Professional Documents
Culture Documents
Abstract
The purpose of this study was to determine the effectiveness of a problem based learning
model accompanied with Fishbone Diagram to empower the ability to analyse. This study
was a quasi-experimental study. The study used a one-group pretest-posttest design. The
population of the study was all students of grade X of Public Senior High School 2
Karanganyar in the academic year of 2013/2014. Sample was taken using cluster random
sampling technique with a sample of 36 students. The instrument used was questionnaire,
observation sheets, interviews, and tests. The ability to analyze data was tested with the
Wilcoxon test and calculated by Ngain. The results showed the effectiveness of PBL module
accompanied with FD, in which it had been successful in increasing the ability to analyse
with a value of Ngainof 0.71 and the result was significance at p = 0.000, making the
ability belong to “high” category. Based on the results of research and hypothesis
testing, it can be concluded that PBL model with FD was effective in empowering the
ability to analyseof the tenth graders of.
Keywords: Problem Based Learning (PBL), Fishbone Diagrams (FD), Ability to analyse
Abstrak
Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui efektifitas model pembelajaran berbasis
Problem Based Leraning disertai Fishbone Diagram untuk memberdayakan kemampuan
menganalisis. Penelitian ini adalah penelitian kuasi eksperimen. Desain penelitian
menggunakan one group pretest-posstest design. Populasi dalam penelitian adalah
seluruh siswa kelas X SMA Negeri 2 Karanganyar Tahun Pelajaran 2013/2014. Teknik
pengambilan sampel dilakukan secara cluster random sampling dengan pengambilan
sampel sejumlah 36 siswa. Instrumen yang digunakan adalah angket, lembar observasi,
wawancara dan tes. Data kemampuan menganalisis diuji dengan uji Wilcoxon dan
dihitung dengan Ngain. Hasil penelitian menunjukan bahwa efektivitas model berbasis PBL
disertai FD menunjukkan peningkatan dengan kategori tinggi dalam memberdayakan
kemampuan menganlisis dengan perolehanNgain 0,71 serta hasil signifikansi sebesar
p=0,000. Berdasarkan hasil penelitian dan uji hipotesis dapat disimpulkan bahwa model
PBL disertai FD efektif dalam memberdayakan kemampuan menganalisis siswa.
Kata Kunci: Problem Based learning (PBL), Fishbone Diagram (FD), Kemampuan
Menganalisis
223
224Premiere Educandum, Volume 5 Nomor 2, Desember 2015, 223 – 238
kerja otak agar lebih memeper pada penguasaan analisis yang belum
mudah dalam mengakomodir begitu dipahami oleh siswa sehingga
pemahaman terhadap materi nilai belum mencapai ketuntasan dan
sehingga mengakibatkan kurang belum sepenuhnya sesuai dengan
optimalnya tingkat pemahaman karakteristik materi. Siswa kurang
siswa terhadap materi biologi yang terbiasa dalam menyelesaikan
diajarkan. permasalahan guna memberdayakan
Pemberdayaan kemampuan kemampuan menganalisis sehingga
menganalisis pada siswa dalam belum mampu, mengidentifikasi dan
melaksanakan proses pembelajaran menemukan solusi dari permasalahan.
biologi dapat dilatih melalui Penggunaan model pada materi
pemilihan strategi, metode, pencemaran lingkungan dapat
maupun model yang tepat. Proses dikembangkan dengan Problem Based
pembelajaran di SMA Negeri 2 Learning (PBL) disertai Fishbone
Karanganyar belum Diagram (FD) dengan model tersebut
mengoptimalkan penggunaan siswa akan dilatih memecahkan masalah
model pembelajaran yang sifatnya yang berhubungan dengan materi.
konstuktivistik dan tentunya Pembelajaran PBL adalah pembelajaran
mengacu pada Kurikulum 2013 yang merangsang siswa untuk
yang meliputi Problem Based menganalisis masalah memperkirakan
Learning, Inqury dan Project jawabann terhadap masalah.
