You are on page 1of 12

HUBUNGAN ANTARA KEPUASAN BERHUNI DAN SIKAP TERHADAP TEMPAT

(The Relationship Between Residential Satisfaction and Attitude to Place)

Andina Syafrina; Angela Christysonia Tampubolon; Nunik Hasriyanti; Hanson E Kusuma


Magister Arsitektur, Sekolah Arsitektur, Perencanaan dan Pengembangan Kebijakan
Institut Teknologi Bandung, Bandung, Indonesia
Labtek IXC ITB, Jl.Ganeca No.10 Bandung, Jawa Barat, Indonesia
andina.syafrina@gmail.com

Abstract

The quality of the housing must be properly considered in order to function properly.
Currently many housing development failures because lack of attention to quality aspects.
The number of failures because lack of knowledge on occupant satisfaction aspects. The
residential satisfaction is one of the factor that formers the attitudes toward the place which is
the result of interaction between human and the environment where they live and contribute
to improvement the quality of life. The aim of this study was to find out the dimension of
residential satisfaction in the housing environment, the dimension of attitude toward the
place, and the relation between public satisfaction and attitude toward the place. Data
collection was carried out based on survey using an online questionnaire. The results showed
five dimensions of residential satisfaction in the housing environment, namely environmental
comfort, environmental facilities, green open space, environmental management, and
infrastructure. There are also two dimensions of attitude toward the place, namely
participation and adjustment. The result also showed the tendency of the satisfaction
dimension to the environmental comfort related to the attitude of participation and
adjustment.

Keywords: residential satisfaction, attitude towards place, residential environment.

Abstrak

Kualitas perumahan harus diperhatikan dengan baik agar berfungsi secara layak. Saat ini
banyak terjadi kegagalan pembangunan perumahan akibat kurang memperhatikan aspek
kualitas. Banyaknya kegagalan tersebut salah satunya disebabkan kurangnya pengetahuan
pada aspek kepuasan penghuni. Kepuasan berhuni merupakan salah satu faktor pembentuk
sikap terhadap tempat yang merupakan hasil dari interaksi antara manusia dan lingkungan
tempat tinggalnya serta berkontribusi terhadap peningkatan kualitas hidup. Penelitian ini
dilakukan dengan tujuan mengungkap dimensi kepuasan berhuni pada lingkungan
perumahan, dimensi sikap terhadap tempat, serta hubungan antara kepuasan dan sikap
terhadap tempat. Pengumpulan data dilakukan dengan survey menggunakan kuesioner
online. Hasil analisis ditemukan lima dimensi kepuasan berhuni pada lingkungan perumahan,
yaitu kenyamanan lingkungan, fasilitas lingkungan, RTH (Ruang Terbuka Hijau), manajemen
lingkungan, dan infrastruktur. Ditemukan juga dua dimensi sikap terhadap tempat, yaitu
partisipasi dan kebetahan. Hasil analisis juga mengungkapkan kecenderungan dimensi
kepuasan terhadap kenyamanan lingkungan berhubungan dengan sikap partisipasi dan
kebetahan.

Kata kunci: kepuasan berhuni, sikap terhadap tempat, lingkungan perumahan.

