You are on page 1of 17

Jurnal Endurance 3(2) Juni 2018 (383-399)

FAKTOR RISIKO UTAMA MATERNAL PENYEBAB ABORTUS DI


PUSKESMAS KECAMATAN IV KOTO KABUPATEN AGAM
Lydia Mardison Putri
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Fort De Kock Bukittinggi, Jl Soekarno-Hatta No 11 Manggis
Ganting Koto Selayan Bukittinggi, Indonesia
lydia.mardison2@gmail.com
Submitted :15-02-2018, Reviewed:19-02-2018, Accepted:27-03-2018
DOI: http://doi.org/10.22216/jen.v3i2.3144

ABSTRACT
The purpose of this study to determine the main factors abortion in area of Agam Regency with 119
pregnant mothers in 2016 by using cross sectional approach and logistic binary regression test
analysis. The results found that 14.3% of mothers encountered abortion. There were six variables that
had significant relationship to major risk factors; mother’s education level (OR 6.161), mother’s
occupation (OR 8,000), family economic status (OR 0.138), mother’s psychology (OR 5,497), husband’s
role (OR 0, 95) and Ante Natal Care (ANC) quality (OR 10,714). Meanwhile mother’s age and parity
were considered insignificant. The result of logistic regression test found that ANC quality p = 0,021,
95% CI, Exp B 6.871 was the major risk factor of abortion and the confounding factors were mother’s
education level, family economic status and husband role due to change of OR> 10% in Agam regency
in 2016. Concultion is the implementation quality of ANC can decrease abortion. Researcher expects
that the Head of Health Department do coaching health workers to improve the quality of integrated
ANC.

Keywords: Major risk factors of abortion

ABSTRAK
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui faktor utama abortus di wilayah kabupaten Agam kepada 119
ibu hamil tahun 2016 dengan pendekatan cross sectional dan menggunakan analisis uji regresi logistic
binary. Hasil penelitian ditemukan 14,3% ibu mengalami abortus, variabel tingkat pendidikan ibu (OR
6.161), pekerjaan ibu (OR 8.000), status ekonomi keluarga ibu (OR 0.138), kondisi psikologis ibu (OR
5,497), peran suami (OR 0,95) dan kualitas Ante Natal Care (ANC) (OR 10,714)terdapat hubungan
yang bermakna sebagai faktor risiko abortus. Dan variabelusia ibu, paritas tidak menjadi faktor risiko
penyebab abortus. Hasil uji regersi logistic ditemukan kualitas ANC p=0,021, CI 95%, Exp B 6.871
adalah faktor risiko utama abortus dan variabel tingkat pendidikan ibu, status ekonomi keluarga dan
peran suami menjadi faktor confounding karena perubahan OR> 10% di Kecamatan IV Koto tahun
2016. Kesimpulan pelaksanaan ANC berkualitas dapat menurunkan kejadian abortus, Harapan peneliti
kepada dinas kesehatan untuk melakukan pembinaan sumber daya kesehatan untuk meningkatkankan
kualitas ANC terpadu.

Kata Kunci: Faktor risiko utama Abortus

Kopertis Wilayah X 383


Jurnal Endurance 3(2) Juni 2018 (383-399)

PENDAHULUAN Kecamatan yang ada di Kabupaten Agam


Tujuan pembangunan dunia telah Kecamatan IV Koto adalah kecamatan
ditetapkan dalam Sustainable Developmen penyumbang tertinggi kasus abortus yaitu
Goal’s (SDG’s) tahun 2030 khusus untuk mencapai 7.14% atau 26 kasusu dari 364 ibu
bidang kesehatan perporos pada penurunan hamil yang ada di Kecamatan IV Koto
Angka Kematian Ibu (AKI) kurang dari (Dinas Kesehatan Kabupaten Agam,
37/100.000 kelahiran hidup (WHO, 2015). 2015).H.l Bloom (1974) Abortus
5% kematian ibu itu berasal dari kejadian menggambarkan derajat kesehatan
abortus, 40-50% ibu hamil mengalami masyarakat yang masih rendah, dan ini
abortus di dunia, 60-70% terjadi pada usia adalah out put dari sebuah pelayanan
gestasi <12 minggu dan 1% pada gestasi kesehatan yang kurang optimal (Maulana,
>12 minggu (WHO, 2008). Permasalahan 2009). Berdasarkan latar belakang hipotesa
ini muncul dengan penyebab utama perilaku peneliti menduga ada hubungan yang antara
sex bebas dan legalitas pelaksanaan aborsi usia ibu, tingkat pendidikan ibu, pekerjaan
pada beberapa Negara (VOA, 2014). Di ibu, status ekonomi keluarga ibu, kondisi
Indonesia kejadian abortus disebabkan oleh spikologis ibu, paritas, serta peran suami
faktor janin, faktor maternal, danfaktor terhadap kejadian abortus, maka dari itu
eksternal (Profil Kesehatan Indonesia, tujuan penelitian ini untuk menemukan
2014), Tyagita (2011)di Semarang faktor risiko utama penyebab abotus di
menemukan paritas ibu menjadi faktor Wilayah kerja Puakesmas Kecamatan IV
utama penyebab abortus, Kusniati (2007) di Koto.
Banyumas menjelaskan usia ibu menjadi
faktor risiko utama kejadian abortus, namun METODE PENELITIAN
hal lain juga ditemukan oleh Noor Latifah Jenis penelitian ini bersifat analitik
(2012) mendapatkan ANC tidak teratur dengan pendekatan cross sectional,
memiliki peluang 2,6 kali penyebab menggunakan uji regresi logistic binary
kehilangan janin. untuk mengetahui faktor risiko paling utama
Di Sumatera Barat Fransadewo penyebab abortus di wilayah kerja
(2015) 5.8% abortus yang terjadi akibat dari Puskesmas Kecamatan IV Koto. Data
faktor ibu yang tidak menginginkan dikumpulkan pada bulan Januari 2016,
kehamilannya (Kehamilan Tidak jumlah populasi pada pnelitian ini sebanyak
Diinginkan/KTD) pada ibu yang memiliki 364 orang ibu hamil, dengan jumlah sampel
suami karena ibu sendiri tidak memiliki 119 responden diambil menggunakan
pekerjaan. Di Kabuapten Agam tahun 2012 tehnik proporsional sampling.Setelah
telah terjadi 3.15% kasus abortus, tahun pengumpulan data, dilakukan analisa
2013 3.27% kejadian, tahun 2014 3.59% multivariate menggunakan uji Regresi
kasus, dan pada tahun 2015 kasus terus Logistic Binary.
meningkat hingga 3.59%. Dari 16

Kopertis Wilayah X 384


Jurnal Endurance 3(2) Juni 2018 (383-399)

HASIL DAN PEMBAHASAN


Tabel 1: Hubungan Faktor Risiko Ibu Hamil Dengan Kejadian Abortus Di Wilayah
Kerja Puskesmas Kecamatan IV Koto Kabupaten Agam Tahun 2015
Tidak
Abortus
No Variabel Abortus n % p OR
f % f %
1 Usia Ibu Hamil 0.433
Berisiko 2 7,7 24 92,3 26 21,8 0.357 (0.92 - 2.031)
Tidak Berisiko 15 16,1 78 83,9 93 78,2
2 Pendidikan Terakhir Ibu 6.161
Rendah 15 21,1 56 78,9 71 59,7 (1.339-
0,020
28.340)
Tinggi 6,9 46 41,1 95,8 48 40,3
3 Status Pekerjaan Ibu 8.000
Bekerja 16 19 68 81 84 70,6 (1.018-
0.044
62.881)
Tidak Bekerja 1 2,9 34 97,1 35 29,4
4 Status Ekonomi Keluarga 0.138
Miskin 3 4,6 62 95,4 65 54,6 0.002 (0.037–0.512)
Tidak Miskin 14 25,9 40 74,1 54 45,4
5 Kondisi Psikologis Ibu 5.497
Ada ggn psikologis 12 27,9 31 72,1 43 36,1 (1.784-
0,003
16.937)
Tidak ada ggn psikologis 5 6,6 71 93,4 76 63,9
6 Paritas Ibu 2.062
Berisiko 11 18,6 48 81,4 59 49,6 0.278 (0.709-6.001)
Tidak Berisiko 6 10 54 90 60 50,4
7 Peran Suami 0.095
Tidak Berperan 11 10,2 97 89,8 108 90,8 0.001 (0.025-0.361)
Berperan 6 54,5 5 45,5 11 9,2
8 Kualitas ANC 10.714
Tidak Berkualitas 15 26,3 42 73,7 57 49,7 (2.327-
0.001
49.342)
Berkualitas 2 3,2 60 96,8 62 52,1