Based Learning. Pembelajaran FD (diagram tulang ikan karena
lebih dominan ditekankan pada bentuknya seperti tulang ikan) sering
pembelajaran searah dari guru ke juga disebut Cause and Effect Diagram
siswa, sehingga siswa cendeurung atau Ishikawa Diagram diperkenalkan
pasif. oleh Kaoru Ishikawa, seorang ahli
Penggunaan model pada pengendalian kualitas dari Jepang. FD
pembelajaran biologi mencakup dapat membantu siswa menganalisis
beberapa materi yang kemungkinan penyebab suatu masalah
membutuhkan analisis seperti pada pada materi pembelajaran yang
materi pencemaran lingkungan. diberikan. Siswa dilatih mengkonstruk
Materi pencemaran lingkungan pemikiran untuk merangsang
berdasarkan data hasil pemetaan pengetahuan, mempromosikan diskusi,
nilai UAN membuktikan bahwa dan dapat mendidik tentang proses atau
materi tersebut khususnya di masalah. Siswa belajar melalui
SMAN 2 Karanganyar termasuk permasalahan praktis yang berhubungan
kompetensi dasar (KD) yang dengan materi pembelajaran sebagai
belum tuntas karena nilai rata-rata suatu konteks bagi siswa untuk belajar
50%. Karakteristik dari materi tentang cara menganalisis dalam
pencemaran lingkungan cenderung memecahkan masalah.
Pinkan Amita Tri Prasasti: Efektivitas Model Problem Based Learning (PBL)...227
aspek ini siswa terlatih untuk ada. Siswa menjadi terbiasa berpikir
mengenali hubungan inferesial sehingga akan lebih mudah ketika
yang diharapkan dan yang menegrjakan soal terbukti dengan
sesungguhnya antara pernyataan persentase dari masing-masing aspek
dengan alasan yang menjadi yang berada pada kisaran 80%. Inch,
landasan untuk mengekspresikan et.al, (2006) menyatakan bahwa
keyakinan, penilaian, pengalaman, kemampuan menganalisis diperlukan
alasan dan informasi maupun untuk peneyelidikan mengeksplorasi
pilihan (Facione, 2011). Siswa situasi, fenomena, pertanyaan atau
merasa lebih mudah ketika masalah untuk menyusun hipotesis atau
mengungkapkan alasan-alasan dari konklusi yang memadukan semuan
pada mengenali argument maupun informasi yang dimungkinkan dan dapat
menguji ide karena alasan diyakini kebenarannya. pembelajaran
merupakan pendapat langsung yang mengembangkan kegaiatan
yang diberikan siswa ketika percobaan memfasilitasi siswa untuk
memahami dan mendapati suatu mampu mengembangkan kemampuan
pernyataan. Siswa akan cenderung berpikir menganalisis.
berpikir menganalisis Kenaikan nilai dari kemampuan
menggunakan alasan-alasan yang menganalisis siswa ini tentunya tak luput
tepat untuk sesuai dengan dari peran Modul PBL disertai FD.
pemikirannya. Aspek terendah ada Kemampuan menganalisis merupakan
pada mengenali argument hal ini bagian dari kemampuan berpikir kritis
dikarenakan pada menurut Facione (2011). Berkaitan
pengaplikasiannya penyususnnya dengan keterampilan berpikir. Liliasari
soal pada asek ini dengan (2001), menyatakan bahwa model
melibatkan argument-argument pembelajaran PBL mampu
yang masing-masing argument meningkatakan keterampilan berpikir
memiliki kriteria yang mirip konseptual yang tinggi dengan
sehingga siswa kemungkinan pemberian masalah-masalah autentik
kurang maksimal ketika harus yang ada disekitarnya. Menurut
mengenali argument yang sesuai Akinoglu (2006) Peningkatan
dengan hasil analisis mereka. kemampuan berpikir dapat tercapai
Proses pembelajaran juga memiliki karena Modul PBL disertai FD mampu
peran penting dalam memebntuk mengolah pola belajar siswa dari
siswa melatih kemampuan penerima informasi secra pasif menjadi
menganalisisnya, selama proses penerima yang aktif, pembelajaran yang
pembelajaran siswa dilatih untuk bebas dan pemecahan masalah.