Pendahuluan dari aspek fisik dan non fisik. Agar dapat


Perumahan merupakan kumpulan berfungsi secara layak, kualitas sebuah
rumah serta lingkungannya yang terdiri perumahan ataupun hunian harus
diperhatikan dengan baik. Salah satunya lebih mengarah pada perumahan tertentu
melalui penyediaan infrastruktur dasar (Widiastomo, 2014; Caritas et al, 2017).
yang berkualitas sehingga dapat Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
mendukung kehidupan sosial penghuninya hubungan antara kepuasan berhuni
dan mendorong terbentuknya lingkungan secara umum dan sikap terhadap tempat
hunian yang layak (Abadi, 2012). Namun serta faktor-faktor yang mempengaruhinya
kenyataannya, saat ini banyak terjadi pada lingkungan perumahan. Hasil
kegagalan pembangunan perumahan penelitian diharapkan dapat menjadi
karena kurang memperhatikan aspek pengetahuan bagi perencana perumahan,
kualitas. Beberapa di antaranya dapat baik pemerintah, swasta maupun
dilihat dari adanya fenomena rumah perorangan yang digunakan dalam
kosong dan lingkungan yang tidak layak perencanaan perumahan.
huni (Abadi, 2008).
Banyaknya kegagalan dalam proyek Metode
perumahan salah satunya disebabkan Penelitian ini dilakukan secara
kurangnya pengetahuan pada aspek kuantitatif yang bersifat eksplanatori
kepuasan penghuni pada hunian-nya (Groat & Wang, 2013). Penelitian
(Sam et al, 2012). Menurut Lu dalam kuantitatif eksplanatori dilakukan untuk
Smith (2011) kepuasan berhuni adalah melihat hubungan sebab akibat antara
suatu ukuran antara kebutuhan dan faktor kepuasan berhuni dan sikap
harapan (keadaan yang diidamkan) terhadap tempat. Pengumpulan data
seseorang terpenuhi. Kepuasan berhuni dilakukan melalui surveionline dalam
merupakan konsep dasar untuk bentuk kuesioner yang dibagikan secara
menjelaskan hubungan antara manusia bebas (non-random sampling) dengan
dan lingkungan tempat tinggalnya serta teknik accidental sampling (Kumar, 2005).
berkontribusi terhadap peningkatan Pertanyaan bersifat tertutup (close-ended)
kualitas hidup, kesejahteraan psikologi yang disusun skala likert. Variabel
dan memprediksi perilaku atau sikap penelitian didapat melalui proses kualitatif
seseorang terhadap tempat tinggalnya pada tahap awal dan literatur untuk
(keinginan untuk pindah atau tinggal) menstrukturkan pengetahuan dasar dalam
(Mustikawati & Ernawati, 2014; Sakina & penyusunan kuesioner tertutup (close-
Kusuma, 2014; Sam et al 2012; Smith, ended).
2011). Kuesioner online yang bersifat
Beberapa penelitian terdahulu telah tertutup (close-ended) mulai disebar pada
membuktikan adanya keterhubungan tanggal 9 Oktober 2017 dan berakhir pada
antara kepuasan berhuni, kualitas tanggal 14 November 2017. Total
lingkungan dan pengguna, yaitu: responden yang didapat berjumlah 57
kepuasan berhuni akibat keterlibatan responden, dengan rincian 21 orang laki-
individu dalam masyarakat, faktor fisik dan laki dan 36 orang perempuan. Rata-rata
faktor pribadi akan meningkatkan sense of lama tinggal responden yang didapat
place individu (Smith, 2011); kepuasan sekitar1 bulan-50 tahun dengan rincian 6
berhuni berkontribusi terhadap orang tinggal di permukiman padat, 48
terbentuknya place attachment (Ernawati orang tinggal di perumahan biasa dan
& Mustikawati, 2009); semakin tinggi perkampungan, dan 3 orang tinggal di
kepuasan penghuni akibat kualitas perumnas. Pekerjaan responden
lingkungan yang baik maka bervariasi, yaitu terdiri dari pelajar/
kecenderungan berpindah akan semakin mahasiswa, wiraswasta, pegawai swasta,
rendah (Widiastomo, 2014); tingkat pegawai negeri sipil, guru, dosen dan ibu
kepuasan pada hunian sewa memiliki rumah tangga. Mengenai status
pengaruh yang lebih besar dibandingkan perkawinan 39 responden belum menikah
dengan tingkat kepuasan pada lingkungan dan 18 orang sudah menikah. Tingkat
sekitar hunian sewa (Sakina & Kusuma, pendidikan responden berkisar antara
2014). SMA hingga S2. Berkenaan dengan
Pada beberapa penelitian terdahulu di pendapatan berkisar kurang dari 2 juta
Indonesia, studi tentang kepuasan berhuni hingga lebih dari 16 juta.
Responden diminta untuk Kajian Teori
mengevaluasi kondisi lingkungan Kepuasan Berhuni
perumahan atau tempat tinggalnya saat Kepuasan berhuni pada dasarnya
ini. Jawaban yang diberikan me- digunakan untuk memprediksi perilaku dan
representasi-kan tingkat kepuasan dan kriteria untuk mengukur kualitas
sikap terhadap tempat dalam bentuk perumahan (Weidemann dan Anderson
skala. Setiap pertanyaan berskala 1 1985). Kepuasan berhuni sebagai
sampai dengan 5 berupa kata sifat yang prediktor perilaku diasumsikan bahwa
saling berlawanan, yakni sangat tidak kepuasan terhadap perumahan
puas sampai dengan sangat puas untuk menentukan perilaku dari penduduk
tingkat kepuasan dan sangat tidak setuju dalam hal membuat perubahan pada
sampai dengan sangat setuju untuk sikap perumahan atau keputusan untuk pindah
terhadap tempat (sense of place). Contoh ke perumahan lain. Studi yang
pertanyaan dalam kuesioner online menggunakan kepuasan sebagai ukuran
diperlihatkan pada tabel 1. kualitas perumahan diasumsikan untuk
menentukan sejauh mana seseorang puas
Tabel 1: Contoh pertanyaan semantic differential dengan layanan serta fasilitas yang
(SD-method)
tersedia di perumahan (Amerigo &
Aragones dalam Mohit & Azim, 2012).
Variabel Skala Jawaban
Terdapat berbagai faktor yang
Kondisi Jalan Lingkungan mempengaruhi kepuasan berhuni, antara
Tingkat lain faktor fisik/spasial, faktor sosial, faktor
Kepuasan
Sangat
Sangat
pribadi (Smith, 2011; Andriaanse, 2007).
Terhadap
Tidak 1 2 3 4 5 Sementara penelitian lain juga
Hunian Puas
Puas mengidentifikasi faktor yang lebih luas,
yaitu: faktor fungsional dan kontekstual
Selalu Menjaga Lingkungan
(Mustikawati & Ernawati, 2014; Sam et al
Sikap
Terhadap Sangat
2012); faktor ekonomi, faktor kesehatan,
Sangat faktor keamanan dan keselamatan, rasa
Tempat Tidak 1 2 3 4 5
Setuju identitas yang kuat serta faktor wisata