Berdasarkan table 1 menunjukkan hubungan yang signifikan antara tingkat


bahwa kejadian abortus lebih tinggi pada pendidikan ibu hamil dengan kejadian
ibu hamil dengan usia tidak berisiko yaitu abortus, dan hasil uji statistik juga
16,1%, dibandingkan dengan kejadian diperoleh nilai OR sebesar 6,161 artinya
abortus pada ibu hamil dengan usia berisiko ibu hamil yang pendidikan rendah memiliki
yaitu 7,7%. Hasil uji statistik didapatkan peluang 6,161 kali untuk mengalami
nilai p= 0,357 (> 0,05) yang artinya adalah abortus dibandingkan dengan ibu hamil
tidak ada hubungan yang bermakna antara yang memiliki pendidikan tinggi.
usia ibu hamil dengan kejadian abortus di Tabel 1menjelaskan kejadian abortus
wilayah kerja Puskesmas Kecamatan IV lebih tinggi pada ibu yang bekerja yaitu
Koto Kabupaten Agam Tahun 2015. 19,0% dibandingkan dengan ibu yang tidak
Variabel pendidikan diketahui bahwa bekerja yang mengalami abortus hanya
kejadian abortus lebih tinggi pada ibu hamil sebesar 2,9%. Dari hasil uji statistik
dengan tingkat pendidikan rendah yaitu didapatkan p value 0,044 (<0,05) artinya
21,1% dibandingkan dengan kejadian ada hubungan yang bernakna antara
abortus pada ibu hamil dengan tingkat pekerjaan dengan status kehamilan ibu
pendidikan tinggi yaitu sebesar 4,2%. Dari hamil. Dan hasil uji statistik juga diperoleh
hasil uji statistik didapatkan p value = 0,020 nilai OR sebesar 8,000 yang artinya ibu
(<0,05) yang menunjukkan adanya hamil yang bekerja memiliki peluang 8,000

Kopertis Wilayah X 385


Jurnal Endurance 3(2) Juni 2018 (383-399)

kali untuk mengalami abortus kejadian abortus sebesar 10%. Hasil uji
dibandingkan dengan ibu hamil yang tidak statistik didapatkan p value 0,278 (>0,05)
bekerja. artinya tidak ada hubungan yang bermakna
Diketahui juga bahwa kejadian antara jumlah paritas dengan kejadian
abortus lebih tinggi pada ibu dengan status abortus.
ekonomi tidak miskin dengan kejadian Diketahui bahwa kejadian abortus
abortus sebesar 25,9% dibandingkan lebih tinggi terjadi pada ibu hamil dengan
dengan ibu hamil dengan status ekonomi suami yang berperan dalam perawatan
miskin dimana kejadian abortus hanya kehamilan istrinya yaitu 54,5%
4,6%. Dari hasil uji statistik didapatkan p dibandingkan dengan ibu hamil yang
value 0,002 (<0,05) artinya ada hubungan suaminya tidak berperan dengan kejadian
yang bermakna antara status ekonomi abortus sebanyak 10,2%. Dari hasil uji
dengan kejadian abortus pada ibu hamil. statistik didapatkan p value 0,001 artinya
Hasil uji statistik diperoleh nilai OR sebesar ada hubungan yang bermakna antara peran
0,138 artinya ibu hamil dengan status suami dengan kejadian abortus, dan juga
ekonomi miskin merupakan faktor diperoleh nilai OR sebesar 0,95 artinya ibu
pencegah untuk mengalami abortus hamil yang memiliki suami tidak
dibandingkan dengan ibu hamil dengan melaksanakan perannya sebagai suami ibu
status ekonomi tidak miskin. hamil menjadi faktor pencegah bagi ibu
Diketahui juga kejadian abortus untuk tidak mengalami abortus
terbanyak terjadi pada ibu hamil dengan dibandingkan dengan ibu hamil yang
gangguan psikologis dengan kejadian memiliki suami lebih berperan dikala ibu
abortus sebesar 27,9% dibandingkan sedang hamil.
dengan ibu hamil yang tidak mengalami Tabel 1 ini juga diketahui bahwa ibu
gangguan psikologis dengan kejadian hamil yang mengalami abortus lebih tinggi
abortus sebanyak 6,6%. Hasil uji statistik pada ibu hamil yang tidak mendapatkan
didapatkan p value 0,003 (<0,05) artinya pelayanan ANC yang tidak berkualitas
ada hubungan yang bermakna antara yaitu 26,3% dibandingkan dengan ibu
gangguan kondisi psikologis ibu hamil hamil yang mendapatkan pelayanan ante
dengan kejadian abortus, dan juga natal care yang berkualitas dengan
diperoleh nilai OR sebesar 5,497 yang kejadian abortus sebanyak 3,2%. Hasil uji
artinya ibu hamil dengan gangguan statistis didapatkan p value 0,001(<0,05)
psikologis memiliki peluang sebesar 5,497 yang artinya ada hubungan bermakna
kali untuk mengalami abortus antara ibu hamil yang mendapatkan ANC
dibandingkan dengan ibu hamil yang tidak tidak berkualitas dengan kejadian abortus.
mengalami gangguan psikologis. Hasil uji statistik juga ditemukan nilai OR
Dapat diketahui juga bahwa kejadian sebesar 10,714 yang artinya ibu hamil
abortus lebih tinggi pada ibu hamil dengan dengan ANC tidak berkualitas memiliki
jumlah paritas berisiko yaitu sebesar 18,6% peluang 10,714 kali untuk mengalami
dibandingkan dengan ibu hamil dengan abortus dibandingkan dengan ibu hamil
jumlah paritas tidak berisiko dengan yang mendapatkan ANC berkualitas
Tabel 2 Hasil Uji Regresi Logistik Binary
95% C.I for
No Variabel Model 1 Model 2 Model 3 EXP (B) EXP (B)
Lower Upper
1 Pendidikan ibu hamil 0.156 0.139 0.088 4.560 0.796 26.124
2 Pekerjaan ibu hamil 0.625 - 1.723 0.162 18.307
3 Status ekonomi ibu hamil 0.224 0.141 0.092 0.260 0.054 1.247
4 Kondisi psikologis ibu hamil 0.163 0.134 - 2.779 0.730 10.587
5 Peran suami 0.044 0.030 0.024 0.134 0.024 0.765
6 Kualitas ante natal care care 0.053 0.052 0.021 6.871 1.338 35.274

Kopertis Wilayah X 386


Jurnal Endurance 3(2) Juni 2018 (383-399)

Berdasarkan tabel 2 dapat diketahui hubungan antara usia ibu hamil dengan
bahwa variabel yang dikeluarkan secara kejadian abortus. Penelitian ini berbeda
bertahap dimulai dari tahap 1 yaitu variabel dengan penelitian yang dilakukan oleh
yang memiliki nilai p terbesar yaitu Henik wahyuni (2011) di Kabupaten Kubu
variabel pekerjaan ibu hamil (p=0,625), Raya Kalimantan Barat yang mendapatkan
tahap 2 yaitu variabel kondisi psikologis bahwa ada hubungan antara usia ibu hamil
ibu hamil (p=0,134), dan pada tahap 3 dengan kejadian abortus dimana p value =
terlihat variabel kualitas ANC menjadi 0,018. Hasil serupa juga ditemukan oleh
variabel yang memiliki nilai p terkecil yaitu Noordiati (2014) di RSUD Dr.Doris
0,021 dengan CI 95% Exp B 6.871 yang Sylvanus Palangkaraya Kalimantan Barat
artinya ibu hamil dengan kualitas ANC dimana ada hubungan yang signifikan atara
yang tidak berkualitas memiliki peluang usia ibu dengan kejadian abortus, setelah
6.871 kali untuk mengalami abortus dilakukan uji statistik diperoleh nilai
didalam kehamilannya, dan menjadi p=0,0084, dan OR= 3,6 (95% CI= 1,17-
variabel paling dominan dalam penelitian 11,06).
ini. Penelitian yang dilakukan oleh Elvira
Setelah dilakukan analisis ditemukan (2013) di Rokan Hulu Riau juga
adanya counfounding karena terdapat menemukan bahwa ada hubungan yang
perubahan OR>10% yaitu pada variabel: signifikan antara usia ibu hamil dengan
variabel pendidikan, Perubahan OR= kejadian abortus dimana setelah dilakukan
4,560-3,686/4,560= uji statistik ditemukan p value 0,032.
0,19x100=19,1.Variabel status ekonomi Hal ini sesuai dengan teori yang
keluarga Perubahan OR= 0,260- mengatakan bahwa risiko terjadinya
1,349/0,260= 0,342 x 100 = 34,2. Variabel abortus spontan meningkat pada usia > 35
peran suami Perubahan OR= 0,134- tahun sebesar 26 % dan pada usia < 20
0,153/0,134 = 0,141 x 100 = 14,1. Pada tahun sebesar 12 % bersamaan dengan
variabel tingkat pendidikan ibu, status peningkatan usia ibu (Cunningham,1995).
ekonomi keluarga ibu hamil, dan peran Hasil penelitian ini juga berbeda dengan
suami memiliki nilai perubahan OR >10% hasil penelitian yang dilakukan Kusniati
maka ketiga variabel ini menjadi variabel (2007) dengan p value 0,005 dan dapat
counfoding pada penelitian ini.Berdasarkan dijelaskan bahwa ada hubungan yang
hasil penelitian tersebut dapat dibahas bermakna antara umur ibu dengan kejadian
bahwa: abortus spontan disebabkan karena
1. Hubungan Faktor Risiko Ibu Hamil pasangan usia subur masih kurang
Dengan Kejadian Abortus Di memahami tentang usia reproduksi sehat.
Wilayah Kerja Puskesmas Pengaruh negatif peningkatan usia
Kecamatan IV Koto Kabupaten ibu terhadap outcome kehamilan dapat
Agam Tahun 2015 dinilai dari penurunnya fertilitas,
Usia pada penjelasan sebelumnya keguguran, abnormalitas kromosom,
menunjukkan kematang fisik, psikologis komplikasi hipertensi dan stillbirth, karena
dan sosial seseorang (Prawiriharjo, 2002), semakin tua umur ibu berpengaruh
usia ibu yang belum siap menerima terhadap fungsi ovarium, dimana sel telur
kehamilan akan berpengaruh terhadap yang berkualitas akan semakin sedikit,
proses pembentukan kehamilan dan yang berakibat abnormalitas kromosom
pemeliharaan kehamilan yang berakibat hasil konsepsi yang selanjutnya akan sulit
pada ketidak mampuan menerima berkembang.
kehamilan. Dilihat dari hasil penelitian ini
Penelitian ini sejalan dengan dibandingkan dengan penelitian orang lain
penelitian yang dilakukan oleh Tyagita dan teori yang ada cukup berbeda, hal ini
(2011) di Tugurejo bahwa tidak adanya ditemukan oleh peneliti karena usia ibu

