You are on page 1of 7

JURNAL ILMIAH MANUNTUNG, 4(1), 67-73, 2018 p-ISSN.

2443-115X
e-ISSN. 2477-1821

EFEK SAMPING OBAT ANTI TUBERKULOSIS (OAT) DAN


PENANGANANNYA PADA PASIEN TUBERKULOSIS (TB) DI
PUSKESMAS PERUMNAS KOTA KENDARI
Submitted : 29 Maret 2018
Edited : 7 Mei 2018
Accepted : 17 Mei 2018

Musdalipah*, Eny Nurhikma, Karmilah, Muh. Fakhrurazi

Politeknik Bina Husada Kendari, Program D-III Farmasi


Email : musdalipahapt@gmail.com

ABSTRACT
Tuberculosis is an infectious disease caused by Mycobacterium tuberculosis, which
mostly (80%) attacks the lungs. Tuberculosis is one of the diseases that attacks people with the
relatively high percentage and can effect in death. This study aims to determine how the use of
anti-tuberculosis drugs in TB patients cause bad side effects and how the treatment of the side
effect.The method of this research is descriptive with cross sectional study design. The sampling
techniques are Retrospective and Prospective research. The data tabulation taken by distributed
questionnaires and interviews to the TB patients and health worker. The data was collected at
the Perumnas public health center of Kendari, which was 21 patients who were undergoing
treatment stage and also had fulfilled the inclusion criteria that have been determined. The
results showed that 21 tuberculosis patients at the Perumnas public health center of Kendari
experienced the side-effects such as nausea and vomiting, hematuria, loss of appetite, fever,
joint, itch, and skin redness. The most common side effects were queasy and hematuria with the
same percentage of 71,5%. The treatment of side effects done by giving the drugs information
and providing the drug therapy in agree with the complaints.

Keywords : Tuberculosis, Side-effects, Anti-Tuberculosis

PENDAHULUAN percikan Droplet nuclei yang mengandung


Penyakit Tuberkulosis (TB) Mycobacterium tuberculosis. Berdasarkan
merupakan penyakit menular yang masih hal tersebut, maka salah satu upaya dalam
menjadi perhatian dunia. Menurut laporan pengendalian TB adalah pengobatan dengan
World Health Organization (WHO) tahun metode DOT’S (Directly Observed
2015 pada 20 High Burden Country List, Treatment of Short Course). Program ini
Indonesia berada pada peringkat 2 dari 20 telah dicanangkan oleh pemerintah sejak
negara berada di bawah India dengan tahun 1999, namun kasus TB masih tinggi(2).
persentase TB sebesar 10.3%. Pada tahun Data priode 2007-2013 menunjukkan bahwa
2011 WHO menyatakan penyakit TB setiap prevalensi penduduk yang didiagnosis TB
tahunnya menginfeksi sekitar 9.000.000 Paru tidak mengalami perubahan atau tetap
orang dan membunuh hampir 1.400.000 0,4%(3).
orang di seluruh dunia(1). Morbiditas dan mortalitas penyakit
Tingginya kejadian tuberkulosis TB merupakan permasalahan yang serius,
disebabkan karena cepatnya penyebaran terutama akibat munculnya efek samping
bakteri yang diakibatkan oleh penularan Obat Anti Tuberkulosis (OAT)(4). Sebagian
penyakit yang begitu mudah yaitu melalui besar penderita merasa tidak tahan terhadap

