You are on page 1of 35

MODEL PENGEMBANGAN PELAYANAN TUMBUH KEMBANG ANAK

DI RSI CITRA INSANI BOGOR

Manuskrip

Disusun Oleh :
MULADHARMA VIRTAARIYUS
201

PROGRAM STUDI MAGISTER KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA

2018

1
DEVELOPMENT MODEL OF CHILD GROWTH AND DEVELOPMENT SERVICES
AT RSI CITRA INSANI BOGOR

Muladharma Virtaaryus,1 Suhendar Suleman,2 Budi Hartono,3 Suhendar Suleman, 4Armein Rowi
5

Magister Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Muhammadiyah Jakarta

ABSTRACT

Intoduction: The increasingly fierce level of competition in the health care industry, encourages
hospitals to try to improve their competitiveness ongoing basis. One form of competitiveness that must
be created by the hospital business is the effort to develop services in the field of business. Noted the
number and population growth, especially in Bogor City and Bogor Regency, especially in young age
groups, infants and children, and taking into account the development of the number of autistic sufferers
lately, RSIA Citra Insani should develop services for child growth and development. The purpose of
this study was to design a model for the development of child development services in RSIA Citra Insani
with a focus on therapy for children with autism, based on consideration of aspects of market potential
and service capacity of mothers and children in RSIA Citra Insani.
Methode: This type of research is qualitative that is developmental. Data collection method was
purposive with the number of informants as many as 6 experts. The analysis design uses the Analytical
Hierarchy Process method. This method is used because AHP can describe multifactor problems into
a hierarchy that can be used to solve a complex problem.
Result: The results of the study showed that the model of child development services at Citra
Insani Hospital focused on children with special needs for autism is a class C service model. Factors
that increase income and profits as well as facilities and resources have equal importance with the
weight of each of 0, 50 The main priority is the income factor and the HR sub-factor, with the weight =
0.353, the main priority for the HR subfactor is HR training weighting = 0.420. The main priority for
facility and resource factors is the cost sub-factor with a weight of 0.343 and the main priority for the
cost subfactor is HR training with a weight of 0.301.
Suggestion: It was suggested to Citra Insani Hospital in Bogor Regency to conduct a feasibility
study related to funding capabilities, aspects of profit / loss calculation and payback period. Citra
Insani Hospital also had the opportunity to develop a service model for the needs of mothers or couples
in the field of midwifery, fertility and other health services.

Keywords: Subspecialty Fertilization, Analytical Hierarchy Process


Reading Material: 15 Books + 15 Journals / Articles (2008 to 2018)

2
MODEL PENGEMBANGAN RUMAH SAKIT DERRA ASSYFA SEBAGAI
RUMAH SAKIT KHUSUS KEBIDANAN DENGAN PELAYANAN
SUBSPESIALISTIK FERTILISASI

Masayu Rubianti,1 Suhendar Suleman,2 Toha Muhaimin,3 Suhendar Suleman, 4Armein Rowi 5
Magister Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Muhammadiyah Jakarta

ABSTRAK

Pendahuluan : Dewasa ini peningkatan jumlah penduduk berbanding linier dengan banyaknya kasus
infertilitas pada pasangan produktif, namun tidak banyak rumah sakit yang memiliki subspesialistik
pelayanan tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh model pengembangan Rumah Sakit
Derra Assyfa sebagai Rumah Sakit Khusus Kebidanan dengan Pelayanan Subspesialistik Fertilisasi,
serta diketahui sasaran, faktor dan subfaktor yang menjadi prioritas..

Metode : Jenis penelitian ini adalah kualitatif dengan metode Analytical Hierarchy Process (AHP).
Partisipan yang juga berperan sebagai narasumber sebanyak 11 orang yang dipilih berdasarkan
keahliannya. Terdapat tiga alternatif model yang dirancang, yaitu model 1 kelas premium, model 2
kelas menengah dan model 3 kelas bersahabat..

Hasil : Hasil penelitain diperoleh pilihan model 1 kelas premium. Diketahui sasaran prioritas adalah
mutu (bobot=0,727), dan faktor prioritas adalah Sumber Daya Manusia (bobot 0,550 dan 0,397). Tujuh
subfaktor prioritas utama yang merupakan elemen-elemen potensial dalam mendukung terlaksananya
pengembangan RS Derra Assyifa sebagai Rumah Sakit Kebidanan dengan Subspesialistik Fertilasasi
dan merupakan rumusan kebijakan inovatif dan produktif, yaitu: (1) rekrut dan kerjasama tenaga ahli
dalam negeri (bobot=0,183); (2) bentuk tim marketing yang handal (bobot=0,151); (3) kerjasama
transfer teknologi (bobot=0,110); (4) program spesialistik yang terus berkembang (bobot=0,97); (5)
kerjasama pendidikan dan pelayanan (bobot=0,66); (6) bangun baru fasilitas premium harga jual tinggi
(bobot=0,65); dan (7) differensiasi layanan unggulan (bobot=0,063).

Saran : RSIA Citra Insani perlu melakukan Feasiblity Study yang berkaitan dengan kemampuan
pendanaan, aspek perhitungan laba/rugi dan waktu pengembalian modal (payback period). RSIA Citra
Insani berkesempatan juga melakukan pengembangan model pelayanan terhadap kebutuhan Ibu atau
Pasutri dibidang kebidanan, fertilitas serta pelayanan kesehatan lainnya

Kata Kunci : Tumbuh Kembang Anak, Analytical Hierarchy Process (AHP)


Bahan Bacaan : 33 Buku + 22 Jurnal/Artikel (tahun 1990 sd 2017).

3
A. Latar Belakang 2005-2025, yang bertujuan meningkatkan
Pelayanan dan fasilitas Rumah Sakit Ibu kesadaran, kemauan, kemampuan hidup sehat
dan Anak ditujukan supaya ibu dan anak bagi setiap orang agar peningkatan derajat
merasa aman serta nyaman untuk berada di kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya
rumah sakit (Widya, 2012). Diketahui bahwa dapat terwujud, melalui terciptanya
baik ibu yang sedang mengandung maupun masyarakat, bangsa dan negara Indonesia yang
tidak, serta ibu yang sedang mengalami ditandai oleh penduduknya yang hidup dengan
penyakit seputar kehamilan tentu saja memiliki perilaku dan dalam lingkungan sehat, memiliki
karakter yang berbeda, sehingga perlu kemampuan untuk menjangkau pelayanan
pelayanan khusus untuk para ibu di bidang kesehatan yang bermutu, secara adil dan
kesehatan. Hal ini hampir serupa dengan merata, serta memiliki derajat kesehatan yang
karakter anak kecil yang tidak mungkin setinggi-tingginya di seluruh wilayah Republik
disamakan dengan orang dewasa pada lndonesia.
umumnya, sehingga dalam perkembangan Sasaran pembangunan kesehatan yang
jaman saat ini, pelayanan maupun fasilitas bagi akan dicapai pada tahun 2025 adalah
ibu dan anak sangat diharapkan keberadaannya. meningkatnya derajat kesehatan masyarakat
Mengacu pada Kementerian Kesehatan yang ditunjukkan oleh meningkatnya Umur
RI, Persatuan Rumah Sakit Seluruh Indonesia Harapan Hidup, menurunnya Angka Kematian
(PERSI) dan Wealth Human Organization Bayi, menurunnya Angka Kematian Ibu,
(WHO) serta merujuk pada rumah sakit menurunnya prevalensi gizi kurang pada balita,
terkemuka di negara-negara lain, Rumah Sakit sebagaimana yang diungkapkan pada Tabel 1.1
Ibu dan Anak dikembangkan berdasarkan di bawah ini.
prinsip Keamanan Pasien. Dalam Rencana Tabel 1. Sasaran pembangunan kesehatan pada
RPJMN 2015-2019 dalam Meningkatkan Status
Pembangunan Jangka Menengah Nasional Kesehatan dan Gizi Masyarakat
(RPJMN) 2015-2019, sasaran yang ingin
Indikator Status Target
dicapai adalah meningkatkan derajat kesehatan Awal 2019
Angka kematian ibu per 346 306
dan status gizi masyarakat melalui upaya 100.000 kelahiran (SP
hidup 2010)
kesehatan dan pemberdayaan masyarakat yang Angka kematian bayi 32 24
per 1.000 kelahiran (2012/
didukung dengan perlindungan finansial dan hidup 2013)
Prevalensi kekurangan 19,6 17,0
pemeratan pelayanan kesehatan (Kementerian gizi (underweight) pada (2013)
anak balita (%)
Kesehatan Republik Indonesia/Kemenkes RI, Prevalensi stunting 32,9 28,0
(pendek dan sangat (2013)
2015). Arah kebijakan dan strategi pendek) pada anak
baduta (bawah dua
pembangunan kesehatan nasional 2015-2019 tahun) (%)
merupakan bagian dari Rencana Pembangunan
Sumber : Kementerian Kesehatan RI (2015)
Jangka Panjang bidang Kesehatan (RPJPK)

1
Upaya kesehatan ibu dan anak adalah profesi dan pemangku kepentingan terkait
upaya di bidang kesehatan yang menyangkut pertumbuhan, perkembangan, dan gangguan
pelayanan dan pemeliharaan ibu hamil, ibu tumbuh kembang anak (Permenkes RI Nomor
bersalin, ibu menyusui, kesehatan bayi 66 Tahun 2014). Penduduk sebagai determinan
dan anak balita sertaanak prasekolah terutama pembangunan perlu mendapat perhatian yang
dalam tumbuh kembang anak. Pertumbuhan serius. Program pembangunan, termasuk
dan perkembangan merupakan suatu proses dan pembangunan di bidang kesehatan, harus
peristiwa yang setiap manusia atau individu didasarkan pada dinamika kependudukan.
pernah mengalaminya, bahkan peristiwa itu Upaya pembangunan di bidang kesehatan
juga dialami oleh semua mahluk hidup, seperti tercermin dalam program kesehatan melalui
tumbuh-tumbuhan dan hewan. Pada manusia, upaya promotif, preventif, kuratif maupun
terutama pada masa kanak-kanak, proses rehabilitatif.
pertumbuhan dan perkembangan ini terjadi Di Indonesia pada tahun 2016, seperti
sangat cepat, perubahan yang terjadi pada diri yang dilihat pada Tabel 1.2. di bawah jumlah
seseorang tidak hanya meliputi apa yang penduduk sampai usia < 15 tahun sebanyak
tampak mata seperti perubahan tubuh (fisik) 145.568.587 atau 56,27% dari total penduduk
dengan bertambahnya berat badan dan tinggi Indonesia 2016 sebanyak 258.704.986
badan, tetapi juga perubahan dalam segi yang (Kemenkes RI, 2016). Di Kota Bogor dan
lain, seperti berfikir, berbahasa, berperilaku, Kabupaten Bogor total jumlah penduduk tahun
dan lain-lain. Pertumbuhan dan perkembangan 2016 masing-masing sebanyak 1.064.687 jiwa
yang dialami anak merupakan rangkaian dan 5.587.390 dengan rata-rata pertumbuhan
perubahan yang teratur dari satu tahap ke tahap dalam 3 tahun sebesar 2% (Badan Pusat
berikutnya, yang secara keseluruhan dimulai Statistik Kota Bogor dan Kabupaten Bogor,
sejak terjadinya konsepsi dalam kandungan ibu, 2017).
yang secara berkelanjutan makin lama semakin Tabel 2. Penduduk Sasaran Program Pembangunan
Kesehatan di Indonesia Tahun 2016
dapat diamati secara jelas setelah anak lahir ke
Kelompok Umur/ Jenis Kelamin
Sasaran Program Jumlah
dunia (Moersintowarti, 2004). Formula Laki-laki Perempuan
Lahir hidup - - - 4.867.813
Bayi 0 tahun 0 Tahun 2.435.848 2.334.596 4.770.444
Pemantauan Pertumbuhan, Batita ( di bawah tiga tahun) 0-2Tahun 7.314.055 7.019.460 14.333.515
Anak Balita (di bawah lima tahun) 1-4 Tahun 9.785.782 9.404.084 19.189.866
Perkembangan dan Gangguan Tumbuh Pra Sekolah 5-6 Tahun 4.911.455 4.691.718 9.603.173
Anak usia kelas SD/setingkat 7-12 Tahun 14.141.268 13.433.460 27.574.728
Kembang Anak merupakan acuan bagi tenaga Penduduk Usia Muda <15 Tahun 35.863.014 34.233.847 70.096.861
Wanita Usia Subur (WUS) 15-49 Tahun 69.739.202 69.739.202
Ibu Hamil 1,1 X lahir hidup 5.354.594 5.354.594
kesehatan yang bekerja pada fasilitas pelayanan Ibu Bersalin/Nifas 1,05 X lahir hidup 5.111.204 5.111.204
Penduduk Usia Lanjut > 60Tahun 10.722.224 11.908.658 22.630.882
kesehatan dasar/primer, kelompok profesi, Penduduk Usia Lanjut Risiko Tinggi >70 Tahun 3.694.220 4.796.136 8.490.356