Setuju
budaya (Yamada et al, 2009).
Aiello et al (2010); Hashemnezhad et
Data yang terkumpul dilihat al (2013) menambahkan bahwa dimensi
cronbach’s alpha untuk melihat tingkat sense of place yang meliputi place identity,
konsistensi data dan sejauh mana data place attachment and place dependence
yang terkumpul dapat dipercaya juga mempengaruhi kepuasan berhuni,
(reliabilitas). Nilai cronbach’s alpha namun pendapat ini berseberangan
berkisar antara 0 sampai 1, yang berarti dengan yang disampaikan oleh Ernawati &
semakin tinggi skalanya maka semakin Mustikawati (2009); Najafi & Kamal (2011)
tinggi reliabilitas data (Lavrakas, 2008). bahwa kepuasan merupakan faktor
Pada penelitian ini data yang terkumpul terbentuknya sense of place berupa place
memiliki nilai cronbach’s alpha sebesar attachment (keterikatan terhadap tempat).
0.90, hal ini menjelaskan bahwa data yang
terkumpul memiliki tingkat reliabilitas tinggi Sikap Terhadap Tempat
dan dapat digunakan. Suharyat (2009) mendefinisikan sikap
Melalui pertanyaan pada kuesioner adalah kecenderungan individu
tertutup akan diperoleh data numerik dari menanggapi secara positif atau negatif
responden yang selanjutnya akan terhadap objek yang ditinjau dari
dianalisis secara kuantitatif menggunakan komponen kognitif, afektif, dan konatif.
analisis faktor untuk mendapatkan faktor- Sikap terbentuk dari proses sosialisasi dan
faktor yang mempengaruhi kepuasan interaksi seseorang dengan
berhuni dan sikap terhadap tempat dan lingkungannya, yang merupakan
koefisien korelasi untuk mengetahui perwujudan dari pikiran, perasaan
hubungan antara kepuasan berhuni dan seseorang serta penilaian terhadap objek,
sikap terhadap tempat. yang didasarkan pada pengetahuan,
pemahaman, pendapat dan keyakinan dan memiliki ikatan terhadap sebuah
gagasan sehingga menghasilkan suatu tempat. Pada tahap ini orang dapat
kecenderungan untuk bertindak (Suharyat, membedakan simbol yang berbeda
2009). Jorgensen & Stedman (2001) antar tempat.
dalam studinya tentang sikap 3. Kelekatan (Attachment to a place),
mendefinisikan tiga dimensi interaksi pada tingkatan ini seseorang memiliki
manusia dengan tempat yaitu kognitif, ikatan yang sangat kuat terhadap
afektif dan konatif. Persepsi atau sebuah tempat. Sebuah tempat
kepercayaan terhadap tempat membentuk memiliki makna yang mendalam bagi
dimensi kognitif; perasaan seseorang seseorang. Terdapat identitas dan
terhadap suatu tempat menandakan karakter unik bagi pengguna melalui
dimensi emosi (afektif); fungsi dalam simbol kesayangannya.
sebuah tempat menyimbolkan dimensi 4. Tujuan tempat (Identifying with the
perilaku pada suatu tempat (konatif). place goals), pada tingkatan ini
Ketiga dimensi tersebut memiliki seseorang sangat mengenal tempat,
kesamaan dengan dimensi sense of place mengenali tujuan tempat, terintegrasi
dan dapat memberikan dasar untuk dan puas dengan sebuah tempat,
memahami sense of place yang terdiri dari Terdapat ikatan yang dalam antara
place indentity, place attachment, dan seseorang dengan tempat.
place dependence (Jorgensen & Stedman, 5. Keterlibatan (Involvement in a place),
2001; Hashemnezhad et al, 2013). pada tingkatan ini seseorang terlibat
Sense of place merupakan salah satu aktif di masyarakat. Seseorang akan
konsep yang menjelaskan tentang kualitas memberikan sesuatu yang mereka
hubungan antara manusia, citra, dan punya seperti uang, waktu ataupun
karakteristik lingkungan (Hashemnezhad kemampuan dalam aktivitas di sebuah
et al, 2013). Sense of place diawali tempat. Pada tahap ini adanya perilaku
dengan sensasi berupa kesan yang nyata masyarakat.
diterima oleh manusia dari sebuah tempat, 6. Pengorbanan (Sacrifice for a place),
kesan yang muncul tersebut di merupakan tingkatan paling tinggi atau
persepsikan dan kemudian dimaknai aspek yang utama dari sense of place.
(Hashemnezhad et al, 2013), pemaknaan Seseorang memiliki komitmen yang
tersebut kemudian membentuk sikap sangat tinggi terhadap sebuah tempat.
seseorang (Zuchdi, 1995). Sense of place Seseorang rela mengorbankan segala
dapat diciptakan dan dikembangkan yang dimiliki seperti kebebasan,
melalui hubungan jangka panjang kemakmuran bahkan kehidupannya.
ataupun dalam waktu yang singkat karena
sense of place memiliki tahapan yang Hasil Penelitian Dan Pembahasan
berbeda (Najafi et al, 2011). Shamai Pada tahap awal dilakukan analisis
(1991); Hashemnezhad et al (2013), komponen prinsip dan analisis faktor untuk
meng-kategorikan sense of place kedalam mendapatkan variabel laten yang dapat
beberapa tingkatan, yaitu: mewakili variabel terukur. Analisis faktor
1. Keberadaan (Knowledge of being dilakukan dengan merotasi komponen
located in a place), pada tingkatan ini prinsip secara orthogonal sehingga antar
seseorang hanya merasa familiar komponen tidak berkorelasi. Pada
terhadap sebuah tempat tanpa ikatan penelitian ini awalnya peneliti mengambil
dan tanpa integrasi dengan sebuah 12 komponen prinsip untuk faktor
tempat (mengenal tapi tidak memiliki kepuasan penghuni (dengan eigenvalue
hubungan emosional tertentu terhadap lebih dari 1) sebagai variabel yang
sebuah tempat). Ada kesadaran akan dianggap mampu merepresentasikan 76,5
tempat, namun terbatas bahwa tempat % dari fenomena yang terjadi. Namun
tersenut tidak lebih dari alamat atau setelah dilakukan analisis faktor,
lokasi. pengelompokan pada variabel terukur
2. Rasa memiliki (Belonging to a place), terlalu menyebar sehingga peneliti
pada tingkatan ini seseorang tidak memutuskan untuk mengambil 5
hanya merasa familiar namun juga komponen prinsip sebagai variabel laten
berdasarkan hasil scree plot (menentukan % fenomena dari 30 variabel terukur.
jumlah faktor eigen yang sesuai secara Variabel laten yang berasal dari analisis
grafis) (Grimm & Yarnold, 2001) yang faktor ditunjukkan pada tabel 2.
dianggap mampu merepresentasikan 53
Tabel 2: Variabel laten kepuasan berhuni

