You are on page 1of 6

EFEKTIVITAS EKSTRAK DAUN JAMBU BIJI (Psidium guajava L.

)
SEBAGAI LARVASIDA NYAMUK Aedes spp.
PADA OVITRAP

Shella Elvandari Pinem1, Irnawati Marsaulina2, Evi Naria2


1
Mahasiswa Departemen Kesehatan Lingkungan FKM USU
2
Dosen Departemen Kesehatan Lingkungan FKM USU
Universitas Sumatera Utara, Medan, 20155, Indonesia

ABSTRACT
Guava (Psidium guajava L.) is one of medicine plant which leaf has all
kind of purpose. Guava leaf contains alkaloid, flavonoid, tanin, saponin and
etherial oils which effect to kill mosquito larvae. The purpose of this research is
to know the effectiveness of guava leaf extract as an Aedes spp. mosquito
larvacide in ovitrap and the value of LC50 within 24 hours.
This study is a quasi experiment. The method of research using Completely
Randomized Design which consist 6 concentrations of guava leaf extract (0 ppm,
500 ppm, 2.500 ppm, 4.500 ppm, 6.500 ppm and 8.500 ppm) by 4 times
repetition. Seven hundred and twenty (720) mosquito larvaes are used in 100 ml
solution of guava leaf extract. Observation times of Aedes spp. mosquito larvae
mortality are 2 hours, 12 hours and 24 hours. Data was analized using
Friedman and Kruskal Wallis test with 95% of credibility and probit analysis.
According to statistics result indicates average difference of Aedes spp.
mosquito larvae death in various guava leaf extract concentration and all time
observation is showed by p-value < 0,05. The result of probit analysis showing
that LC50 of guava leaf extract on concentration 2.502,67 ppm. As larvacide, the
toxicity of guava leaf is safe for non-target organism.
The conclusion of this research is guava leaf extract contains chemical
substance which can be used as larvacide that most effective on concentration
8.500 ppm (93,33% death percentage) and the amount of the dead Aedes spp.
mosquito larvae descended after 12 hours. Guava leaf is expected to be an
alternative on Aedes spp. mosquito larvae restraint.

Keywords : Larvacide, Guava Leaf, Aedes spp. Mosquito Larvae, LC50

Pendahuluan kasus) dengan angka kematian sebesar


0,77% (871 kematian). Sedangkan pada
Penyakit demam berdarah dengue tahun 2014 sampai awal bulan April
(DBD) merupakan salah satu masalah tercatat angka kesakitan DBD sebesar 5,17
kesehatan lingkungan yang cenderung per 100.000 penduduk (13.031 kasus)
meningkat jumlah penderita dan semakin dengan angka kematian sebesar 0,84%
luas daerah penyebarannya, sejalan dengan (110 kematian). Selama tahun 2014,
meningkatnya mobilitas dan kepadatan terdapat 1.698 kasus DBD di Kota Medan,
penduduk (Anies, 2006). 121 kasus di antaranya terjadi di
Dirjen PP dan PL Kementerian Kecamatan Medan Selayang.
Kesehatan RI (2014) menyebutkan angka Pencegahan meluasnya DBD dapat
kesakitan DBD pada tahun 2013 tercatat dilakukan dengan pengendalian terhadap
45,85 per 100.000 penduduk (112.511 vektor melalui pemberantasan jentik