AKADEMI FARMASI SAMARINDA 67


JURNAL ILMIAH MANUNTUNG, 4(1), 67-73, 2018 MUSDALIPAH

efek samping OAT yang dialami selama ini dimaksudkan untuk menganalisis Efek
pengobatan(5,6). Sebanyak 69,01% penderita Samping Obat Anti Tuberkulosis (OAT) dan
mengalami efek samping OAT(7). Penanganan pada Pasien Tuberkulosis (TB)
Pengobatan polifarmasi dengan waktu yang di Puskesmas Perumnas Kota Kendari”.
cukup lama memperlihatkan adanya efek
samping obat (ESO) mulai dari ringan METODE PENELITIAN
sampai berat seperti hepatotoksik, gangguan Alat dan Bahan
pencernaan, reaksi alergi, arthralgia dan Alat yang digunakan pada penelitian
gangguan neurologi. Angka insiden ESO ini adalah pedoman wawancara, kuesioner,
juga sangat bervariasi dalam rentang tape recording dan kamera. Bahan yang
5,1%-83.5%(8,9). digunakan berupa buku panduan yang
Hasil penelitian Abbas menunjukkan mengacu pada Kemenkes RI terkait
persentase penderita berdasarkan jenis efek monitoring efek samping Obat Anti-
samping yang dialami adalah nyeri sendi Tuberkulosis (OAT) dan penanganannya
81%, mual 79,3%, gatal-gatal 77,6%, kurang pada pasien Tuberkulosis. Data primer
nafsu makan 75,9%, pusing 67,2%, berupa jawaban tentang efek samping OAT
kesemutan 50%, muntah 41,4%, sakit perut yang dialami penderita TB diperoleh melalui
34,5%, gangguan penglihatan 27,6%, sakit kunjungan langsung ke rumah masing-
kepala 24,1% dan gangguan pendengaran masing responden. Data sekunder terkait
6,9%. Penelitian ini menunjukkan bahwa identitas penderita diperoleh pada kartu
penderita mengalami efek samping OAT pengobatan rutin penderita di Puskesmas
setiap minggu selama pengobatan tahap Perumnas Kota Kendari.
intensif(10).
Pelayanan kesehatan di tingkat Jalannya Penelitian
kabupaten/kota merupakan tulang punggung Penelitian ini merupakan penelitian
dalam program pengendalian TB. Setiap yang dianalisis secara observasional
kabupaten/kota memiliki sejumlah Fasilitas deskriptif. Desain penelitian menggunakan
Pelayanan Kesehatan (FPK) primer penelitian Cross Sectional Study dengan
berbentuk puskesmas, terdiri dari Puskesmas pengambilan sampel secara retrospektif dan
Rujukan Mikroskopis (PRM), Puskesmas prospektif. Penelitian dilaksanakan pada
Satelit (PS) dan Puskesmas Pelaksana bulan Juni – Agustus 2017 di Puskesmas
Mandiri (PPM). Dalam rangka Perumnas Kota Kendari. Sampel penelitian
meningkatkan upaya pengendalian TB dan ialah penderita TB Paru yang terkonfirmasi
khususnya mencegah pasien loss to follow- BTA (+) dan menjalani pengobatan tahap
up dari pengobatan, maka sangat penting intensif dan lanjutan di Puskesmas
untuk memantau kondisi klinis pasien Perumnas, usia ≥ 18 tahun, tidak memiliki
selama masa pengobatan sehingga efek penyakit penyerta, tidak memiliki riwayat
samping berat dapat segera diketahui dan penyakit yang sama dengan efek samping
ditatalaksana secara tepat(11). OAT dan tidak hamil. Analisis data
Data yang telah didapatkan oleh menggunakan analisis univariat untuk
Dinas Kesehatan Kota Kendari menyatakan menggambarkan persentase efek samping
bahwa jumlah penderita tuberkulosis pada yang dialami penderita selama menjalani
tahun 2016 sebanyak 1970 pasien. Jumlah pengobatan dan disajikan melalui tabel
penderita TB terbanyak pada Puskesmas distribusi frekuensi. Instrument yang
Perumnas Kota Kendari yaitu 457 pasien. digunakan dalam pengumpulan data adalah
Berdasarkan uraian tersebut maka penelitian lembar check list yang berisi tentang jenis