Kopertis Wilayah X 387


Jurnal Endurance 3(2) Juni 2018 (383-399)

hamil sebagai sampel peneliti rata-rata jumlah akseptor KB aktif dapat


adalah 29 tahun, dimana ibu hamil masih meningkatkan derajat kesehatan ibu.
dalam rentang usia produktif atau berada Untuk itu butuh promosi kesehatan
pada usia aman untuk menjalani kehamilan yang adekuat yang dilakukan oleh bidang
secara normal, begitu juga dengan jumlah promosi kesehatan bukan hanya bidang
ibu hamil yang mengalami abortus sangat kesehatan ibu dan anak saja sehingga ibu
sedikit bila dibandingkan dengan jumlah usia subur dan pasangan usia subur
ibu yang tidak abortus pada sampel memahami kondisi mereka bahwa usia
penelitian ini sehingga penelitian ini perlu menjadi bahan pertimbangan sebelum
menjadi berbeda dengan teori yang ada. mengambil keputusan untuk hamil,
Hasil observasi peneliti pada lahan sehingga kehamilan yang terjadi betul-betul
penelitian bahwa faktor usia tidak menjadi menjadi kehamilan yang diingikan atau
permasalahan. Bila kita tilik mengenai direncanakan, karena kehamilan yang
faktor budaya yang ada di lokasi penelitian direncanakan atau yang diharapkan akan
yang berhubungan dengan usia ibu yang mendapatakan perlakuan atau perawatan
mengalami abortus tidak terlihat yang lebih dalam perkembangan
dipengaruhi oleh budaya. Jumlah anak kehamilannya.
dalam setiap keluarga sedikit sekali Sebagimana hasil wawancara dengan
memiliki anak lebih dari 4 orang, ini terlihat ibu penanggung jawab program KIA bahwa
dari jumlah paritas ibu hamil berada pada kita mengaharapkan bahwa kehamilan yang
rentang normal untuk melakukan terjadi adalah kehamilan yang diharapkan
reproduksi yaitu kurang dari 4. bukan kehamilan yang tidak diinginkan
Hasil beberapa wawancara dengan sebagai akibat dari penggunaan alat KB
responden diketahui bahwa ibu hamil yang yang tidak efektif.
mengalami abortus hanya memiliki Butuh penelitian lanjut dalam
sebagian besar dengan tingkat pengetahuan membahas kejadian abortus tersebut
yang rendah akibat kurangnya pendidikan dengan faktor kehamilan yang dinginkan
kesehatan ataupun promosi kesehatan yang atau tidak walaupun ibu hamil rata-rata di
diterima oleh kaum ibu sebelum mereka wilayah kerja Puskesmas IV Koto adalah
mengambil keputusan untuk hamil. ibu dengan usia produktif (29 tahun ).
Peneliti melihat dibalik faktor usia Variabel berikutnya adalah
yang tidak berhubungan ini ada semacam pendidikan yaitu suatu kegiatan atau proses
kehamilan yang tidak direncanakan akibat pembelajaran untuk meningkatkan
dari ketidak ikut sertaan ibu menjadi kemampuan tertentu sehingga sasaran
akseptor Keluarga berencana (KB), kondisi pendidikan itu dapat berdiri sendiri atau
lain kejadian abortus yang terjadi sebagai usaha manusia untuk
disebabkan oleh rendahnya perawatan menumbuhkan dan mengembangkan
kehamilan yang dilakukan. Untuk itu potensi-potensi pembawaan baik jasmani
menurut peneliti butuh kebijakan tegas dari maupun rohani sesuai dengan nilai-nilai
Dinas Kesehatan maupu ketegasan pemberi yang ada di dalam masyarakat dan
pelayanan atau bidan pelaksana untuk kebudayaan (Fuad, 2005).
menjelaskan pada ibu usia produktif Tingkat pendidikan turut pula
ataupun pada pasangan usia subur bahwa menentukan mudah tidaknya seseorang
mengikuti program KB dapat melindungi menyerap dan memahami pengetahuan
ibu dari faktor risiko yang dapat yang mereka peroleh pada umumnya
menyebabkan kegawatan pada kondisi ibu semakin tinggi pendidikan seseorang maka
salah satunya adalah kematian ibu, maka semakin baik pula pengetahuannya
menjadi solusi bahwa usia produktif wajib (Notoatmodjo, 2007). Hasil penelitian yang
mengikuti program KB dan peningkatan dilakukan oleh (N.R. SIlitonga,
R.M.Lubis, 2013) di Langkat menemukan

Kopertis Wilayah X 388


Jurnal Endurance 3(2) Juni 2018 (383-399)

bahwa tingkat pendidikan ibu hamil hamil yang mengalami abortus di wilayah
mempengaruhi kejadian abortus dengan p kerja Puskesmas Kecamatan IV Koto ini
value 0,016. Menurut Gunarsa dalam sangat membutuhkan pendidikan kesehatan
Kurniati (2004) menyebutkan bahwa yang adekuat walaupun dalam
tingkat pendidikan ibu secara langsung kenyataannya sangat sulit bagi mereka
maupun tidak langsung, mempengaruhi memahami materi pendidikan kesehatan
baik dalam melakukan perawatan yang diberikan terkait dengan tingkat
kehamilan . pendidikan yang rendah tersebut.
Menurut peneliti pendidikan tentu Pendidikan yang rendah ini terjadi karena
berpengaruh banyak dengan tingkat status ekonomi mereka yang masih rendah,
kesejahteraan masyarakat, umumnya demikian juga dengan wanita usia subur
masyarakat yang memiliki pendidikan yang ada di wilayah kerja Puskesmas
tinggi akan lebih sejahtera, karena mereka Kecamatan IV Koto dengan tingkat
mengetahui bagaimana cara mencari jalan pendidikan yang rendah.
keluar dari masalah-masalah mereka karena Solusinya ibu dengan tingkat
mereka memiliki potensi sumberdaya pendidikan yang rendah dapat menjadi
manusia yang lebih baik pula. Status faktor risiko terjadinya abortus, sehingga
pendidikan ibu hamil di Kecamatan IV bagi tenaga kesehatan yang melakukan
Koto dapat dipengaruhi oleh beberapa perawatan ANC kepada ibu hamil dengan
faktor seperti lingkungan yang tidak tingkat pendidikan yang rendah ini
mendukung, karena sebagian besar memberikan perhatian yang lebih
penduduk di Kecamatan IV Koto masih kepadanya, atau solusi lain dapat juga
berada pada tingkat pendidikan menengah memberikan pendidikan kesehatan bahwa
kebawah, sehingga dukungan lingkungan ibu dengan tingkat pendidikan rendah
keluarga untuk mendapatkan pendidikan diusahakan mengefektifkan kelompok
tinggi sangat kurang sehingga remaja kelas ibu hamil, dan kelompok UKBM.
maupun orang dewasa di Kecamatan IV Rendahnya tingkat pendidikan ibu
Koto akan lebih banyak bekerja kesawah mempersempit area ibu untuk mendapatkan
dibandingkan dengan sekolah. pekerjaan yang layak untuk memenuhi
Peneliti melihat rendahnya tingkat kebutuhan hidup sehari-hari termasuk saat
pendidikan ibu hamil mempengaruhi hamil, pekerjaan juga dapat diartikan
kemampuan ibu hamil dan keluarga dalam dengan aktifitas ibu hamil, bukanlah
menyerap materi atau ilmu pengetahuan bekerja diluar rumah atau institusi tertentu,
yang diberikan oleh tenaga kesehatan tetapi termasuk aktifitas dan kegiatan
dalam merawat kehamilan melalui didalam rumah tangga, termasuk mengasuh
pendidikan kesehatan yang diberikan saat anak, yang penting untuk diperhatikan
ibu hamil melakukan ANC. adalah keseimbangan dan toleran dalam
Rendahnya tingkat pendidikan ibu pekerjaan, dan apakah pekerjaan tersebut
juga akan mempengaruhi kemampuan ibu membahayakan kehamilan, termasuk
dalam merawat kehamilannya seperti bahaya terhadap stress pekerjaan, paparan
kemampuan penenuhan kebutuhan gizi radiasi, suhu, dan kapasitas fisik ibu (Yuni
didalam mengolah makanan yang minim Kusmiyati, 2010).
jumlah dan variasinya yang juga kurang, Hasil penelitian Retno Restuargo
sehingga dapat menimbulkan masalah (2008) dalam penelitiannya disemarang
gangguan status gizi karena ketidak juga menemukan ada hubungan yang
mampuan mengolah makanan dengan signifikan antara ibu hamil bekerja dengan
benar. kejadian abortus dibandingkan dengan ibu
Menurut peneliti dari 17 ibu hamil hamil tidak beker dimana didapatkan p
yang abortus 15 orang dengan tingkat value= 0,0001, namun pekerjaan yang
pendidikan yang rendah, sehingga ibu memiliki beban kerja yang lebihan yang

