Professional Documents
Culture Documents
ABSTRACT
Resistance is inherited and has proved to be the biggest single barrier to successful
chemical control of insect vectors. The continuity of along time period insecticide usage can
produce mosquitoes resistance. Resistance to insecticide as a results from three main mechanism :
1) insecticide penetration is reduce, 2) the insecticides is more efficiently metabolized by esterases,
mixed function oxidases, or glutathione transferase enzyme and, 3) the target of the insecticide is
modified (insensitive acetylcholinesterase). The objectives of this study was to determine the
potency of malaria vector from East Java Province to be resistant to organophosphate, carbamate
and pyrethroid insecticides. The research methods used were biochemical assays (microplate
assays) for elevated esterase and insensitive acetylcholinesterase. The esterase activity and
insensitive acetylcholinesterase were measured at 450 nm and 405 nm with a Dytech Elisa plate
reader. Biochemical assays indicated that susceptibility (resistant or tolerance), of the malaria
vector collected from East Java Province natural population against insecticide were mostly
decreased, although there were different level and mechanism occurs. Microplate enzymatic assay
on individual Anopheles sundaicus collected from Banyuwangi, Pacitan, Jember, Malang Regency
revealed that 31,25 %, 12,5 %, 45,2 % and 15,25 % population were resistant respectively due to
elevated esterase activity mechanism. Base on the susceptibility test which was held using WHO
method (as a cross-check) An. sundaicus from Teleng village, Pacitan Regency was proven to
have a double resistance agains Malathion 0,5 % (cause mortality 28 %) and Bendiocarb 0,1 %
(cause mortality 66 %). The percentage resistance of Anopheles aconitus population collected from
Pacitan and Trenggalek Regency were 35,42 % and 29,17 % population respectively due to
elevated esterase activity mechanism. There was no evidence of an altered acetylcholinesterase
(insensitive acetylcholinesterase) mechanism of the malaria vector population in East Java.
ABSTRAK
BAHAN DAN CARA lebih besar atau sama dengan 5 per seribu
penduduk; b.) Melakukan kegiatan
Tempat dan waktu penelitian pengendalian vektor menggunakan
Tempat penelitian daerah endemis insektisida organofosfat dan karbamat
malaria di Jawa Timur. Kriteria pemilihan lebih dari 5 tahun. Termasuk kriteria
lokasi berdasarkan stratifikasi wilayah tersebut di Propinsi Jawa Timur adalah :
dalam Malaria Surveilance Program Kabupaten Banyuwangi, Pacitan,
(MSP) dengan indikator statis yaitu : a). Trenggalek, Malang dan Jember.
High Case Incidence (HCI), tingkat kasus Penelitian dilakukan pada tahun 2005.
homogenat dan dilarutkan dengan 0,5 ml secara individu dibuat homogenat di dalam
larutan fosfat buffer saline (PBS) 0,02 M, larutan 1 ml larutan buffer fosfat (PBS)
sebanyak 50 μl bahan substrat α-naftil Pada sumuran mikroplat yang telah diisi
pH=7) dan dibiarkan selama 60 detik. bendiocarb dalam 2,5 ml aceton + 7,5 ml
berupa 150 mg garam Fast blue B (o- sumuran yang berisi H1 dan H2, masing-
coupling reagent. Reaksi yang terjadi Densitas warna kemudian dibaca dengan
dibiarkan selama 60 menit. Intensitas ELISA reader pada λ = 405 nm (Peiris &
warna kuning yang muncul kemudian Hemingway, 1990) dan (Small, 1998).
menunjukkan reaksi positip (resisten).
80 Peka Toleran Resisten
70 74.5
60
50 54.16
50
Persentase
40 45.83 45.25
42.5
37.5 35.42
30 33.33
31.25 31.25 31.25
29.17 29.5
26.25
20 25 25.25
10 14.58 12.5
15.25
10.25
0
Banyuwangi Pacitan Jember Malang
(An. sundaicus) (An. sundaicus) (An. aconit us) (An. aconitus) (An. sundaicus) (Anopheles sp) (An. sundaicus)
Tabel 2. Hasil Uji Susceptibility Vektor Malaria Di Jawa Timur Terhadap Insektisida
Permethrin 0,75%, Deltamethrin 0,05%, Fenitrothion 1,0% Malathion 0,5 %
Dan Bendiocarb 0,1%
Jawa Timur telah mengalami penurunan Kabupaten Pacitan ternyata juga telah
esterase berkaitan erat dengan insektisida insektisida ini terlihat jelas pada An.