68 AKADEMI FARMASI SAMARINDA


JURNAL ILMIAH MANUNTUNG, 4(1), 67-73, 2018 MUSDALIPAH

efek samping yang dialami penderita dan Kejadian Efek Samping Penggunaan
penanganannya. Obat Anti-Tuberkulosis (OAT)
Tabel 2. Data Keluhan Efek Samping Obat
HASIL DAN PEMBAHASAN Anti Tuberkulosis di Puskesmas
Jumlah responden yang bersedia di Perumnas Kota Kendari
wawancarai sebanyak 21 responden dengan
Jenis Keluhan Jumlah Persentase
tahap pengobatan OAT secara intensif dan
Efek Samping Pasien (%)
lanjutan. Mual dan
15 orang 71,5 %
Muntah
Karakteristik Responden Kemerahan pada
15 orang 71,5%
Tabel 1. Karakteristik Pasien Tuberkulosis Air Seni
di Puskesmas Perumnas Kota Tidak ada Nafsu
8 orang 38%
Kendari Makan
Demam 8 orang 38 %
Variasi
Karakteristik Jumlah (%)
Kelompok Nyeri Sendi 7 orang 33%
Jenis Kelamin L 11 52%
Gatal dan Kemerahan
P 6 orang 28,5 %
10 48% pada Kulit
Usia ≤ 55 Tahun 19 90,5%
Pengobatan TB di Puskesmas
> 55 Tahun 2 9,5% perumnas menggunakan OAT kategori I
Tahap Intensif 6 28,5% terdiri atas 2 bagian, yaitu: pengobatan tahap
Pengobatan
Lanjutan intensif/awal, berisi kaplet RHZE
15 71,5%
(Rifampicin 150 mg, Isoniazid 75 mg,
Mengalami Ya 21 100% Pirazinamid 400 mg dan Etambutol 275 mg)
keluhan
Tidak 0 0 sebanyak 6 blister digunakan selama 2 bulan
dan pengobatan tahap lanjutan, berisi tablet
RH (Rifampicin 150 mg dan Isoniazid 150
Sejumlah 21 orang responden dengan
mg) sebanyak 6 blister digunakan selama 4
penyakit tuberkulosis diberikan lembaran
bulan.
pertanyaan. Jumlah pasien perempuan 10
Petugas penanganan TB di puskesmas
orang (48%) dan pasien laki-laki 11 orang
menyebutkan bahwa keluhan efek samping
(52%). Jenis kelamin responden lebih
yang pertama dirasakan oleh pasien saat
banyak laki-laki dibandingkan perempuan.
pertama meminum OAT adalah gangguan
Sebagian besar penderita tuberkulosis adalah
pencernaan dan keluhan tidak adanya nafsu
penduduk berusia produktif, yaitu di antara
makan. Tidak adanya nafsu makan
usia 16 hingga 55 tahun yaitu sebanyak
merupakan efek samping dari obat
90,5%. Laki-laki sebagian besar mempunyai
rifampisin dan telah menerima keluhan
kebiasaan merokok sehingga memudahkan
sebanyak 38% penderita TB. Obat
terjangkitnya TB Paru dan laki-laki juga
rifampisin juga dapat menimbulkan efek
mempunyai mobilitas tinggi, pekerjaan lebih
samping berupa demam, keluhan efek
berat dan lebih banyak kontak dengan
samping demam dialami oleh pasien TB
lingkungan diluar dibandingkan perempuan
sebanyak 38%.
sehingga kemungkinan tertular kuman
Besarnya efek nyeri sendi disebabkan
tuberkulosis lebih besar(12).
oleh Pirazinamid(10). Menurut Tjay dan
Rhardja bahwa ketika terjadi reaksi alergi,