1
nyamuk Aedes spp. Salah satu upaya Metode Penelitian
pemberantasan jentik nyamuk tersebut
yaitu dengan pemberian abate (WHO, Penelitian ini bersifat eksperimen
2002). Felix dalam Nugroho (2011) semu (quasi experiment) yaitu untuk
berpendapat bukan tidak mungkin mengetahui efektivitas ekstrak daun jambu
penggunaan abate yang bisa dikatakan biji sebagai larvasida nyamuk Aedes spp.
lebih dari 30 tahun di Indonesia pada ovitrap. Rancangan penelitian yang
menimbulkan resistensi. digunakan dalam penelitian ini adalah
Salah satu alternatif yang perlu Rancangan Acak Lengkap. Percobaan
dicoba untuk mengendalikan vektor dilakukan dengan 6 jenis konsentrasi
melalui pemberantasan jentik nyamuk ekstrak daun jambu biji masing-masing 0
Aedes spp. adalah dengan menggunakan ppm (sebagai kontrol), 500 ppm, 2.500
larvasida nabati. Kardinan dalam Naria ppm, 4.500 ppm, 6.500 ppm dan 8.500
(2005) menyebutkan senyawa yang ppm. Setiap percobaan diamati selama 2
terkandung pada tumbuhan dan diduga jam, 12 jam dan 24 jam, dan dilakukan
berfungsi sebagai insektisida di antaranya replikasi sebanyak 4 kali.
adalah golongan sianida, saponin, tanin, Lokasi penelitian dalam pembuatan
flavonoid, alkaloid, steroid dan minyak ekstrak daun jambu biji dilakukan di
atsiri. Kandungan tersebut juga dapat Laboratorium Kimia Organik FMIPA
berfungsi sebagai larvasida. Penggunaan Universitas Sumatera Utara dan penelitian
larvasida nabati diharapkan tidak efektivitas ekstrak daun jambu biji
mempunyai efek samping terhadap terhadap kematian larva nyamuk Aedes
lingkungan, manusia dan tidak spp. pada ovitrap dilakukan di Jl. Sembada
menimbulkan resistensi bagi serangga IV No. 6 Padang Bulan, Kecamatan
(Nugroho, 2011). Medan Selayang.
Jambu biji (Psidium guajava L.) Pengumpulan data dilakukan dengan
adalah salah satu tumbuhan yang daunnya cara observasi, yaitu dengan mengamati
mengandung senyawa kimia tersebut. dan menghitung jumlah larva nyamuk
Polson dkk. dalam Sayono (2008) Aedes spp. (dari ovitrap) yang mati setelah
menyatakan untuk menunjang diberi larutan ekstrak daun jambu biji.
pengendalian nyamuk Aedes juga dapat Pengolahan data dilakukan dengan analisis
digunakan perangkap telur (ovitrap). secara statistik dengan menggunakan uji
Simanjuntak (2011) telah melakukan Anova (Analysis of Variance) dan uji
modifikasi pada ovitrap dengan melihat korelasi pada SPSS Statistics 20 serta
efektivitas ekstrak cabai rawit terhadap analisis probit.
kematian larva nyamuk Aedes spp.,
dimana pada konsentrasi 0,3% ekstrak Hasil dan Pembahasan
cabai rawit dapat membunuh 30 ekor larva
(100%) dengan tiga kali pengulangan. Penelitian ini dilakukan untuk
Penelitian Triyadi (2012) membuktikan melihat adanya pengaruh larvasida
adanya efek sublethal dan potensi ekstrak nyamuk Aedes spp. yang terbuat dari
daun jambu biji (Psidium guajava L.) ekstrak daun jambu biji (Psidium guajava
sebagai larvasida terhadap larva nyamuk L.). Enam jenis konsentrasi ekstrak daun
Ae. aegypti. jambu biji diujikan dalam 24 wadah,
Berdasarkan uraian di atas, masing-masing berisi 30 ekor larva
dilakukan penelitian mengenai efektivitas nyamuk Aedes spp. yang didapat dari
(pengaruh dan nilai LC50 24 jam) ekstrak ovitrap. Jumlah larva yang mati dihitung
daun jambu biji (Psidium guajava L.) pada 2 jam, 12 jam dan 24 jam
sebagai larvasida nyamuk Aedes spp. pada pengamatan. Hasil penelitian dapat dilihat
ovitrap. pada tabel berikut:

2
Tabel 1. Rata-Rata Kematian Larva nyamuk Aedes spp. juga meningkat seiring
Nyamuk Aedes spp. pada 6 Jenis lamanya waktu perlakuan.
Perlakuan Dilihat dari 3 Waktu Data hasil penelitian diuji dengan uji
Pengamatan nonparametrik Friedman yang digunakan
K n Uji
M pada t ke
N
M untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan
2 12 24 n % rata-rata kematian larva nyamuk Aedes
A 30 4 0 1 3 1,00 3,33 spp. pada berbagai konsentrasi ekstrak
B 30 34 8 12 14 8,50 28,33
C 30 49 9 18 22 12,25 40,83
daun jambu biji dalam beberapa waktu
D 30 69 15 24 30 17,25 57,50 pengamatan. Uji statistik nonparametrik
E 30 91 20 33 38 22,75 75,83 digunakan karena data tidak berdistribusi
F 30 112 25 39 48 28,00 93,33 normal (p-value hasil uji Saphiro Wilk <
Ket: 0,05, H0 ditolak).
K = Konsentrasi ekstrak daun jambu biji Hasil analisis statistik uji Friedman
A : 0 ppm D : 4.500 ppm
B : 500 ppm E : 6.500 ppm
pada taraf nyata 5% ditemui p-value <
C : 2.500 ppm F : 8.500 ppm 0,05, maka H0 ditolak. Artinya ada
n = Jumlah larva (ekor) perbedaan rata-rata kematian larva
M = Jumlah kematian (ekor) nyamuk Aedes spp. dengan pemberian
t = Waktu pengamatan (jam) berbagai jenis konsentrasi ekstrak daun
N = Total larva (ekor)
̅ M = Rata-rata kematian larva
jambu biji dalam seluruh waktu
pengamatan. Uji lanjutan Bonferroni
Tabel 1. di atas menunjukkan menunjukkan ada perbedaan nyata jumlah
ematian larva nyamuk tertinggi terjadi kematian larva nyamuk Aedes spp. dalam
pada pemberian ekstrak daun jambu biji 2 jam, 12 jam dan 24 jam waktu
8.500 ppm dan setelah 24 jam pengamatan pengamatan (p-value < 0,05, H0 ditolak).
(jumlah kematian menurun setelah 12 jam Uji nonparametrik Kruskal Wallis
perlakuan). Kematian larva nyamuk digunakan untuk mengetahui ada tidaknya
terendah terjadi pada pemberian ekstrak perbedaan rata-rata kematian larva
daun jambu biji 0 ppm (perlakuan kontrol) nyamuk Aedes spp. pada berbagai
dan pada waktu 2 jam pengamatan. konsentrasi ekstrak daun jambu biji. Uji
statistik nonparametrik digunakan karena
100
data tidak berdistribusi normal.
Jumlah Kematian Larva

