You are on page 1of 15

EFEKTIVITAS MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL)

DISERTAI FISHBONE DIAGRAM (FD) UNTUK


MEMBERDAYAKAN KEMAMPUAN MENGANALISIS
Pinkan Amita Tri Prasasti
Prodi PGSD FIP IKIP PGRI MADIUN
pinkan.amita@gmail.com

Abstract
The purpose of this study was to determine the effectiveness of a problem based learning
model accompanied with Fishbone Diagram to empower the ability to analyse. This study
was a quasi-experimental study. The study used a one-group pretest-posttest design. The
population of the study was all students of grade X of Public Senior High School 2
Karanganyar in the academic year of 2013/2014. Sample was taken using cluster random
sampling technique with a sample of 36 students. The instrument used was questionnaire,
observation sheets, interviews, and tests. The ability to analyze data was tested with the
Wilcoxon test and calculated by Ngain. The results showed the effectiveness of PBL module
accompanied with FD, in which it had been successful in increasing the ability to analyse
with a value of Ngainof 0.71 and the result was significance at p = 0.000, making the
ability belong to “high” category. Based on the results of research and hypothesis
testing, it can be concluded that PBL model with FD was effective in empowering the
ability to analyseof the tenth graders of.

Keywords: Problem Based Learning (PBL), Fishbone Diagrams (FD), Ability to analyse

Abstrak
Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui efektifitas model pembelajaran berbasis
Problem Based Leraning disertai Fishbone Diagram untuk memberdayakan kemampuan
menganalisis. Penelitian ini adalah penelitian kuasi eksperimen. Desain penelitian
menggunakan one group pretest-posstest design. Populasi dalam penelitian adalah
seluruh siswa kelas X SMA Negeri 2 Karanganyar Tahun Pelajaran 2013/2014. Teknik
pengambilan sampel dilakukan secara cluster random sampling dengan pengambilan
sampel sejumlah 36 siswa. Instrumen yang digunakan adalah angket, lembar observasi,
wawancara dan tes. Data kemampuan menganalisis diuji dengan uji Wilcoxon dan
dihitung dengan Ngain. Hasil penelitian menunjukan bahwa efektivitas model berbasis PBL
disertai FD menunjukkan peningkatan dengan kategori tinggi dalam memberdayakan
kemampuan menganlisis dengan perolehanNgain 0,71 serta hasil signifikansi sebesar
p=0,000. Berdasarkan hasil penelitian dan uji hipotesis dapat disimpulkan bahwa model
PBL disertai FD efektif dalam memberdayakan kemampuan menganalisis siswa.

Kata Kunci: Problem Based learning (PBL), Fishbone Diagram (FD), Kemampuan
Menganalisis

223
224Premiere Educandum, Volume 5 Nomor 2, Desember 2015, 223 – 238

A. Pendahuluan berkualitas memiliki nilai, sikap dan


Era abad 21 merupakan keterampilan berpikir tingkat tinggi,
abad yang didominasi oleh sehingga menghasilkan siswa yang dapat
berbagai pengetahuan yang berpikir kritis dalam menghadapi
mengutamakan pengembangan permasalahan.
otak. Manusia memanfaatkan otak Fakta pembelajaran
sebagai sumber daya berpikir, menunjukkan rendahnya tingkat
mengembangakan life skill atau kecakapan berpikir tingkat C4, C5, dan
kecakapan hidup maupun C6 dengan didukung penelitian Tjalla
keterampilan khusus dalam (2010) yang menyatakan bahwa
memecahkan segala permasalahan pembelajaran yang dominan di sekolah
global, tak terkecuali pada masih membelajarkan tingkat rendah
permasalahan pendidikan. yakni mengetahui, memahami dan
Pendidikan yang sesuai dengan menggunakan, belum mampu
perkembangan abad 21 menurut menumbuhkan kebiasaan berpikir
Amir (2010), lebih mengandalkan menganalisis, mengevaluasi dan
pada pengembangan keterampilan mencipta yakni suatu kemampuan esensi
yang meliputi, keterampilan dari dimensi belajar. Pendidik sebagian
berpikir, keterampilan pemecahan besar belum merancang pembelajaran
masalah, keterampilan yang mengembangkan kemampuan
berkomunikasi yang merupakan berpikir kritisnya.
bagian dari keterampilan proses Penerapan kemampuan
pembelajaran untuk mendukung menganalisis pada pembelajaran sains
optimalisasi pencapaian dapat terlihat dari penilaian The
pendidikan khususnya pada Programme for International Student
pembelajaran sains. Assessment (PISA) adalah studi yang
Sains merupakan ilmu yang dikembangkan oleh beberapa negara
memberikan dampak positif bagi maju di dunia yang menilai matematika
perkembangan siswa terutama dan sains. Kemampuan literasi sains
untuk menjawab perkembangan siswa Indonesia berada pada peringkat
abad 21. Toharudin (2011) ke-50 dari 57 negara. Skor rata-rata sains
menyatakan bahwa pembelajaran yang diperoleh siswa Indonesia adalah
sains akan melatih siswa dalam 393 dengan skor rata-rata tertinggi 563.
meningkatkan kompetensi Kompetensi siswa Indonesia dalam
memahami masalah-masalah yang menganalisis masalah ilmiah lebih
dihadapi oleh masyarakat modern rendah (-0,4), menjelaskan fenomena
yang bergantung pada teknologi secara ilmiah lebih tinggi (1,1 poin), dan
dan kemajuan, serta perkembangan menggunakan fakta ilmiah lebih rendah
ilmu pengetahuan. Sains akan (-7,8). Sementara itu, pengetahuan
menghasilkan siswa yang siswa Indonesia tentang sains lebih
Pinkan Amita Tri Prasasti: Efektivitas Model Problem Based Learning (PBL)...225

