You are on page 1of 12

Jurnal Penelitian Teh dan Kina 14(2) 2011: 78-89

Pengaruh agensia pengendali biologi virus


Helicoverpa armigera nuclear polyhedrosis
(HaNPV) terhadap mortalitas hama ulat
jengkal (Ectropis bhurmitra Wlk.)
Influence of biological control agents Helicoverpa armigera
nuclear polyhedrosis virus (HaNPV) on mortality twig caterpillar
(Ectropis bhurmitra Wlk.)
Joko Santoso1 dan Merry Antralina2
1
Pusat Penelitian Teh dan Kina Gambung
Pasirjambu, Kabupaen Bandung; Kotak Pos 1030 Bandung 40010
Telepon 022 5928780, Faks. 022 5928186
2
Fakultas Pertanian Universitas Bale Bandung, Kab. Bandung, Jawa Barat

Diajukan: 10 Agustus 2011, diterima: 25 Agustus 2011

Abstract
The objective of this research was evaluate effectiveness of Helicoverpa armigera Nuclear
Virus Polyhedrosis virus (HaNPV) on twig caterpillar (Ectropis bhurmitra Wlk) mortality.
The experiment was conducted at the Research Institute for Tea and Cinchona,
Gambung, Bandung, elevation of + 1.300 m asl, from March 2011 till June of 2011. A
completely randomized design was used with 12 treatments and replicated twice.
Aplication of four level concentrations of HaNPV on three stadia of the twig caterpillar
larvae were performed. The HaNPV concentrations were 4 x 106 PIB/mI, 4 x 104 PIB/ml,
4 x 102 PIB/ml and 0 PIB/ml, and stadia of the twig caterpillar larvae were 2, 3, and 4.
The results indicated that direct application of HaNPV on twig caterpillar larvae had
similar effect in mortality of the larvae, either in the laboratorium or in the greenhouse,
with level of mortality was 70% within four to ten days periode. Laboratory expe-
rimentation indicated that 4 x 102 PIB/ml concentration of HaNPV applied directly on
stadia 3 and 4 was effective in suppressing Ectropis bhurmitra Wlk. larva population
while for larvae stadium 2 the effective concentration was 4 x 104 PIB/ml. In greenhouse
experiment revealed that 4 x 102 PIB/ml concentration of HaNPV was effective in
suppressing larvae of stadium 2 and stadium 4, while until the end of the experiment no
indication of maksimum mortality in stadium 3 population.

Keywords: HaNPV, twig caterpillar (Ectropis bhurmitra Wlk.), tea plant

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas Helicoverpa armigera Nuclear
Polyhedrosis Virus (HaNPV) terhadap mortalitas ulat jengkal (Ectropis bhurmitra Wlk.).
Percobaan dilaksanakan di Pusat Penelitian Teh dan Kina, Gambung, Kabupaten
Bandung, ketinggian tempat 1.300 m di atas permukaan laut, dari bulan Maret sampai
Juni 2011. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimental
menggunakan rancangan acak lengkap dengan 12 perlakuan yang diulang 2 kali.

78
Pengaruh agensia pengendali biologi virus Helicoverpa armigera nuclear .... ( Joko Santoso dan Mery Antralina)

Perlakuan yang dilaksanakan adalah pemberian konsentrasi HaNPV yang berbeda pada
beberapa stadia larva dari ulat jengkal. Konsentrasi virus HaNPV yang diberikan untuk
menginfeksi ulat jengkal adalah 4 x 106 PIB/mI, 4 x 104 PIB/ml, 4 x 102 PIB/ml dan 0
PIB/ml. Sedangkan stadia larva yang diinveksi adalah stadia 2, 3, dan 4. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa konsentrasi sediaan HaNPV yang diuji langsung pada larva serangga
hama Ectropis bhurmitra Wlk, baik di laboratorium maupun di rumah kaca, menunjukkan
tingkat mortalitas yang sama (70%), dan menyebabkan kematian 4-10 hari. Penelitian di
laboratorium menunjukkan bahwa konsentrasi HaNPV 4 x l02 PIBs/ml yang diberikan
pada stadia larva 3 dan 4 efektif menekan populasi larva Ectropis bhurmitra Wlk.
Sedangkan untuk stadia larva 2 konsentrasi yang effektif adalah 4 x l04 PIBs/ml.
Penelitian di rumah kaca menunjukkan bahwa konsentrasi HaNPV 4 x l02 PIBs/ml efektif
menekan populasi larva Ectropis bhurmitra Wlk. pada stadia larva 2 dan 4. Sedangkan
untuk stadia larva 3 sampai penelitian ini berakhir belum menunjukkan mortalitas
maksimal.