80
0 ppm Hasil analisis statistik uji Kruskal
Nyamuk (%)

60 500 ppm Wallis pada taraf nyata 5% ditemui p-


40 2.500 ppm value < 0,05, maka H0 ditolak. Artinya ada
20 4.500 ppm perbedaan rata-rata kematian larva
0 6.500 ppm
nyamuk Aedes spp. dengan pemberian
0 12 24 8.500 ppm
berbagai jenis konsentrasi ekstrak daun
Waktu Pengamatan (jam)
jambu biji. Uji lanjutan Bonferroni
menunjukkan ada perbedaan nyata daya
Gambar 1. Grafik Persentase Kematian bunuh masing-masing konsentrasi ekstrak
Larva Nyamuk Aedes spp. terhadap Waktu daun jambu biji sebagai larvasida terhadap
Pengamatan kematian larva nyamuk Aedes spp.
Uji korelasi digunakan untuk melihat
Gambar 1. di atas menunjukkan hubungan antar variabel penelitian. Hasil
semakin tinggi konsentrasi ekstrak daun uji korelasi Spearman menunjukkan nilai
jambu biji yang diberikan, maka semakin sig. (0,0001) < α (0,05) sehingga H0
banyak jumlah kematian larva nyamuk ditolak. Artinya ada hubungan antara
Aedes spp. (yang ditunjukkan dalam konsentrasi ekstrak daun jambu biji dan
bentuk persentase). Total kematian larva jumlah kematian larva nyamuk Aedes spp.

3
Nilai korelasi yang ditunjukkan Nilai LC50 diperoleh perhitungan:
adalah 0,989 yang artinya kedua variabel 5 = 0,317 + 1,378x
tersebut memiliki hubungan yang kuat, 5 – 0,317 = 1,378x
dan semakin tinggi konsentrasi ekstrak 4,683 = 1,378x x = 3,398
daun jambu biji, semakin banyak larva Nilai LC50 24 jam ekstrak daun jambu biji
nyamuk Aedes spp. yang mengalami sebagai larvasida nyamuk Aedes spp. = 10x
kematian. = 2.502,67 ppm.
Hasil uji korelasi Pearson Konsentrasi 2.502,67 ppm sebagai
menunjukkan nilai sig. (0,100) > α (0,05) nilai LC50 menjelaskan bahwa penggunaan
sehingga H0 diterima. Artinya tidak ada daun jambu biji sebagai larvasida tidak
hubungan antara waktu pengamatan dan toksik terhadap organisme lain yang bukan
jumlah kematian larva nyamuk Aedes spp. menjadi sasaran larvasida bila terjadi
Nilai korelasi yang ditunjukkan adalah kontak. Sesuai dengan pernyataan Meyer
0,400 yang artinya waktu pengamatan dan dkk., suatu ekstrak dikatakan toksik bila
jumlah kematian larva nyamuk memiliki nilai LC50 < 1.000 ppm.
hubungan yang lemah. Suhu air dan pH air juga diukur
Kematian larva nyamuk Aedes spp. dalam penelitian ini. Hal tersebut
akibat ekstrak daun jambu biji diakibatkan dikarenakan suhu air dan pH air dapat
senyawa kimia yang dikandung dapat mempengaruhi kehidupan larva nyamuk.
berguna sebagai larvasida. Seperti yang Dalam Soegijanto (2006) disebutkan
dipaparkan Cania (2013), daun jambu biji kehidupan larva nyamuk pada air tidak
mengandung saponin dan alkaloid yang terganggu dengan pH 5,8 – 8,0 dan suhu
memiliki cara kerja sebagai racun perut 25 – 32ºC, di luar kondisi tersebut akan
dan menghambat kerja enzim kolinesterase mengahambat pertumbuhan dan
pada larva nyamuk, sedangkan flavonoid perkembangan sehingga larva nyamuk
dan minyak atsiri berperan sebagai racun akan mati. Hasil pengukuran suhu air dan
pernapasan sehingga menyebabkan pH air dapat dilihat pada tabel berikut:
kematian larva nyamuk.
Nilai LC50 ekstrak daun jambu biji Tabel 2. Hasil Pengukuran Suhu Air Saat
selama 24 jam diketahui dari hasil analisis Pemberian Ekstrak Daun Jambu
probit yang menggunakan fungsi linier y = Biji dalam Setiap Pengulangan
a + bx. Grafik hubungan nilai probit Konsentrasi Hasil Pengukuran (ºC)
kematian larva nyamuk Aedes spp. dengan Ekstrak Pengulangan Rata-
(ppm) I II III IV rata
nilai log konsentrasi ekstrak daun jambu
0 (kontrol) 29,5 29,5 29,5 29,5 29,5
biji digambarkan sebagai berikut: 500 29,5 29,5 29,5 29,5 29,5
6,50 2.500 29,5 29,5 29,5 29,5 29,5
6,00 4.500 29,5 29,5 29,5 29,5 29,5
Nilai Probit