hasil uji silang dengan uji susceptibility Tegalombo Kabupaten Pacitan dengan
standart WHO An. sundaicus dari Desa kematian sebesar 73,0 %. Hal tersebut
Pacitan dan An. sundaicus dari Desa selektif insektisida pertanian lebih kuat
enzim esterase berkaitan erat dengan untuk pengendalian hama pertanian. Hal
insektisida Malathion 0,5 % dengan ini didukung oleh beberapa pakar dari
luar negeri bahwa An. aconitus cenderung secara biokimia dikombinasikan dengan
mengalami resisten silang dari kelompok uji kerentanan standar WHO sangat
insektisida organokhlorin ke kelompok efektif digunakan untuk mendeteksi
insektisida pyrethroid (Najera & Zaim, resistensi silang dari beberapa vektor
2001). Hal ini dapat terjadi karena An. penyakit termasuk vektor malaria.
aconitus mengalami penekanan secara Perkembangan resistensi populasi
selektif baik dari bidang pertanian pada serangga vektor terhadap insektisida
saat stadium jentik yang berada di sawah menurut (David & Gilles, 2002),
dan dari bidang kesehatan pada saat dipengaruhi multipel faktor yaitu genetik
dilakukan penyemprotan secara indoor (adanya frekuensi gen spesifik),
residual spraying (IRS). Kemungkinan operasional (tipe dan aplikasi insektisida)
lain dapat terjadi yaitu akibat adanya dan biologis (ukuran dan karakteristik
resistensi silang dari DDT (kelompok populasi vektor). Munculnya resistensi
organokhlorin) ke kelompok pyrethroid. vektor tidak melalui proses adaptasi
Seperti diketahui bahwa An. aconitus secara gradual terhadap senyawa kimia
dilaporkan telah resisten terhadap DDT toksik, tetapi melalui proses percepatan
dan kecenderungan akan adanya resisten menurut hukum seleksi Darwin yang
silang (cross resistance) terhadap terjadi di alam. Seleksi terjadi karena
kelompok insektisida pyrethroid terdapat proporsi kecil serangga yang
(Hemingway, 1997). mengalami mutasi genetik secara
Uji kerentanan insektisida individual. Mekanisme protektif ini
standart WHO ini digunakan untuk tergantung faktor genetik baik tunggal,
mendeteksi dan memonitor adanya resesif, sebagian dominan atau dominan
resistensi terhadap insektisida. Apabila dalam proses keturunan. Apabila individu
ditemukan indikasi adanya vektor dari serangga heterozygote, maka jarang
alam yang resisten, maka diperlukan muncul pada proses resistensi awal dalam
konfirmasi lebih lanjut adanya potensi suatu populasi serangga termasuk
resistensi silang. Identifikasi mekanisme nyamuk. Namun heterozygote yang
resistensi yang terlibat menggunakan survive pada uji kerentanan apabila kawin
metode biokimia dapat membantu dengan heterozygote yang lain akan
meramalkan potensial resisten silang menghasilkan proporsi homozygote
(cross resistance) pada tingkat awal dan dengan tingkat resistensi yang tinggi.
dapat memberi petunjuk untuk Apabila gene resisten homozygote
manajemen resistensi. Uji resistensi dominan, resistensi akan menyebar secara
cepat ke seluruh populasi (Small, 1998). resistensi dapat berlangsung pada saat
Kecepatan munculnya perkembangan nyamuk berada pada stadium jentik
resistensi juga berhubungan dengan maupun dewasa. Berdasarkan hal tersebut
karakteristik biologi spesies vektor pada sebelumnya apabila ingin memperpanjang
masing-masing populasi lokal, tipe serta efektivitas insektisida yang digunakan
tingkat penekanan selektif insektisida. untuk pengendalian vektor An. aconitus,
Penekanan selektif berhubungan dengan harus melibatkan pendekatan melalui
lama efektifitas insektisida (residual koordinasi dalam penggunaan insektisida
effect/time of action), juga kebiasaan antara bidang pertanian dan bidang
resting nyamuk vektor setelah mencari kesehatan. Serta memperkenalkan
sumber darah. Seperti juga yang aplikasi insektisida yang mudah
dikatakan Hemingway et. all, (1986) dilaksanakan dan masuk akal berdasarkan
bahwa penekanan selektif terjadinya genetika populasi vektor (Small, 1998).