Kata kunci: HaNPV, ulat jengkal (Ectropis bhurmitra Wlk.), tanaman teh

PENDAHULUAN manusia dan hewan ternak (Metcalf dan Mc


Kelvery, 1974) ; dan (3) kemungkinan tim-
Untuk menyelamatkan produksi ta- bulnya jenis hama baru akibat dari matinya
naman dari gangguan hama, penggunaan parasit dan predator (Cranham, 1966).
bahan kimia atau racun serangga telah Di masa kini dan masa yang akan
banyak digunakan, terutama bila populasi datang, kita akan semakin dituntut untuk
serangga tersebut menimbulkan kerusakan
mengurangi penggunaan insektisida kimia
sampai batas ambang ekonomi (Widayat,
mengingat semakin meningkatnya kesadar-
2000). Di perkebunan teh, pengendalian
an masyarakat akan pentingnya kesehatan
hama pada umumnya dilakukan dengan
dan lingkungan. Peraturan pemerintah pun
menggunakan insektisida kimia karena
akan semakin memperketat penggunaan
insektisida ini dikenal efektif dan hasilnya
insektisida. Dalam Undang-Undang Nomor
cepat dapat dilihat. Salah satu insektisida
dari golongan carbamate yang terdaftar 12 Tahun 1992 dicanangkan pelaksanaan
penggunaannya pada tanaman teh untuk Pengendalian Hama Terpadu (PHT) yang
mengendalikan Helopeltis antonii dan ulat melarang penggunaan sarana atau cara yang
jengkal (Hyposidra sp.) adalah methomyl dapat mengganggu kesehatan dan kese-
(Anonim, 2002 dalam Rayati, 2008). lamatan manusia yang menimbulkan gang-
Cara tersebut memberikan hasil yang guan dan kerusakan sumber daya alam dan
sangat nyata dan cepat bila dibanding de- lingkungan hidup. Selain dapat memba-
ngan cara lain sehingga kerugian yang lebih hayakan manusia dan lingkungan, peng-
besar dapat dihindarkan (Danthanarayana, gunaan insektisida kimia secara terus-
1967). Penggunaan insektisida kimia me- menerus juga dapat menimbulkan resis-
nimbulkan beberapa efek samping, yaitu: tensi, resurgensi, terbunuhnya jasad bukan
(1) terjadi resistensi terhadap hama; (2) sasaran, dan ledakan hama kedua sehingga
beberapa jenis insektisida mempunyai resi ditinjau dari segi efektivitasnya sudah tidak
du sangat lama sehingga berbahaya bagi lagi memberikan hasil yang memuaskan.