AKADEMI FARMASI SAMARINDA 69


JURNAL ILMIAH MANUNTUNG, 4(1), 67-73, 2018 MUSDALIPAH

maka akan meningkatkan kadar histamin efek gastrointestinal (mual dan muntah) dan
dan konsentrasi asam dalam tubuh, sehingga hepatotoksik.
menjadi faktor munculnya peradangan/ nyeri Kejadian efek samping ringan dan
pada otot dan sendi penderita berat sangat berhubungan dengan faktor
(13)
tuberkulosis . Menurut Kemenkes RI umur. Berdasarkan hasil wawancara pada
bahwa munculnya efek mual, kurang nafsu responden penderita TB bahwa kejadian
makan dan sakit perut disebabkan oleh efek samping ringan pada rentan usia 19 –
Rifampisin(11). Adapun efek pusing atau 49 tahun. Kejadian efek samping berat pada
gangguan keseimbangan dapat disebabkan renta usia 50 – 65 tahun. Hal ini sesuai
oleh Streptomisin. Sedangkan reaksi gatal- dengan penelitian Reni, et al bahwa dengan
gatal dan kesemutan disebabkan oleh bertambahnya umur mempengaruhi dose
Isoniazid. Isoniazid memiliki rumus kimiawi response terhadap kejadian efek samping
yang sama dengan piridoksin dalam tubuh ringan dan efek samping berat(16). Hasil
sehingga dapat menimbulkan interaksi penelitian juga sejalan dengan penelitian
dengan obat yang berakibat defisiensi Kocfa dan Schaberg yang menyatakan
vitamin. Kekurangan vitamin dapat bahwa resiko ESO berhubungan dengan usia
menimbulkan perasaan tidak sehat, letih dan yang makin meningkat/tua(17,18). Semakin
lemah serta hilangnya nafsu makan bertambah usia kemampuan fungsi hati
(anoreksia). terutama peran enzim sitokrom P450 dalam
Tabel 2 menunjukkan jenis efek metabolisme obat menurun serta
samping OAT yang paling banyak ialah kemampuan untuk mengeliminasi obat juga
mual, muntah dan kemerahan pada air seni menurun sehingga berisiko besar untuk
(71,5%). Efek lain adalah demam dan mengalami ESO(19).
kurang nafsu makan (38%), nyeri sendi
(33%), gatal-gatal dan kemerahan pada kulit Penanganan efek samping
(28,5%). Hal ini sejalan dengan penelitian Penanganan terhadap efek samping
Sari et al bahwa efek samping yang paling yang terjadi telah ditetapkan oleh Kemenkes
banyak pada bulan pertama dan kedua RI(11). Penanganan terhadap efek samping
adalah mual, pusing, gatal dan nyeri sendi(4). diperlukan karena kemungkinan dampak
Penelitian ini didukung oleh Caroll et al, negatif, seperti kegagalan terapi, semakin
bahwa efek samping utama yang paling beratnya penyakit dan menurunnya
sering timbul adalah gangguan pencernaan kepatuhan mengkonsumsi obat. Penanganan
(mual, muntah, diare dan nyeri perut), melalui penyuluhan dan pemberian
gangguan nyeri sendi, gangguan psikis, informasi kepada pasien merupakan
gangguan visual dan gangguan syaraf (14). penanganan yang paling baik dilakukan.
Begitu pun pada penelitian Kurniawati et al, Penelitian ini menguji kesesuaian antara
bahwa efek umum yang terjadi adalah efek penanganan dengan efek samping yang
terhadap kulit(15). Adapun efek lain yakni dirasakan oleh pasien tuberculosis(20).

70 AKADEMI FARMASI SAMARINDA


JURNAL ILMIAH MANUNTUNG, 4(1), 67-73, 2018 MUSDALIPAH

Tabel 3. Penanganan Efek Samping yang dilakukan Petugas Puskesmas Perumnas Kota
Kendari

Efek Samping Penanganan


a. Menganjurkan meminum air hangat
Mual dan muntah
b. Pemberian vitamin B6
a. Pemberian informasi mengenai warna merah pada
Kemerahan pada air seni (urin) urin aman
b. Menganjurkan untuk meminum air yang banyak
a. Pemberian vitamin B-compleks
Tidak ada nafsu makan b. Menganjurkan untuk minum susu
c. Obat diminum malam sebelum tidur
a. Pemberian obat antipiretik (paracetamol)
Demam
b. Menganjurkan untuk meminum air yang banyak
a. Pemberian obat analgetik (ibuprofen)
Nyeri Sendi
b. Obat diminum malam sebelum tidur
a. Pemberian antihistamin terhadap keluhan gatal
Gatal dan kemerahan pada kulit (CTM)
b. Pemberian bedak salicyl