y = 1,378x + 0,317 6.500 29,5 29,5 29,5 29,5 29,5


5,50 8.500 29,5 29,5 29,5 29,5 29,5
5,00
4,50 Selama penelitian berlangsung, suhu
4,00 air yang digunakan tidak mempengaruhi
2,50 3,00 3,50 4,00 kematian larva nyamuk. Selama penelitian
berlangsung, suhu air diupayakan agar
Nilai Log Konsentrasi Larvasida
tidak berubah-ubah dengan cara
Gambar 2. Grafik Analisis Probit melakukan penelitian di dalam ruangan
Kematian Larva Nyamuk Aedes spp. (kamar) dimana di dalam kamar, suhu
dengan Berbagai Konsentrasi Ekstrak bersifat cenderung stabil.
Daun Jambu Biji

4
Tabel 3. Hasil Pengukuran Derajat dengan konsentrasi 8.500 ppm
Keasaman (pH) Air Saat sebanyak 112 ekor (93,33%).
Pemberian Ekstrak Daun Jambu 2. Terdapat perbedaan jumlah kematian
Biji dalam Setiap Pengulangan larva nyamuk Aedes spp. secara
Konsentrasi
Hasil Pengukuran signifikan pada berbagai konsentrasi
Pengulangan Rata- ekstrak daun jambu biji dalam 2 jam, 12
Ekstrak (ppm)
I II III IV rata jam dan 24 jam waktu pengamatan.
0 (kontrol) 7,5 7,5 7,5 7,5 7,5
500 7,5 7,5 7,5 7,5 7,5
3. Berdasarkan hasil penelitian, diketahui
2.500 7,0 7,0 7,0 7,0 7,0 semakin tinggi konsentrasi ekstrak daun
4.500 6,5 6,5 6,5 6,5 6,5 jambu biji yang diberikan maka
6.500 6,0 6,0 6,0 6,0 6,0 semakin banyak kematian larva nyamuk
8.500 5,5 5,5 5,5 5,5 5,5 dan kematian larva nyamuk terbanyak
terjadi pada konsentrasi 8.500 ppm dan
Perlakuan kontrol dan pemberian setelah 12 jam pemberian ekstrak daun
ekstrak 500 ppm memiliki pH 7,5 (pH jambu biji.
tertinggi) dan kondisi paling asam terjadi 4. Nilai LC50 ekstrak daun jambu biji
pada pemberian ekstrak 8.500 ppm dengan dalam 24 jam adalah 2.502,67 ppm,
pH 5,5. Pada pemberian ekstrak 8.500 ppm penggunaan daun jambu biji sebagai
terdapat derajat keasaman di bawah 5,8 larvasida dikatakan tidak toksik
akibat pemberian estrak daun jambu biji. terhadap organisme lain yang bukan
Penggunaan daun jambu biji sebagai menjadi sasaran larvasida.
larvasida nyamuk Aedes spp. dapat 5. Daun jambu biji yang digunakan
diaplikasikan di tingkat rumah tangga. sebagai larvasida dapat diaplikasikan di
Aplikasi di tingkat rumah tangga dapat tingkat rumah tangga dengan membuat
dilakukan dengan membuat serbuk simplisia dan ditaburkan ke dalam air
simplisia daun jambu biji. Berat basah pada ovitrap atau kontainer.
daun jambu biji atau berat kering serbuk
simplisia daun jambu biji dikonversikan Saran
agar setara dengan berat ekstrak daun
jambu biji dari konsentrasi yang paling Berdasarkan kesimpulan dari hasil
efektif (8.500 ppm). Serbuk simplisia daun penelitian, terdapat beberapa saran yang
jambu biji selanjutnya ditaburkan ke dalam perlu disampaikan:
ovitrap atau wadah/kontainer yang 1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat
berisikan air (17 gr/100 ml). menjadikan daun jambu biji sebagai
alternatif pengendalian (larvasida yang
Kesimpulan dan Saran aman) bagi vektor khususnya larva
nyamuk Aedes spp.
Kesimpulan 2. Diharapkan penggunaan daun jambu
biji sebagai larvasida nabati dapat
Berdasarkan hasil penelitian diaplikasikan di tingkat rumah tangga.
mengenai efektivitas ekstrak daun jambu 3. Ekstrak daun jambu biji mempengaruhi
biji (Psidium guajava L.) sebagai larvasida warna, pH dan bau air, maka sebaiknya
nyamuk Aedes spp. pada ovitrap dapat penggunaan diterapkan pada ovitrap
disimpulkan: atau kontainer berisikan air tampungan
1. Kematian larva nyamuk terendah terjadi yang tidak terpakai.
pada perlakuan kontrol (0 ppm) 4. Perlu dilakukan isolasi senyawa kimia
sebanyak 4 ekor (3,33%), dan kematian yang terkandung dalam daun jambu biji
larva nyamuk tertinggi terjadi pada yang dapat digunakan sebagai
pemberian ekstrak daun jambu biji larvasida.

5
5. Diperlukan penelitian lebih lanjut Triyadi, D. 2012. Efek Sublethal Ekstrak
mengenai waktu perlakuan yang lebih Daun Jambu Biji (Psidium
singkat dan konsentrasi ekstrak daun guajava) Terhadap Larva Nyamuk
jambu biji yang tepat untuk membunuh Aedes aegypti. Skripsi. Fakultas
100% larva uji. Sains dan Teknologi UIN Sunan
Kalijaga Yogyakarta.
Daftar Pustaka World Health Organization. 2002.
Panduan Lengkap Pencegahan
Anies. 2006. Manajemen Penyakit dan Pengendalian Dengue dan
Berbasis Wilayah. UI Press. Demam Berdarah Dengue (Alih
Jakarta. bahasa: Palupi Widyastuti). Penerbit
Cania, E. 2013. Uji Efektivitas Larvasida Buku Kedokteran EGC. Jakarta.
Ekstrak Daun Legundi (Vitex
trifolia) Terhadap Larva Aedes
aegypti. Medical Journal of
Lampung University Vol. 2 No. 4
Februari 2013: 52-60 .
Kemenkes RI, Ditjen PP & PL. 2014.
Penyakit yang Disebabkan oleh
Nyamuk dan Cara Pencegahannya
serta Target yang Akan Dicapai
oleh Pemerintah.
http://pppl.depkes.go.id/focus?id=13
74. Diakses pada 15 Januari 2015.
Naria, E. 2005. Insektisida Nabati Untuk
Rumah Tangga. Info Kesehatan
Masyarakat Vol. IX No. 1: 28-32.
Nugroho, A. D. 2011. Kematian Larva
Aedes aegypti Setelah Pemberian
Abate Dibandingkan dengan
Pemberian Serbuk Serai. Jurnal
Kesehatan Masyarakat Vol. 7 No. 1:
91-96.
Sayono. 2008. Pengaruh Modifikasi
Ovitrap Terhadap Jumlah
Nyamuk Aedes yang
Terperangkap. Tesis. Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas
Diponegoro. Semarang.
Simanjuntak, S. M. 2011. Efektivitas
Ekstrak Cabai Rawit (Capsicum
frutescens L.) Terhadap Kematian
Larva Nyamuk Aedes spp. pada
Ovitrap. Skripsi. Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Sumatera
Utara. Medan.
Soegijanto, S. 2006. Demam Berdarah
Dengue. Edisi kedua. Airlangga
University Press. Surabaya.

You might also like