tenaga pendidik, petugas lapangan Keluarga Sumber : Pusat Data dan Informasi, Kemenkes RI,
Berencana, petugas sosial yang terkait dengan 2016, Hasil Estimasi Data Penduduk
Sasaran Program Pembangunan Kesehatan Tahun
pembinaan tumbuh kembang anak, organisasi 2015-2019

2
Rumah Sakit Ibu dan Anak (RSIA) Citra koreksi akan kurang memuaskan. Upaya untuk
Insani merupakan rumah sakit khusus yang membantu agar anak tumbuh kembang secara
berada di antara wilayah Kota Bogor dan optimal dengan cara deteksi adanya
Kabupaten Bogor. Dengan demikian yang penyimpangan dan intervensi dini perlu
menjadi pangsa pasarnya terutama penduduk di dilaksanakan oleh semua pihak sejak mulai dari
kedua wilayah tersebut. Memperhatikan tingkat keluarga, petugas kesehatan mulai dari
jumlah dan pertumbuhan penduduk, baik di kader kesehatan sampai dokter spesialis, dan di
Indonesia (Tabel 1.1.) maupun di wilayah Kota semua tingkat pelayanan kesehatan mulai dari
Bogor dan Kabupaten Bogor terutama pada tingkat dasar sampai pelayanan yang lebih
kelompok usia muda, bayi dan anak-anak, maka spesialistis.
sudah seyogyanya rumah sakit ini Salah satu kelainan yang mempengaruhi
mengembangkan pelayanan bagi tumbuh tumbuh kembang anak adalah gangguan autis.
kembang anak. Pertumbuhan dan Autis adalah kelainan perkembangan saraf yang
perkembangan yang baik akan menjadi modal sangat beragam yang ditandai dengan adanya
bagi kelangsungan anak sebagai generasi tiga gejala, yaitu gangguan pada interaksi
penerus yang baik. Sebaliknya ia juga dapat sosial, komunikasi, dan tingkah laku terbatas
sebagai penghambat kelangsungan generasi dan berulang yang terjadi sebelum usia anak
penerus bahkan juga dapat sebagai sumber tiga tahun(Kementerian Kesehatan,
kesusahan dan malapetaka individu, keluarga 2010).Tingkat gangguan spektrum autis telah
dan masyarakat (Hidayat dan Musrifatul, meningkat di banyak negara selama 2 dekade
2005). terakhir. Prevalensi penyandang autisme di
Menurut Suyanto(2010) bahwa sesuai seluruh dunia menurut data United Nations
dengan proses tumbuh kembang, pemantauan Educational, Scientific and Cultural
perlu dilakukan sejak awal yaitu sewaktu dalam Organization (UNESCO pada tahun 2011)
kandungan sampai dewasa. Dengan adalah 6 di antara 1000 orang mengidap autis.
pemantauan yang baik akan dapat dideteksi Di Amerika Serikat, kelainan autisme empat
adanya penyimpangan secara dini sehingga kali lebih sering ditemukan pada anak lelaki
tindakan koreksi yang dilakukan akan dibandingkan anak perempuan dan lebih sering
mendapatkan hasil yang lebih memuaskan. banyak diderita anak-anak keturunan Eropa
Dengan kata lain bila penyimpangan terjadi Amerika dibandingkan yang lainnya.
padausia dini dan dideteksi sedini mungkin, DiIndonesia, pada tahun 2013 diperkirakan
maka tindakan koreksi akan memberikan hasil terdapat lebih dari 112.000 anak yang
yang memuaskan, sedangkan bila menderita autisme dalam usia 5-19 tahun
penyimpangan terjadi pada usia dini tetapi baru (Jurnal Pediatri, 2015).
dideteksi pada usia yang lebih lanjut, hasil

3
Rumah Sakit Ibu dan Anak Citra Insani memberikan gambaran tinggi rendahnya
mulai melaksanakan penyelenggaraannya pada tingkat pemanfaatan tempat tidur rumah sakit.
tanggal 11 November 2001, dengan prinsip Pada pelayanan rawat inap, terlihat bahwa BOR
menjunjung tinggi kualitas pelayanan. meningkat 5, 59% dan sudah masuk pada nilai
Langkah-langkah yang dilakukan adalah yang ideal. ALOS menurut Depkes RI (2005)
mengedepankan pelayanan serta keunggulan adalah rata-rata lama rawat seorang
SDM, Diawali dengan tenaga medis yang pasien.Indikator ini disamping memberikan
berkualitas di bidangnya hingga karyawan yang gambaran tingkat efisiensi, juga dapat
terlatih dan berorientasi ada kepuasan pasien. memberikan gambaran mutu pelayanan.
Rumah Sakit Ibu dan Anak Citra Insani Capaian ALOS dari RSIA Citra Insani masih
juga menunjang semua konsep yang terdepan pada 2,41% turun 7,87% dari tahun 2016.
dalam menjalankan pelayanan kesehatan sesuai Tabel 3. Indikator Kinerja Pelayanan RSIA Citra Insani
dengan Visi “Mewujudkan Rumah Sakit
Kinerja Nilai Ideal
Pelayanan Kesehatan yang Semakin maju Pelayanan (Depkes, 2017 2016 2017/2016
RSIA Citra 2005) (%)
Insani
dan Berdaya Saing Tinggi”. Fasilitas Jumlah - 33.036 33.416 -1.14
Pasien
memadai dikembangkan sesuai dengan Rawat
Jalan
kebutuhan layanan kesehatan yang semakin Jumlah - 4.155 3.688 12.66
Pasien
canggih. Nilai-nilai yang dijunjung tinggi Rawat
Inap
adalah Etika, Profesional, Komunikasi, Bed 60-85% 62,43 59,13 5.58
Occupancy
Rate
Kerjasama serta Integritas, sehingga akan (BOR)
Average 6-9 hari 2,41 2,61 -7.66
memberikan pelayanan yang terbaik bagi Length Of
Stay
masyarakat dan tidak perlu lagi mencari (ALOS)
Turn Over 1-3 hari 1,87 2,71 -31
pelayanan kesehatan yang cukup jauh. Rumah Interval
(TOI)
Sakit Ibu dan Anak Citra Insani adalah rumah Bed Turn 40-50 kali 70,48 57,69 22.17
Over
(BTO)
sakit umum swasta madya atau rumah sakit Gross <45/1000 30,97 28,40 9.05
Death Rate
kelas C yang telah berkomitment untuk (GDR)
Net Death <25/1000 21,45 14,74 45.52
mewujudkan kepuasan bagi pasien yang Rate
(NDR)
membutuhkan fasilitas kesehatan. Sumber : Laporan RS Citra Insani Bogor
Tahun 2016-2017
Pada Tabel 1.1. menunjukkan bahwa
kinerja pelayanan RSIA Citra Insani pada tahun TOI menurut Depkes RI (2005) adalah
2017 untuk rawat jalan menurun 1,14%, rata-rata hari dimana tempat tidur tidak
sedangkan kinerja pelayanan rawat inap ditempati dari telah diisi ke saat terisi
meningkat 12,66%. Menurut Depkes RI berikutnya.Indikator ini memberikan gambaran
(2005), BOR adalah %tase pemakaian tempat tingkat efisiensi penggunaan tempat tidur.
tidur pada satuan waktu tertentu. Indikator ini Idealnya tempat tidur kosong tidak terisi pada