Kopertis Wilayah X 389


Jurnal Endurance 3(2) Juni 2018 (383-399)

tidak sesuai dengan kemampuan ibu hamil mau mengerjakannya, termasuk ibu hamil
seperti mengangkat beban berat, waktu yang turut berpartisipasi melakukan
kerja lebih dari 5 jam, stress psikologis pekerjaan itu dengan membuat menerima
yang disebabkan oleh perkerjaan hal itu lah upah per kiloan bahan yang mau dibentuk.
yang menjadi salah satu faktor risiko dari Peneliti melihat kondisi ini
kejadian abortus (Misroh. 2012). merupakan kondisi yang belum bisa untuk
Menurut peneliti ibu hamil di wilayah kurangi bahkan dihindari oleh ibu hamil
kerja Puskesmas Kecamatan IV Koto sebagai pekerja, karena status ekonomi
mayoritas adalah ibu-ibu hamil dengan mereka yang masih lemah, sementara
pekerjaan tambahan selain ibu rumah kebutuhan hidup terus meningkat sehingga
tangga, observasi peneliti ibu hamil yang hal ini sulit untuk dikendalikan terutama
bekerja mengalami beban kerja yang oleh petugas kesehatan yang ada di wilayah
berlebihan, dimana dalam bekerja peneliti kerja Puskemas Kecamatan IV Koto.
menemukan ibu hamil sering mengangkat Hasil wawancara dengan bidang
hasil pertaniannya, berjalan ke ladang yang promosi kesehatan yang ada di Dinas
jaraknya tidak terlalu jauh namun posisi Kesehatan tidak aktif sebagaimana
ladang dilereng Gunung Singgalang diharapkan oleh semua bidang bahwa
membuat ibu hamil harus kuat mendaki kegiatan promosi kesehatan sebenarnya
lereng tersebut setiap hari dari pagi sampai telah diserahkan kemasing-masing bidang
sore dengan lama kerja sekitar 6-7 jam yang ada, sehingga masing-masing
sehari. program mengetahui masalah kesehatan
Bagi ibu hamil yang tidak ke ladang spesifik yang ada dilapangan, sehingga
seperti menjahit tenun suji Koto Gadang bidang promosi lebih berperan pada kasus-
peneliti juga mengobservasi bahwa kasus dengan Kejadian Luar Biasa (KLB),
pekerjaan yang dilakukan ibu tidaklah begitu juga dengan pengadaan leaflet dan
mengangkat beban yang berat atau berjalan banner yang tersedia juga tidak ada yang
jauh, namun lebih kepada jam kerja yang spesifik menjurus kepada komplikasi
memanjang, untuk pekerjaan di rumah lama kehamilan terutama abortus.
kerja bisa >10 jam karena setelah pekerjaan Menurut peneliti perlu kiranya garis
rumah tangga selesai, maka pekerjaan uraian tugas (job diskription) yang jelas,
menjahit tangan suji dilanjutkan ibu sampai sehingga fungsi Puskesmas sebagai
larut malam karena jahitan harus selesai penggerak promosi dan preventif lebih
tepat waktu, sehingga harus diselesaikan nyata terlihat, dan mengurangi aktifitas
sesegera mungkin, sehingga kuratif dan rehabilitative sehingga kembali
mengakibatkan keletihan karena kurang kejati diri sebenarnya Puskesmas yanitu
istirahatnya ibu hamil, hasil wawancara sebagian besar kegiatan bergerak dibidang
dengan ibu hamil upah yang mencapai 1 promosi kesehatan dan preventif. Termasuk
juta 1 helai kain lah yang mendorong penjelasan mengenai kondisi ibu yang
mereka untuk mau mengerjakan jahitan bekerja dengan kejadian abortus, karena
sampai larut malam. saat ini dilapang penelitian pekerjaan
Bidan pelaksana juga mengatakan ibu belum bisa dihindari oleh ibu hamil karena
hamil yang menjahit biasanya sampai larut terkait dengan status ekonomi mereka
malam sehingga saat esok harinya ibu sebagian besar adalah miskin.
hamil melakukan ANC sudah tampak Kegiatan usaha yang dilakukan ibu
keletihan karena kurang istirahat. untuk memenuhi kebutuhan hidup sangat
Kecamatan IV Koto juga merupakan mempengaruhi kondisi status ekonomi
central produksi makanan khas Kota keluarga ibu hamil. Status ekonomi
Bukittinggi yaitu karupuak karak kaliang keluarga adalah besarnya pendapatan yang
dan karak kaliang talua, kegiatan produksi diterima rumah tangga, dan kondisi ini
ini melibatkan seluruh warga Nagari yang dapat menggambarkan kesejahteraan suatu

Kopertis Wilayah X 390


Jurnal Endurance 3(2) Juni 2018 (383-399)