rendah (-6,4). Data tersebut Karanganyar melalui Standar Nasional


membuktikan bahwa proses Pendidikan (SNP), menunjukkan bahwa
pembelajaran sains masih belum standar proses memiliki ketercapaian
optimal. Kemampuan siswa dalam terendah dari standar lainnya (83,83%).
menguasai pembelajaran sains Rendahnya standar proses dibanding
melaui aspek menganalisis dengan standar yang lain tentunya
masalah menunjukkan nilai yang dipengaruhi oleh lemahnya proses
masih rendah. pembelajaran. Permasalahan lain adalah,
Kemampuan menganalisis siswa belum maksimal menggunakan
merupakan bagian dari kemampuan berpikir kritisnya khususnya
kemampuan berpikir kritis yang kemampuan menganalisis terbukti dari
menjadi salah satu aspek dari enam kriteria soal yang diberikan belum
aspek lain meliputi interpretasi, banyak mengarah pada jenis soal C4,
kesimpulan, evaluasi, penjelasan, C5, dan C6 sehingga kemampuan siswa
dan pengaturan diri. Aspek-aspek untuk mengembangkan kemampuan
yang melandasi berpikir kritis berpikir belum optimal.
memiliki sub indikator yang lebih Hasil lembar observasi awal
terperinci teperinci (Facione, yang dilakukan di kelas menyatakan
2011). Pemilihan aspek bahwa penialian siswa atas keaktifan,
menganalisis selain mengacu pada motivasi belajar, kedisiplinan,
data yang ditemukan juga penugasan, kemadirian dan interaksi
mempertimbangakan kefektivan sosial memiliki rata-rata sebesar 2,43 ini
tes yang disusun sebagai sarana berarti komponen siswa dalam kegiatan
pelatihan kemampuan berpikiri proses pembelajran masuk pada kategori
kritis, jika semua aspek digunakan ”Kurang Baik”. Hasil observasi yang
dan dengan sub indikator yang dilakukan pada guru meliputi komponen
banyak maka dikhawatirkan tes penguasaan materi, sistemtika penyajian,
tidak berfungsi secara optimal penerapan metode, penggunaan media,
dalam memberdayakan berpikir performance dan pemberian motivasi
kritis. Hal ini dikarenakan setiap memiliki rata-rata 2,16 yang berarti
aspek hanya akan terwakilkan 1 masuk dalam kategori ”Kurang baik”.
atau 2 soal dengan mengacu pada Kondisi umum yang ditemukan di kelas
keterbatasan waktu dalam meliputi fungsi guru yang lebih
penyelesaiannya, sehingga agar dominan, siswa cenderung pasif. Siswa
lebih efektiv dan efisien maka kurang sistematis dalam proses berpikir
hanya menggunakan satu aspek dan masih kesulitan dalam
dengan lebih mengembangkan sub pengorganisasian materi terlihat pada
indikator agar lebih terperinci. catatan materi siswa yang kurang
Hasil observasi awal proses sistematis. Siswa belum terbiasa
pembelajaran di SMA Negeri 2 menggunakan teknik pengembangan
226Premiere Educandum, Volume 5 Nomor 2, Desember 2015, 223 – 238