4
kisaran 1-3 hari. Angka TOI pada tahun 2017 merumuskan model pengembangan pelayanan
tercapai 1,87 hari dan turun 69,21 % Tumbuh Kembang Anak berkebutuhan khusus
dibandingkan tahun 2016. BTO menurut di RSIA Citra Insani Bogor.
Depkes RI (2005) adalah frekuensi pemakaian B.2. Instrumen Penelitian dan Teknik
tempat tidur pada satu periode, berapa kali Pengumpulan Data
tempat tidur dipakai dalam satu satuan waktu Instrumen dalam penelitian adalah
tertentu.Idealnya dalam satu tahun, satu tempat panduan wawancara dan kuesioner serta alat
tidur rata-rata dipakai 40-50 kali. Pada tahun perekam.
2017, RSIA Citra Insani berhasil mencapai Pada penelitian ini, penulis
BTO sebesar 70,48 kali naik 22, 17 % dari menggunakan teknik pengumpulan data, yaitu :
tahun 2016. GDR menurut Depkes RI (2005) 1. Wawancara Mendalam
adalah angka kematian umum untuk setiap Teknik ini bertujuan untuk mendapatkan
1000 penderita keluar. Capaian GDR RSIA informasi secara langsung dan mendalam
Citra insani sebesar 30,97 per setiap 1000 (probing) yang dapat menjelaskan atau
penderita keluar, naik 9,05 % dari tahun 2016, menjawab permasalahan penelitian ini
namun masih berada pada nilai ideal 45 per secara obyektif. Pada penelitian ini,
1000 penderita keluar yang ditetapkan Depkes wawancara dilakukan terhadap dokter
(2005). NDR menurut Depkes RI (2005) adalah spesialis anak dan juga sebagai pemilik
angka kematian 48 jam setelah dirawat untuk klinik pelayanan kesehatan tumbuh
tiap-tiap 1000 penderita keluar. Indikator ini kembang anak berkebutuhan khusus yang
memberikan gambaran mutu pelayanan di sudah berpengalaman minimal 5 tahun,
rumah sakit. Capaian NDR RSIA Citra Insani dokter spesialis anak konsultan, direktur
sebesar 21,45 per 1000 penderita keluar naik rumah sakit, pengamat BPJS Kesehatan dan
45,52% dari tahun 2016, meskipun demikian dokter pimpinan Puskesmas.
masih berada pada nilai ideal yang ditetapkan 2. Kuesioner
Departemen Kesehatan RI (2005). Kuisioner berupa daftar pertanyaan yang
berkaitan dengan permasalahan penelitian
B. Metode Penelitian
yang harus dijawab dan diisi oleh responden
B.1. Jenis dan Desain Penelitian
sebagai sampel yang terpilih berdasarkan
Jenis penelitian ini adalah penelitian
model pertanyaan dengan pendekatan AHP.
pengembangan. Data yang diperoleh diolah
Responden dalam penelitian ini yakni dokter
dengan menggunakan analisis AHP, dimana
spesialis anak dan juga sebagai pemilik
hasil analisisnya kemudian disimpulkan
klinik pelayanan kesehatan tumbuh
kembali melalui penjabaran hasil analisis yang
kembang anak berkebutuhan khusus yang
berbentuk alternatif model. Desain dalam
sudah berpengalaman minimal 5 tahun,
penelitian ini adalah studi kasus untuk
5
dokter spesialis anak konsultan, direktur B.4. Etika Penelitian
rumah sakit, pengamat BPJS Kesehatan dan Dalam melaksanakan penelitian ini
dokter pimpinan Puskesmas. peneliti berpegang pada kode etik penelitian
3. Observasi yang ditunjukkan dengan adanya Surat Lolos
Observasi atau penelitian lapangan, yaitu Kaji Etik yang peneliti ajukan dan diperoleh
teknik pengumpulan data melalui dari Komisi Etik Fakultas Kedokteran dan
pengamatan secara langsung pada obyek Kesehatan Universitas Muhammadiyah
penelitian. Teknik observasi bertujuan untuk Jakarta. Adapun etika penelitian sebagai
mengamati suatu fenomena sosial sekaligus berikut:
melakukan pengumpulan data serta 1. Menghormati harkat dan martabat
mengamati keseluruhan gejala-gejala atau Manusia ( Respect For human dignity)
fenomena yang terjadi. Terdapat beberapa 2. Menghormati privasi dan kerahasiaan
variabel penelitian yang berkenaan dengan obyek penelitian ( respect for privacy and
observasi ini, yakni berkaitan dengan confidentiality)
potensi wilayah, aspek internal usaha, 3. Keadilan dan inklusivitas, persamaan
institusi pendukung dan keterkaitan jaringan perlakuan terhadap obyek penelitian (
(kerjasama atau kemitraan). respect for justice and inclusiveness)
Studi Kepustakaan, bertujuan untuk Memperhitungkan manfaat dan
merumuskan konsep dan teori sebagai kerugian yang ditimbulkan dalam penelitian (
landasan penelitian, melalui penelaahan balancing harms dan benefits).

berbagai literatur, buku, naskah ilmiah, B.5. Narasumber/Informan

laporan penelitian, dokumen, perundang- Nara sumber untuk analisis perumusan


model melalui metode AHP ini direncanakan
undangan negara maupun peraturan
sebanyak 8 orang. Pemilihan nara sumber
pemerintah Kabupaten Bogor yang
ditentukan secara sengaja (purposive)
berkaitan dengan pengembangan pelayanan
berdasarkan tingkat kepentingannya terhadap
tumbuh kembang anak.
permasalahan yang diteliti serta pengetahuan
B.3. Tempat dan Waktu Penelitian
dan pengalamannya terhadap permasalahan.
Penelitian akan dilaksanakan di Rumah
Karena tujuan penelitian adalah menggali
Sakit Citra Insani Bogor serta beberapa
informasi mengenai strategi pengembangan
Klinik/Rumah Sakit di wilayah Bogor yang
pelayanan tumbuh kembang anak. Dengan
melayani tumbuh kembang anak berkebutuhan
demikian, responden ditunjuk berdasarkan
khusus. Kegiatan Penelitian dilaksanakan
keahliannya. Adapun kriteria dari responden
mulai bulan Januari sampai dengan September
tersebut adalah seperti Tabel berikut ini.
2018

6
Tabel 4. Kriteria Informan Dalam Penelitian 3. Processing, adalah proses analisis, yaitu

No Kelompok Kriteria Jlh dilakukan dengan cara memasukan data


Informan
1 Dokter Berpengalaman minimal 2 atau entry data hasil coding ke data view
Spesialis Anak 5 tahun, dalam melayani
kesehatan tumbuh untuk diproses berdasarkan kebutuhan
kembang anak,
khususnya anak penulis
berkebutuhan khusus
autis Cleaning, berupa pengecekan apakah
2 Pemilik Klinik Seorang pemilik klinik 1
atau Rumah tumbuh kembang anak ada data yang mengalami missing atau tidak
Sakit yang yang menyediakan
melayani pelayanan kesehatan berdasarkan jumlah maupun pengkodean, bila
kesehatan anak berkebutuhan
tumbuh khusus autis missing maka perlu direvisi.
kembang anak
berkebutuhan B.7. Analisis Data
khusus
3 Direktur Pimpinan Rumah sakit 1 Penelitian ini menggunakan metode
Rumah Sakit
Analytical Hierarchy Process (AHP) dengan
Pemerhati Berpengalaman dan 1
kesehatan memahami pelayanan perangkat lunak Expert Choice 11/. Dalam
4 anak kesehatan anak
berkebutuhan berkebutuhan khusus, AHP dilaksanakan berdasarkan tahapan seperti
khusus terutama penyandang
autis berikut ini.
Pengamat Berpengalaman dan 1
BPJS memahami peraturan
Kesehatan BPJS Kesehatan serta B.7.1. Penyusunan Hierarki Kepentingan
pola kerjasama Rumah
5 Sakit dan BPJS Penyusunan Hirarki Kepentingan atau
Kesehatan dalam
melayani kesehatan persoalan yang akan diselesaikan,
anak berkebutuhan
khusus autis dipresentasikan sebagai diagram hirarki yaitu
Penyelenggara Mengetahui data dan 1
Puskesmas di status kunjungan pasien dengan menguraikan menjadi unsur-unsurnya,
Bogor anak berkebutuhan
6 khusus penyandang kriteria dan alternatif, kemudian disusun
autis di Puskesmas
wilayah Bogor dan menjadi suatu struktur hirarki. Secara garis
sekitarnya
Dinas Mengetahui data dan 1 besar ada 2 tahapan dalam penyusunan model
Kesehatan memperhatikan kondisi
7 Bogor kesehatan anak AHP, yaitu penyusunan hirarki (dekomposisi)
masyarakat di wilayah
Bogor dan evaluasi hirarki (menggunakan expert
choice)
B.6. Pengolahan Data Proses penyusunan hirarki adalah sebagai
Pengolahan data dilakukan dengan berikut :
tahap-tahap sebagai berikut : 1. Identifikasi tujuan keseluruhan
1. Editing, dengan cara meneliti kembali pembuatan hirarki yang bisa disebut
kelengkapan pengisian, kejelasan makna dengan goal (tujuan), yakni masalah
jawaban dan relevansi jawaban. yang akan dicari pemecahannya lewat
2. Coding, data yang telah di-edit selanjutnya model AHP.
diberikan kode (koding) berdasarkan 2. Menentukan kriteria dan sub kriteria
penentuan di definisi operasional. yang diperlukan untuk mendukung

7
tujuan keseluruhan. haruslah jelas. Artinya, preferensi seseorang
3. Identifikasi alternatif strategi yang harus dapat dinyatakan dalam skala terbatas
akan dievaluasi di bawah kriteria. atau elemen-elemennya dapat
Tahap terpenting dalam analisis adalah diperbandingkan satu sama lain. Pikiran kita
penilaian dengan teknik perbandingan akan sulit dalam melakukan perbandingan
berpasang (pairwise comparison) terhadap dengan ukuran yang kurang jelas, misalnya
elemen-elemen pada suatu tingkatan hirarki. perbandingan antara kelereng dengan jeruk.
Penilaian dilakukan dengan memberikan bobot Dalam konteks “rasa”, maka tidak tepat
numerik dan membandingkan elemen satu jeruk kita bandingkan dengan kelereng.
dengan elemen yang lain. Tahap selanjutnya Tapi dalam bentuk bulat kemungkinan
adalah melakukan sintesis terhadap hasil perbandingan relevan.
penilaian untuk menentukan elemen mana yang 3. Aksioma ketergantungan (Independence):
memiliki prioritas tertinggi dan terendah. terdapat keterkaitan antara level, walaupun
B.7.2 Penilaian Kriteria dan Alternatif dapat terjadi hubungan tak sempurna.
Melalui perbandingan berpasangan Artinya, preferensi dinyatakan dengan
(Saaty, 1993) kriteria dan alternatif dapat mengasumsikan bahwa kriteria tidak
dinilai dengan menggunakan skala 1-9 untuk dipengaruhi oleh alternatif-alternatif yang
mengekspresikan pendapat. Hal ini dikenal juga ada melainkan oleh obyektif secara
dengan istilah skala dasar berdasarkan tingkat keseluruhan. Atau perbandingan antara
kepentingan. elemen-elemen dalam satu level
Ada 4 aksioma yang harus diperhatikan tergantung/dipengaruhi elemen-elemen di
agar analisis AHP dapat dilakukan dengan baik, atasnya.
yakni: Aksioma ekspektasi (expectations):
1. Aksioma Resiprocal (Reciprocal dalam proses AHP yang dituntut bukanlah
Comparison): matriks perbandingan rasionalitas, tetapi yang menonjol adalah
berpasangan yang terbentuk haruslah ekspektasi dan persepsi dari manusia. Dalam
bersifat kebalikan. Artinya harus bisa dibuat kaitan ini penilaian yang irrasional dapat
perbandignan dan diyatakan preferensinya, diterima, asalkan konsisten.
dimana prefernsi itu harus memenuhi syarat B.7.3. Penetuan Prioritas dalam AHP
resiprokal, yaitu kalau A lebih disukai dari Penentuan prioritas dalam AHP dilakukan
B dengan skala X, maka B lebih disukai dari dengan menghitung eigenvector dan eigenvalue
A dengan skala 1/X. melalui operasi matrik. Eigenvector menentukan
2. Aksioma Homogenitas (Homogenity): ranking dari alternatif yang dipilih. Sedangkan
dalam melakukan berbagai perbandingan, eigenvalue memberikan ukuran konsistensi dari
konsep ukuran yang diperbandingkan proses perbandingan konsistensi. Setelah

