indonesia 2011.
makanan selingan penderita diabetes 11. Putro PJS, Suprihatin. 2012. Pola Diit
melitus. Indeks glikemik hasil olahan Tepat Jumlah, Jadwal Dan Jenis
beras siam unus secara berturut yaitu Terhadap Kadar Gula Darah Pasien
pepes nasi 52,87%, lemper nasi yaitu Diabetes Melitus Tipe II. Jurnal Stikes 5
(1): 71-82.

7
Jurkessia, Vol. VII, No. 1, November 2016 Nany Suryani, dkk.

12. Hutagalung H. 2004. Karbohidrat. 25. Salsich GB, Mueller MJ, Sahrmann SA.
Sumatra Utara: USU digital library. 2000. Passive ankle stiffness in subjects
13. Indrasari, S.D., E.Y. Purwani, P. with diabetes and peripheral neuropathy
Wibowo, dan Jumali. 2008. Nilai Indeks versus an age-mactched comparison
Glikemik Beras Beberapa Varietas Padi. group. Phys. Ther, 80 (4) : 352-362.
Jurnal Penelitian Pertanian Tanaman 26. Arora SK, MC Farlen SI. 2005. The
Pangan, 27(3): 127-134. case for low carbohydrate diets in
14. Fitri RI, Yekti W. 2014. Hubungan diabetes management. Nutr & Metab
Konsumsi Karbohidrat, Konsumsi Total (Lond), 16 (2).
Energi, Konsumsi Serat, Beban 27. Azizzah, DN. 2004. Hubungan Indeks
Glikemik dan Latihan Jasmani Dengan Masa Tubuh, Tingkat Asupan Energi
Kadar Glukosa Darah Pasien Diabetes Dan Karbohidrat. Skripsi. Universitas
Melitus Tipe 2. Journal of Nutrition and Muhammadiyah Surakarta.
Health, 2 (3) : 1-26. 28. Kusharto Clara M. 2006. Serat makanan
15. Almatsier S. 2004. Penuntun Diet. dan peranannya bagi kesehatan. Jurnal
Jakarta : Gramedia pustaka utama. Gizi dan Pangan, 1 (2): 45-54.
16. BPOM Republik Indonesia. 2011. 29. Muchtadi D. 2000. Sayur-sayuran;
Metode Standar Penentuan Indeks Sumber Serat dan Antioksidan;
Glikemik Pangan. Mencegah Penyakit Degeneratif. Bogor
17. Almatsier S. 2009. Prinsip Dasar Ilmu : FATETA.
Gizi. Edisi ke tujuh. Jakarta : Gramedia 30. Susilowati E. 2010. Kajian Aktivitas
Pustaka Utama. Antioksidan, Serat Pangan dan Kadar
18. Haryadi. 2006. Teknologi Pengolahan Amilosa Pada Nasi yang Disubtitusikan
Beras. Yogyakarta : Gadjah Mada dengan Ubi Jalar (Ipomoea batatas L.)
University Press. Sebagai Bahan Makanan Pokok.
19. Widjayanti, E. 2004. Potensi Dan Skripsi. Fakultas Pertanian Universitas
Prospek Pangan Fungsional Indigenous Sebelas Maret Surakarta.
Indonesia. Disampaikan pada seminar 31. Harlan, B. F. And Oberleas D. 2001.
nasional: Pangan Fungsional Effect Of Dietary Fiber And Phytate On
Indigenous Indonesia: Potensi, regulasi, Homeostatis And Bioavability Of
keamanan, efikasi, dan peluang pasar. Minerals. CRC Of Dietary Fiber In
Bandung. Human Nutrition, 3rdEd. G.A Spiller, Ed.
20. Enhas A.R. 2014. Perbedaan Indeks CRC Press.
Glikemik Beberapa Menu Makanan 32. Widowati, Sri dkk. 2009. Penurunan
Berbahan Dasar Nasi. Fakultas Indeks Glikemik Beras Beberapa
Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan. Varietas Padi. Subang, Jawa Barat:
Skripsi. Universitas Islam Negeri Syarif Penelitian Pertanian Pangan.
Hidayatullah. Jakarta. 33. Hoke K, Housova J, Houska M. 2005.
21. Almatsier S. 2006. Prinsip Dasar Ilmu Optimum Conditions Of Rice Puffing.
Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Crech J Food Sci., 23 : 1-11.
22. Syamsir E. 2013. Indeks Glikemik, 34. Maisont S, Narkrugsa W. 2009. Effect
Pengolahan Dan Beban Glikemik. Of Some Physicochemical Properties Of
Available from: Paddy Rice Varieties On Puffing
http://ilmupangan.blogspot.co.id/2013/1 Qualities By Microwave “ORIGINAL”.
0/indeks-glikemik-pengolahan-dan- Kasetsart J. Nat. Sci, 43 : 566-575.
beban.html. 35. Wardlaw, Gordon M. 2007. Perspective
23. Winarno FG. 2004. Kimia Pangan Dan In Nutrition (4th Ed). New York : Mc
Gizi. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Graw-Hall.
Utama. 36. Yusof, B.N.M., R.A. Talib, and N.A.
24. American Diabetes Association (ADA). Karim. 2005. Glycemic Index Of Eight
2004. Dietary carbohydrate (amount Types Of Commercial Rice. Mal. J. Nutr,
and type) in prevention and 11 (2) : 151-163.
managemen of diabetes. (Statement). 37. Guevarra, M.T.B. and L.N. Panlasigui.
Diabetes care, 27 : 2266-2274. 2000. Blood Glucose Responses Of
Diabetes Mellitus Type II Patients To

8
Jurkessia, Vol. VII, No. 1, November 2016 Nany Suryani, dkk.

Some Local Frits. Asia fasific J. Clin.


Nutr, 9 : 202-208.
38. Arief dkk. 2013. Nilai Indeks Glikemik
Produk Pangan Dan Faktor-Faktor Yang
Memengaruhinya. Balai Besar
Penelitian dan Pengembangan
Pascapanen Pertanian.
39. Waspdji S. 2002. Indeks Glikemik
Berbagai Makanan Indonesia (Hasil
Penelitian). Jakarta : Pusat Diabetes
Dan Lipid RSCM – FK UI.
40. Dewi, ABFK. 2009. Menu Sehat 30 Hari
Untuk Mencegah dan Mengatasi
Diabetes Mellitus. Jakarta : AgroMedia.
41. Zumroh dkk. 2013. Gambaran Kadar
Glukosa Darah Puasa Pada Mahasiswa
Angkatan 2011 Fakultas Kedokteran
Universitas Sam Ratulangi dengan
Indeks Masa Tubuh 18,5-22,9. JeBM, 1
(2) : 991-996.
42. Widowati S., BAS Santosa., dan
Budiyanto. 2007. Karakterstik Mutu dan
Indeks Glikemik Beras Beramilosa
Rendah Dan Tinggi. Laporan penelitian.
Bogor: Balai Penelitian dan
Pengembangan Pasca Panen
Pertanian.

You might also like