Kenyamanan Fasilitas Manajemen


Variabel RTH Infrastruktur
Lingkungan Lingkungan Lingkungan
Udara Segar dan Bebas
0.82 0.15 0.18 -0.03 0.10
Polusi
Kebersihan dan
0.79 0.17 -0.02 0.14 0.17
Kesehatan Lingkungan
Kenyamanan Lingkungan 0.77 0.20 0.11 -0.14 0.13
Halaman di Rumah 0.76 -0.26 -0.06 0.04 -0.34
Perumahan Tidak Padat 0.74 0.17 -0.07 0.27 -0.22
Lingkungan Tertata 0.73 0.17 0.04 0.17 -0.02
Status Kepemilikan 0.70 0.20 -0.09 -0.16 -0.01
Luas Lahan 0.66 -0.02 0.08 0.31 -0.34
Ketenangan 0.56 0.40 0.05 0.28 0.15
Tidak Macet 0.55 0.21 -0.15 0.29 0.05
Ramah Anak dan Lansia 0.54 0.43 0.09 0.08 0.04
Drainase 0.47 0.19 0.01 0.19 0.34
Aksesibilitas Mudah 0.44 0.37 -0.02 0.21 0.13
Privasi 0.44 0.42 0.15 0.15 0.07
Interaksi Sosial 0.41 0.40 0.02 0.13 -0.03
Daerah Resapan Air 0.38 0.13 0.26 0.14 0.05
Fasilitas Perbelanjaan 0.06 0.82 0.22 -0.17 0.00
Fasilitas Kesehatan 0.19 0.77 0.25 -0.03 -0.10
Biaya hidup yang
0.16 0.72 -0.10 0.14 0.08
terjangkau
Fasilitas Pendidikan 0.15 0.68 0.40 -0.16 0.17
Sistem Administrasi 0.11 0.64 -0.08 0.54 0.06
Kantor Pelayanan Umum
0.01 0.58 0.45 0.08 -0.31
dan Pemerintahan
Kualitas Hunian 0.35 0.55 -0.10 0.01 -0.02
Keamanan dan Ketertiban 0.47 0.55 0.08 -0.06 -0.07
Saluran Pembuangan
0.26 0.52 -0.12 0.46 -0.30
Limbah
Harga rumah 0.05 0.50 0.06 0.42 -0.11
Kesejahteraan
0.44 0.44 -0.09 0.09 0.13
masyarakat
Jaringan Listrik 0.13 0.44 -0.03 0.04 0.17
Perumahan yang Religius 0.25 0.35 0.01 0.01 0.30
Tempat Ibadah 0.26 0.30 0.22 -0.29 0.07
Fasilitas Taman -0.13 0.16 0.81 0.09 0.06
RTH Publik -0.05 0.13 0.79 0.11 -0.16
Tempat Rekreasi dan
-0.22 0.14 0.71 0.13 -0.13
olahraga
Peneduh 0.17 0.03 0.66 -0.05 0.41
Lingkungan Asri 0.26 0.10 0.65 0.12 -0.19
Tempat Parkir 0.08 -0.22 0.56 0.50 -0.06
Pemadam Kebakaran 0.19 -0.16 0.55 0.48 0.01
Jalur Pejalan Kaki 0.10 -0.17 0.53 0.09 0.43
Tempat Pembuangan
0.05 0.18 0.24 0.72 0.02
Sampah Sementara
Angkutan Sampah 0.25 -0.03 0.03 0.58 0.09
Jalur Evakuasi Bencana 0.06 -0.15 0.33 0.52 -0.02
Jalan Lingkungan 0.32 0.14 -0.03 0.51 0.15
Manajemen Lingkungan 0.22 0.39 0.09 0.48 0.18
Sistem Keamanan
-0.04 0.05 0.26 0.45 -0.06
Lingkungan
Pengolahan daur air 0.07 -0.15 -0.13 0.16 0.78
Transportasi umum -0.17 0.08 0.21 -0.05 0.76
Air Bersih 0.17 0.16 -0.13 0.01 0.52
Pencahayaan Alami 0.02 0.21 0.33 0.03 0.34
Sarana Pemakaman 0.32 0.07 0.26 0.06 -0.45

Lima variabel laten tersebut dan kualitas fasilitas. Temuan tersebut


menggambarkan faktor-faktor yang sejalan pula dengan teori Doxiadis (1967)
mempengaruhi kepuasan berhuni, yang terkait elemen dasar permukiman yang
terdiri dari kenyamanan lingkungan, terdiri dari alam (nature), manusia (man),
fasilitas-lingkungan, RTH (Ruang Terbuka masyarakat (people), sarana
Hijau), manajemen lingkungan, dan aktifitas/tempat (shell) dan jejaring
infrastruktur. (networks), dimana elemen tersebut
Variabel laten tersebut cenderung diperlukan untuk menghasilkan lingkungan
sesuai dengan faktor kepuasan yang hunian yang layak (M. Sastra & Marlina,
disampaikan oleh Sajeva et al (2012) 2006).
bahwa ada banyak bidang kehidupan yang Lima variabel tersebut juga
dapat menyebabkan kepuasan seseorang. memberikan dukungan empiris kepada
Beberapa diantaranya berkaitan dengan beberapa penelitian sebelumnya yang
materi (kondisi ekonomi dan pendapatan), meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi
kehidupan sosial dan emosional, fisik kepuasan berhuni. Berikut tabel komparasi
lingkungan dan bangunan, keberadaan- penelitian sebelumnya dan temuan pada
penelitian ini.