kerja otak agar lebih memeper pada penguasaan analisis yang belum
mudah dalam mengakomodir begitu dipahami oleh siswa sehingga
pemahaman terhadap materi nilai belum mencapai ketuntasan dan
sehingga mengakibatkan kurang belum sepenuhnya sesuai dengan
optimalnya tingkat pemahaman karakteristik materi. Siswa kurang
siswa terhadap materi biologi yang terbiasa dalam menyelesaikan
diajarkan. permasalahan guna memberdayakan
Pemberdayaan kemampuan kemampuan menganalisis sehingga
menganalisis pada siswa dalam belum mampu, mengidentifikasi dan
melaksanakan proses pembelajaran menemukan solusi dari permasalahan.
biologi dapat dilatih melalui Penggunaan model pada materi
pemilihan strategi, metode, pencemaran lingkungan dapat
maupun model yang tepat. Proses dikembangkan dengan Problem Based
pembelajaran di SMA Negeri 2 Learning (PBL) disertai Fishbone
Karanganyar belum Diagram (FD) dengan model tersebut
mengoptimalkan penggunaan siswa akan dilatih memecahkan masalah
model pembelajaran yang sifatnya yang berhubungan dengan materi.
konstuktivistik dan tentunya Pembelajaran PBL adalah pembelajaran
mengacu pada Kurikulum 2013 yang merangsang siswa untuk
yang meliputi Problem Based menganalisis masalah memperkirakan
Learning, Inqury dan Project jawabann terhadap masalah.
Based Learning. Pembelajaran FD (diagram tulang ikan karena
lebih dominan ditekankan pada bentuknya seperti tulang ikan) sering
pembelajaran searah dari guru ke juga disebut Cause and Effect Diagram
siswa, sehingga siswa cendeurung atau Ishikawa Diagram diperkenalkan
pasif. oleh Kaoru Ishikawa, seorang ahli
Penggunaan model pada pengendalian kualitas dari Jepang. FD
pembelajaran biologi mencakup dapat membantu siswa menganalisis
beberapa materi yang kemungkinan penyebab suatu masalah
membutuhkan analisis seperti pada pada materi pembelajaran yang
materi pencemaran lingkungan. diberikan. Siswa dilatih mengkonstruk
Materi pencemaran lingkungan pemikiran untuk merangsang
berdasarkan data hasil pemetaan pengetahuan, mempromosikan diskusi,
nilai UAN membuktikan bahwa dan dapat mendidik tentang proses atau
materi tersebut khususnya di masalah. Siswa belajar melalui
SMAN 2 Karanganyar termasuk permasalahan praktis yang berhubungan
kompetensi dasar (KD) yang dengan materi pembelajaran sebagai
belum tuntas karena nilai rata-rata suatu konteks bagi siswa untuk belajar
50%. Karakteristik dari materi tentang cara menganalisis dalam
pencemaran lingkungan cenderung memecahkan masalah.
Pinkan Amita Tri Prasasti: Efektivitas Model Problem Based Learning (PBL)...227

Berdasarkan uaraian di atas O2 : Tes akhir yang diberikan kepada


dilakukan penelitian bejudul: kelompok eksperimen.
“Efektivitas Model Problem Based Teknik pengambilan sampel
Learning disertai Fishbone menggunakan cluster random sampling
Diagram pada Materi Pencemaran yang terdiri dari satu kelas. Yaitu kelas
Lingkungan untuk X sains 1 SMA Negeri 2 Karanganyar
Memberdayakan Kemampuan sebagai kelas eksperimen dengan
Menganalisis”. membandingkan hasil pretest dan
Posttest. Populasi dalam uji coba
B. Metode Penelitian lapangan skala ini adalah semua siswa
Berdasarkan masalah- Kelas X SMA Negeri 2 Karanganyar.
masalah yang akan dipelajari, Variabel bebas adalah model PBL
maka penelitian ini menggunakan disertai FD. Variabel terikat adalah
metode eksperimen semu (Quasi kemampuan menganalisis.
exsperimental researchDesain Teknik pengumpulan data yang
yang digunakan dalam uji coba digunakan dalam penelitian ini
lapangan ini adalah One Group menggunakan metode tes dan metode
Pretest Postes Design dengan non tes. Metode tes digunakan untuk
menggunakan satu kelas memperoleh data kemampuan
eksperimen (memakai model menganalisis dan hasil belajar kognitif,
berbasis PBL disertai FD) dengan Pertanyaan dalam tes dapat berupa tes
pemberian pretest dilanjutkan tertulis maupun lisan. Tes yang akan
dengan pemberian posttest pada digunakan dalam penelitian ini adalah
kelompok tersebut (Sugiyono, kemampuan menganalisis dan tes
2010). Rancangan penelitian dapat pencapaian hasil belajar menyangkut
dilihat pada Tabel 1. penguasaan materi dan kemampuan
akhir para peserta didik setelah melalui
Tabel 1. Rancangan Penelitian One proses pembelajaran (Darmadi, 2011).
Group Pretest Posttest Design Tes yang digunakan berupa tes objektif
yaitu berntuk pilihan ganda dan essay.
Kelompok Pre Treat Post Metode Non tes menggunakan
test ment test
Eksperimen P1 X1 O2 teknik dokumentasi, observasi,
wawancara dilakukan dengan
Keterangan: mengumpukan data, mengambil catatan-
P1 : Tes awal yang diberikan catatan dan menelaah dokumen yang ada
kepada kelompok yang dimiliki kaitan dengan objek
eksperimen. penelitian (Riduwan, 2004). Data yang
X1 : Perlakuan kelompok dikumpulkan dengan teknik ini adalah
ekperimen dengan data nilai siswa (nilai ulangan harian
menggunakan model
berbasis PBL disertai FD
228Premiere Educandum, Volume 5 Nomor 2, Desember 2015, 223 – 238