Berdasarkan hasil wawancara (tabel malam hari sebelum tidur. Keluhan efek
3) bahwa efek samping berupa mual dan samping berupa demam dapat ditangani
muntah diatasi dengan cara menganjurkan dengan pemberian obat antipiretik
meminum air hangat dan memberikan (paracetamol) dan menganjurkan untuk
vitamin B6. Penanganan berupa pemberian meminum air yang banyak. Efek samping
vitamin B6 ini dilakukan guna menghindari berupa nyeri sendi juga mendapatkan
gejala toksis berupa polineuritis yaitu radang keluhan dari beberapa pasien penderita TB.
saraf dengan gejala kejang dan gangguan Penanganannya dapat berupa pemberian
penglihatan. Keluhan berupa kemerahan obat analgetik (ibuprofen) dan obat
pada air seni (urin) merupakan keluhan yang dianjurkan diminum pada malam hari
sering terjadi. Penanganan yang dapat sebelum tidur.
dilakukan yaitu memberikan informasi Efek samping lain yang dikeluhkan
kepada pasien mengenai warna merah pada oleh pasien yaitu gatal dan kemerahan pada
urin aman dan menganjurkan untuk kulit. Efek samping ini terjadi karena
meminum air yang banyak. Keluhan ini penggunaan semua jenis OAT, cara
timbul akibat efek dari penggunaan penanganan yang dapat dilakukan yaitu
rifampisin yang merupakan komponen memberikan antihistamin (CTM) terhadap
utama dari OAT, dimana pasien tidak perlu keluhan gatal dan memberikan bedak
diberi obat lain tetapi pasien cukup salicyl. Penanganan efek samping harus
diberikan penjelasan(11). dilakukan secara berkesinambungan pada
Efek samping berupa tidak adanya pasien TB. Dalam hal ini diperlukan
nafsu makan juga ditemukan pada sebagian Komunikasi, Informasi dan Edukasi kepada
penderita TB. Penanganan yang dilakukan tenaga kesehatan dan masyarakat dalam
yaitu dengan memberikan vitamin B- rangka peningkatan penggunaan obat yang
compleks, mengajurkan untuk minum susu rasional sehingga meminimalkan risiko
dan dianjurkan untuk meminum obatnya di terjadinya efek samping obat(21).