Tabel 3: Komparasi penelitian sebelumnya dan temuan penelitian

Kylie M. Smith Mehdi Sam et al Triandriani Mustikawati, Andina


(2011); (2012) Jenny Ernawati (2017)
Andriaanse (2007) (2014)
Faktor Fisik : - Lingkungan Aspek Spasial: - Kenyamanan
- Fasilitas - Fitur lingkungan - Ruang arsitektur dan lingkungan
- Taman perumahan Perencanaan kota - Fasilitas lingkungan
- Kondisi perumahan - Organisasi dan - Ruang Terbuka Hijau
Aksesibilitas jalan (RTH)
- Tata hijau
Faktor Pribadi: - Layanan pendukung Sosial: - Manajemen
- Kepemilikan unit hunian - Hubungan sosial lingkungan
rumah - Fitur unit hunian - Infrastruktur
- Lama tinggal - Tipe struktur
Faktor Sosial : - Karakteristik Fungsional:
- Keterlibatan demografi - Pelayanan sosial,
- Hubungan - Hubungan tetangga pendidikan, dan
sosial dan - Fasilitas lingkungan kesehatan
dukungan sosial yang didiami - Pelayanan budaya dan
- Rasa memiliki - Pengelolaan rekreasi
masyarakat perumahan dan - Pelayanan komersial
- Partisipasi lahan - Pelayanan transportasi
umum

Tautan /Kontekstual:
- Gaya hidup
- Polusi
- Pemeliharaan lingkungan

Dari analisis komponen prinsip pada Dua variabel laten (tabel 4)


sikap terhadap tempat terdapat 2 variabel menggambarkan sikap terhadap tempat
laten (dengan eigenvalue lebih dari 1) pada lingkungan perumahan/tempat
sebagai variabel yang dianggap mampu tinggal, yang terdiri dari partisipasi dan
merepresentasikan 55,09% dari variabel kebetahan. Partisipasi dan kebetahan
terukur. merupakan bentuk respon psikologi
terhadap lingkungannya.
Tabel 4: Variabel laten sikap terhadap tempat Partisipasi merupakan keterlibatan/
peran aktif seseorang di dalam
Variabel Partisipasi Kebetahan lingkungannya dan merasakan
Berpartisipasi dalam keterikatan terhadap tempat, pada tahap
kegiatan di ini adanya perilaku nyata masyarakat
0.87 -0.01
lingkungan terhadap tempat (Hashemnezhad et al,
perumahan 2013). Variabel laten partisipasi pada
Memilih tinggal di penelitian cenderung sesuai dengan
rumah ataupun pergi Shamai (1991) yang terdiri dari rasa
kesuatu tempat memiliki (belonging to a place), variabel
dibandingkan harus yang diwakili yaitu menjaga kebersihan
-0.78 0.10
berpartisipasi dalam
lingkungan perumahan; keterlibatan
kegiatan di
lingkungan (involvement in place), variabel yang
perumahan diwakili yaitu berpartisipasi dalam kegiatan
Menjaga kebersihan di lingkungan perumahan. Responden
lingkungan 0.38 0.14 cenderung tidak ingin tinggal di rumah
perumahan atau pergi kesuatu tempat, dan memilih
Merasa nyaman dan ikut berpartisipasi dalam kegiatan di
tidak ingin pindah lingkungan perumahan. Kondisi tersebut
dari lingkungan 0.14 0.75 mewakili variabel terukur “memilih tinggal
tempat tinggal saat di rumah ataupun pergi ke suatu tempat
ini dibandingkan harus berpartisipasi dalam
Siap mengorbankan
kegiatan di lingkungan perumahan” (tabel
harta benda bahkan
nyawa untuk
4). Variabel terukur tersebut memiliki
melawan, jika terjadi -0.17 0.70 angka negatif (-0,78) yang menunjukkan
sesuatu terhadap variabel terukur memiliki korelasi negatif
lingkungan (kondisi yang berlawanan) dengan
perumahan variabel laten partisipasi.
Ada tempat favorit Kebetahan merupakan ikatan
yang sering emosional (afektif) yang dirasakan individu
dikunjungi di 0.54 0.62 dengan tempat dimana mereka cenderung
lingkungan untuk menetap atau tinggal berlama-lama
perumahan pada suatu tempat (Nurhayati, 2015;
Rachman & Kusuma, 2014). Kebetahan berupa Partisipasi (r= 0.31; p= 0.0183)
pada penelitian cenderung sesuai dengan dan memiliki korelasi yang cukup
Shamai (1991) yang terdiri dari keterikatan signifikan dengan sikap terhadap tempat
(attachment to a place), variabel yang berupa Kebetahan (r= 0.24; p= 0.0721).
diwakili yaitu merasa nyaman dan tidak
ingin pindah dari lingkungan tempat tinggal
saat ini; pengorbanan (sacrifice for a
place), variabel yang diwakili yaitu siap
mengorbankan harta benda bahkan nyawa
untuk melawan, jika terjadi sesuatu
terhadap lingkungan perumahan; dan
tujuan tempat (identifying with the place
goals), variabel yang diwakili yaitu ada
tempat favorit yang sering dikunjungi di
lingkungan perumahan. Kedua variabel
laten tersebut merupakan bagian dari
keterikatan seseorang terhadap tempat
(place attachment) (Jorgensen &
Stedman, 2001; Hashemnezhad et al,
2013).
Hasil dari analisis faktor kepuasan
berhuni dan sikap terhadap tempat Gambar 1: Hubungan antara kenyamanan
kemudian dianalisis menggunakan analisis lingkungan dan sikap terhadap
tempat
korelasi multivariate untuk mengetahui
hubungan antara kedua faktor tersebut.
Hasil tersebut menunjukkan bahwa
Tabel 5: Analisis multivariate hubungan faktor kepuasan berhuni berupa
kepuasan berhuni dan sikap terhadap tempat Kenyamanan Lingkungan memiliki korelasi
terhadap Partisipasi dan Kebetahan
Variabel seseorang pada lingkungan perumahan/
independen tempat tinggalnya. Kenyamanan
Variabel Partisipasi Kebetahan
dependen merupakan ranah yang luas untuk
didefinisikan karena mencakup aspek
Kenyamanan 0.31** 0.24*
psikis dan fisik yang berpengaruh
Lingkungan
terhadap manusia (Karyono, 2001). Untuk
Fasilitas Lingkungan 0.03 0.08
itu dalam penelitian ini dilakukan
RTH 0.17 0.10 pengelompokan kembali terhadap
Manajemen 0.06 0.05 variabel-variabel terukur dimensi
Lingkungan kenyamanan lingkungan dengan
Infrastruktur 0.10 0.01 menggunakan analisis faktor. Dari analisis
Catatan: **p = 0,0183. *p = 0,0721 faktor didapatkan 6 dimensi penyusunan
kenyamanan lingkungan yang
merepresentasikan 79,71%
Hasil analisis pada tabel 5
kecenderungan variabel terukur (tabel 6).
menunjukkan bahwa Kenyamanan
Lingkungan memiliki korelasi yang
signifikan dengan sikap terhadap tempat
Tabel 6: Variabel laten kenyamanan lingkungan