79
Jurnal Penelitian Teh dan Kina 14(2) 2011: 78-89

Mengingat dampak negatif yang yang merupakan tanaman inang untuk ulat
ditimbulkan dari penggunaan insektisida jengkal ini sebaiknya tidak ditanam di ke-
kimia, maka perlu dicari alternatif cara bun teh karena keberadaannya akan mem-
pengendalian hama lainnya yang relatif bantu hama yang berkembang biak (Dirjen
aman. Agensia pengendali biologi virus Bina Produksi Perkebunan Deptan, 2002).
sebagai patogen serangga merupakan salah Waktu serangan serangga hama ini terjadi
satu alternatif yang potensial untuk diguna- sepanjang tahun dan serangan akan me-
kan dalam pengendalian hama pada tanam- ningkat bila kondisi lingkungan mendukung
an teh, di antaranya adalah nuclear poly- seperti pada musim kemarau.
hedrosis virus (NPV). Ulat jengkal menyerang tanaman teh
NPV termasuk famili Baculoviridae muda dan tanaman teh dewasa. Pada
dari genus Baculovirus. Sebagai parasit tanaman yang baru dipangkas, serangan ulat
obligat, NPV hanya dapat berkembang pada akan lebih jelas terlihat. Pada serangan
sel-sel hidup. Menurut Tanada dan Kaya berat, tanaman menjadi tidak berdaun lagi,
(1993), NPV memiliki beberapa keunggul- dan hanya tinggal ranting-ranting yang
sudah berkayu (Gambar 1). Serangan ulat
an, antara lain inangnya spesifik, efektif,
jengkal terjadi terutama pada musim ke-
persisten di alam (tanah, air, tanaman),
marau. Dengan turunnya hujan, akan ba-
persisten dalam populasi inang rendah, dan
nyak kepompong yang mati yang berada di
kompatibel dengan cara pengendalian yang
dalam tanah atau di bawah serasah dan juga
lain, termasuk insektisida botani dan kimia
adanya sejenis jamur yang memparasit.
(Mandal et al., 2003; Binay dan Devendra
Tanaman teh dibudidayakan untuk
2002; Indrayani et al., 2005; 2006). Meski-
menghasilkan pucuk, yaitu daun muda
pun demikian, kelemahan utama NPV dengan tunas apikalnya. Usaha peningkatan
adalah mudah rusak karena sinar ultraviolet produktivitas terus ditingkatkan dengan
yang menyebabkan efektivitasnya terhadap menerapkan teknik budidaya secara opti-
inang menurun. Oleh karena itu, meng- mal. Pengendalian hama pada tanaman teh
hindarkan NPV dari pengaruh ultraviolet selalu dilakukan karena tanaman teh me-
merupakan cara untuk mempertahankan merlukan kondisi yang sehat untuk menyu-
efektivitasnya. sun pertumbuhan vegetatif berupa pucuk
Ulat jengkal bersifat polipag, selain yang selalu dipetik secara teratur.
menyerang tanaman teh juga menyerang ta- Ulat jengkal menyerang daun. Se-
naman lainnya. Hyposidra talaca dapat rangan berat menyebabkan daun berlubang
memakan tanaman kopi, kakao, kina, dan pucuk tanaman teh tinggal tulang daun
Aleurites, jambu klutuk, rami, dan beberapa saja. Jenis ulat jengkal yang ditemukan
jenis kacang-kacangan. Ectropis bhurmitra pada tanaman teh adalah Hyposidra talaca,
bisa memakan pohon kina, gambir, kakao, Ectropis bhurmitra, dan Buzura suppressa-
jeruk, pisang, kacang tanah, singkong, dan ria. Ulat jengkal merupakan hama yang
Sambucus. Buzura suppressaria dapat me- berbahaya bagi tanaman teh karena dapat
makan mangga, Aleurites, Eucalyptus, Lit- menurunkan produksi pucuk daun teh. Me-
chi, dan jambu biji. Jenis-jenis tanaman nurut Widayat (2007), serangan dan penye-

80
Pengaruh agensia pengendali biologi virus Helicoverpa armigera nuclear .... ( Joko Santoso dan Mery Antralina)

GAMBAR 1
Tanaman teh yang terserang ulat jengkal

barannya sangat cepat meluas sehingga 2. Pemupukan yang berimbang (NPKMg).


mengganggu pertumbuhan pucuk dan me- 3. Penyemprotan insektisida (insektisida
nurunkan produksi sekitar 5-15%. Hama ini nabati, insektisida mikroba, dan insek-
menyerang tanaman teh sepanjang tahun. tisida kimia) dengan bijak.
Faktor kondisi iklim yang panas dan 4. Perbaikan lingkungan.
lembap merupakan faktor penunjang per-
Penggunaan insektisida kimia di bi-
kembangan populasi dan intensitas penye-
dang pertanian telah menunjukkan kemam-
rangan pada tanaman teh. Hama ini me-
puannya dalam menanggulangi merosotnya
nyerang tanaman teh yang dipicu beberapa
hasil akibat serangan jasad pengganggu ter-
faktor, di antaranya:
sebut. Akan tetapi, penggunaan insektisida
1. Keseimbangan ekosistem di kebun teh
yang tidak teratur dan berlebihan dapat me-
terganggu dengan rendahnya populasi
nimbulkan resistensi dan resurjensi hama
dan keragaman serangga (musuh alami).
serta terbunuhnya musuh alami (Natawi-
2. Penggunaan insektisida sintetik yang
guna, 1990).
berlebihan dan tidak tepat.
Untuk mengurangi akibat buruk dari
3. Kondisi iklim yang panas dan lembap.
insektisida kimia, dapat digunakan agensia
4. Kesehatan tanaman yang menurun.
hayati yang berupa virus serangga. Salah
Untuk menanggulangi hama tersebut,
satu virus serangga yang potensial untuk di-
dapat dilakukan pengendalian dengan be-
gunakan sebagai pengendali populasi se-
berapa cara, seperti:
rangga hama adalah nuclear polyhedrosis
1. Pembersihan serasah di bawah perdu teh virus (NPV) dari ordo Baculovirus yang
dan gulma. Bila ditemukan kepompong memiliki polihedra yang tahan terhadap pa-
di bawah perdu tersebut, harus segera paran sinar matahari.
diambil dan dimusnahkan.