8
dilakukan perbandingan berpasangan (pairwise Setelah hirarki tersusun, langkah
comparisons) untuk setiap kriteria dan alternatif, selanjutnya adalah pengisian persepsi expert
maka nilai perbandingan relatif kemudian diolah dengan melakukan perbandingan antara
untuk menentukan peringkat relatif dari seluruh elemen-elemen di dalam satu level dengan
alternatif. Kriteria kualitatif dan kriteria kuantitatif, memerhatikan pengaruh pada level di atasnya.
dapat dibandingkan sesuai dengan judgement yang Dari hasil pengisisan perbandingan
telah ditentukan untuk menghasilkan bobot dan berpasangan dari persepsi ahli (responden)
prioritas. tersebut, disusun dalam bentuk matriks
Prioritas dari sederetan kriteria dan perbandingan (matrix pairwise). Kemudian
alternatif tersebut ditentukan dengan dilakukan perhitungan vector eigen (eigen
membandingkan satu sama lain secara vector) dan nilai eigen (eigen value) serta
berpasangan yang diberi bobot berupa skala perhitungan konsistensi yang akan
dari 1 s/d 9 dengan definisi masing-masing menentukan prioritas pilihan.
skala sebagaimana terdapat dalam tabel berikut. Karena model AHP menghendaki satu
Tabel 5. Skala Banding secara Berpasang persepsi dalam satu perbandingan, maka dari
Intensitas
Definisi Penjelasan n persepsi harus dihasilkan satu persepsi yang
Pentingnya
1 Kedua elemen sama Dua elemen memiliki bobot mewakili persepsi seluruh ahli. Cara umum
pentingnya yang seimbang nilainya
3 Sebuah elemen Pengalaman dan yang dipakai pembuat AHP adalah dengan
lemah nilai pertimbangan sedikit
menyokong satu elemen cara mencari nilai rata-rata. Ada dua cara yang
kepentingannya
daripada yang lain
terhadap yang lain dipakai yaitu; (i) rata-rata hitung dan; (ii) rata-
5 Sebuah elemen Pengalaman dan
esensial atau lebih pertimbangan rata ukur. Rata-rata ukur lebih cocok untuk
lebih kuat menyokong
penting terhadap sebuah
yang lainnya elemen daripada yang lain deret bilangan yang sifatnya perbandingan
7 Menunjukkan Sebuah elemen lebih kuat
sebuah elemen jelas disukai dan dominasinya (rasio) dan mampu mengurangi gangguan
terlihat nyata dalam praktik
lebih penting dari
lainnya
yang ditimbulkan salah satu bilangan yang
terlalu besar atau terlalu kecil.
9 Secara mutlak Fakta sebuah elemen lebih
sebuah elemen lebih disukai dari lainnya berada Setelah matriks perbandingan terisi,
pada kemungkinan yang
penting dari lainnya tertinggi pada urutan yang
telah diketahui selanjutnya untuk menetapkan prioritas
2, 4, 6, 8 Nilai intermediate Kompromi diperlukan
antara dua antara dua pertimbangan digunakan metode eigen vector dan eigen value
Pertimbangan yang
berdekatan
dari eigen vector yang diperoleh ditentukan
Jika aktivitas i local priority, yaitu prioritas untuk satu level.
Kebalikan sebelumnya telah
diberi bobot ketika Prioritas global diperoleh dengan mengalikan
dibandingkan
dengan aktivitas j, prioritas elemen pada level diatasnya sampai
maka j memiliki nilai
kebalikannya ketika level akhir.
dibandingkan
dengan i
Sumber:Saaty (1993)

9
B.7.4. Konsistensi Logis Tabel 6. Kelebihan dan Kekurangan Model AHP

Penentuan prioritas perdasarkan suatu Kelebihan Model AHP Kekurangan Model AHP
1. Kesatuan (Unity) AHP 1. Ketergantungan model
kriteria yang logis semua elemen dapat membuat permasalahan AHP pada input
yang luas dan tidak utamanya. Input utama
dikelompokkan secara logis dan diperingkatkan terstruktur menjadi suatu ini berupa persepsi
model yang fleksibel dan seorang ahli sehingga
secara konsisten sesuai dengan kriteria yang mudah dipahami. dalam hal ini
2. Kompleksitas (Complexity) melibatkan
telah ditetapkan. Hasil akhir dari pembobotan AHP memecahkan subyektifitas sang ahli
permasalahan yang selain itu juga model
kriteria dan alternatif tersebut dapat diketahui kompleks melalui menjadi tidak berarti
pendekatan sistem dan jika ahli tersebut
dengan terlebih dahulu melakukan perhitungan pengintegrasian secara memberikan penilaian
deduktif. yang keliru.
AHP. 3. Saling ketergantungan (Inter 2. Metode AHP ini hanya
Dependence) AHP dapat metode matematis
digunakan pada elemen- tanpa ada pengujian
Untuk mengetahui konsistensi jawaban elemen sistem yang saling secara statistik
bebas dan tidak memerlukan sehingga tidak ada
yang akan berpengaruh kepada kesahihan hasil, hubungan linier. batas kepercayaan dari
4. Struktur Hirarki (Hierarchy kebenaran model yang
maka dilakukan perhitungan konsistensi Structuring) AHP mewakili terbentuk
pemikiran alamiah yang
indeks. Menurut Marimin (2004) nilai indeks cenderung
mengelompokkan elemen
konsistensi (Consistency Index) dapat dihitung sistem ke level-level yang
berbeda dari masing-masing
dengan menggunakan rumus : level berisi elemen yang
serupa.
CI = (p - n)/(n - 1); 5. Pengukuran (Measurement)
AHP menyediakan skala
n = banyaknya alternatif pengukuran dan metode
untuk mendapatkan
p = nilai rata-rata consistency vector. prioritas.
6. Konsistensi (Consistency)
Selanjutnya dilakukan penghitungan AHP mempertimbangkan
konsistensi logis dalam
Consistency Ratio (CR) merupakan parameter penilaian yang digunakan
untuk menentukan prioritas.
yang digunakan untuk memeriksa apakah 7. Sintesis (Synthesis) AHP
mengarah pada perkiraan
perbandingan berpasangan telah dilakukan keseluruhan mengenai
seberapa diinginkannya
dengan konsekuen atau tidak. Rumus nilai CR masing-masing alternatif.
8. Trade Off AHP
adalah : mempertimbangkan
prioritas relatif faktor-faktor
CR = CI/RI pada sistem sehingga orang
mampu memilih altenatif
terbaik berdasarkan tujuan
Nilai RI adalah nilai random indeks mereka.
9. Penilaian dan Konsensus
yang dikeluarkan oleh Oarkridge Laboratory (Judgement and Consensus)
AHP tidak mengharuskan
yang berupa tabel. Nilai CR <0,1, jika penilaian adanya suatu konsensus, tapi
menggabungkan hasil
kriteria telah dilakukan dengan konsisten. penilaian yang berbeda.
10. Pengulangan Proses
B.7.5. Kekurangan dan Kelebihan Model AHP (Process Repetition) AHP
mampu membuat orang
Adapun kelebihan dan kekurangan menyaring definisi dari suatu
permasalahan dan
dalam menggunakan model AHP yaitu seperti mengembangkan penilaian
serta pengertian mereka
yang diuraikan pada Tabel berikut ini. melalui proses pengulangan.

10
C. Hasil Penelitian dan Pembahasan anak turut dilibatkan dalam pemberian skor
C.1. Hasil Analitycal Hierarchy Process (AHP) terhadap alternatif keputusan-keputusan yang
Dalam penelitian ini untuk memperoleh telah dirancang dalam struktur hirarki. Adapun
rumusan hasil rancangan pengembangan profil narasumber yang berperan sebagai pakar/
layanan tumbuh kembang anak di RSIA Citra expert adalah :
Insani digunakan Analitycal Hierarchy Tabel 7. Profil Narasumber sebagai Expert

Process (AHP). Metode ini diharapkan dapat Umur


No (Tahun) Jabatan Poin Utama Hasil
Wawancara
memecahkan rencana pengembangan 1 45 Dokter - Pertumbuhan anak dimulai
Spesialis sejak dalam kandungan
pelayanan tumbuh kembang anak di RSIA Citra Anak - Perlu deteksi dini
- Pengembangan pelayanan
Insani melalui susunan yang hirarki, dengan tumbuh kembang anak
merupakan peluang yang
memberi nilai subjektif tentang pentingnya baik
- Orang Tua semakin sadar
terhadap kesehatan anak
setiap variabel secara relatif, dan menetapkan 2 68 Dokter - ABK membutuhkan sarana
Spesialis dan pelayanan edukasi
variabel mana yang memiliki prioritas paling Anak khusus
- Rencana pengembangan
tinggi guna mempengaruhi hasil pada situasi pelayanan tumbuh kembang
anak berkebutuhan khusus di
tersebut.Berdasarkan perancangan sistem RSIA Citra Insani sebagai
gagasan positif dan baik
dalam metodologi penelitian sebelumnya, 3 39 Pemilik - ABK memiliki karakteristik
Rumah yang berbeda
dalam penelitian ini menghasilkan suatu sistem Sakit - Perlu pendekatan dan
penanganan khusus
pendukung keputusan menggunakan dengan - Pengembangan pelayanan
tumbuh kembang anak
memberikan nilai bobot diperoleh dari merupakan ide yang baik
untuk melengkapi
perhitungan metode AHP. Aplikasi metode pelayanana Ibu dan Anak di
RSIA Citra Insani
AHP dalam penelitian ini dengan menggunakan - Ada beberapa fasilitas untuk
melakukan terapi, yaitu
perangkat lunak Expert Choice versi 11. ruang exercise fisioterapi,
ruang sensori integrasi,
Berdasarkan hasil observasi, diskusi ruang snoezelen, ruang
terapi wicara, dan ruang
dengan manajemen maupun pakar kesehatan tunggu yang nyaman.
4 Direktur - Diperlukan penanganan
anak serta studi literatur, maka peneliti Rumah untuk dapat terpenuhinya hak-
Sakit hak anak berkebutuhan khusus
membuat rancangan model dengan sasaran untuk dapat hidup, tumbuh
dan berkembang, serta
pengembangan pelayanan tumbuh kembang berinteraksi sosial di
lingkungan keluarga dan
anak dengan faktor pada meningkatkan masyarakat.
- Pelayanan tumbuh kembang
pendapatan serta fasilitas dan sumber daya. ABK semakin dibutuhkan
- Semakin majunya teknologi
Sebagai subfaktor adalah biaya, kualitas dan maka pelayanan ini dapat
dikembangkan secara optimal.
sumber daya manusia. - Rencana pengembangan
pelayanan tumbuh kembang
C.2. Profil Narasumber anak berkebutuhan khusus
perlu disiapkan secara matang
Dalam penelitian ini, beberapa agar dapat berjalan baik
- Tetap dijaga aspek
narasumber sebagai pakar dalam pendapatan dan laba namun
tidak meninggalkan aspek
pengembangan pelayanan tumbuh kembang fasilitas dan sumber daya serta
aspek social.