yang meliputi nilai pada ranah signifikansi pengaruh pembelajaran


kognitif) pada ulangan-ulangan menggunakan model berbasis PBL
sebelumnya. disertai FD pada materi terhadap
Teknik observasi digunakan kemampuan menganalisis siswa.
untuk mengukur hasil belajar Persyaratan data statistik agar dapat diuji
meliputi kognitif, afektif dan menggunakan paired t- test adalah
psikomotor, selain itu metode sebaran data harus normal dan homogen.
observasi juga digunakan untuk Untuk itu sebelumnya perlu dilakukan
mengukur keterlaksanaan sintak uji prasyarat analisis yaitu uji normalitas
dari strategi pembelajaran yang dan uji homogenitas dan jika data tidak
dilaksanakan yaitu model memenuhi syarat yang berarti data tidak
pembelajaran PBL disertai normal atau data tidak homogen maka
Fishbone Diagram . Data tersebut uji yang digunakan adalah uji non
digunakan sebagai penguat bahwa parametrik dengan menggunakan uji
model pembelajaran ini telah Wilcoxon. Namun sebelum di uji
diterapkan di kelas. Observasi ini efektivitas terlebih dahulu dihitung
dilakukan pada saat proses peningkatan Kemampuan menganalisis
kegiatan itu berlangsung dengan siswa dengan teknik normalized gain
bantuan observer yang berugas atau sering disebut gain score. Analisis
mengamati dan menilai segala data yang digunakan dalam penelitian ini
bentuk kegiatan dan aktivitas siswa adalah uji Wilcoxon karena data tidak
saat pembelajaran berlangsung. memenuhi persyaratan pada uju
Instrumen penilaian prasayarat sehingga harus menggunakan
kemampuan menganalisis berupa jenis uji statistik nonparametrik. Teknik
tes pilihan ganda, kemampuan analisis data ini digunakan untuk
kognitif yang digunakan berupa tes menguji hipotesis yang telah
objektif, sedangkan untuk tes dikemukakan di depan.
objektif sebelum digunakan untuk Uji prasyarat dilakukan sebelum
mengambil data penelitian, uji kesetimbangan dengan uji-t, uji
diujicobakan terlebih dahulu untuk prasayarat menggunakan uji
mengetahui kualitas soal. Kolmogorv-Smirnov yang digunakan
Kelayakan instrumen yang untuk uji normalitas sedangkan pada uji
digunakan dalam penelitian ini homogenitas digunakan uji dari
maka dilakukau uji kelayakan yang Levene’s.
diuji dengan statistik meliputi uji Uji normalitas digunakan untuk
validitas, uji reliabiitas, uji mengetahui apakah sampel penelitian
pembeda soal, uji indeks berasal dari populasi yang normal atau
kesukaran. tidak. Untuk mengevaluasi Ho yang
Tujuan penelitian ini adalah menyatakan data tidak mengikuti
untuk mengetahui taraf distribusi normal digunakan uji
Pinkan Amita Tri Prasasti: Efektivitas Model Problem Based Learning (PBL)...229

normalitas menggunakan uji berpasangan namun mengalami


Kolmogorv-Smirnov pada program perlakuan yang berbeda.
SPSS 18 dengan menentukan taraf C. Hasil Penelitian
signifikansi p (p-value) = 0,05. Hasil uji efektivitas dari produk
Uji homogenitas untuk modul berbasis PBL disertai FD
menguji apakah sampel penelitian diperoleh dari data kemampuan
berasal dari populasi yang menganalisis melaui uji hipotesis dan
homogen. Untuk mengetahui nilai peningkatan gain ternormalisasi
homogenitas variansi digunakan (Ngain).Hasil uji hipotesis data
uji Levene-Test. Tes ini kemampuan menganalisis disajikan pada
mengasumsikan bahwa sampel uji Tabel 2 Hasil uji Gain dan Ngain
yang berbeda berasal dari populasi kemampuan menganalisis disajikan pada
yang sama meskipun memiliki Tabel.3. Berdasarkan hasil penelitian
mean berbeda, akan tetapi dapat dibuat histogram rata-rata
memiliki variansi sama. perbandingan kemampuan menganalisis
Pegujian hipotesis pretest dan nilai posttest seperti pada
menggunakan Uji Wilcoxon. Uji Gambar.1 dan perbandingan persentase
Wilcoxon merupakan uji non penilain aspek menganalisis pada
parametrik uji beda dua sampel Gambar 2.