Lingkungan Kondisi Lapang Hubungan Fasilitas


Variabel Aksesibilitas Keteraturan
alami (Spaciousness) Sosial Sanitasi
Kenyamanan
0.81 0.20 0.23 0.19 0.25 0.06
Lingkungan
Udara Segar dan
0.69 0.45 0.13 0.30 0.13 0.19
Bebas Polusi
Kebersihan dan
Kesehatan 0.67 0.34 0.30 0.14 0.15 0.35
Lingkungan
Halaman di
0.25 0.85 0.11 0.20 -0.02 -0.07
Rumah
Luas Lahan 0.18 0.83 0.05 0.10 0.22 0.15
Perumahan
0.07 0.53 0.39 0.48 0.20 0.34
Tidak Padat
Aksesibilitas
0.18 0.03 0.88 0.08 0.23 0.01
Mudah
Tidak Macet 0.19 0.16 0.82 0.15 0.09 0.06
Ramah Anak
0.26 0.18 0.00 0.69 0.46 -0.07
dan Lansia
Lingkungan
0.05 0.44 0.43 0.63 0.09 0.25
Tertata
Status
0.39 0.35 0.23 0.58 0.00 0.00
Kepemilikan
Interaksi Sosial 0.04 0.21 0.26 0.05 0.81 0.05
Privasi 0.46 -0.05 0.10 0.06 0.61 0.42
Ketenangan 0.48 0.04 0.13 0.33 0.61 0.21
Daerah Resapan
0.12 0.13 0.03 0.01 0.19 0.84
Air
Drainase 0.36 -0.04 0.07 0.53 -0.10 0.56