11
Umur
No (Tahun) Jabatan Poin Utama Hasil C.3. Rancangan Struktur Hirarki
Wawancara
5 60 Pemerhati - Di era UHC upaya Pengembangan Pelayanan Tumbuh
Kesehatan pelayanan tumbuh kembang Kembang Anak di RSIA Citra Insani
Anak ABK harus semakin di
optimalkan.
- Sangat setuju RS Citra
Insani menyiapkan layanan
bagi ABK.
- Hal-hal yang perlu
diperhatikan adalah SDM,
fasilitas dan teknologi yang
efektif.
- Tetap memperhatikan aspek
finansial agar bisa berjalan
secara berkelanjutan.
6 33 Pengamat - Disiapkan SDM yang
BPJS kompeten
Kesehatan - Disiapkan fasilitas dan
teknologi untuk terapi
- Diperlukan pelatihan hard
skill dan soft skill bagi
- Kemampuan rumah sakit
dalam membiayai
permodalannya.
7 40 Penyeleng - ABK perlu pelayanan
gara medik dan pendidikan
Puskesmas khusus Gambar 1. Rancangan Struktur Hirarki Dalam
- Pengembangan pelayanan
tumbuh kembang ABK Pengambilan Keputusan Pengembangan Pelayanan
harus didukung dengan Tumbuh Kembang Anak di RSIA Citra Insani
persiapan SDM, utilitas dan Bogor
teknilogi dengan
differensiasi unggul dari
8 46 Dinas - Ide pengembangan sangat Tabel 8. Alternatif Model Pengembangan
Kesehatan baik.
Kota - Memanfaatkan peluang Pelayanan Tumbuh Kembang Anak di RSIA Citra
Bogor adanya pangsa pasar Insani
terbesar yaitu peserta BPJS Alternatif
Kesehatan. Kriteria
Model
- RSIA Citra Insani sebagai
rumah sakit rujukan perlu Model Pendapatan dan laba (revenue and
menjalin kerjasama dengan Pelayanan profit) tinggi, fasilitas luxury,
Puskesmas Kelas A teknologi canggih, SDM terlatih
- RSIA Citra Insani harus dan profesional, mutu pelayanan
mengedepankan pelayanan
prima yang mampu terstandarisasi tinggi.
menciptakan kepuasan dan Model Pendapatan dan profit moderat,
loyalitas pelanggan Pelayanan fasilitas dan teknologi cukup
Kelas B memadai, SDM dan mutu
pelayanan terstandarisasi.
Model Pendapatan dan profit rendah,
Pelayanan fasilitas memadai, teknologi
Kelas C dikembangkan bertahap, SDM
dalam transisi pembelajaran

Secara bertahap akan dilakukan


analisis rancangan struktur hirarki dalam
pengambilan keputusan pengembangan
pelayanan tumbuh kembang anak di RSIA Citra
Insani Bogor.

12
C.4. Hasil Analisis Individual penilaiaan informan 1 terhadap rancangan
1. Expert 1 hirarki yang telah disusun. Menurut informan
Menurut expert 1, pertumbuhan fisik 1, dari aspek peningkatan pendapatan dan laba
seorang anak dapat dilihat dari pertumbuhan adalah sama bobotnya dengan mempersiapkan
janin dalam kandungan dan setelah lahir dengan fasilitas dan sumber daya.
indikator pertumbuhan yaitu berat badan, tinggi Menurut expert 1, investasi usaha ini
badan, lingkar kepala dan erupsi gigi. tidak terlalu memerlukan pembiayaana yang
Pada masa ini pertumbuhan dasar, kemampuan cukup besar . Dari hasil sintesis penilaian expert
berbahasa, kreativitas, sosial, emosional dan diketahui bahwa subfaktor utama dalam
intelegensia berjalan sangat cepat dan pengembangan pelayanan tumbuh kembang
perkembangan moral serta dasar-dasar anak menurut urutan bobot tertinggi diperoleh:
kepribadian, akan mempengaruhi dan 1. Aspek Sumber daya manusia : Training
menentukan perkembangan SDM (bobot 0,208)
selanjutnya. Deteksi dini perkembangan anak 2. Aspek Utilitas dan Teknologi : Beli (bobot
dilakukan dengan cara pemeriksaan 0,091)
perkembangan secara berkala, apakah sesuai 3. Aspek Pelayanan : Dibuat standarisasi (
dengan umur atau terjadi penyimpangan. Empat bobot 0,077)
parameter yang dipakai menilai perkembangan 4. Aspek Pangsa Pasar : Kerjasama dengan
anak adalah: gerakan motorik kasar, gerakan asuransi swasta
motorik halus, bahasa, kepribadian/tingkah 5. Aspek Pendanaan : Pinjam Bank
laku. Hasil sintesis terhadap penilaian expert
Selanjutnya dijelaskan oleh informan 1 1, diketahui nilai inkonsistensi sebesar 0,09.
bahwa dengan semakin pesatnya pertumbuhan Oleh karenanya hasil penilaian expert 1 dapat
penduduk dan semakin sejahteranya dimasukkan dalam analisis hirarki secara
masyarakat maka usaha pelayanan gabungan.
pengembangan anak berkebutuhan khusus 2. Expert 2
mempunyai peluang yang baik, terutama di Menurut informan 2, anak-anak
daerah Bogor. Di era globalisasi dengan berkebutuhan khusus( ABK ) yang dalam
semakin berkembangnya media sosial, banyak perkembangan dan pertumbuhannya
orang tua menyadari akan kesehatan anaknya. mengalami perbedaan baik fisik, mental
Sebagai orang tua tentunya ingin keluarganya maupun intelektualnya. ABK membutuhkan
terutama anaknya dapat bertumbuh dan sarana dan pelayanan edukasi yang khusus,
berkembang dengan sehat dan normal. Upaya sehingga dibutuhkan sarana edukasi serta terapi
pengembangan usaha ini tentunya dapat khusus yang dapat memberikan pendidikan
dijalankan oleh RSIA Bogor. Berikut ini hasil serta penanganan yang tepat bagi anak-
13
anak tersebut.Oleh karenanya menurut Expert 2 dimasukkan dalam sintesis gabungan pada
bahwa pengembangan pelayanan tumbuh analisis hirarki dalam penelitian ini.
kembang anak khususnya bagi anak 3. Expert 3
berkebutuhan khusus adalah sangat baik. Menurut expert 3 pada dasarnya setiap
Selanjutnya expert 2 memberikan penilaian anak berpotensi mengalami problema bisa saja
terhadap rancangan pengembangan pelayanan dari aspek kesehatan maupun dalam belajar,
tumbuh kembang anak di RSIA Citra Insani hanya saja problema tersebut ada yang ringan
Bogor. dan tidak memerlukan perhatian khusus dari
Tidak jauh berbeda dengan expert 1 orang lain karena dapat diatasi sendiri oleh anak
bahwa dalam pengembangan pelayanan yang bersangkutan dan orang tua, namun ada
tumbuh kembang anak di RSIA Citra Insani juga yang problem kesehatan fisik, mental dan
Bogor prioritas faktor meningkatkan proses belajarnya cukup berat sehingga perlu
pendapatan dan laba dibandingkan dengan mendapatkan perhatian dan bantuan dari orang
sumberdaya dan fasilitas memiliki peran yang lain.
sama bobotnya . Anak berkebutuhan khusus mulai diakui
Dari penilaian expert 2, diperoleh hasil keberadaannya, dan oleh sebab itu mulai berdiri
pembobotan seperti lampiran 4. Berdasarkan rumah-rumah perawatan dan panti sosial yang
hasil analisis, diperoleh kesimpulan dari hasil secara khusus mendidik dan merawat anak-
penilaian expert 2 berdasarkan aspek prioritas anak penyandang berkebutuhan khusus. Anak-
untuk pengembangan pelayanan tumbuh anak berkebutuhan khusus, dipandang memiliki
kembang anak di RSIA Citra Insani Bogor karakteristik yang berbeda dari orang
adalah sebagai berikut : kebanyakan, sehingga dalam perawatan
1. Aspek Sumber daya : Training SDM (bobot: kesehatan dan pendidikannya memerlukan
0,196) pendekatan dan metode yang khusus pula
2. Aspek Pelayanan : Standarisasi (bobot: sesuai dengan karakteristiknya. Oleh sebab itu,
0,098) pengembangan pelayanan anak berkebutuhan
3. Aspek pangsa Pasar : Pelayanan Pasien khusus merupakan ide yang baik terutama
Umum (bobot: 0,098) untuk melengkapi pelayanan ibu dan anak di

4. Aspek Teknologi : Teknologi Modern RSIA Citra Insani.

(bobot : 0,076) Anak Berkebutuhan Khusus seperti

5. Aspek pendanaan : Modal Kemitraan (bobot Autism Spectrum Disorder (ASD), ADHD

: 0,033) (gangguan atensi dan hiperaktifitas),

Inkonsistensi jawaban dari expert 2 adalah 0,05. Tunarungu, Tunawicara, Tunagrahita, Cerebral

Oleh karenanya penilaian Expert 2 dapat Palsy, Down Syndrome, Gangguan belajar serta
anak-anak yang mengalami masalah

14
keterlambatan dan gangguan perkembangan seusia dengannya. Diperlukan suatu
lainnya memerlukan klinik khusus menangani penanganan untuk dapat terpenuhinya hak-
masalah perkembangan anak terutama yang hak anak berkebutuhan khusus untuk dapat
berhubungan dengan kemampuan fungsional hidup, tumbuh dan berkembang, serta
seorang anak, seperti kemampuan berinteraksi sosial di lingkungan keluarga dan
berkomunikasi, makan, bergerak, bermain, masyarakat sesuai dengan minat dan potensi
bersosialisasi dan lain sebagainya. Ada yang dimiliki. Rencana pengembangan
beberapa fasilitas untuk melakukan terapi, yaitu pelayanan anak berkebutuhan khusus terutama
ruang exercise fisioterapi, ruang sensori di bidang kesehatan baik fisik maupun mental
integrasi, ruang snoezelen, ruang terapi wicara, saat ini semakin diperlukan. Semakin majunya
dan ruang tunggu yang nyaman. teknologi maka pelayanan ini dapat
Hasil penilaian dari expert 3 diperoleh dikembangkan secara optimal.. Rencana
hasil pembobotan pada rancangan hirarki pengembangan pelayanan tumbuh kembang
pengambilan keputusan seperti pada lampiran anak berkebutuhan khusus merupakan suatu
4. Selanjutnya hasil penilaian dilakukan sintesis upaya yang perlu disiapkan secara matang agar
dan diperoleh sebagai berikut : dapat berjalan dan semakin meningkat dalam
memberi pelayanan bagi anak-anak
1. Aspek SDM : Training (bobot: 0,207)
berkebutuhan khusus di wilayah Bogor dan
2. Aspek Pelayanan : Standarisasi pelayanan (
sekitarnya. Untuk dapat dikembangkan usaha
bobot: 0,103)
ini yang perlu mendapat perhatian adalah agar
3. Aspek Pemasaran : Bentuk Tim Pemasaran
tetap menjaga aspek pendapatan dan laba
( bobot: 0,077)
namun tidak meninggalkan aspek fasilitas dan
4. Aspek pelanggan : Peserta BPJS Kesehatan sumber daya serta aspek sosial.
(bobot : 0,071) Dari sintesis terhadap penilaian expert 4,
5. Aspek Kemitraan : Kerjasama dengan diperoleh hasil yang menyarankan agar rumah
Puskesmas ( bobot :0,071) sakit RSIA Citra insani memperhatikan 5
4. Expert 4 faktor-faktor prioritas seperti di bawah ini :
Dari wawancara dengan expert 4, 1. Aspek SDM : Training ( bobot : 0,262
diperoleh penjelasan bahwa anak berkebutuhan 2. Aspek Pembiayaan: Modal Kemitraan
khusus adalah anak yang mengalami (bobot: 0,135)
keterbatasan atau keluarbiasaan, baik fisik, 3. Aspek Teknologi dan Utilitas : Beli ( bobot
mental-intelektual, sosial, maupun emosional, : 0,111)
yang berpengaruh secara signifikan dalam 4. Aspek pelanggan: Peserta BPJS Kesehatan (
proses pertumbuhan atau perkembangannya bobot: 0,065
dibandingkan dengan anak-anak lain yang