81
Jurnal Penelitian Teh dan Kina 14(2) 2011: 78-89

Helicoverpa armigera nuclear poly- BAHAN DAN METODE


hedrosis virus (HaNPV) merupakan isolat
virus yang berhasil diisolasi dari kadaver Percobaan dilaksanakan di Pusat Pe-
larva H.armigera yang sangat ideal untuk nelitian Teh dan Kina Gambung, Ciwidey,
digunakan dalam pengendalian populasi Kabupaten Bandung. Ketinggian tempat
serangga hama. Anjuran penggunaan Heli- 1.300 m di atas permukaan laut, dari bulan
coverpa armigera Nuclear Polyhedrosis Maret-Juni 2011.
Virus (HaNPV), yaitu 4 X 107 polihedra/ Bahan yang dipakai dalam penelitian
ml yang disemprotkan langsung pada larva ini adalah pucuk teh klon GMB 4, ulat
serangga yang didedahkan pada tanaman jengkal yang diambil dari Kebun Percobaan
sayuran. Pada konsentrasi tersebut, HaNPV Gambung dan didedahkan dalam sangkar
mampu mengendalikan hama ulat pada kotak transparan, pakan alami ulat berupa
tanaman sayuran serta memberikan efek pucuk teh. Virus serangga yang digunakan
yang baik terhadap pertumbuhan tanaman adalah HaNPV (Helicoverpa armigera Nu-
karena walaupun konsentrasi yang diberi- clear Polyhedrosis Virus) koleksi Laborato-
kan lebih dari anjuran tidak akan menim- rium Biologi, Unpad.
bulkan dampak negatif terhadap kelestarian Alat-alat yang digunakan dalam pe-
nelitian ini adalah timbangan analitik, botol
mahluk hidup dan lingkungan.
kultur untuk penginfeksian ulat dan peme-
Hasil penelitian yang dilakukan oleh
liharaannya, styrofoam, kotak transparan
Mia Miranti Rustama dan Wardono Nilo-
sebagai sangkar untuk ulat, kain kasa, karet
perbowo (2006) memperlihatkan bahwa
gelang, cutter, kuas untuk memindahkan
larva yang tidak diinfeksi akan tumbuh nor-
ulat, gelas ukur, ember, kertas label, dan
mal pada semua instar. Rentang dosis 6 x
alat-alat tulis.
101- 6 x 105 PIB/larva menyebabkan pe-
Penelitian dilakukan di laboratorium
nurunan konsumsi makan antara 25–50%
dan di rumah kaca untuk mengetahui mor-
dari berat kering pakan normal, penurunan
talitas larva. Sebelum penelitian di labora-
berat badan 30–70% dari berat badan larva
torium dan rumah kaca dimulai, dilakukan
normal dan penurunan rata-rata berat pupa
survei lapangan dengan tahap sebagai ber-
(antara 0,240–0,290 gram). Hasil penelitian
ikut:
awal ini memperlihatkan indikasi bahwa
1. Mencari sumber ulat jengkal di lapangan
HaNPV wild type asal Indonesia berpotensi
untuk digunakan sebagai sumber ino-
sebagai agensia hayati untuk mengendali- kulan yang akan dikembangbiakan di
kan populasi larva Helicoverpa armigera. rumah kaca.
Berdasarkan hal tersebut, maka perlu 2. Memelihara ulat jengkal sebagai koleksi
dilakukan penelitian mengenai kemampuan untuk perlakuan di rumah kaca.
Helicoverpa armigera Nuclear Polyhedro- 3. Setelah ulat diperoleh, ulat-ulat tersebut
sis Virus (HaNPV) dalam mempengaruhi dimasukkan ke dalam sangkar perlakuan,
mortalitas ulat jengkal pada tanaman teh sisanya dimasukkan ke kandang penam-
sebagai alternatif pengendalian untuk me- pungan untuk koleksi.
ngurangi penggunaan insektisida kimia.