Tabel.2 Hasil Uji Hipotesis Kemampuan Menganalisis

Tabel. 3 Hasil uji gain dan Ngain Kemampuan Menganlisis


Mean
Jenis data N
Gain Ngain
Kemampuan
36 26,11 0,71
Menganalisis
Pinkan Amita Tri Prasasti: Efektivitas Model Problem Based Learning (PBL)...229

Gambar.1 Histogram Perbandingan Nilai Kemampuan Menganalisis

Gambar. 2 Histogram Perbandingan Persentase Penilaian Aspek


Kemampuan Menganalisis

Hasil uji menunjukkan nilai kemampuan menganalisis memiliki


peningkatan Ngain berdasarkan rentang nilai yang tidak terlalu jauh
kriteria Hake (1998) hasil masing-masing aspek berada pada
kemampuan menganalisis siswa kisaran 80%. Perolehan nilai tertinggi
mengalami peningkatan dari hasil diperoleh pada aspek mengenali alasan
pretest dan posttest yang masuk dan pernyataan dengan persentase
dalam kriteria peningkatan sebesar 87,50% sedangkan terendah
kategori “Tinggi”. Kemampuan pada aspek mengenali argument-
menganalisis diukur berdasarkan argument sebesar 83,95%, dan aspek
aspek penyususnnya yaitu terdiri menguji ide-ide sebesar 87, 15%.
dari 3 aspek meliputi menguji ide-
ide, mengenali argument, D. Pembahasan
mengenali alasan dan pernyataan. Berdasarkan hasil penelitian
perolehan persentase penilaian aspek tertinggi adalah pada aspek
masing-masing aspek penyusun mengenali alasan dan pernyataan pada
230Premiere Educandum, Volume 5 Nomor 2, Desember 2015, 223 – 236

aspek ini siswa terlatih untuk ada. Siswa menjadi terbiasa berpikir
mengenali hubungan inferesial sehingga akan lebih mudah ketika
yang diharapkan dan yang menegrjakan soal terbukti dengan
sesungguhnya antara pernyataan persentase dari masing-masing aspek
dengan alasan yang menjadi yang berada pada kisaran 80%. Inch,
landasan untuk mengekspresikan et.al, (2006) menyatakan bahwa
keyakinan, penilaian, pengalaman, kemampuan menganalisis diperlukan
alasan dan informasi maupun untuk peneyelidikan mengeksplorasi
pilihan (Facione, 2011). Siswa situasi, fenomena, pertanyaan atau
merasa lebih mudah ketika masalah untuk menyusun hipotesis atau
mengungkapkan alasan-alasan dari konklusi yang memadukan semuan
pada mengenali argument maupun informasi yang dimungkinkan dan dapat
menguji ide karena alasan diyakini kebenarannya. pembelajaran
merupakan pendapat langsung yang mengembangkan kegaiatan
yang diberikan siswa ketika percobaan memfasilitasi siswa untuk
memahami dan mendapati suatu mampu mengembangkan kemampuan
pernyataan. Siswa akan cenderung berpikir menganalisis.
berpikir menganalisis Kenaikan nilai dari kemampuan
menggunakan alasan-alasan yang menganalisis siswa ini tentunya tak luput
tepat untuk sesuai dengan dari peran Modul PBL disertai FD.
pemikirannya. Aspek terendah ada Kemampuan menganalisis merupakan
pada mengenali argument hal ini bagian dari kemampuan berpikir kritis
dikarenakan pada menurut Facione (2011). Berkaitan
pengaplikasiannya penyususnnya dengan keterampilan berpikir. Liliasari
soal pada asek ini dengan (2001), menyatakan bahwa model
melibatkan argument-argument pembelajaran PBL mampu
yang masing-masing argument meningkatakan keterampilan berpikir
memiliki kriteria yang mirip konseptual yang tinggi dengan
sehingga siswa kemungkinan pemberian masalah-masalah autentik
kurang maksimal ketika harus yang ada disekitarnya. Menurut
mengenali argument yang sesuai Akinoglu (2006) Peningkatan
dengan hasil analisis mereka. kemampuan berpikir dapat tercapai
Proses pembelajaran juga memiliki karena Modul PBL disertai FD mampu
peran penting dalam memebntuk mengolah pola belajar siswa dari
siswa melatih kemampuan penerima informasi secra pasif menjadi
menganalisisnya, selama proses penerima yang aktif, pembelajaran yang
pembelajaran siswa dilatih untuk bebas dan pemecahan masalah.
menggunakan segala daya nalar Penekanan program pendidikan dari
pikirnya untuk berusaha kebiasaan mengajar menjadi belajar
menganalisis permsalahan yang yang memungkinkan siswa untuk belajar
Pinkan Amita Tri Prasasti: Efektivitas Model Problem Based Learning (PBL)...231