15
5. Aspek Pemasaran : Bentuk Tim 1. Aspek Sumber Daya : Training SDM (bobot
Pemasaran (bobot: 0,062 : 0,179)
Penilaian expert 4 mempunyai nilai 2. Aspek pelayanan : Standarisasi ( Bobot:
inkonsistensi sebesar 0,04. Oleh karenannya 0,101)
hasil penilaian Expert 4 dapat diturut sertakan 3. Aspek Sasaran Pasar: Pelayanan Umum (
dalam analisis sintesis pada metode AHP. Bobot : 0,110)
4. Aspek Teknologi : Modern ( 0,066)
5. Expert 5
5. Aspek Pendanaan : Modal Kemitraan
Hasil wawancara dengan expert 5 yang
(0,020).
memberikan penjelasan bahwa anak
berkebutuhan khusus adalah anak yang 6. Expert 6

mengalami keterbatasan atau keluarbiasaan, Menurut expert 6, untuk mengembangkan

baik fisik, mental-intelektual, sosial, maupun klinik pelayanan tumbuh kembang anak

emosional, yang berpengaruh secara signifikan terutama pada anak berkebutuhan khusus maka

dalam proses pertumbuhan atau rumah sakit membutuhkan SDM yang mampu

perkembangannya dibandingkan dengan anak- menangani masalah perkembangan anak

anak lain yang seusia dengannya. Di era UHC terutama yang berhubungan dengan

ini maka upaya memberikan pelayanan bagi kemampuan fungsional seorang anak, seperti

tumbuh kembang anak berkebutuhan khusus kemampuan berkomunikasi, makan, bergerak,

tentunya harus semakin di optimalkan. Expert bermain, bersosialisasi dan lain sebagainya.

sangat setuju bahwa RSIA Citra Insani Ada beberapa fasilitas untuk melakukan terapi,

menyiapkan layanan bagi tumbuh kembang yaitu ruang exercise fisioterapi, ruang sensori

anak berkebutuhan khusus. Hal-hal yang perlu integrasi, ruang snoezelen, ruang terapi wicara,

diperhatikan adalah sumber daya manusia dan ruang tunggu yang nyaman. Menurut

fasilitas dan teknologi yang mampu Expert 6, hal utama yang diperhatikan adalah

memberikan pelayanan yang efektif. memberikan pelatihan kepada SDM yang akan

Disamping itu tentunya tetap memperhatikan bertugas, baik secara hard skill maupun soft

aspek financial agar usaha layanan tumbuh skill, karena tidak hanya diperlukan

kembang anak bisa berjalan secara pengetahuan dan ketrampilan tetapi juga

berkelanjutan. Dari penilaian expert 5 maka kesabaran dalam melayani tumbuh kembang

diperoleh hasil dengan pembobotan seperti anak berkebutuhan khusus. Dewasa ini sudah

pada Lampiran 4. banyak muncul klinik atau rumah sakit yang

Hasil analisis sintesis terhadap penilaian melayani tumbuh kembang anak. Faktor yang

expert 5 menurut prioritas adalah seperti berikut menjadi perhatian juga adalah tentang utilitas

ini: dan teknologi,disamping itu juga kemampuan


rumah sakit dalam membiayai permodalannya.
16
Dari penilaian expert 6, diperoleh faktor-faktor kualitasnya harus ditingkatkan agar dapat
yang menjadi prioritas dalam pengembangan berperan, tidak hanya sebagai obyek
pelayanan tumbuh kembang anak adalah : pembangunan tetapi juga sebagai subyek
pembangunan. Anak penyandang cacat perlu
1. Aspek SDM: Training SDM (bobot: 0,393)
dikenali dan diidentifikasi dari kelompok anak
2. Aspek Kemitraan (menggaet pelanggan) :
pada umumnya, karena mereka memerlukan
Kerjasama dengan Puskesmas (Bobot
pelayanan yang bersifat khusus, seperti
:0,167)
pelayanan medik, pendidikan khusus maupun
3. Aspek Pemasaran: Bentuk Tim Pemasaran
latihan-latihan tertentu yang bertujuan untuk
(bobot: 0,072)
mengurangi keterbatasan dan ketergantungan
4. Beli Utilitas dan Teknologi (bobot : 0,043)
akibat kelainan yang diderita, serta
5. Modal Mandiri (bobot: 0,018).
menumbuhkan kemandirian hidup dalam
Hasil pembobotan pada setiap hirarki dan bermasyarakat. Gagasan pengembangan
sintesis dapat dilihat pada Gambar di Lampiran pelayanan tumbuh kembang anak berkebutuhan
4. Berdasarkan analisis diperoleh nilai khusus di RSIA Citra Insani tentunya harus
inkonsistensi jawaban expert 6 sebesar 0,043. didukung dengan persiapan yang matang baik
Dengan demikian hasil penilaian ini dapat di aspek SDM, utilitas dan teknilogi yang
ikut sertakan dalam analisis gabungan. mempunyai differensiasi dengan pesaing
lainnya. Yang paling penting adalah
7. Expert 7
menciptakan keungulan kompetitif dari SDM
Expert 7 berpendapat bahwa
dimbangi dengan strategi pemasaran yang kuat.
Pembangunan kesehatan bertujuan untuk
Bidang SDM harus mengedepankan service
meningkatkan kesadaran, kemauan dan
excellent untuk meningkatkan kepuasan pasien
kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar
dan keluarga juga loyalitas untuk selalu
terwujud derajat kesehatan masyarakat yang
memanfaatkan kembali pelayanan tumbuh
setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi
kembang anak di RSIA Citra Insani. Dari
pembangunan sumber daya manusia yang
penilaian yang dilakukan oleh informan 7.
produktif secara sosial dan ekonomi.
Diperoleh hasil pembobotan pada setiap level
Penyelenggaraan pembangunan kesehatan
hirarki dan sintesis. Hasil sintesis menunjukkan
berasaskan perikemanusiaan, keseimbangan,
bahwa :
manfaat, perlindungan, penghormatan terhadap
1. Aspek SDM:Training SDM (bobot : 0,227)
hak dan kewajiban, keadilan, gender,
2. Aspek Pemasaran : Bentuk Tim Pemasaran
nondiskriminatis serta norma-norma agama.
(bobot: 0,196)
Anak berkebutuhan khusus termasuk
3. Aspek Pelanggan : Peserta BPJS Kesehatan
penyandang cacat merupakan salah satu sumber
( bobot: 0,058)
daya manusia bangsa Indonesia yang
17
4. Aspek pendanaan/permodalan : Modal 5. Aspek Kemitraan untuk meningkatkan
Mandiri ( bobot : 0,035) pelanggan : Kerjasama dengan Puskesmas
5. Aspek fasilitas dan teknologi : Beli utilitas (bobot:0,058) dan Kerjasama Asuransi
dan teknologi (bobot: 0,020). Swasta (bobot:0,055)
Konsistensi jawaban yang diberikan oleh
9. Fasilitator (Peneliti)
expert 7 adalah 0,02 adalah lebih kecil dari
Dari penilaian fasilitator, secara rinci
0,10. Dengan demikian pendapat expert 7
hasil sintesis adalah sebagai berikut :
dapat dimasukkan dalam analisis Gabungan.
1. Aspek SDM : Training SDM (bobot : 0,183)
8. Expert 8
2. Aspek Pelayanan : Standarisasi Pelayanan
Ide pengembangan pelayanan tumbuh
(bobot : 0,091)
kembang anak, khususnya bagi ABK di RSIA
3. Aspek Kemitraan dan Pelanggan : Kerjasama
Citra Insani sangat baik. Di Era JKN dan
Asuransi Swasta, Peserta BPJS Kesehatan,
menghadapi tahun 2019 mendatang tentunya
dan Kerjasama dengan Puskesmas
yang menjadi pasar terbesar adalah peserta
Pelayanan Umum (bobot masing-masing
BPJS. RSIA Citra Insani sebagai rumah sakit
sama:0,091)
rujukan perlu menjalin kerjasama dengan
4. Aspek Pemasaran : Bentuk Tim Pemasaran
Puskesmas terutama di wilayahnya kerja dan
(bobot : 0,083)
penjangkauannya. Di Bogor terdapat beberapa
5. Aspek Utilitas dan Teknologi: Beli (bobot :
Rumah Sakit dan Klinik Tumbuh Kembang
0,063)
Anak yang melayani perawatan medis dan
pendidikan bagi ABK, Oleh karenanya RSIA 10. Hasil Sintetis Gabungan
Citra Insani harus mengedepankan pelayanan Berdasarkan penilaian dari 8 expert
prima yang mampu menciptakan kepuasan dan yang telah diuraikan di atas, maka dapat
31/08/2008 00.15.07 Page 1 of 1
loyalitas bagi pasiennya. dilakukan analisis selanjutnya dengan
Hasil sintesis penilaian expert 8, sebagai melakukan penggabungan hasil penilaian dan
Model Name: PENGEMBANGAN PELAYANAN TUMBUH KEMBANG ANAK-
berikut: pembobotan sepertiMULADHARMA
berikut ini.

1. Aspek SDM : Training SDM (bobot: 0,227) Priorities with respect to: Combined
Goal: Pengembangan Pelayanan Tumbuh Kembang Anak
2. Aspek Pemasaran : bentuk Tim Pemasaran
(bobot: 0,196) Meningkatkan Pendapatan dan Laba ,500
Fasilitas dan Sumber Daya ,500
3. Aspek Kemitraan : SDM Kemitraan/Tenaga Inconsistency = 0,
with 0 missing judgments.
Ahli (bobot=0,170)
4. Aspek Pelanggan : Peserta BPJS Kesehatan Gambar 2. Hasil AHP Gabungan pada Sasaran
(bobot: 0,058) (Goal) Pengembangan Pelayanan Tumbuh
Kembang Anak

18
Gambar 2 menunjukkan bahwa dari menjadi prioritas utama adalah subfaktor biaya
analisis proses hirarki gabungan 8 expert dalam dengan bobot 0,343 (Gambar 4).
penelitian ini, diperoleh hasil faktor Dari penilaian gabungan dan
meningkatkan pendapatan dan laba mempunyai pembobotan pada faktor peningkatan
kedudukan prioritas yang sama dengan faktor pendapatan dan laba terhadap sub faktor
fasilitas dan sumber daya pada sasaran pembiayaan diperoleh prioritas utama yaitu
pengembangan pelayanan tumbuh kembang training SDM (bobot 0,262), modal mandir
anak di RSIA Citra Insani. Bobot masing- (bobot=0,209), beli utilitas dan teknologi
masing sebesar 0,500. Rasio inkonsistensi = 0. (bobot 0,169), dan rekrut SDM (bobot 0,134)
Hasil AHP pada faktor meningkatkan yang secara rinci dapat dilihat pada Gambar 9.
pendapatan dan laba dari sasaran
pengembangan pelayanan tumbuh kembang
31/08/2008 00.15.32 Page 1 of 1
anak seperti pada Gambar 4.8. , diperoleh
prioritas utama pada sub faktor SDM, dengan
Model Name: PENGEMBANGAN PELAYANAN TUMBUH KEMBANG ANAK-
bobot MULADHARMA
0,353. Rasio inkonsistensi = 0,00372.