menggunakan segala daya nalar Penekanan program pendidikan dari
pikirnya untuk berusaha kebiasaan mengajar menjadi belajar
menganalisis permsalahan yang yang memungkinkan siswa untuk belajar
Pinkan Amita Tri Prasasti: Efektivitas Model Problem Based Learning (PBL)...231
hal-hal baru dengan mencari solusi pengetahuan secara aktif oleh manusia,
dengan cara memecahkan berusaha sendiri untuk mencari
permasalahan. pemecahan masalah serta didukung oleh
Model berbasis PBL pengetahuan yang telah ada,
disertai FD memeilliki efektivitas menghasilkan pengetahuan yang lebih
tinggi memeberdayakan bermakna.
kemampuan menganalisis sesuai Penggunaan model berbasis PBL
dengan tahapan dalam model disertai FD efektif memberdayakan
pembelajaran menekankan siswa kemampuan menganalisis dipengaruhi
menemukan sendiri konsep yang oleh pengetahuan awal siswa mengenai
dipelajari, hal ini sejalan dengan permasalahan lingkungan yang sering
teori belajar Jean Piaget bahwa siswa temui sejalan dengan teori
siswa aktif mengkonstruksi secara Ausubel yang berkaitan dengan belajar
terus menerus, sehingga terjadi bermakna yaitu proses belajar dimana
pemahaman konsep ilmiah. Tahap informasi baru dihubungkan dengan
PBL mulai dari mengorientasikan struktur pengertian yang sudah dipunyai
masalah telah mengajarkan siswa seseorang yang sedang belajar. Tahap
untuk mulai berproses yang mengorientasikan siswa terhadap
diawali dengan pemberian wacana masalah merupakan tahapan PBL yang
dan gambar yanga akan membuat didukung dengan teori Ausubel, siswa
siswa untuk mencari sumber diberikan permasalahan yang berupa
permasalahan dan penyebabnya. wacana berkaitan dengan kehidupan
Siswa dalam menemukan konsep sehari-hari yang sering dialami siswa
pembelajaran melakukan tahap dan hal-hal baru yang kemungkinan
penyelidikan yang diperoleh dari jarang siswa temui. Hal ini akan
hasil rumusan masalah maupun berdampak bagi siswa dengan
hipotesis, selama proses mengaitkan kemampuan kognitif awal
penyelidikan siswa diharapkan yang dimiliki siswa melalui apersepsi
mampu mengkonstruk sendiri yang diberikan oleh guru yang berfungsi
pengetahuan dan menemukan mengaktifkan kembali pengetahuan awal
konsep-konsep berdasarkan sebelum siswa menerima konsep
pengalaman langsung. Bruner maupun pengetahuan baru yang akan
terkenal dengan metode membantu otak untuk membangun peta
penemuannya, yang dimaksud konseptual yang lebih baik
dengan penemuan disini adalah Pembelajaran dengan
siswa menemukan kembali, bukan menggunakan model PBL disertai FD
menemukan sesuatu yang baru. dilakukan dengan menggunakan
Kaitannya dengan belajar, Bruner kelompok. Siswa dikelompokkan secara
memandang belajar penemuan heterogen agar kemampuan interaksi
sesuai dengan pencarian soasial akan muncul dan memunculkan
232Premiere Educandum, Volume 5 Nomor 2, Desember 2015, 223 – 236
kritis memfasilitasi siswa untuk bagian dari berpikir kritis terlihat dari
mempertajam kemampuan kemampuan siswa yang mengajukan
menganalisis khususnya pada pertanyaan maupun mampu menjawab
permasalahan yang diberikan dengan jawaban yang tak terduga bahkan
melalui tahap-tahap yang menjadi memunculkan solusi-solusi yang
penyusunnya. Hyerle (2012) bervariasi. Menurut Kronberg & Griffin
berpendapat bahwa dengan (2000) peningkatan kemampuan berpikir
pengembangan kerja otak melalui dapat dilihat dari kemampuan menjawab
pengilustrasian maslah dengan pertanyaan terbuka dengan banyak
menggunkan diagram alternatif jawaban benar dan pada
memungkinkan siswa untuk akhirnya mampu meningkatkan
memiliki kapasitas yang lebih kemampuan berpikir kritis berupa
mendalam untuk melihat, peningkatan pemahaman keaplikasi,
mengubah, membayangkan dan sintesis, analisis serta menjadikan siswa
meningkatkan kemampuan sebagai pembelajar mandiri.