hal-hal baru dengan mencari solusi pengetahuan secara aktif oleh manusia,
dengan cara memecahkan berusaha sendiri untuk mencari
permasalahan. pemecahan masalah serta didukung oleh
Model berbasis PBL pengetahuan yang telah ada,
disertai FD memeilliki efektivitas menghasilkan pengetahuan yang lebih
tinggi memeberdayakan bermakna.
kemampuan menganalisis sesuai Penggunaan model berbasis PBL
dengan tahapan dalam model disertai FD efektif memberdayakan
pembelajaran menekankan siswa kemampuan menganalisis dipengaruhi
menemukan sendiri konsep yang oleh pengetahuan awal siswa mengenai
dipelajari, hal ini sejalan dengan permasalahan lingkungan yang sering
teori belajar Jean Piaget bahwa siswa temui sejalan dengan teori
siswa aktif mengkonstruksi secara Ausubel yang berkaitan dengan belajar
terus menerus, sehingga terjadi bermakna yaitu proses belajar dimana
pemahaman konsep ilmiah. Tahap informasi baru dihubungkan dengan
PBL mulai dari mengorientasikan struktur pengertian yang sudah dipunyai
masalah telah mengajarkan siswa seseorang yang sedang belajar. Tahap
untuk mulai berproses yang mengorientasikan siswa terhadap
diawali dengan pemberian wacana masalah merupakan tahapan PBL yang
dan gambar yanga akan membuat didukung dengan teori Ausubel, siswa
siswa untuk mencari sumber diberikan permasalahan yang berupa
permasalahan dan penyebabnya. wacana berkaitan dengan kehidupan
Siswa dalam menemukan konsep sehari-hari yang sering dialami siswa
pembelajaran melakukan tahap dan hal-hal baru yang kemungkinan
penyelidikan yang diperoleh dari jarang siswa temui. Hal ini akan
hasil rumusan masalah maupun berdampak bagi siswa dengan
hipotesis, selama proses mengaitkan kemampuan kognitif awal
penyelidikan siswa diharapkan yang dimiliki siswa melalui apersepsi
mampu mengkonstruk sendiri yang diberikan oleh guru yang berfungsi
pengetahuan dan menemukan mengaktifkan kembali pengetahuan awal
konsep-konsep berdasarkan sebelum siswa menerima konsep
pengalaman langsung. Bruner maupun pengetahuan baru yang akan
terkenal dengan metode membantu otak untuk membangun peta
penemuannya, yang dimaksud konseptual yang lebih baik
dengan penemuan disini adalah Pembelajaran dengan
siswa menemukan kembali, bukan menggunakan model PBL disertai FD
menemukan sesuatu yang baru. dilakukan dengan menggunakan
Kaitannya dengan belajar, Bruner kelompok. Siswa dikelompokkan secara
memandang belajar penemuan heterogen agar kemampuan interaksi
sesuai dengan pencarian soasial akan muncul dan memunculkan
232Premiere Educandum, Volume 5 Nomor 2, Desember 2015, 223 – 236

kebiasaan sikap bekerja sama Selama proses pembeljaran


dengan teman. Melaui kerja pengembangan kemampuan berpikir
kelompok siswa menjadi lebih menganalisis lebih melibatkan siswa
mudah dalam berbagi pengetahuan sebagai pemikir daripada seorang yang
dan bersama-sama saling belajar.
membantu menemukan konsep, hal Model PBL disertai FD
ini sejalan dengan teori Vigotsky membantu siswa untuk belajar mandiri
yang menekankan pentingnya dan mengembangkan kemampuan
interaksi sosial dengan orang lain berpikir kritis khususnya kemampuan
yang mempunyai pengetahuan menganalisis karena proses
yang lebih baik dan sistem secara pembelajaran yang menekankan siswa
kultural telah berkembang dengan untuk menganalisis akar masalah.
baik Konsep lain yang berkaitan Menurut Adnan (2011) PBL adalah kelas
dengan interaksi sosial di kelas student centered yang memberikan siswa
maupun di luar kelas adalah kesempatan untuk menemukan
scaffolding , menurut Bruner pengetahuan dalam cara yang berarti.
scaffolding merupakan suatu Melalui PBL, siswa dapat pergi ke
proses untuk membantu siswa sumber luar selain apa yang tersedia di
menuntaskan masalah tertentu lingkungan kelas (Gurell, Kuo & Walker
melampaui kapasitas 2010). Siswa dalam program PBL lebih
perkembangannya melalui bantuan mungkin untuk lulus dan melakukannya
guru, teman atau orang lain yang dalam waktu kurang dari siswa dalam
memiliki kemampuan lebih. kurikulum yang lebih tradisional.
Adanya peningkatan Menghafal fakta dan informasi seperti di
kemampuan menganalisis ini kelas tradisional bukan cara terbaik
menunjukkan bahwa pembelajaran untuk belajar. Gaya kelas juga
dengan menggunkan modul PBL perubahan dalam kelas berbasis
disertai FD ynag dalam penyelidikan tidak lagi lingkungan yang
aplikasinya menggunakan kegiatan kelas diatur oleh pelajaran yang pendek,
eksperimen dalam memecahkan tetapi diperintah oleh pelajaran yang
permasalahan yang melibatkan saling berhubungan yang membantu
siswa dalam aktivitas siswa mengembangkan keterampilan
pembelajaran yang memerlukan menganalisis yang diperlukan untuk
keterampilan berpikir menganalisis penyelidikan, kemudian memungkinkan
yang lebih tinggi sehingga siswa mereka untuk memanfaatkan
mampu mengembangan pikiran keterampilan-keterampilan dalam
kritisnya, sesuai yang pemecahan masalah (Haghparast et.al,
dikemukakan oleh Liliasari (2000) 2007).
bahwa keterampilan berpikir selalu PBL juga mampu
berkembang dan dapat dipelajari. mengembangkan kemampuan berpikir
Pinkan Amita Tri Prasasti: Efektivitas Model Problem Based Learning (PBL)...233