Enam variabel tersebut individu) yang terdiri dari komponen


menggambarkan aspek kenyamanan kognitif, afektif, dan konatif (Suharyat,
lingkungan yang memiliki korelasi dengan 2009); dan kenyamanan merupakan suatu
partisipasi dan kebetahan, yang terdiri keadaan telah terpenuhinya kebutuhan
dari: dasar manusia yang bersifat individual dan
1. Lingkungan alami berkenaan dengan holistik terhadap lingkungannya, yang
kenyamanan lingkungan, udara segar mana dengan terpenuhinya kenyamanan
dan bebas polusi, kebersihan dan tersebut dapat menimbulkan perasaan
kesehatan lingkungan. sejahtera pada diri individu dan
2. Kondisi lapang (spaciousness), merefleksikan tingkat kualitas hidup
berkenaan dengan keberadaan masyarakatnya (Kolcaba, 2003). Enam
halaman di rumah, luas lahan, dan variabel aspek kenyamanan tersebut
perumahan yang tidak padat. cenderung menjadi bagian dari hirarki
3. Aksesibilitas, berkenaan dengan kebutuhan individu yang berkaitan dengan
aksesibilitas mudah dan tidak macet. terbentuknya sikap, yaitu: kebutuhan
4. Keteraturan, berkenaan dengan fisiologis, kebutuhan keamanan,
lingkungan perumahan/ tempat tinggal kebutuhan sosial, kebutuhan harga diri,
yang ramah anak dan lansia, status dan kebutuhan aktualisasi diri (Maslow,
kepemilikan lahan dan rumah, serta 1994; Zuchdi, 1995).
lingkungan tertata. Dari uraian tersebut, diinterpretasikan
5. Hubungan sosial, berkenaan dengan bahwa kenyamanan merupakan
interaksi sosial, privasi dan komponen afektif dari sikap (perasaan
ketenangan. seseorang terhadap obyek), seperti rasa
6. Fasilitas sanitasi, berkenaan dengan nyaman, segar, tenang, sehat yang timbul
adanya daerah resapan air dan dari komponen kognitif (pengetahuan,
drainase. persepsi atau keyakinan seseorang
Dalam interpretasi kenyamanan tentang obyek), yaitu persepsi atau
lingkungan berpengaruh terhadap sikap, keyakinan penghuni bahwa lingkungan
peneliti mencoba melihat kembali alami dapat menghilangkan rasa lelah dan
penelitian terdahulu, yang mana dijelaskan kehadiran lingkungan alami dapat
bahwa sikap adalah kecenderungan merangsang respon afektif, kognitif dan
individu menanggapi suatu objek (ekspresi konatif yang positif pada diri seseorang
(Kusuma, 2013); kondisi lapang dapat berupa partisipasi dan kebetahan, yaitu :
membuat tempat tinggal menjadi lebih (1) lingkungan alami; (2) kondisi lapang;
sehat karena ada ruang untuk (3) aksesibilitas; (4) keteraturan; (5)
mendapatkan pengahawaan dan hubungan sosial; dan (6) fasilitas sanitasi.
pencahayaan yang baik (Ashadi et al, Hal ini sesuai dengan teori yang
2016; Muchlis & Kusuma, 2016); adanya diungkapkan (Hashemnezhad et al, 2013),
aksesibilitas mudah dan lancar dapat kenyamanan lingkungan merupakan
memudahkan seseorang menjangkau ke perasaan positif tentang tempat, dimana
tempat lain dalam rangka pemenuhan ketika seseorang telah memiliki perasaan
kebutuhan hidup; lingkungan perumahan positif terhadap tempat maka dia akan
yang teratur dapat memberikan kejelasan mencintai tempat tersebut, ingin berada di
pada bentuk dan lingkungan sehingga tempat tersebut, ikut terlibat dalam
mudah dipahami, lingkungan yang teratur kegiatan sosial dan berkomunikasi dengan
juga dapat memberikan ketenangan lingkungannya.
karena adanya kejelasan terkait
kepemilikan lahan (Laurens, 2006), serta Saran
mewujudkan solidaritas sosial yang kuat Penelitian ini merupakan penelitian awal
(Syafrini, 2013); Manusia sebagai makhluk yang mungkin memiliki tingkat validitas
sosial memiliki kebutuhan akan hubungan dan reabilitas yang tidak terlalu tinggi,
sosial yang selalu terkait dengan interaksi mengingat jumlah responden yang sedikit
antara yang satu dengan lainnya (Maslow, dan pengumpulan data dilakukan secara
1994), selain itu manusia juga non random sampling. Dalam studi
memerlukan kontrol terhadap dirinya selanjutnya, dapat dilakukan metode
melalui privasi agar kebebasan perilaku pengambilan sampel secara random
dapat diperoleh (Helmi, 1999); sampling dan batasan populasi yang jelas
pengetahuan bahwa adanya fasilitas agar dapat diperoleh hasil yang lebih
sanitasi yang baik dapat mengurangi banjir representatif dan perlu pula me-replikasi
serta dapat membuat lingkungan variabel dan menambahkan uraian definitif
perumahan menjadi sehat. Kondisi dan pada proses pengambilan data untuk
perasaan yang muncul cenderung mendapatkan hasil yang lebih baik dalam
membuat seseorang melakukan sesuatu mendukung pengetahuan baru tentang
terhadap obyek (komponen konatif) kepuasan berhuni dan sikap terhadap
berupa tidak ingin pindah (kebetahan) dan tempat.
turut terlibat dalam kegiatan di
lingkungannya (partisipasi). Daftar Pustaka
Kenyamanan lingkungan merupakan Abadi, A, Adib. 2012. Dampak Kebijakan
perasaan positif tentang tempat, sehingga Penyediaan Infrastruktur Dasar Terhadap
ketika seseorang telah memiliki perasaan Tingkat Hunian Perumahan Menengah ke
Bawah. Jurnal Sosioteknologi 25 Tahun
positif terhadap tempat maka dia akan
11, 1-10.
mencintai tempat tersebut, ingin berada di Abadi, A, Adib. 2008. Menuju Lingkungan
tempat tersebut, ikut terlibat dalam Perumahan Perkotaan yang Berkualitas:
kegiatan sosial dan berkomunikasi dengan Belajar dari Fenomena Kekosongan
lingkungannya (Hashemnezhad et al, Perumahan Menengah ke Bawah.
2013). Prosiding Eco Urban Design, 1-10.
Adriaanse, C, C, M. 2007. Measuring
Penutup Residential Satisfaction: a Residential
Kesimpulan Environmental Satisfaction Scale (RESS).
Kepuasan berhuni berupa Journal of Housing and the Built
kenyamanan lingkungan memiliki korelasi Environment, 22 (3), 287-304.
Aiello, Antoni., et al. 2010. Neighbourhood
yang signifikan terhadap partisipasi dan