Priorities with respect to: Combined


Goal: Pengembangan Pelayanan Tumbuh Kembang Anak
>Meningkatkan Pendapatan dan Laba

Biaya ,314 31/08/2008 00.16.43 Page 1 of 1


Kualitas ,333
Gambar 9. Hasil AHP Gabungan pada Subfaktor
Sumber Daya Manusia ,353 Biaya dari Faktor Meningkatkan Pendapatan dan
Inconsistency = 0,00372 Laba
Model Name: PENGEMBANGAN PELAYANAN TUMBUH KEMBANG ANAK-
with 0 missing judgments. MULADHARMA

31/08/2008 00.17.49 Page 1 of 1 Priorities with respect to: Combined


Goal: Pengembangan Pelayanan Tumbuh Kembang Anak
>Meningkatkan Pendapatan dan Laba
Gambar 3. Hasil AHP Gabungan pada Faktor >Kualitas
Meningkatkan Pendapatan dan Laba dari Sasaran
Model Name: PENGEMBANGAN PELAYANAN TUMBUH KEMBANG ANAK-
Pengembangan Pelayanan Tumbuh Kembang Anak
MULADHARMA Standarisasi Pelayanan ,155
Kerjasama Asuransi Swasta ,123
Pelayanan Umum ,167
Peserta BPJS Kesehatan ,230
Priorities with respect to: Combined Kerjasama dengan Puskesmas ,221
Goal: Pengembangan Pelayanan Tumbuh Kembang Anak Teknologi Modern ,104
>Fasilitas dan Sumber Daya Inconsistency = 0,00205
with 0 missing judgments.

Biaya ,343
Kualitas ,320 Gambar 10. Hasil AHP gabungan pada Subfaktor
Sumber Daya Manusia ,337
Inconsistency = 0,00001
Kualitas dari Faktor Meningkatkan Pendapatan dan
with 0 missing judgments. Laba

Gambar 4. Hasil AHP Gabungan Expert pada Pada sub faktor kualitas, diperoleh
Faktor Fasilitas dan Sumber Daya dari Sasaran
Pengembangan Pelayanan Tumbuh Kembang Anak prioritas utama adalah sasaran pasar BPJS
Kesehatan Bobot 0,230), kerjasama dengan
Hasil AHP Gabungan pada Faktor Puskesmas (bobot, 0,221) dan memberikan
fasilitas dan sumber daya diperoleh hasil yang
19
31/08/2008 00.19.28 Page 1 of 1

Model Name: PENGEMBANGAN PELAYANAN TUMBUH KEMBANG ANAK-


MULADHARMA

pelayanan umum dengan bobot=0,167 seperti


Priorities with respect to: Combined
pada Gambar 10. Goal: Pengembangan Pelayanan Tumbuh Kembang Anak
>Fasilitas dan Sumber Daya
>Kualitas
Pada Sub Faktor SDM diperoleh
prioritas utama adalah training SDM (bobot Standarisasi Pelayanan ,190
31/08/2008 00.17.11 Page 1 of 1 Kerjasama Asuransi Swasta ,133
0,420), bentuk Tim Pemasaran (bobot 0,257) Pelayanan Umum ,156
Peserta BPJS Kesehatan ,188
dan SDM kemitraan (bobot 0,168) yang dapat Kerjasama dengan Puskesmas ,212
Model Name: PENGEMBANGAN PELAYANAN TUMBUH KEMBANG ANAK- Teknologi Modern ,120
dilihat pada Gambar MULADHARMA
11). Inconsistency = 0,00485
with 0 missing judgments.

Priorities with respect to: Combined


Goal: Pengembangan Pelayanan Tumbuh Kembang Anak
Gambar 13. Hasil AHP Gabungan pada Subfaktor
>Meningkatkan Pendapatan dan Laba Kualitas dari Faktor Fasilitas dan Sumber Daya
>Sumber Daya Manusia

Sintesis Gabungan pada faktor Fasilitas


Rekrut SDM ,155
Training SDM ,420 dan Sumber daya dengan subfaktor kualitas
SDM Kemitraan ,168
Bentuk Tim Pemasaran ,257 diperoleh prioritas pada Kerjasama dengan
Inconsistency = 0,01
with 0 missing judgments.
Puskesmas (bobot: 0, 212); Standarisasi
31/08/2008 00.20.04(bobot
Pelayanan 0,190), PesertaPage 1 of BPJS
1

Gambar 11. Hasil AHP Gabungan pada Subfaktor


Kesehatan dengan Bobot (0,188), yang
SDM dari Faktor Meningkatkan Pendapatan dan
Laba disajikan Model
pada Name: PENGEMBANGAN PELAYANAN TUMBUH KEMBANG ANAK-
Gambar 13.
MULADHARMA

Hasil AHP Gabungan pada Subfaktor Priorities with respect to: Combined
Goal: Pengembangan Pelayanan Tumbuh Kembang Anak
biaya dari faktor fasilitas dan sumber daya >Fasilitas dan Sumber Daya
>Sumber Daya Manusia
diketahui prioritas utama terdapat padaPagetraining
31/08/2008 00.18.40 1 of 1

SDM dengan bobot 0,301 yang dapat dilihat Rekrut SDM ,139
Model Name: 12.
PENGEMBANGAN PELAYANAN TUMBUH KEMBANG ANAK- Training SDM ,404
pada Gambar MULADHARMA SDM Kemitraan ,215
Bentuk Tim Pemasaran ,242
Inconsistency = 0,00544
Priorities with respect to: Combined with 0 missing judgments.
Goal: Pengembangan Pelayanan Tumbuh Kembang Anak
>Fasilitas dan Sumber Daya
>Biaya

Gambar 14. Hasil AHP Gabungan pada Subfaktor


Modal Mandiri ,144 SDM dari Fasilitas dan Sumber Daya
Modal Kemitraan ,124
Pinjam Bank ,066
Beli Utilitas dan Teknologi ,214
Rekrut SDM ,151 Hasil sintesiswww.p30download.com
gabungan pada faktor
Training SDM ,301
Inconsistency = 0,02 Fasilitas dan Sumber Daya pada sub Faktor
with 0 missing judgments.

SDM, diperoleh prioritas pada training SDM


Gambar 12. Hasil AHP Gabungan pada Subfaktor
Biaya dari Faktor Fasilitas dan Sumber Daya (bobot 0,404), bentuk Tim Pemasaran (bobot
0,242) dan SDM Kemitraan dengan Bobot
(0,215) yang dapat dilihat pada Gambar 14.

20

www.p30download.com
C.5. Hasil Analisis Gabungan Model Pelayanan Rasio
Hirarki Tumbuh Bobo Inkon
III Sasaran Kembang Anak t sistensi
Tabel 9 dan Gambar 15 merupakan di RSIA Citra
Insani Bogor
rangkuman hasil AHP pada sasaran SubFaktor 1. .Rekrut SDM 0,139 0,00544
SDM pada
“Pengembangan Pelayanan Tumbuh Kembang Faktor 2. Training SDM 0,404
Fasilitas dan 0,215
Anak” di RSIA Citra Insani Bogor. Sumber Daya 3. SDM Kemitraan
4. Bentuk Tim 0,242
Tabel 9. Hasil Sintesis AHP Gabungan Expert Pemasaran
Model Pelayanan Rasio
Hirarki Sasaran Tumbuh Kembang Bobot Inkon
I Anak di RSIA sistensi
Citra Insani Bogor
II Faktor 1 .Meningkatkan 0,500
Pendapatan dan
Laba 0,0000
2. Fasilitas dan 0,500
Sumber Daya
III Faktor dari 1 .Biaya 0,314
Meningkatka 2 .Kualitas 0,333 0,00372
n Pendapatan 3. SDM 0,353
dan Laba
Faktor 1. Biaya 0,343
Fasilitas dan 2. Kualitas 0,320 0,00001
Sumber Daya 3. SDM 0,337
Sub Faktor 1. Modal Mandiri 0,209 0,02
Biaya pada 2. Modal Kemitraan 0,117
Faktor 2. Pinjam Bank 0,105
Meningkatka 3. Beli Utilitas dan 0,169
n Pendapatan Teknologi
dan Laba 5. Rekrut SDM 0,139
6. Training SDM 0,262
Hirarki SubFaktor 1. Standarisasi 0,155 0,00205
III Kualitas pada Pelayanan
Faktor 2. Kerjasama 0,123
Meningkatka Asuransi Swasta
n pendapatan 3. Pelayanan 0,167
dan Laba Umum
4. Peserta BPJS 0,230 Gambar 15 Hasil AHP dan Bobot Pada Setiap
Kesehatan Level Hirarki Pada Sasaran Pengembangan
5. Kerjasama 0,221
dengan Pelayanan Tumbuh Kembang Anak
Puskesmas
6. Teknologi 0,104
Modern
SubFaktor 1. .Rekrut SDM 0,155 0,01
SDM pada
Faktor 2. Training SDM 0,420
Meningkatka 3. SDM Kemitraan 0,168
n Pendapatan 4. Bentuk Tim 0,257
dan Laba Pemasaran
Subfaktor 1.Modal Mandiri 0,144 0,002
Biaya pada 2. Modal Kemitraan 0,124
Faktor 3.Pinjam Bank 0,066
Fasilitas dan 4.Beli Utilitas dan 0,214
Sumber Daya Teknologi
5. Rekrut SDM 0,151
6. Training SDM 0,301
SubFaktor 1. Standarisasi 0,190 0,00485
Teknologi Pelayanan
Kualitas pada 2. Kerjasama 0,133
Faktor Asuransi Swasta
Fasilitas dan 3. Pelayanan 0,156
Sumber Daya Umum
4. Peserta BPJS 0,188
Kesehatan
5. Kerjasama 0,122
dengan Gambar 16. Hasil Sintesis Gabungan pada sasaran
Puskesmas Pengembangan Pelayanan Tumbuh Kembang Anak
6. Teknologi 0,120 pada Faktor Meningkatkan Pendapatan dan Laba
Modern
21
Hasil sintesis gabungan pada faktor Pada Gambar 17, diperoleh hasil sintesis
meningkatkan pendapatan dan laba yang dapat total gabungan pada faktor fasilitas dan sumber
dilihat pada Gambar 4.16.menunjukkan bahwa daya dengan bobot > 0,055 :
terdapat 10 subfaktor dengan bobot > 0,05 yang 1. Aspek SDM : training SDM bobot 0,199
dapat menjadi prioritas utama: 2. Mitra Kerjasama : Kerjasama dengan
1. SDM : Training SDM, bobot 0,191 Puskesmas bobot 0,091
2. Pelanggan : Peserta BPJS Kesehatan, bobot 3. Rekrut SDM tenaga ahli bobot 0,083
0,096 4. Pelayanan : Srandarisasi Pelayanan, bobot
3. Mitra Kerja : Kerjasama Puskesmas, bobot 0,081
0,092 5. Pelanggan : Peserta BPJS, bobot 0,080 dan
4. Rekrut SDM sebagai tenaga ahli, bobot 6. Pelayanan Umum bobot 0,067
0,085 7. Fasilitas /Teknologi: Beli Utilitas dan
5. Pendanaan : Modal Mandiri bobot 0,072 Teknologi , bobot 0,066
6. Pelanggan segmen menengah atas : 8. Bentuk Tim Pemasaran bobot 0,063
Pelayanan Umum, bobot 0,069 9. Kerjasama asuransi swasta bobot 0,057
7. Kualitas : Standarisasi Pelayanan bobot
0,064
8. Bentuk Tim Pemasaran bobot 0,062
9. Beli utilitas dan teknologi bobot 0,059
10. Kerjasama asuransi swasta bobot 0,057

