You are on page 1of 2

Nama : Nur Cahya Pradipta

NIM : 16305141088
Kelas : Matematika F 2016
Mata : Sejarah Matematika

The 15th and 16th Centuries


In parallel with the intense study of navigation, astronomy, and trigonometry, there was also
growing interest in arithmetic and algebra. With the rise of the merchant class, more people
found that they needed to be able to compare. Since algebra was thought of as a kind of
generalized arithmetic, it was natural for scholars to move from arithmetic to algebra as they
went deeper into their studies. Algebra remained a central interest of mathematicians well into
the 17th century; we shall discuss it in detail in the next section. (hal. 35)
Of course, algebra and trigonometry are related, and they influenced each other. Trigonometry is
a kind of algebraized geometry, and both algebra and trigonometry are methods for solving
problems. Often the same scholars wrote on both subjects. A leading example was Johannes
Muller (1436-1476), also known as Regiomontanus (a Latinized version of “from Konigsberg,”
referring to his birthplace). Besides translating many classical Greek works and studying the
stars, he wrote De Triangulis Omnimodis (“On All Sorts of Triangles”), one of the first treatises
devoted solely to trigonometry. (hal. 36)
A great many new ideas were introduced into trigonometry at this time. The list of trigonometric
functions (sine, cosine, tangent, cotangent, secant, cosecant ) became standardized. New
formulas and new applications were discovered. At first, the entire focus was on spherical
triangles, whether on the celestial sphere or on the earth. Then, for the first time, people also
started applying trigonometry to plane triangles. Throughout all this, sines and cosines continued
to be thought of as lengths of particular line segments. No one thought of them as ratios, or as
lengths on a unit circle. All sine tables were based on a circle of fixed radius, and in applications
one had to use proportionality to adapt the information to the radius at hand. (hal. 36)
Terjemahan :
Sejalan dengan studi intens navigasi, astronomi, dan trigonometri, ada juga minat yang
meningkat dalam aritmatika dan aljabar. Dengan naiknya kelas pedagang, lebih banyak orang
menemukan bahwa mereka harus dapat membandingkan. Karena aljabar dianggap sebagai
semacam aritmatika umum, wajar bagi para sarjana untuk beralih dari aritmatika ke aljabar saat
mereka masuk lebih dalam ke studi mereka. Aljabar tetap menjadi minat utama matematikawan
hingga abad ke-17; kita akan membahasnya secara rinci di bagian selanjutnya. (hal. 35)
Dalam paragraf tersebut dapat diketahui popularitas yang didapat dari ilmu aljabar.
Perkembangan ilmu aritmatika mendukung kemajuan studi terutama pada navigasi, astronomi,
dan trigonometri. Banyak orang yang membicarakan aljabar dan aritmatika kemudian mayoritas
banyak yang mendalami aljabar. Hal tersebut dapat terlihat dari minat para matematikawan
sampai dengan abad ke-17.
Tentu saja, aljabar dan trigonometri saling berkaitan, dan mereka saling memengaruhi.
Trigonometri adalah sejenis geometri aljabar, dan baik aljabar maupun trigonometri adalah
metode untuk memecahkan masalah. Seringkali cendekiawan yang sama menulis pada kedua
subjek. Contoh utama adalah Johannes Muller (1436-1476), juga dikenal sebagai Regiomontanus
(versi Latin dari Konigsberg, merujuk pada tempat kelahirannya). Selain menerjemahkan banyak
karya klasik Yunani dan mempelajari bintang-bintang, ia menulis De Triangulis Omnimodis
(Pada Segala Macam Segitiga), salah satu risalah pertama yang dikhususkan semata-mata untuk
trigonometri. (hal. 36)
Dapat diketahui bahwa penulisan studi keilmuan trigonometri dan aljabar yang merupakan suatu
ilmu yang sejenis sehingga beberapa pengertian juga mengartikan ilmu-ilmu tersebut memang
diartikan suatu metode pemecahan masalah. Beberapa penulis telah membuat tulisan yang
membahas kelimuan tersebut dengan judul yang berbeda tetapi saling berkaitan. Sebagai contoh
tulisan dari Johannes Muller pada tahun 1436 – 1476.
Banyak sekali ide baru yang diperkenalkan ke trigonometri pada saat ini. Daftar fungsi
trigonometrik (sinus, cosinus, garis singgung, kotangen, garis potong, cosecant) menjadi standar.
Formula baru dan aplikasi baru ditemukan. Pada awalnya, seluruh fokusnya adalah pada segitiga
berbentuk bola, baik di bola angkasa atau di bumi. Kemudian, untuk pertama kalinya, orang-
orang juga mulai menerapkan trigonometri pada bidang segitiga. Sepanjang semua ini, sinus dan
cosinus terus dianggap sebagai panjang dari segmen garis tertentu. Tidak ada yang
menganggapnya sebagai rasio, atau panjang pada lingkaran satuan. Semua tabel sinus didasarkan
pada lingkaran jari-jari tetap, dan dalam aplikasi kita harus menggunakan proporsionalitas untuk
menyesuaikan informasi dengan jari-jari yang ada. (hal. 36)
Perkembangan ide baru terus bermunculan mulai dari trigonometri yang dimanfaatkan untuk
menetukan segitiga berbentuk bola yang berada di angkasa atau di bumi. Kemudian fokus
keilmuan berkembang terapan trigonometri pada bidang segitiga. Pandangan ilmuwan mengenai
sinus dan cosinus sebagai garis berkembang menjadi sebagai rasio atau panjang pada lingkaran.
Hal tersebut dapat didasarkan pada jari-jari lingkaran dan penjelasan aplikasi menggunakan
proporsionalitas.

You might also like