kritis memfasilitasi siswa untuk bagian dari berpikir kritis terlihat dari
mempertajam kemampuan kemampuan siswa yang mengajukan
menganalisis khususnya pada pertanyaan maupun mampu menjawab
permasalahan yang diberikan dengan jawaban yang tak terduga bahkan
melalui tahap-tahap yang menjadi memunculkan solusi-solusi yang
penyusunnya. Hyerle (2012) bervariasi. Menurut Kronberg & Griffin
berpendapat bahwa dengan (2000) peningkatan kemampuan berpikir
pengembangan kerja otak melalui dapat dilihat dari kemampuan menjawab
pengilustrasian maslah dengan pertanyaan terbuka dengan banyak
menggunkan diagram alternatif jawaban benar dan pada
memungkinkan siswa untuk akhirnya mampu meningkatkan
memiliki kapasitas yang lebih kemampuan berpikir kritis berupa
mendalam untuk melihat, peningkatan pemahaman keaplikasi,
mengubah, membayangkan dan sintesis, analisis serta menjadikan siswa
meningkatkan kemampuan sebagai pembelajar mandiri.
berpikir dalam menganalisis Berdasarkan indikator-indikator
permasalahn. Model berbasis PBL yang diteteapkan sebagai dasar penilaian
disertai FD akan membantu siswa kemampuan menganalisis siswa maka
untuk meningkatkan daya nalar dengan bantuan model PBL disertai FD
berpikir dengan mengoptimalkan siswa memiliki kemampuan untuk
kerja otak melalui pemetaan mampu memisahkan materi atau
pemikiran yang diasarkan pada informasi kedalam bagian-bagaian yang
pemberian masalah dengan perlu, mencari hubungan antara bagian-
mengilustrasikan masalah. bagiannya, mengenal komponen-
Peningkatan kemampuan komponennya, bagaimana komponene-
berpikir kritis khususnya komponen itu berhubungan dan
kemampuan menganalisis yang terorganisasikan. Beberapa komponen
dialami siswa setelah proses tersebut dapat terlatihkan dengan
pembelajaran disebabkan siswa bantuan FD yang merupakan teknik
telah diarahkan secara aktif dalam mengilustrasikan masalah sejalan
mengembangkan kemampuan dengan pendapat Hindri (2012)
menganalisis melalui kegiatan menyatakan bahwa dibutuhkan teknik
ekperimen dan pengamatan secara mengilustrasikan masalah dalam suatu
langsung. Selain itu, temuan ini diagram atau gambar yang sering
juga menguatkan pengaruh dinamakan causal map agar proses
praktikum dalam mengembangkan menganalisis masalah menjadi lebih
kemampuan berpikir kritis mudah.
(Akhyani,2008). Dampak dari Hyerle et al., (2012)
peningkatan kemampuan berpendapat bahwa dengan
menganalisis yang merupakan pengembangan kerja otak melalui
234Premiere Educandum, Volume 5 Nomor 2, Desember 2015, 223 – 236