82
Pengaruh agensia pengendali biologi virus Helicoverpa armigera nuclear .... ( Joko Santoso dan Mery Antralina)

4. Ulat-ulat tersebut dibiarkan selama ku- tempat lembap dan diamati mortalitasnya
rang lebih satu minggu dan diamati se- setiap hari, sampai mortalitas ulatnya
tiap hari. Jika ada yang mati, segera mencapai 70%.
diganti dengan ulat yang sudah ada di
sangkar penampungan. Perlakuan di rumah kaca
5. Jika setelah satu minggu ulat masih Perlakuan dilakukan pada saat ulat
hidup, artinya ulat-ulat tersebut masih yang dikoleksi sudah relatif stabil keadaan-
sehat dan sudah beradaptasi dengan ling- nya, yaitu sekitar usia 10 hari setelah
kungan di rumah kaca, maka bisa segera pindah sangkar. Sebagai sumber makanan
diberi perlakuan. ulat, dilakukan pemeliharaan pucuk tanam-
an teh dengan mengganti pucuk yang sudah
Perlakuan di laboratorium layu dan habis dimakan ulat.
Ulat jengkal dari lapangan yang su-
Perlakuan dilakukan pada saat ulat
dah dipelihara di rumah kaca dipilih yang
yang dikoleksi sudah relatif stabil ke-
sehat berdasarkan stadia larva dan dimasuk-
adaannya, yaitu sekitar usia 10 hari setelah
kan ke dalam sangkar yang sudah diisi
pindah sangkar. Ulat jengkal dari lapangan
beberapa pucuk teh yang sudah disemprot
yang sudah dipelihara di rumah kaca dipilih
larutan HaNPV sesuai dengan perlakuan
yang sehat berdasarkan stadia larva dan
yang direncanakan. Setiap petridish diisi 10
dimasukkan ke dalam petridish steril yang
ekor ulat. Lalu, sangkar yang sudah diisi
sudah diisi daun teh muda yang sudah
ulat tadi ditutup kain kasa dan disimpan di
disemprot larutan HaNPV sesuai dengan
tempat lembap dan diamati mortalitasnya
perlakuan yang direncanakan. Setiap petri-
setiap hari, sampai mortalitas ulatnya
dish diisi lima ekor ulat. Lalu, petridish
mencapai 70%.
yang sudah diisi ulat tadi disimpan di

GAMBAR 2
Perlakuan di laboratorium

83
Jurnal Penelitian Teh dan Kina 14(2) 2011: 78-89

GAMBAR 3
Perlakuan di rumah kaca

Metode penelitian TABEL 1


Notasi perlakuan penelitian
Metode yang digunakan dalam pene- Perlakuan
litian ini adalah metode eksperimental No. Notasi Stadia Konsentrasi HaNPV
dengan menggunakan rancangan acak leng- larva (PIB/ml)
1. A 2 4 x 106
kap. Perlakuan terdiri atas kombinasi tiga 4 x 106
2. B 3
stadia larva dengan empat tingkat konsen- 3. C 4 4 x 106
trasi HaNPV. Stadia larva yang digunakan 4. D 2 4 x 104
adalah stadia 2, 3, dan 4, tingkat kon- 5. E 3 4 x 104
6. F 4 4 x 104
sentrasi HaNPV berturut-turut adalah 4 x
7. G 2 4 x 102
106 PIB/mI, 4 x 104 PIB/ml, 4 x 102 PIB/ml 8. H 3 4 x 102
dan 0 PIB/ml (air saja). Perlakuan tersebut 9. I 4 4 x 102
dapat dilihat pada Tabel 1. 10. J 2 Air
11. K 3 Air
12. L 4 Air

84
Pengaruh agensia pengendali biologi virus Helicoverpa armigera nuclear .... ( Joko Santoso dan Mery Antralina)

HASIL DAN PEMBAHASAN hari keempat sudah menunjukkan tingkat


mortalitas yang lebih tinggi dibandingkan
Tingkat mortalitas yang disebabkan perlakuan yang diberikan pada larva stadia
agensia pengendali serangga hama merupa- instar 2 pada berbagai konsentrasi HaNPV
kan salah satu parameter penting untuk yang dicoba. Tingkat mortalitas tertinggi
mengukur kemampuan agensia tersebut dicapai pada saat 10 hari setelah perlakuan
dalam melindungi tanaman dari serangan (HSP), baik pada pemberian konsentrasi
dan kerusakan yang diakibatkan serangga HaNPV yang 4 x 106; 4 x 104 ; maupun
hama. yang diberi 4 x 102. Hal ini sesuai dengan
pendapat Indrayani et al. yang menyatakan
Mortalitas di laboratorium bahwa infeksi NPV biasanya dimulai dari
saluran pencernaan, kemudian menyerang
Hasil analisis terhadap mortalitas di organ-organ internal serangga lainnya.
laboratorium dapat dilihat dalam Tabel 2. Waktu dari NPV mulai tertelan sampai
Terlihat bahwa pada percobaan di laborato- menunjukkan gejala serangan relatif lama,
rium larva ulat jengkal pada stadia larva 3 yaitu 2-3 hari, dan kematian ulat baru
dan 4, baik yang diberi HaNPV sebanyak 4 terjadi pada hari ke-4 hingga ke-7 setelah
x 106 PIB atau yang diberi 4 x 102 PIB pada infeksi.