keluarga, namun data pendapatan yang anemia salah satunya status ekonomi,
akuran sangat sulit diperoleh, sehingga karena ekonomi seseorang mempengaruhi
didekati melalui data kuesioner standar dalam pemilihan makanan yang akan
Badan Pusat Statisti (BPS, 2013). dikonsumsi sehari-hari, seseorang dengan
Menurut Depkes RI (2000) dalam ekonomi tinggi kemudian hamil maka
Firman (2010) menjelaskan peran status kemungkinan besar sekali gizi yang
ekonomi dalam kesehatan sangat dibutuhkan tercukupi ditambah lagi adanya
berpengaruh terhadap kesehatan seseorang, pemeriksaan membuat gizi ibu semakin
dan cenderung mempunyai ketakutan akan terpantau (Atikah Proverawati dan Siti
besarnya biaya untuk pemeriksaan, Asfuah, 2009 dalam Henik wahyuni 2011).
perawatan kesehatan dan persalinan. Ibu Berdasarkan hasil penelitian menurut
hamil dengan status ekonomi yang asumsi peneliti hasil penelitian yang
memadai akan mudah memperoleh menunjukkan ibu hamil dengan status
informasi yang dibutuhkan dibanding ekonomi baik justru banyak mengalami
dengan ibu yang memiliki status ekonomi abortus dibandingkan dengan ibu hamil
rendah. dengan status ekonomi rendah. Penelitian
Latar belakang status ekonomi yang karena dipengaruhi oleh gaya hidup
keluarga terutama kepada ibu hamil ibu hamil itu sendiri bila ibu memiliki
merupakan salah satu unsur penting yang status ekonomi baik yang lebih sering
ikut menentukan jenis dan jumlah makanan makan jajanan luar yang tidak hygienis saat
yang dikonsumsi oleh keluarga termasuk hamil. Hal itu bisa saja terjadi karena ibu
yang dikonsumsi oleh ibu hamil. Hal terinfeksi virus Cytomegalovirus (CMV)
berbeda ditemukan oleh Atikah salah satu virus DNA dari keluarga virus
Proverawati dan Siti Asfuah (2009) dimana Herpes yang mempunyai kemampuan
ibu hamil yang memiliki status ekonomi latensi didalam tubuh.Infeksi CMV
lebih tinggi akan melakukan pemilihan berjalan asimptomatik pada penderita,
makanan untuk konsumsi keluarga tidak sistem imun tubuh tetap baik, namun
hanya didasarkan untuk memenuhi selera apabila individu berada dalam kondisi imun
keluarga saja tetapi juga didasarkan atas belum matang atau tertekan dapat
pemenuhan kebutuhan zat gizi dan menimbulkan gejala klinik yang nyata dan
kemampuan keluarga (dalam Henik 2011). berat (Suromo, 2007).
Hal sama menurut Hariyani Transmisi CMV terjadi melalui
Sulistyoningsi (2011) dalam Misroh kontak langsung dengan sekret, tidak
(2012), pendidikan kesehatan ibu hamil langsung, kontak seksual, transfusi darah,
tentang kadarzi dalam hal ini biasanya transplantasi organ dan
berkaitan dengan pengetahuan, akan urin.Cytomegalovirus juga dapat melewati
berpengaruh terhadap pemilihan bahan plasenta selama masa kehamilan sehingga
makanan dan pemenuhan kebutuhan gizi, menyebabkan infeksi in utero (Joseph,
misalnya prinsip yang dimiliki seseorang 2005).
dengan status ekonomi keluarga yang Infeksi CMV menyebabkan abortus,
rendah biasanya adalah yang penting pertumbuhan janin terhambat, cacat
menyenangkan tanpa memperhatikan bawaan pada wanita hamil serta
kualitas bahan makanan dan pengolahan permasalahan infertilitas (Mulyono,
makanan tersebut, sebaliknya kelompok 1998).Tempat umum memiliki potensi
orang dengan status ekonomi tinggi sebagai tempat penularan penyakit ataupun
memiliki kecendrungan memilih bahan gangguan kesehatan lainnya.Makan di
makanan yang bergizi, bervariasi dengan warung lesehan merupakan salah satu
kualitas bahan yang lebih baik. tempat umum dimana banyak dikunjungi
Faktor-faktor yang mempengaruhi oleh dewasa muda.Pencucian alat makan
gizi ibu hamil terutama untuk kejadian yang kurang bersih bisa meningkatkan

Kopertis Wilayah X 391


Jurnal Endurance 3(2) Juni 2018 (383-399)

risiko penularan penyakit yang berasal dari status ekonomi rendah yang
penularannya melalui secret seperti saliva diawal menjadi faktor risiko yang dapat
(Chandra, 2007). menyumbang kasus abortus, namun untuk
Muhammad Gugun. A (2012) penelitian ini penyataan tersebut tidak bisa
menyatakan bahwa wanita yang bekerja dibuktikan karena 3orang ibu dengan status
seperti pegawai negari sipil, swasta, ekonomi yang rendah tersebut memiliki
wiraswasta, dan bahkan pelajar yang pekerjaan sebagai pedagang, artinya ibu
memiliki ekonomi baik cendrung untuk ikut bekerja demi memenuhi kebutuhan
makan diluar rumah seperti makan di keluarga. 3 dari ibu tersebut terlihat bahwa
lesehan dengan pencucian alat makan yang lebih banyak ibu dengan status ekonomi
tidak menggunakan air mengalir, sehingga baik mengalami abortus dibanding ibu
kemungkinan kontak dengan saliva sebagai hamil dengan status ekonomi tidak baik, hal
media penularan terjadi, dan bila ini terjadi ini terjadi karena ibu dengan ekonomi tidak
pada wanita hamil akan mengalami baik terpaksa untuk bekerja dan kegiatan ini
keguguran karena cytomegalovirus dapat dapat menguatkan otot-otot panggul lebih
menembus placenta dan menginfasi janin. kuat lagi sehingga kejadian abortus rendah
Hasil wawancara dengan ibu hamil pada ibu yang bekerja dibanding dengan
yang mengalami abortus mengatakan ibu yang tidak bekerja. Untuk itu perlu
sebagian besar yang memiliki ekonomi promosi kesehatan yang dapat dilakukan
baik sering makan diluar rumah (jajan) oleh bidan selama ibu melakukan ANC
pada saat pulang bekerja, dan diasumsikan bahwa ibu dianjurkan tidak mengkonsumsi
pada waktu itu efek dari ibu kecapean makanan di tempat makan yang tidak
karena lama berjalan atau kurang istirahat. menggunakan alir mengalir dalam mencuci
Untuk itu peneliti menyebutkan peralatan makan agar tidak terinvesi virus
berdasarkan hasil observasi dan penelitian cytomegalovirus.
yang ada sebelumnya bahwa ibu hamil Butuh penelitian lebih lanjut yang
dengan status ekonomi yang rendah pada menyatakan secara pasti interaksi
penelitian ini tidak banyak mengalami cytomegalovirus dengan kebiasaan jajan
abortus karena ibu mampu memaksimalkan dan pengaruhnya terhadap kejadian abortus
persediaan makanan, maupun kecukupan di Wilayah kerja Puskesmas Kecamatan IV
pangan yang ada, sehingga kehamilan ibu Koto, agar dugaan awal dapat dibuktikan
dengan status ekonomi rendah dapat secara ilmiah dan teruji.
terjaga, demikian sebaliknya ibu hamil Selain itu banyak faktor yang dapat
dengan status ekonomi baik justru memiliki memmpengaruhi kehamilan ibu termasuk
pola hidup konsumsi makanan yang kurang juga dengan perilaku. Perilaku sangat dapat
baik seperti suka jajan di luar rumah pada mempengaruhi derajat kesehatan ibu
saat pulang bekerja sehingga kemungkinan selama hamil, keadaan ini dapat
besar terinveksi cytomegalovirus yang mempengaruhi kondisi psikologis ibu.
terpapar dengan alat makan yang tidak Gangguan kondisi psikologis tidak hanya
dicuci bersih dimana sisa saliva masih ada datang dari dalam diri ibu hamil saja karena
di alat makan dan kondisi ini biasanya merasa belum bersedia menerima
berada pada tempat makanan lesehan atau kehamilan namun lebih kepada bagaimana
restoran yang murah, dimana penggunaan koping seseorang menerima sesuatu yang
air diminimalkan seperti makan bakso tidak diinginkannya (Betsaida, 2013)
dimana air pencuci piring hanya I atau 2 Bahaya risiko kecemasan ibu hamil
ember air saja, tanpa menggunakan air yang terhadap kesehatan pertumbuhan janin
mengalir. tidak boleh diabaikan oleh ibu hamil karena
Bila kita lihat dari 17 orang ibu yang pengaruh emosional dan stressor kehamilan
mengalami abortus maka ditemukan hanya baik itu kepada kesehatan ibu hamil sendiri
3 orang ibu hamil yang abortus yang maupun kepada janinnya.

Kopertis Wilayah X 392


Jurnal Endurance 3(2) Juni 2018 (383-399)