AKADEMI FARMASI SAMARINDA 71


JURNAL ILMIAH MANUNTUNG, 4(1), 67-73, 2018 MUSDALIPAH

SIMPULAN Teaching Hospital in The City of


Semua pasien tuberkulosis di Imphal, Manipur, India. The Journal of
Puskesmas Perumnas Kota Kendari Association of Chest Physicians. 1(2):
mengalami efek samping berupa mual dan 50-53.
muntah, kemerahan pada urin, tidak ada 8. Shang, 2011, Incidence, clinical
nafsu makan, demam, nyeri sendi, gatal dan features and impact on
kemerahan pada kulit. Efek samping yang Anti-Tuberculosis treatment of
paling sering dikeluhkan yaitu mual dan Anti-Tuberculosis drug induced liver
warna kemerahan pada urin dengan injury (ATLI) in China. Journal PLoS
persentasi yang sama yakni 71,5%. ONE 7:e21836.
Penanganan efek samping yang dilakukan 9. Maciel EL. 2010, Adverse effects of the
yaitu pemberian informasi obat dan juga new tuberculosis treatment regimen
keluhan yang diterima dan pemberian terapi recommended by the Brazilian ministry
obat yang sesuai dengan keluhan. of health. J Bras Pneumol;36:232–8.
10. Abbas, 2017, Monitoring Efek Samping
DAFTAR PUSTAKA Obat Anti-Tuberkulosis (OAT) Pada
1. World Health Organization. 2015, Use Pengobatan Tahap Intensif Penderita
of high burden country lists for tb by TB Paru di Kota Makassar, Journal of
WHO in the post-2015 Era. Agromedicine and Medical Science, 3
2. Depkes RI, 2007. Pedoman Nasional (1) : 19-24.
Penanggulangan Tuberkulosis. 11. Kemenkes RI. 2014. Pedoman
Departemen Kesehatan Republik Nasional Penanggulangan
Indonesia, Jakarta. Tuberkulosis 2014. Diakses pada
3. Kemenkes RI. 2013. Riset Kesehatan http://www.tbindonesia.or.id/opendir/B
Dasar 2013. Diakses pada uku/bpn_p-tb_2014.pdf.
http://www.depkes.go.id. 12. Rusdi, N, K, 2011, Gambaran Efek
4. Sari ID, Yuniar Y, and Syaripuddin M. Samping Kombinasi Obat dan
2014. Studi Monitoring Efek Samping Kesesuaian Dosis pada Pasien Multiple
Obat Anti Tuberkulosis FDC Kategori Drug Resistance Tuberculosis (TB
1 di Provinsi Banten dan Provinsi Jawa MDR) di Rumah Sakit Umum Pusat
Barat. Media Litbangkes. 24 (1): 28-35. Persahabatan Tahun 2010, Farmasains,
5. Marx FM, et al. 2012. The Rate of 1(4) : 199 – 202.
Sputum Smear-Positive Tuberculosis 13. Tjay TH dan Rahardja K. 2007. Obat-
after Treatment Default in a High- obat Penting. Jakarta: PT Elex Media
Burden Setting: a Retrospective Cohort Komputindo.
Study. PloS one. 7 (9): 1-9. 14. Caroll MW, et al. 2012. Frequency of
6. Cavalcante SC, et al. 2010. Community Adverse Reactions to First-and Second-
Randomized Trial of Enhanced DOTS Line AntiTuberculosis Chemotherapy in
for Tuberculosis Control in Rio de a Korean Cohort. Int. J. Tuberc. Lung
Janeiro, Brazil. Int J Tuberc Lung Dis. Dis.: Off. J. Int. Union against Tuberc.
14 (2): 203-209. And Lung Dis. 16 (7):961-967.
7. Sinha K, Marak ITR, and Singh WA. 15. Kurniawati F, Sulaiman SAS, and
2013. Adverse Drug Reactions in Gillani WS. 2012. Adverse Drug
Tuberculosis Patients Due to Directly Reactions of Patients Anti-tuberculosis
Observed Treatment Strategy Therapy: Drugs Among Tuberculosis Patients
Experience at an Outpatient Clinic of a Treated in Chest Clinic. International

72 AKADEMI FARMASI SAMARINDA


JURNAL ILMIAH MANUNTUNG, 4(1), 67-73, 2018 MUSDALIPAH

Journal of Pharmacy & Life Sciences. 3 leading to emergency department visits


(1): 1331-1338. for adverse drug events in older
16. Reny, Wahyono dan Yulismar, 2016, adults.Ann Intern Med. 147:755–65.
Kejadian Efek Samping Obat Anti- 20. Wiyati, Irawati dan Budiyono, 2014,
Tuberkulosis pada Pasien Tubekulosis, Studi Efek Samping Obat dan
J Respir Indo, 36(4) : 222 – 230. Penanganannya pada Pasien TB Paru
17. Kocfa CD, 2011, Factor associated di Puskesmas Melong Asih, Cimahi,
with Anti-Tuberculosis medication Indonesian Journal of Pharmaceutical
adverse effects: A Case Control Study Science and Technology, 3(1) : 23 – 30.
in Lima Peru. J Plos One ;6:1-5. 21. Musdalipah, Wahid Ado, Prasetyo,
18. Schaberg T.1996, Risk factor for 2016, Peningkatan Pengetahuan Ibu
side-effect of Iso-niazid, Rifampisin and Hamil Memilih Obat Bebas
Pyrazinamide in Patients Hospitalized Menggunakan Metode CBIA (Cara
for Pulmunory Tuberculosis. Eur Respir Belajar Insan Aktif), Jurnal Ilmiah Ibnu
J : 20:16-30. Sina, 1(2) : 219 – 226.
19. Budnitz, D.S., Shehab, N., Kegler, S.R.,
Richards, C.L.2007, Medication use

AKADEMI FARMASI SAMARINDA 73

You might also like