TABEL 2
Hasil analisis mortalitas ulat jengkal (%) di laboratorium setelah 4-10 hari setelah perlakuan (HSP)
Perlakuan Umur (HSP)
Konsentrasi
Stadia larva 4 5 6 7 8 9 10
Agen hayati (PIB/ml)
A Instar 2 HaNPV 4 X 10⁶ 0b 0c 0d 10 de 30 bcd 60 abc 70 abcd
B Instar 3 HaNPV 4 X 10⁶ 10 b 20 bc 20 bcd 30 cde 40 abcd 50 abc 80 abc
C Instar 4 HaNPV 4 X 10⁶ 40 a 60 a 70 a 70 ab 70 ab 100 a 100a
D Instar 2 HaNPV 4 X 10⁴ 10 b 10 bc 10 cd 10 de 20 cd 40 bc 80 abc
E Instar 3 HaNPV 4 X 10⁴ 0b 40 ab 50 ab 80 a 80 a 100 a 100 a
F Instar 4 HaNPV 4 X 10⁴ 10 b 20 bc 40 abc 40 bcd 60 abc 90 ab 90 ab
G Instar 2 HaNPV 4 X 10² 10 b 10 bc 10 cd 10 de 20 cd 70 abc 70 abcd
H Instar 3 HaNPV 4 X 10² 20 ab 20 bc 20 bcd 20 de 30 bcd 80 abc 80 abc
I Instar 4 HaNPV 4 X 10² 20 ab 30 abc 50 ab 60 abc 70 ab 80 abc 80 abc
J Instar 2 air 0 0b 0c 0d 0e 0d 0c 0d
K Instar 3 air 0 0b 0c 0d 0e 0d 0c 0d
L Instar 4 air 0 0b 0c 0d 0e 0d 0c 0d

Keterangan:
Angka rata-rata yang diikuti huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata menurut uji jarak berganda Duncan pada taraf 5%.

85
Jurnal Penelitian Teh dan Kina 14(2) 2011: 78-89

Hal ini disebabkan diperlukan masa yang diekspos tetapi yang tertelan oleh
inkubasi di dalam tubuh serangga sebelum inang tidak diketahui.
membunuhnya. Menurut Gothama et al.
(1989), efektivitas NPV sebagai agensia Mortalitas di rumah kaca
pengendalian hama terbukti dari hasil
Hasil analisis terhadap mortalitas di
penelitian di laboratorium dan lapang. Pada
laboratorium dapat dilihat dalam Tabel 3.
dosis 20 polyhedral inclusion bodies (PIB)/
Terlihat bahwa pada percobaan di rumah
mm2, luas pakan mortalitas ulat H. armi-
kaca larva ulat jengkal pada stadia instar 2
gera instar 3 mencapai 95% pada hari ke-8
lebih peka terhadap pemberian konsentrasi
setelah perlakuan, hampir sama dengan
HaNPV, baik yang diberi 4 x 106 PIB/ml
mortalitas ulat pada dosis 160 PIB/mm2
dan yang 4 x 102 PIB/ml, kematian ulat
(97,5%) pada hari ke-6.
dimulai pada saat 4 HSP dan mencapai
Jumlah bahan aktif (HaNPV) sangat
puncaknya pada umur 10 HSP. Hal ini
menentukan keberhasilan suatu patogen se-
sesuai dengan penelitian yang pernah
rangga menginfeksi inangnya. Secara teore-
dilakukan oleh Miranti (2008) yang
tis, satu unit infektif (spora, virion, konidia,
menyatakan bahwa HaNPV efektif pada
juvenil infektif) cukup untuk menginfeksi
larva instar 1-4, namun tidak pada larva
satu inang. Namun pada prakteknya untuk
dapat menimbulkan infeksi, dibutuhkan instar 5. Indrayani et al. (2006) menyatakan
jumlah unit minimal. Dalam pengujian di bahwa umur dan stadia serangga hama
laboratorium, jumlah unit infektif minimal sangat berpengaruh terhadap efektivitas
lebih mengacu pada penggunaan jumlah patogen serangga. Umumnya, serangga
unit infektif aktual yang tertelan atau kon- hama instar awal lebih peka terhadap
tak dengan inang. Sedangkan unit infektif infeksi penyakit dibandingkan instar akhir.