Kondisi psikologis ibu hamil memulung, membuat ibu stress secara fisik
termasuk kecemasan ibu hamil ini memang dan mental.
lebih labil dibandingkan pada keadaan Hasil wawancara tersebut diketahui
sebelum hamil.Wanita yang sedang hamil juga bahwa ibu hamil yang mengalami
cenderung sekali emosi yang berkelanjutan abortus tersebut tidak mengetahui akan
karena kondisi kehamilan mereka, hormon, mengalami abortus sebagai akibat dari
dan kondisi kehidupan mereka. Saat wanita beratnya masalah yang mereka hadapi.
hamil mengalami ketakutan dan Butuh penanganan yang lebih
kecemasan, dan emosi lain yang kompleks dari tenaga kesehatan dalam
mengganggu, perubahan fisiologi terjadi terutama dalam memberikan penyuluhan
dan dapat mempengaruhi janinnya. kesehatan selain perubahan fisik yang
Contohnya produksi adrenalin sebagai terjadi yang menjadi bahan pendidikan
akibat dari ketakutan ibu dapat membantasi kesehatan, masalah psikologis juga
aliran darah ke daerah rahim dan seharusnya mendapatkan penjelasan dari
menghambat bayi memperoleh oksigen. tenaga kesehatan kepada ibu dan menjadi
Demikian pula, stress yang dialami ibu tanggung jawab dari suami sebagai suami
hamil dapat meningkatkan corticotrophin- siaga yang menjaga istrinya dari gangguan
releasing hormon (CRH) diawal kehamilan fisik maupun psikologis.
(Colti, 2010). Berdasarkan penelitian tersebut, stres
Stress ibu hamil juga dapat pada masa kehamilan akan berdampak
mempengaruhi janin secara tidak langsung buruk pada janinnya. Abortus atau
dengan meningkatkan kemungkinan bahwa keguguran bila terjadi stres pada usia
ibunya akan melakukan perilaku hidup kehamilan di triwulan pertama dapat
yang tidak sehat, seperti mengkonsumsi menimbulkan keterlambatan pertumbuhan
obat-obatan yang tidak dianjurkan oleh janin dalam rahim dan prematur atau lahir
medis dan dokter dan melakukan perawatan dengan janin kurang bulan bila terjadi pada
prakelahiran yang sangat berbahaya. Ibu trimester kedua dan ketiga.
hamil sangat dianjurkan untuk menghindari Untuk itu sangat dibutuhkan peran suami
stress. Pada beberapa kondisi ibu dapat dan keluarga sebagai lingkungan terdekat
memicut stress seperti masalah keuangan, dari ibu hamil untuk dapat menjauhkan ibu
hubungan, dan masalah-masalah lainnya hamil dari sress.
selama masa kehamilan. Stress pada ibu hamil dapat juga
Kondisi psikis ibu hamil dicetuskan oleh penerimaan ibu dalam
mempengaruhi bayi dalam kandungan dan menerima kehamilannya, termasuk jumlah
ditularkan kepada janin sehingga paritas yang tidak sesuai dengan harapan ini
berpengaruh buruk baik secara fisik, psikis dapat memicu stress pada ibu hamil. Paritas
ibu dan janin (Santrock, 2002). adalah wanita yang pernah melahirkan bayi
Kekhawatiran dan kecemasan ibu aterm (Manuaba, 2008).Pada penelitian
hamil yang berlebihan tidak jarang dapat Misroh (2008) di Lombok timur juga
menimbulkan abortus, 15%-20% menemukan tidak ada hubungan yang
kecemasan yang terdeteksi berakhir dengan bemakna antara jumlah paritas ibu dengan
abortus ( Boyles, 2000). kejadian abortus.
Hasil wawancara FGD dengan ibu Penelitian ini berbeda dengan
hamil juga ditemukan beberapa ibu hamil penelitian yang dilakukan oleh
sebelum mengalami keguguran, sebelumya (Maemunah, Hasifah, & Suryani, 2013) di
terpapar dengan stress yang ditimbulkan Rumah Sakit Ibu Dan Anak Fatimah
dari luar diri ibu sendiri seperti masalah Makasar bahwa ada hubungan yang
dengan suami, dengan keluarga, bahkan signifikan antara paritas dengan kejadian
beban hidup yang mengharuskannya turut abortus dengan p value= 0,001. Hasil
membantu suami mencari nafkah seperti serupa juga ditemukan oleh Noordiati

Kopertis Wilayah X 393


Jurnal Endurance 3(2) Juni 2018 (383-399)

(2014), dalam penelitiannya di Palangka suami untuk dapat siaga selama ibu hamil.
Raya.Kelemahan otot panggul karena Berdasarkan asuhan perawatan pada masa
sering mengalami peregangan saat hamil kehamilan yang dikemukakan oleh
membuat otot-otot panggul sulit BKKBN (2008) bahwa suami hendaknya
berkontraksi sehingga sangat mudah untuk ikut membantu pekerjaan rumah tangga
terjadi pendarahan (Cuningham, 2009). yang biasanya dikerjakan oleh
Ada beberapa yang mempengaruhi istri.Menurut Yanuasti (2001) masih
jumlah paritas ibu hamil yaitu tingkat banyaknya suami yang enggan melakukan
pendidikan, bagi ibu hamil dengan pekerjaan rumah tangga adalah karena di
pendidikan yang tinggi akan berfikir Indonesia sendiri termasuk salah satu
jumlah anak dua adalah ideal sehingga negara yang banyak wilayah di dalamnya
diharapkan mampu memenuhi tanggung masih menganggap istri adalah konco
jawabnya sebagai orang tua untuk wingking, terutama di dalam masyarakat
mengasah, mengasih, dan mengasuh anak yang masih tradisional.Konco wingking
hingga pertumbuhannya optimal, artinya kaum wanita memang secara kodrat
pengetahuan ibu yang tinggi seorang ibu bertugas untuk melayani
hamil yang tinggi akan mempengaruhinya kebutuhan/keinginan suami, melakukan
dalam memprogram banyak anak dengan pekerjaan rumah tangga dan melahirkan
berbagai alasan. serta mengasuh anak.
Menurut asumsi peneliti perkerjaan Banyak faktor yang dapat
ibu juga mempengaruhi jumlah paritas ibu mempengaruhi peran suami di Kecamatan
hamil dimana kemampuan seseorang untuk IV Koto terhadap kesehatan ibu hamil yang
memperoleh uang banyak merubah hampir seluruh suami belum termasuk
pandangan seseorang tersebut akan dalam kategori suami yang berperan dalam
memenuhi kebutuahan anak sehari-hari menjaga kehamilan istrinya, faktor tersebut
dengan cukup. Keadaan ekonomi yang adalah faktor psikologis suami yang belum
tinggi, maka keluarga merasa mampu siap secara mental, fisik dan materiil
dalam memenuhi kebutuah anak, sosial terhadap kehamilan istri. Siap secara
budaya di masyarakat Minangkabau anak mental berarti suami siap secara mental
Perempuan adalah anak yang diimpikan untuk memberikan dukungan atau
oleh orang tua selain hak warisan jatuh semangat kepada istri, memberikan
pada anak perempuan, juga persiapan kelak perhatian yang khusus kepada istri, jalinan
saat tua tidak ada orang yang mau komunikasi yang dapat memberikan
mengurusnya, demikian hasil wawancara ketenagan kepada istri. Siap secara fisik
yang penulis temui, bagi ibu hamil yang berarti suami mempersiapkan dirinya untuk
masih belum memiliki anak perempuan, selalu menjaga dan melindungi istrinya
sedangkan ibu hamil sudah di paritas 5. seperti siap mendengarkan penjelasan
11 dari 17 ibu abortus memiliki kesehatan yang diberikan oleh tenaga
jumlah paritas sudah berisiko, pada kesehatan untuk dapat dilaksanakan oleh
penelitian ini menurut asumsi peneliti suami istri dirumah, siap selalu menjadi
selain skrining faktor risiko yang tidak pengawas bagi istrinya terutama saat
mampu terdeteksi dari awal sehingga mengkonsumsi fe, bila ditemukan tanda
menjadi penyebab kejadian abortus.Selain bahaya, dan siap mengantarkan istrinya
itu pelaksanaan program keluarga untuk melakukan ANC dan siap secara
berencana juga belum efektif untuk materiil berarti suami mempersiapkan
menggagalkan konsepsi, sehingga kejadian dana, pengawasan suami juga terhadap
kehamilan yang tidak diinginkan. riwayat kehamilan istri yang meliputi usia
Fase kehamilan ini tidak hanya ibu saat hamil terakhir dan status kehamilan
yang memeiliki tanggung jawab dalam istri.
menjaga kehamilan tetapi juga ada peran

Kopertis Wilayah X 394


Jurnal Endurance 3(2) Juni 2018 (383-399)