planning improvement: Physical attributes,
memiliki korelasi yang cukup signifikan cognitive and affective evaluation and
terhadap kebetahan seseorang pada activities in two neighbourhoods in Rome.
lingkungan perumahan/ tempat tinggalnya. Evaluation and Program Planning, 33(3),
Adapun aspek kenyamanan yang 264-275.
mempengaruhi sikap terhadap tempat
Ashadi., et al. 2016. Pencahayaan dan Ruang Lavrakas, Paul, J. 2008. Encyclopedia of
Gerak Efektif Sebagai Indikator Survey Research Methods. California:
Kenyamanan Pada Rumah Sederhana SAGE Publications, Inc.
Sehat yang Ergonomis. Jurnal Arsitektur Maslow, Abraham, H. 1994. Motivasi dan
NALARs. 15 (2), 35-44. Kepribadian 1: Teori Motivasi dengan
Caritas, Agus, Inter, A., et al. 2017. Faktor- Pendekatan Hirarki Kebutuhan Manusia.
Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Jakarta: PT. Pustaka Binaman Pressindo.
Kepuasan Hunian Perumahan Bersubsidi M, Sastra, S & Marlina, Endy. 2006.
Di Kota Malang. Rekayasa Sipil. 11 (1), Perencanaan dan Pengembangan
41-48. Perumahan. Yogyakarta: ANDI
Doxiadis, Constantinos, A. 1970. Ekistics, the Yogyakarta.
Science of uman Settlements. Form Mohit, Mohammad, A & Azim, Mohamed.
Science. 170 (3956), p. 393-404. 2012. Assessment of Residential
Ernawati, Jenny & Mustikawati, Triandriani. Satisfaction with Public Housing in
2009. Model Teoritik Hubungan Kepuasan Hulhumale’, Maldives. Procedia Social
Berhuni dengan Place Attachment di and Behaviour Sciences. 50, p. 756-770.
Perkotaan. Laporan Hasil Penelitian Muchlis, Aulia, F & Kusuma, Hanson, E. 2016.
Fundamental. Tidak diterbitkan. Arsitektur. Persepsi Kriteria Kenyamanan Rumah
Universitas Brawijaya. Malang. Tinggal. Prosiding Temu Ilmiah IPLBI,
Grimm, Laurence, G & Yarnold, Paul, R. 2001. D107-D110.
Reading and Understanding Multivariate Mustikawati, Triandriani & Ernawati, Jenny.
Statistics. Washington: American 2014. Variabel Aspek Kepuasan Berhuni
Pshycological Association. di Lingkungan Hunian Perkotaan, Kota
Groat, Linda & Wang, David. (2013). Malang. Jurnal RUAS. 12 (1), 1-9.
Architectural Research Methods (Second Najafi, Mina & Kamal, Mustafa. 2011. The
Edition). New York: John Wiley & Sons. Concept of Place and Sense of Place
Inc. Architectural Studies. International
Hakim, Rustam & Utomo, Hardi. 2003. Science Index, Humanities and Social
Komponen Perancangan Arstektur Sciences. 5 (8), 1054-1060.
Lansekap. Jakarta: PT. Bumi Aksara. Nurhayati, Yuli. 2015. Sense of Place pada
Hashemnezhad, Hashem., Yasdanfar, Seyed, Masyarakat yang Tinggal di Sekitar TPA
A., et al. 2013. Comparison the Concepts Supit Urang Kota Malang. Skripsi. Tidak
of Sense of Place and Attachment to diterbitkan. Program Studi Psikologi
Place in Architectural Studies. Malaysia Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.
Journal of Society and Space. 9 (1), 107- Universitas Brawijaya. Malang
117. Rachman, Riska, A & Kusuma, Hanson, E.
Helmi, Avin, F. 1999. Beberapa Teori Psikologi 2014. Definisi Kebetahan dalam Ranah
Lingkungan. Buletin Psikologi. No. 2, 7- Arsitektur dan Lingkungan Perilaku.
19. Prosiding Temu Ilmiah IPLBI. A55-A60.
Jorgensen, Bradley, S & Stedman, Richard, C. Sakina, Bunga & Kusuma, Hanson, E. 2014.
2001. Sense of Place as an Attitude: Pengaruh Kepuasan Berhuni Terhadap
Lakeshore Owners Attitudes Toward Their Keinginan pada Hunian Sewa. Prosiding
Properties. Journal of Environment Temu Ilmiah IPLBI. E27-E32.
Psychology. 21, p. 233-248. Sam, Mehdi., et al. 2012. Residential
Karyono, Tri, H. 2001. Teori dan Acuan Satisfaction and Construction. Scientific
Kenyamanan Termis dalam Arsitektur. Research and Essays. 7 (15), pp. 1556-
Jakarta: PT. Catur Libra Optima. 1563.
Kolcaba, Katharine. 2001. Evolution of The Mid Sajeva, Svetlana., et al. 2012. Subjectively
Range Theory of Comfort for Outcomes Evaluated Quality of Life: the Case of
Research. Nursing Outlook. 49 (2), 86-92. Largest Cities of Lithuania. Social
Kumar, Ranjit. 2005. Research Metodology, A Sciences: Socialiniai mokslai. 4 (78), 22-
Step by Step Guide for Beginner. London: 34.
Sage Publications. Shamai, Shmuel. 1991. Sense of Place: an
Kusuma, H, E. 2013. Value Lingkungan Alami. Empirical Measurement. Geoforum. 22
Retrieved form https://iplbi.or.id/value- (3), pp. 347-358.
lingkungan-alami/. Smith, Kylie, M. 2011. The Relationship
Laurens, Joyce, M. 2006. Pendekatan Perilaku Between Residential Satisfaction, Sense
Lingkungan Dalam Perancangan of Community, Sense of Belonging And
Pemukiman Kota. Dimensi Teknik Sense of Place in a Western Australian
Arsitektur. 34 (1), 19-30.
Urban Planned Community. Retrieved
from http://ro.ecu.edu.au/theses/460 .
Suharyat, Yayat. 2009. Hubungan Antara
Sikap, Minat, dan Perilaku Manusia.
Region. 1 (3), 1-19.
Syafrini, Delmira. 2013. Bank Sampah:
Mekanisme Pendorong Perubahan Dalam
Kehidupan Masyarakat. Humanus. 12 (2),
155-167.
Weidemann, Sue & Anderson, James, R.
1985. A conceptual framework for
residential satisfaction. In Altman, Irwin&
Werner, Carol, M. Home environments.
New York and London: Plenum Press
Widiastomo, Yudhi. 2014. Pengaruh Kualitas
Rumah dan Lingkungan Terhadap
Kepuasan Penghuni dan Kecenderungan
Berpindah di Perumnas Bukit
Sendangmulyo Semarang. Jurnal
Pembangunan Wilayah dan Kota. 10 (4),
413-424.
Yamada, Naoko., et al. 2009. Life satisfaction
of urban residents: Do health perception,
wealth, safety, community pride and, and
cultural tourism matter?. International
CHRIE Conference-Refereed Track. 24.
Retrieved from
http://scholarworks.umass.edu/refereed/S
essions/Friday/24 .
Zuchdi, Darmiyati. 1995. Pembentukan Sikap.
Cakrawala Pendidikan. 3 Tahun XIV, 51-
63.

You might also like