TABEL 3
Hasil analisis mortalitas ulat jengkal (%) di rumah kaca setelah 4-10 hari setelah perlakuan (HSP)
Perlakuan Umur (HSP)
Konsentrasi
Stadia larva 4 5 6 7 8 9 10
Agen hayati (PIB/ml)
A Instar 2 HaNPV 4 X 10⁶ 5a 30 a 30 a 45 ab 55 a 65 ab 70 abc
B Instar 3 HaNPV 4 X 10⁶ 0a 5b 5b 20 bc 20 b 45 bc 50 bcd
C Instar 4 HaNPV 4 X 10⁶ 5a 5b 5b 15 c 20 b 35 c 45 cd
D Instar 2 HaNPV 4 X 10⁴ 5a 5b 5b 25 bc 60 a 70 a 75 ab
E Instar 3 HaNPV 4 X 10⁴ 5a 5b 5b 15 c 25 b 25 c 35 d
F Instar 4 HaNPV 4 X 10⁴ 0a 15 ab 35 a 55 a 65 a 70 a 70 abc
G Instar 2 HaNPV 4 X 10² 5a 5b 5b 15 c 25 b 30 c 35 d
H Instar 3 HaNPV 4 X 10² 5a 10 b 10 b 10 c 20 b 25 c 40 d
I Instar 4 HaNPV 4 X 10² 5a 5b 10 b 25 bc 25 b 45 bc 85 a
J Instar 2 air 0 0a 0b 0b 0c 0b 0d 0e
K Instar 3 air 0 0a 0b 0b 0c 0b 0d 0e
L Instar 4 air 0 0a 0b 0b 0c 0b 0d 0e
Keterangan:
Angka rata-rata yang diikuti huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata menurut uji jarak berganda Duncan pada taraf 5%.

86
Pengaruh agensia pengendali biologi virus Helicoverpa armigera nuclear .... ( Joko Santoso dan Mery Antralina)

Untuk larva stadia instar 2, konsen- 70-85% sudah dianggap efektif.


trasi HaNPV 4 x 104 PIB/ml sudah efektif Hasil pengamatan yang dilakukan
karena persentase kematian ulat sudah men- menunjukkan bahwa untuk semua generasi
capai 70%. Pada larva stadia instar 4, kon- Ectropis bhurmitra, mortalitas cenderung
sentrasi yang diperlukan untuk membunuh meningkat sejalan dengan meningkatnya
lebih sedikit, yaitu dengan konsentrasi 4 x dosis infeksi. Hal ini sesuai dengan pene-
102 PIB/ml sudah efektif. Apabila disesuai- litian Utari (2000); Yayan (2004) yang
kan dengan standar yang berlaku bahwa menginfeksi H. armigera menggunakan
dalam pengendalian hayati kematian HaNPV pada konsentrasi 4,2 x 104; 6,8 x
organisme target tidak perlu mencapai 106; dan l,l x 109 (PIB/ml) menyebabkan
100%, presentasi kematian organisme target kematian H. armigera 10%, 59%, dan 90%.

F2: 4 x 104 H2: 4 x 102


2
G1: 4 x 10 G1: 4 x 101

GAMBAR 4
Hasil pengamatan di rumah kaca

GAMBAR 5
Ulat yang mati di laboratorium

KESIMPULAN 2. Penelitian di laboratorium menunjukkan


bahwa konsentrasi HaNPV 4 x 102
1. Konsentrasi sediaan Helicoverpa armi- PIBs/ml yang diberikan pada stadia larva
gera Nuclear Polyhedrosis Virus 3 dan 4 efektif menekan populasi larva
(HaNPV) yang diuji langsung pada lar- Ectropis bhurmitra Wlk.; sedangkan
va serangga hama Ectropis bhurmitra untuk stadia larva 2 konsentrasi yang
Wlk., baik di laboratorium maupun di efektif adalah 4 x 104 PIBs/ml.
rumah kaca, menunjukkan tingkat mor- 3. Penelitian di rumah kaca menunjukkan
talitas yang sama (70%) dan menye- bahwa konsentrasi HaNPV 4 x 102 PIBs/
babkan kematian 4-10 hari.