berpikir dalam menganalisis Berdasarkan indikator-indikator
permasalahn. Model berbasis PBL yang diteteapkan sebagai dasar penilaian
disertai FD akan membantu siswa kemampuan menganalisis siswa maka
untuk meningkatkan daya nalar dengan bantuan model PBL disertai FD
berpikir dengan mengoptimalkan siswa memiliki kemampuan untuk
kerja otak melalui pemetaan mampu memisahkan materi atau
pemikiran yang diasarkan pada informasi kedalam bagian-bagaian yang
pemberian masalah dengan perlu, mencari hubungan antara bagian-
mengilustrasikan masalah. bagiannya, mengenal komponen-
Peningkatan kemampuan komponennya, bagaimana komponene-
berpikir kritis khususnya komponen itu berhubungan dan
kemampuan menganalisis yang terorganisasikan. Beberapa komponen
dialami siswa setelah proses tersebut dapat terlatihkan dengan
pembelajaran disebabkan siswa bantuan FD yang merupakan teknik
telah diarahkan secara aktif dalam mengilustrasikan masalah sejalan
mengembangkan kemampuan dengan pendapat Hindri (2012)
menganalisis melalui kegiatan menyatakan bahwa dibutuhkan teknik
ekperimen dan pengamatan secara mengilustrasikan masalah dalam suatu
langsung. Selain itu, temuan ini diagram atau gambar yang sering
juga menguatkan pengaruh dinamakan causal map agar proses
praktikum dalam mengembangkan menganalisis masalah menjadi lebih
kemampuan berpikir kritis mudah.
(Akhyani,2008). Dampak dari Hyerle et al., (2012)
peningkatan kemampuan berpendapat bahwa dengan
menganalisis yang merupakan pengembangan kerja otak melalui
234Premiere Educandum, Volume 5 Nomor 2, Desember 2015, 223 – 236
Doggett, A.M. 2005. Root Cause Hindri, Asmoko. 2012. Teknik Ilustrasi
Analysis: A Framework for Masalah-Fishbone Diagram.
Tool Selection. QMJ, Balai Diklat Kepemimpinan,
vol.12, no. 4, hlm. 34-45. Pusdiklat Pengembangan SDM,
BPPK: Magelang
Ergul, E., Simsekli, Y., Calis, S.,
Ozdilek, Z., Gocmencelebi, Hyerle, D.N. & Larry, A. 2012. Peta
S., Sanli, M. 2011. The Pemikiran (Thinking Maps).
Effects Of Inquiry-Based Jakarta: Permata Puri Media.
Science Teaching On
Elementary School Inch, E. S. 2006. Critical thinking and
Students’ Science Process Comunication: The use of reason
Skills And Science in Argument. 5th Ed. Boston:
Attitudes. Bulgarian Person education, Inc.
International Journal of
Science and Education Kronberg, J.K & Griffin. 2000. Analysis
Policy (BJSEP),vol. 5, no. Problem A Means to Developing
1, hlm. 48-52. Student Critical Thinking:
Pushing the Boundaries of
Erick de Graaff. & A. Kolmos. Higher-Oder Thinking. Journal
2003. Characteristics of College Science Teacher, vol. 24,
Problem-Based Learning. no. 5, hlm. 348-352.
International. Journal.
Enginering Education, vol. Lawson. AE. 2007. Science Teaching
19, no. 5, hlm. 657-662. and Development Thinking.
California: Wordsworth Pub.Co.
Haghparast, N., Sedghizadeh, PP.,
Shuler, CF., Ferati, D & Liliasari. 2000. “Pengembangan
Christersson, C. (2007). Keterampilan berpikir Kritis
Evaluation of Students and untuk Mepersiapkan Calon Guru
Faculty Perceptions of the IPA Memasuki Era Globalisasi”.
PBL Curriculum at two Makalah Seminar Nasional
dental schools from a Pengembangan Pendidikan
student perspective: A MIPA di Era Globalisasi.
Cross-sectional survey’,
European Journal of Riduwan. 2004. Metode dan Teknik
Dental Education, vol. 11, Menyusun Tesis. Bandung:
no. 14, hlm. 22. Alfabeta.