pengilustrasian maslah dengan pembelajaran lain yang sesuai dengan


menggunkan diagram tujuan pembelajaran.
memungkinkan siswa untuk
memiliki kapasitas yang lebih Daftar Rujukan
mendalam untuk melihat,
mengubah, membayangkan dan Akinaglu, O. & Tandogan, R.O.2007.
meningkatkan kemampuan The Effect of Problem Based
berpikir dalam menganalisis Active Learning of Student
permasalahn. Pengembangan Academic Achievment, attitude
and Concept Learning. Eurasia
produk Modul berbasis PBL
Journal of Mathematics, Science
disertai FD akan membantu siswa & Technology Education, vol. 3,
untuk meningkatkan daya nalar no. 1, hlm. 71-81.
berpikir dengan mengoptimalkan
kerja otak melalui pemetaan Amir, Tufiq.2010. Inovasi Pendidikan
pemikiran yang diasarkan pada Melalui Problem Based
Learning. Jakarta: Kencana
pemberian masalah dengan
mengilustrasikan masalah Arends, R.I, & Klicher, Ann. 2010.
Teaching for Student Learning
E. Kesimpulan dan Saran Becoming an Accomplished
Teacher. New York: Taylor &
Model PBL disertai FD Francis.
terbukti memiliki efektivitas untuk
memberdayakan kemampuan Arikunto, Suharsimi. 2010. Dasar-
menganalisis diperoleh dari Dasar Evaluasi Pendidikan.
penilaian Ngain memiliki nilai 0,71 Yogyakarta: Bumi Aksara.
yang berarti memiliki peningkatan Bigbee, A.F., Curtiss, J.A., Litwin, L.S.
dengan kategori “Tinggi”. Setelah & Harkin, M.T. 2010. Multi-
dilakukan uji secara statistik Agency C2 Experiment
diperoleh adanya perbedaan Lifecycles: The Collaborative
kemampuan menganalisis siswa, Experimentation Environment as
sebelum dan setelah diterapkan a Case Study. The International
C2 Journal, vol. 4, no. 3, hlm. 1-
model berbasis PBL disertai FD 28.
dengan hasil p= 0,000.
Berdasarkan hasil penlitian Dimopoulos, I.D., Stefanos, P & John,
maka peniliti meyarankan D.P. 2009. Planning Educational
penerapan model PBL disertai FD Activities and Teaching
Strategies On Constructing a
ini menjadi rujukan dalam
Conservation Educational
mengembangkan pembelajaran Module. International Journal of
yang inivatif dan kretif, guru lebih Environmental & Science
aktif dan termotivasi untuk Education, vol. 4, no. 4, hlm.
mengaplikasikan model-model 351-364.
Pinkan Amita Tri Prasasti: Efektivitas Model Problem Based Learning (PBL)...235

Doggett, A.M. 2005. Root Cause Hindri, Asmoko. 2012. Teknik Ilustrasi
Analysis: A Framework for Masalah-Fishbone Diagram.
Tool Selection. QMJ, Balai Diklat Kepemimpinan,
vol.12, no. 4, hlm. 34-45. Pusdiklat Pengembangan SDM,
BPPK: Magelang
Ergul, E., Simsekli, Y., Calis, S.,
Ozdilek, Z., Gocmencelebi, Hyerle, D.N. & Larry, A. 2012. Peta
S., Sanli, M. 2011. The Pemikiran (Thinking Maps).
Effects Of Inquiry-Based Jakarta: Permata Puri Media.
Science Teaching On
Elementary School Inch, E. S. 2006. Critical thinking and
Students’ Science Process Comunication: The use of reason
Skills And Science in Argument. 5th Ed. Boston:
Attitudes. Bulgarian Person education, Inc.
International Journal of
Science and Education Kronberg, J.K & Griffin. 2000. Analysis
Policy (BJSEP),vol. 5, no. Problem A Means to Developing
1, hlm. 48-52. Student Critical Thinking:
Pushing the Boundaries of
Erick de Graaff. & A. Kolmos. Higher-Oder Thinking. Journal
2003. Characteristics of College Science Teacher, vol. 24,
Problem-Based Learning. no. 5, hlm. 348-352.
International. Journal.
Enginering Education, vol. Lawson. AE. 2007. Science Teaching
19, no. 5, hlm. 657-662. and Development Thinking.
California: Wordsworth Pub.Co.
Haghparast, N., Sedghizadeh, PP.,
Shuler, CF., Ferati, D & Liliasari. 2000. “Pengembangan
Christersson, C. (2007). Keterampilan berpikir Kritis
Evaluation of Students and untuk Mepersiapkan Calon Guru
Faculty Perceptions of the IPA Memasuki Era Globalisasi”.
PBL Curriculum at two Makalah Seminar Nasional
dental schools from a Pengembangan Pendidikan
student perspective: A MIPA di Era Globalisasi.
Cross-sectional survey’,
European Journal of Riduwan. 2004. Metode dan Teknik
Dental Education, vol. 11, Menyusun Tesis. Bandung:
no. 14, hlm. 22. Alfabeta.

Hashemi, S.A. 2011. The Use Of Sugiyono. 2010. Metode Penelitian


Critical Thinking In Social Pendidikan Pendekatan
Science Textbooks Of High Kuantitatif Kualitatif dan R&D.
School: A Field Study Of Bandung : Alfabeta.
Fars Province In Iran
Tague, N.R. 2005. The Quality Tool Box,
.International Journal of
Second Edition. Milwake: ASQ
Instruction, vol. 4, no. 1,
Quality Press.
hlm. 64-78.
236Premiere Educandum, Volume 5 Nomor 2, Desember 2015, 223 – 236

Thompson, Claudatte . 2011. Toharudin, U.2011. Membangun Literasi


Critical Thinking across the Peserta Didik: Bandung
Curriculum: Process over humaniora.
Output. International
Journal of Humanities and
Social Science, vol. 1, no.
9, hlm. 1-7.

Tjalla. 2010. Hubungan Antara


Self-Regulated Leraning
dengan Kemampuan
Memecahkan Masalah.
Artikel fakultas Psikologi
Universitas Gunadarma.

You might also like