87
Jurnal Penelitian Teh dan Kina 14(2) 2011: 78-89

ml efektif menekan populasi larva Ec- on cotton in Indonesia. Proceedings


tropis bhurmitra Wlk. pada stadia larva on Biological Control of Pests in
2 dan 4; sedangkan untuk stadia larva 3 Tropical Agricultural Ecosystems.
sampai penelitian ini berakhir belum Biotrop Special Publication 36:157-
menunjukkan mortalitas maksimal. 164.
Indrayani, I.G.A.A. 2005. Pengaruh
kombinasi nuclear polyhedrosis virus
UCAPAN TERIMA KASIH
dan Bacillus thuringiensis terhadap
Terima kasih disampaikan kepada: Dr. Mia mortalitas dan aktivitas biologi ulat
Miranti Rustama yang telah menyediakan penggerek buah kapas Helicoverpa
bahan sediaan Helicoverpa armigera armigera Hubner. J. Agritrop. 24(1):
Nuclear Polyhedrosis Virus (HaNPV); Ir. 6-9.
Wahyu Widayat, M.S. yang telah Indrayani, I.G.A.A., D. Winarno, dan T.
membimbing dalam penelitian ini; dan Basuki. 2006. Efisiensi pengendalian
Direktur Pusat Penelitian Teh dan Kina penggerek buah kapas Helicoverpa
Gambung beserta staf yang telah membantu armigera Hubner dengan serbuk biji
terwujudnya penelitian ini. mimba dan nuclear polyhedrosis vi-
rus. Jurnal Penelitian Tanaman
Industri 12(2): 45-51.
DAFTAR PUSTAKA
Indrayani, I.G.A.A., D. Winarno, dan S.
Binay, K., dan P. Devendra. 2002. Eva- Deciyanto. Potensi Patogen Serangga
luation of neem based insecticides dalam Pengendalian Hama Sasaran.
and biopesticides against Helicoverpa Balai Penelitian Tanaman Tembakau
armigera infesting chickpea. Indian dan Serat, Malang. http://balittas.lit-
Journal of Entomology 64(4): 411- bang.deptan.go.id/ind/images/kapasra
417. mi/potensi%20patogen.pdf
Cranham, J. E. 1966. Monographs on tea Mandal, S.M.A., B.K. Mishra, dan P.R.
production in Ceylon. Insect and mite Mishra. 2003. Efficacy and econo-
pest on in Ceylon and their control. mics of some biopesticides in manag-
The Tea Res. Inst. Ceylon 6: 1-12. ing Helicoverpa armigera (Hubner)
Danthanarayana. 1967. Tea entomology in on chickpea. Annals of Plant Pro-
perspective. The Tea Quart. 38(2): tection Sciences 11(2): 201-203.
153-178. Rayati, D.J. 2008. Masalah dan pengolahan
Ditjen Bina Produksi Perkebunan Depar- residu pestisida pada teh. Warta Pusat
temen Pertanian. 2002. Musuh Alami, Penelitian Teh dan Kina 19(1-3): 27-
Hama dan Penyakit Tanaman Teh. 56.
Jakarta: Proyek Pengendalian Hama Rustama, M.M. dan W. Niloperbowo. 2007.
Terpadu Perkebunan Rakyat. Pengaruh Dosis Helicoverpa Armi-
Gothama, A.A.A., I.G.A.A. Indrayani, dan gera Nuclear Polyhedrosis Virus
F. Moscardi. 1989. Preliminary stu- (Hanpv) terhadap Konsumsi Makan,
dies on the nucleopolyhedrosis virus Berat Badan dan Berat Pupa Larva

88
Pengaruh agensia pengendali biologi virus Helicoverpa armigera nuclear .... ( Joko Santoso dan Mery Antralina)

Helicoverpa Armigera (Hubner). Tanada, Y. dan H.K. Kaya. 1993. Insect


Unpad. http://pustaka.unpad.ac.id/wp Pathology. San Diego, California:
content/uploads/2009/12/ pengaruh Academic Press. 563h.
dosis helicoverpa armigera nuclear Utari E. 2000. Pengaruh infeksi HaNPV
polyhedrosis virus.pdf terhadap kerusakan membran peri-
Metcalf, R. L. dan J. J. McKelvery Jr. trofik dan indeks nutrisi larva instar
1974. The Future for Insecticides lima Helicoverpa armigera Hubner.
Nedds and Prospects. A. Willey In- Tesis. Bandung: FMIPA, Institut
terscience Publ. John Wiley and Sons. Teknologi Bandung.
513h. Widayat W, 2007. Hama-Hama Penting
Natawigena, H. 1990. Pestisida dan Peng- pada Tanaman Teh dan Cara Pe-
gunaannya. Bandung: Universitas ngendaliannya. Seri Buku Saku 01.
Padjajaran. Bandung: Pusat Penelitian Teh dan
Schmidt, F.H dan J.H.A Fergusson. 1951. Kina.
Rainfall Type Based on Wet and Dry Yayan, Sanjaya. 2004, Peranan Helicoverpa
Periode Ration For Indonesia with armigera Nuclear Polyhedrosis Virus
Western New Guinea. Jakarta: (HaNPV) sebagai agen penyeleksi po-
Kementerian Perhubungan Jawatan pulasi Helicoverpa armigera HUB-
Metereologi dan Geofisika. NER (Lepidoptera: N octuidae). Ha-
yati 11(4): 125-129.

89

You might also like