Faktor berikut adalah faktor ANC. ANC adalah pelayanan kesehatan


pekerjaan suami yang belum mapan yang diprogram Pemerintah untuk
sehingga menekan suami untuk tetap harus meningkatkan derajat kesehatan ibu hamil,
datang bekerja, kalau tidak tidak ada upah ANC dilakukan sesuai Permenkes No.97
dihari itu.Faktor pendidikan suami yang tahun 2014, ANC berkualitas bila seluruh
rata-rata adalah SMP kebawah juga pelayanan 10T dapat diberikan kepada ibu,
membuat pemahaman dan pengetahuan sehingga diharapkan penjaringan kepada
suami tentang bagaimana seharusnya peran ibu yang memiliki faktor risiko dapat
suami itu dikatakan benar meraka kurang diketahui secara dini.
mendapatkan pemahaman itu dari funsinya Hasil penelitian ini juga ditunjang
sebagai suami. oleh penelitian Nurul Ramadian (2010)
Hasil pengamatan kepada 17 orang dalam penelitiannya di Surakarta
ibu hamil yang mengalami abortus bahwa menjelaskan bahwa kualitas ANC sangat
memang 11 ibu abortus terpapar dengan mempengaruhi kejadian komplikasi
gangguan psikologis, dan hal ini menjadi kehamilan yaitu abortus dan kematian
faktor risiko yang kontan dimiliki oleh ibu perinatal
hamil di wilayah kerja Puskesmas Anwar (2005) dalam penelitiannya di
Kecamatan IV koto. Penyebabnya sangat Banyumas menemukan ibu hamil yang
banyak sekali berdasarkan hasil wawancara tidak mendapatkan pelayanan ANC yang
dengan respon bahwa ada konflik keluarga berkualitas memiliki peluang untuk
dan juga beban ekonomi yang diterima oleh terjadinya komplikasi kehamilan berupa
ibu hamil selama kehamilan, abortus dan kematian perinatal sebanyak
Menurut asumsi peneliti perbedaan 4,88 kali dibandingkan dengan ibu hamil
hasil penelitian ini dengan teori disebabkan yang mendapaykan pelayanan ANC yang
oleh perbedaaan perilaku ibu dalam lebih berkualitas.
merawat kehamilannya, atau dapat Wundashari (2012) dalam
dikatakan kompensasi dari sebuah keadaan penelitiannya di Maluku menemukan
dimana bila ibu merasakan suaminya yang kemampuan tenaga kesehatan yang belum
cuek, kurang peduli dengan kondisi optimal mempengaruhi kualitas ANC,
kehamilannya maka ibu secara sadar akan hubungan interpersonal tenaga kesehatan
menjaga kehamilannya dengan lebih telaten dengan ibu hamil, demikian juga dengan
dari sebelumnya. ketersediaan alat yang turut mempengaruhi
Ibu hamil dengan peran suami yang kualitas ANC.
rendah lebih sadar dalam menjaga sendiri Menurut peneliti selain kualitas
kehamilannya dengan baik, sehingga pada kemampuan tenaga kesehatan yang belum
penelitian ini ditemukanlah ibu dengan seluruhnya memiliki kemampuan untuk
peran suami yang rendah lebih sedikit melakukan pelayanan ANC yang tidak
mengalami abortus dibandingkan dengan berkualitas diiringi juga dengan sebagian
ibu hamil yang memiliki suami yang lebih ibu hamil dengan pendidikan yang rendah,
peduli dengan kehamilannya, karena ibu maka Komunikasi Informasi dan Edukasi
hamil yang merasakan perhatiannya (KIE) yang diberikan oleh tenaga kesehatan
suaminya akan lebih manja dalam menjadi minimal diserap oleh ibu hamil,
menghadapi kehamilannya dan apalagi bila ibu haya dating sendiri
berpengaruh dalam melakukan perawatan kepelayanan kesehatan sehingga suami
kehamilannya. tidak mendapatkan informasi yang cukup
Peran suami dalam merawat istri mengenai kesehatan ibu hamil dan peran
yang sedang hamil disebut suami siaga suami dirumah dalam menjaga kehamilan
sangat terkait dengan pelaksanaan ANC istri.
yang berkualitas, dimana suami akan Pelayanan ANC di Kecamatan IV
memantau bahkan mengawasi ibu selama Koto secara statistik memang menunjukkan

Kopertis Wilayah X 395


Jurnal Endurance 3(2) Juni 2018 (383-399)

kualitas yang baik, dimana lebih dari 0,260 − 0,349 0,089


𝑂𝑅 = =
separuh ibu hamil ada mendapatkan 0,260 0,260
pelayanan ANC dengan baik, secara = 0,342 x 100 = 34,2
kuantitas memang semua pelayanan ANC 3. Variabel peran suami
10T sudah diterima oleh separuh ibu hamil, 0,134 − 0,153 0,019
namun kasus abortus di wilayah kerja OR = =
0,134 0,134
Puskesmas Kecamatan IV Koto tetap saja = 0,141 x 100 = 14,1
meningkat. Pada wilayah penelitian di
Hasil observasi peneliti ANC yang Kecamatan IV Koto Kabupaten Agam
berkuantitas memang masih sebagian tahun 2015 di ketahui penyebab paling
diterima oleh ibu hamil demikian juga yang dominan kejadian abortus setelah dilakukan
ada di dalam buku KIA ibu hamil, namun uji regresi logistic binary adalah kualitas
secara kualitas tersebut hasil observasi ANC, dan variabel tingkat pendidikan ibu,
peneliti masih ada yang belum sesuai status ekonomi keluarga ibu serta peran
dengan SOP yang telah ditentukan oleh suami menjadi confounding terhadap
Dinas Kesehatan Kabupaten Agam, kejadian abortus dimana setelah dilakukan
pelaksanaan pelayanan yang kurang baik pengujian OR maka diketahui perubahan
seperti tergesa-gesa dalam pemberian KIE, OR diatas 10%.
tidak memberikan kesempatan yang banyak Anwar (2005) dalam penelitiannya di
kepada ibu hamil untuk bertanya, tidak ada Banyumas menjelaskan ada hubungan yang
penekanan bahwa ibu hamil saat ANC bermakna antara kematian janin dengan
harus didampingi oleh suami membuat kualitas ANC, demikian juga penelitian
pelayanan kesehatan yang diberikan kepada yang dilakukan oleh Colti (2008) di
ibu hamil menjadi kurang berkualitas. Banyumas menyebutkan bahwa ANC yang
Pelayanan ANC yang baik dapat tidak berkualitas melemahkan pendeteksian
mendeteksi kemungkinan komplikasi faktor berisiko kejadian komplikasi
terjadi, walaupun menjadi hubungan secara kehamilan.
tidak langsung namun secara statistik Hasil observasi peneliti kualitas ANC
kualitas ANC sangat mempengaruhi yang rendah disebabkan oleh perilaku yang
kejadian abortus di wilayah kerja tergesa-gesa oleh petugas kesehatan,
Puskesmas Kecamatan IV Koto Kabupaten dimana saat melakukan ANC tenaga
Agam tahun 2015. kesehatan jarang memberikan kesempatan
2. Hasil Uji Regresi Logistik Binary kepada ibu hamil untuk bertanya, dengan
Berdasarkan hasil penelitian jawaban “beko uni bacose yo halaman 7
menggunakan analisis multivariate dapat sampai 14 disiko alah dijalehan sadonyo”,
diketahui bahwa variabel kualitas ANC keadaan ini tentu tidak semuanya dilakukan
menjadi variabel yang memiliki nilai p oleh ibu karena peneliti menemukan “
terkecil yaitu 0,021 dengan CI 95% Exp B kalau disuruah baco buku ko di rumah tibo
6.871 yang artinya ibu hamil dengan dirumah kami lah lupo se, dek banyak lo
kualitas ANC yang tidak berkualitas nan lain kak dikarajoan” apalagi diketahui
memiliki peluang 6.871 kali untuk ibu hamil datang melakukan ANC sendiri
mengalami abortus didalam kehamilannya. tanpa di temani oleh suami. Ketergesa-
Setelah dilakukan analisis maka gesaan tenaga kesehatan dalam melakukan
ditemukan adanya counfounding karena pelayanan menimbulkan ketidak nyamanan
adanya perubahan OR>10% yaitu: dari ibu hamil untuk melakukan hal lebih
1. Variabel tingkat pendidikan ibu seperti berkonsultasi mengenai hal yang
4,560 − 3,686 0,874 lebih spesifik,
𝑂𝑅 = =
4,560 4,560 Demikian juga dengan pelaksanaan
= 0,191 x 100 = 19,1 pemeriksaan darah diawal kehamilan, yang
2. Variabel status ekonomi keluarga ibu belum sepenuhnya dilakukan dikecamatan

Kopertis Wilayah X 396


Jurnal Endurance 3(2) Juni 2018 (383-399)

IV Koto ini terlihat dari pemeriksaan yang aktif kelas suami, sehingga suami yang
ada yaitu hanya haemoglobin (Hb) saja, minim datang kepelayanan kesehatan akan
berdasarkan Permenkkes No 97 Tahun mendapatkan tambahan ilmu pengetahuan
2014 tentang pelayanan ANC berkualitas tentang perawatan kesehatan ibu hamil dan
harus memeriksa golongan darah ibu hamil tanda bahaya yang dapat saja muncul dalam
pada trimester pertama (RI, 2014). Hal ini kehamilan istrinya.
sangat penting karena pemeriksaan darah
seperti Hb dan golongan darah pada SIMPULAN
trimester permata dapat mendeteksi Pelayanan kesehatan kepada ibu
masalah faktor penyebab abortus lebih hamil yang tidak sesuai dengan Permekes
awal, karena perbedaan antara golongan RI No 97 Tahun 2014 tentang pelayanan
darah maupun resus ibu dan janin sangat kesehatan kepada ibu hamil, persalinan,
berisiko dengan terjadinya abortus sesudah melahirkan, penyelenggaraan
(Hassanzadeh-Nazarabadi, Shekouhi, & kontrasepsi dan pelayanan kontrasepsi
Seif, 2012) menjamin ANC yang berkualitas adalah
Wundashari (2012) dalam faktor risiko utama penyebab abortus di
penelitiannya di Maluku menemukan wilayah kerja Puskesmas IV Koto
bahwa ada hubungan antara kemampuan Kabupaten Agam.
pelayanan dengan mutu pelayanan dimana
kaitan kemampuan memberikan pelayanan UCAPAN TERIMA KASIH
tersebut berhubungan dengan hubungan Peneliti mengucapkan ribuan terima
interpersonal yang diciptakan oleh tenaga kasih kepada Bapak Kepala Dinas
kesehatan dengan ibu hamil, ketersediaan Kesehatan dan Kepala Puskesmas
fasilitas dan peralatan ante natal care care. Kecamatan IV Koto yang telah
Begitu juga dengan tingkat kepuasan ibu memberikan kesempatan peneliti untuk
dalam mendapatkan kepuasan pelayanan melakukan penelitian dan Ketua Stikes Fort
dimana ibu dengan tingkat ekonomi baik De Kock dan teman-teman yang telah
akan mencari pelyanan yang lebih baik mendukung kegiatan ini berjalan hingga
(Chemir, Alemseged, & Workneh, 2014). selesai.
Menurut peneliti kualitas selain
kemapuan tenaga kesehatan yang belum DAFTAR PUSTAKA
seluruhnya memiliki kemampuan untuk Bethsaida J. 2013.Pendidikan Psikologi
melakukan pelayanan ANC yang tidak Untuk Bidan. Rapha
berkualtas diiringi juga dengan sebagian Publising.Yogyakarta
ibu hamil dengan pendidikan yang rendah.
Dibeberapa Pustu, Polindes dan Poskesri di BKKBN.2006. Peran Suami dalam KB dan
Kecamatan IV Koto ada mengadakan kelas Kesehatan Reproduksi. Surabaya.
ibu hamil hal ini terlihat rendahnya kasus Badan Koordinasi Keluarga
abortus yang terjadi di wilayah tersebut, Berencana Nasional Propinsi Jawa
bila dibandingkan dengan wilayah yang Timur.
tidak memiliki kelas ibu hamil maupun
kelas suami dimana kejadian abortus Boyles.S.2013. Life Event Stress And The
meningkat di daerah tersebut. Assosiation With Pontaneous
Dengan perbandingkan tersebut perlu Abortion In Gravid Women At An
kiranya perhatian yang lebih dari Urban Emergency Departement.
Pemerintah Daerah seperti Jorong dan Health Psychol 2000 Nov;19(6):510-
Nagari untuk dapat lebih memberdayakan 4(diunduh 11 Februari 2015)
kesempatan yang telah disediakan oleh Tersedia dari URL: HYPERLINK
tenaga kesehatan untuk menunjang https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/a
kesehatan ibu hamil, seperti peran serta rticles/PMC2582116/

Kopertis Wilayah X 397


Jurnal Endurance 3(2) Juni 2018 (383-399)

Kusniati. 2007. Hubungan Beberapa factor


BPS , 2013, 14 Kriteria Keluarga Miskin Ibu Dengan Kejadian Abortus
Di Indonesia. Jakarta. Spontan Di Rumah Sakit Asayang Ibu
Dan Anak. Kabupaten Banyumas.
Chemir, F., Alemseged, F., & Workneh, Undergraduate thesis, Diponegoro
D. (2014). Satisfaction with focused University. Semarang (diunduh 11
antenatal care service and associated Februari 2015) Tersedia dari URL:
factors among pregnant women HYPERLINK L:
attending focused antenatal care at http://www.fkm.undip.ac.id
health centers in Jimma town , Jimma
zone , South West Ethiopia ; a facility Latifah.2012. Hubungan Frekuensi
based cross-sectional study Kunjungan Ante Natal Care Dengan
triangulated with qualitative study, 1– Kejadian Kematian Neonatal.. Tesis
8. Universitas Indonesia.Jakarta
(diunduh 30 Agustus 2015) Tersedia
Cunningham.FG.dan Leveno, 2009. Obstetri dari URL: HYPERLINK
William Panduang Ringkas.EGC. Jakarta
Manuaba. 2008. Ilmu Kebidanan,
Dinas Kesehatan Kabupaten Agam. 2014. Kandungan dan KB. Jakarta : EGC
Profil Kesehatan Kabupaten Agam.
Lubuk Basung Maulana. 2009. Promosi kesehatan.
EGC.Jakarta
Elvira, 2013.Hubungan Umur Ibu Hamil
Dengan Kejadian Abortus Di RSUD Maemunah, S., Hasifah, & Suryani, S.
Rokan HuluJurnal Maternity and (2013). Karakteristik Ibu dengan
Neonatal Vol 1 No 2 2013 (diunduh Kejadian Abortus di Rumah Sakit Ibu
29 Februari 2015) Tersedia dari dan Anak Siti Fatimah Makasar.
URL: HYPERLINK e- Jurnal STIKES Makasasr, 2(5), 55–
journal.upp.ac.id/index.php/akbd/art 61.
icle/view/146/149 Misroh.2012 Hubungan Beban Kerja
Dengan Kejadian Abortus Spontan
Fransadewo.2012. Kejadian Keguguran Pada Perempuan Yang Bekerja Di
Dan Kehamilan Tidak Di Inginkan Di Sentra Pertanian Di Kabupaten
Indonesia. Jakarta (diunduh 13 Lombok Timur Elektronik Thesis Dan
Februari 2015) Tersedia dari URL: Disertasi. Univertas Gajah Mada.
HYPERLINK Yogyakarta.(diunduh 27 Desember
http://ejournal.litbang.depkes.go.id/i 2015) Tersedia dari URL:
ndex.php/hsr/article/view/2992 HYPERLINKhttp://www.etd.ugm.
ac.id
Hassanzadeh-Nazarabadi, M., Shekouhi,
S., & Seif, N. (2012). The incidence Noordiati.2014. Hubungan Jarak
of spontaneous abortion in mothers Kehamilan Dengan Kejadian abortus
with blood group O compared with Spontan Di RSUD
other blood types. Ijmcmed, 1(2), 99– Palangkaraya.Jurnal Forum
104 KW spontaneous abortion KW Kesehatan.www.poltekkes-
ABO blood group. Retrieved from palangkaraya.ac.id
http://www.ijmcmed.org/browse.php? N.R. SIlitonga, R.M.Lubis, A. (2013).
a_code=A-10-62- HUBUNGAN PENGETAHUAN
2&slc_lang=en&sid=1 DAN SIKAP DENGAN
TINDAKAN PERAWATAN

Kopertis Wilayah X 398


Jurnal Endurance 3(2) Juni 2018 (383-399)

KEHAMILAN PADA IBU HAMIL Terhadap Risiko Kehamilan.


YANG MENGALAMI ABORTUS Universitas Diponegoro. Semarang
SPONTAN DI KLINIK BIDAN (diunduh 11 Februari 2015) Tersedia
NERLI DESA SAMPE RAYA dari URL:
KECAMATAN BAHOROK digilib.esaunggul.ac.id/public/UEU-
KABUPATEN LANGKAT. Undergraduate-5220
Prawiroharjo.S.2008. Ilmu Kebidanan
Edisi IV. Bina Pustaka.Jakarta Tyagita.2011. Hubungan Faktor Maternal
Dengan Kejadian Abortus Inkomplit
Retno Restuargo. 2008. Hubungan Antara Di RSUD Tugurejo. Universitas
Status Pekerjaan Ibu Dengan Muhammadiyah. Semarang.
Kejadian Abortus Di Desa Jatijajar (diunduh 30 Agustus 2015) Tersedia
Kecamatan Bergas Kabupaten dari URL: HYPERLINK
Semarang. Karya Tulis Ilmiah http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1
STIKes Ngudi Waluyo. /142/jtptunimus-gdl-tyagitakhr-
Perpustakaan Ngudi Waluyo 7082-1-4.abstr-k.pdf
Ungaran. (diunduh 27 Desember Wahyuni.2011. Faktor Risiko Penyebab
2015) Tersedia dari URL: Abortus Di Sungai Sikakap
HYPERLINK Kalimantan Barat.Perpustakaan
www.perpusnwu.web.id/karyailmiah Universitas Indonesia >> UI - Skripsi
/shared/biblio_search_related.php? (Open) (diunduh 7 Oktober 2015)
RI, K. (2014). Pelayanan kesehatan masa Tersedia dari URL: HYPERLINK
sebelum hamil, masa hamil, http://lib.ui.ac.id/opac/themes/libri2/d
persalinan, dan masa sesudah etail.jsp?id=20315164&lokasi=lokal
melahirkan, menyelenggarakan
pelayanan kontrasepsi, serta WHO, 2015.PBB Di Indonesia. Jakarta
pelayanan kesehatan seksual. Yuni Kusmiyati. 2010. Perawatan ibu
Hamil. Fitramaya. Yogyakarta
Sistriani.C. 2010.Faktor Maternal dan
Kualitas pelayanan Ante Natal Care

Kopertis Wilayah X 399

You might also like