Gambar 18. Hasil Sintesis Gabungan Expert pada


Sasaran Model Pengembangan Pelayanan Tumbuh
Kembang Anak

Selanjutnya dengan dilakukan sintesis


total gabungan seluruh expert pada semua

Gambar 17. Hasil Sintesis Gabungan dengan rancangan tindakan semua subfaktor, yang ada
Sasaran Pengembangan Pelayanan pada Faktor dalam semua faktor dalam menentukan model
Fasilitas dan SDM
pengembangan pelayanan tumbuh kembang
anak di RSIA Citra Insani, diperoleh hasil
sintesis seperti pada Gambar 4.18. Mengacu

22
pada pendapat Saaty (1993) dan Marimin Tabel 10.Rancangan Model Pengembangan
Pelayanan Tumbuh Kembang Anak di RSIA Citra
(2004) bahwa metode AHP juga fleksible
Insani
dalam menentukan prioritas alternatif. Dengan
Alternatif
demikian dari sintesis total gabungan akan Kriteria
Model
diseleksi subfaktor atau tindakan yang yang Model Pendapatan dan laba (revenue
Pelayanan and profit) tinggi, fasilitas
saling melengkapi model pengembangan
Kelas A luxury, teknologi canggih,
pelayanan tumbuh kembang anak,yaitu : SDM terlatih dan profesional,
1. Training SDM dengan bobot 0,195 (telah mutu pelayanan terstandarisasi
tinggi.
mewakili aspek SDM petugas kesehatan) Model Pendapatan dan profit moderat,
2. Kerjasama dengan Puskesmas dengan bobot Pelayanan fasilitas dan teknologi cukup
memadai, SDM dan mutu
0,091 (telah mewakili mitra kerjasama) Kelas B pelayanan terstandarisasi.
3. Peserta BPJS Kesehatan dengan bobot 0,088 Model Pendapatan dan profit rendah,
(mewakili pelanggan segmen pasar Pelayanan fasilitas memadai, teknologi
Kelas C dikembangkan bertahap, SDM
menengah bawah),
dalam transisi pembelajaran
4. Rekrut SDM Profesional, bobot 0,084
(mewakili dokter ahli /spesialis anak) Memperhatikan alternatif model
5. Standarisasi pelayanan dengan bobot 0,073 tersebut dan hasil sintesis AHP pada total
(mewakili kualitas pelayanan) gabungan expert, dapat dikemukan pilihan
6. Pelayanan Umum, bobot 0,068 mewakili model pengembangan pelayanan tumbuh
segmen pasar menengah atas, kembang anak adalah pada “Model Pelayanan
7. Bentuk Tim Pemasaran bobot 0,063, Kelas C”, yaitu model pengembangan
mewakili program pemasaran pelayanan tumbuh kembang anak di RSIA Citra
8. Modal Mandiri bobot 0,058 Insani dengan mengacu pada peningkatan

9. Kerjasama asuransi swasta bobot 0,054 pendapatan dan laba yang konservatif, dengan

Adapun 9 aspek tersebut mempunyai tetap berorientasi pada subfaktor biaya, fasilitas

bobot > 0,05. Pada awal penyusunan rancangan dan SDM melalui langkah-langkah

penelitian, telah dikemukakan rancangan pelaksanaan training SDM yang ada khususnya

model pengembangan pelayanan tumbuh tenaga terapis dan penunjang medis, rekrut

kembang anak yang terdiridari 3 model tenaga ahli tumbuh kembang anak yang

alternatif, seperti Tabel 10. profesional, melakukan kerjasama dengan


Puskesmas untuk menjaring pelanggan peserta
BPJS, termasuk juga melayani pasien umum
dan peserta asuransi swasta , memberikan
pelayanan yang terstandar, membentuk tim
pemasaran untuk menarik pelanggan dan
23
meningkatkan kunjungan dengan dokter, perawat maupun petugas penunjang
menggunakan modal mandiri RSIA Citra Insani lainnya. Hasil penelitian ini menunjukkan
C.6. Keterbatasan Penelitian bahwa yang menjadi prioritas utama adalah
1. Dalam penelitian ini hasil sangat tergantung subfaktor sumber daya manusia. Hasil sintesis
pada input utama yaitu expert. Model ini gabungan memberikan arahan, bahwa yang
tergantung subyektifitas expert dalam menjadi prioritas utama dalam pengembangan
memberikan penilaian. Model AHP ini pelayanan tumbuh kembang anak di RSIA Citra
menjadi tidak berarti jika input yang Insani adalah :
diberikan oleh expert mempunyai nilai 1. Training SDM dengan bobot 0,204;
inkonsistensi lebih besar dari 0,1. memberikan training kepada SDM yang
2. Perhitungan yang dilakukan dalam terlibat dalam upaya pengembangan
penelitian ini hanya menggunakan metode pelayanan akan memberikan manfaat bagi
matematis tanpa ada pengujian secara organisasi seperti Rumah Sakit. Dikutip
statistik sehingga tidak ada batas dari www.pelatihan-sdm.net melalui
kepercayaan dari kebenaran model yang training, maka organisasi dapat memiliki
terbentuk. tenaga kerja yang ahli dan terampil,
3. Penelitian ini belum memperhitungkan meningkatkan efisiensi dan efektivitas kerja,
faktor studi kelayakan/ feasibility study meningkatkan produktivitas kerja,
untuk pengembangan bisnis baru termasuk mengurangi biaya karena waktu yang
mitigasi risiko bisnis yang potensial. terbuang akibat kesalahan-kesalahan,
C.7. Pembahasan meningkatkan mutu hasil kerja dan dapat
Menyimak pendapat Pohan (2007), meningkatkan pendapatan dan keuntungan.
bahwa kualitas pelayanan kesehatan adalah Penyelenggaraan training bagi SDM yang
ukuran seberapa baik suatu pelayanan ada adalah suatu keputusan yang tepat,
kesehatan menemui kesesuaian dengan harapan mengingat dengan program training maka
pasien (Pohan, 2007). Penyelenggaraan RSIA Citra Insani bisa lebih mengefisienkan
kualitas pelayanan dapat diartikan sebagai biaya dibanding rekrut SDM baru.
kompromi dengan harapan pasien, dengan tata 2. Kerjasama dengan Puskesmas dengan bobot
cara yang konsisten. Oleh karena itu penyedia 0,097 (telah mewakili mitra kerjasama);
jasa seperti halnya RSIA Citra Insani Bogor membangun kerjasama yang positif dengan
harus dapat mengidentifikasikan keinginan prinsip win-win solution mendukung RS
pasien dalam hal kualitas pelayanan secara Citra Insani dalam meningkatkan jumlah
umum maupun khusus dengan terstandarisasi pelanggan, sebagai Rumah Sakit Rujukan
dan konsisten. Operator dalam memberikan bagi pelayanan tumbuh kembang anak yang
pelayanan adalah petugas kesehatan, baik berkebutuhan khusus seperti penderita autis.

24
Dengan memperhatikan road map JKN (2013), yang menjelaskan bahwa dalam
tahun 2014-2019 telah ditargetkan manajemen, faktor manusia adalah yang
pencapaian universal coverage JKN pada paling menentukan. Manusia yang membuat
tahun 2019, meliputi kemudahan akses tujuan dan manusia pula yang melakukan
terhadap pelayanan kesehatan perseorangan proses untuk mencapai tujuan. Tanpa ada
yang berkualitas bagi seluruh penduduk di manusia tidak ada proses kerja.
segenap penjuru tanah air, diyakini jumlah 5. Standarisasi pelayanan dengan bobot 0,077
pelanggan akan semakin meningkat di tahun (mewakili kualitas pelayanan), sesuai
mendatang pada segmen pasar ini. dengan pendapat Pohan (2007),
3. Peserta BPJS Kesehatan dengan bobot 0,093 kualitaspelayanan kesehatan adalah ukuran
(mewakili pelanggan segmen pasar seberapa baik suatu pelayanan kesehatan
menengah bawah), hal ini ada keterkaitan menemui kesesuaian dengan harapan
dengan butir 2 di atas.Pemerintah Indonesia pasien. Penyelenggaraan kualitaspelayanan
telah berkomitmen dalam mengejar UHC dapat diartikan sebagai kompromi dengan
yang akan menjadikan BPJS menjadi harapan pasien, dengan tata cara yang
asuransi kesehatan terbesar di dunia konsisten. Oleh karena itu RS Citra Insani
(Situmorang, 2013).Dengan memperhatikan Bogor sebagai penyedia jasa harus dapat
program JKN yang dicanangkan oleh mengidentifikasikan keinginan pasien
pemerintah, maka saat ini pasar terbesar dalam hal kualitas pelayanan secara umum
adalah pasien pengguna BPJS Kesehatan, maupun khusus dengan terstandarisasi dan
terlebih dalam menhadapi tahun 2019 konsisten.Adanya standarisasi pelayanan
program pemerintah melalui Sustainable akan memungkinkan bagi RSIA Citra Insani
Development Goals (SDGs) dengan target untuk memberikan pelayanan prima dengan
universal artinya tidak ada yang tertinggal berbagai differensiasi yang unik dan
dalam memperoleh jaminan kesehatan. menarik.
Rumah Sakit tidak bisa langsung melayani 6. Pelayanan Umum, bobot 0,072 mewakili
pasien BPJS Kesehatan. Untuk itu segmen pasar menengah atas , adalah
diperlukan kerjasama yang intensif dengan .pelanggan yang menginginkan pelayanan di
penyelenggara Puskesmas/Klinik Swasta atas standar BPJS.
sebagai FKTP Pertama yang memberikan 7. Beli Utilitas dan teknologi bobot 0,065,
rujukan. mewakili fasilitas dan teknologi. Utilitas
4. Rekrut SDM Profesional, bobot 0,084 mengartikan sebagai nilai guna yang
(mewakili dokter ahli /spesialis anak), merupakan kemampuan untuk memberikan
mengutip artikel dalam kepuasan pada pelanggan dalam mencukupi
http://www.indonesian-publichealth.com kebutuhan pelayanan kesehatan.

25
Menurut Robert dan Prevest dalam tumbuh kembang anak di RSIA Citra Insani,
Lupiyoadi (2001)nilai guna pelayanan maka dapat dikemukakan bahwa prioritas yang
kesehatan dapat dilihat dari kualitas pelaya perlu diperhatikan dalam investasi ini adalah
nan kesehatan didukung teknologi yang aspek SDM, pangsa pasar, kerjasama kemitraan
efektif, akan memberikan kepuasan bagi baik untuk meningkatkan kunjungan pasien
pelanggan. Mengingat RSIA Citra Insani maupun memberikan kemudahaan dalam
merupakan rumah sakit yang sudah permodalan /pendanaan, standarisasi pelayanan
mempunyai aset lahan, ruang dan tempat, , utilitas dan teknologi .
maka pengadaan utilitas dan teknologi bisa Mengutip pendapat Saaty (2003) model
lebih difokuskan pada yang sifatnya paling pendukung keputusan dalam pengembangan
tepat guna. pelayanan tumbuh kembang anak dapat
8. Bentuk Tim Pemasaran bobot 0,063, menguraikan masalah multi faktor yang
mewakili program pemasaran. SDM kompleks menjadi suatu hirarki, menurut. Saaty
berperan penting dalam kegiatan pemasaran (1993), hirarki didefinisikan sebagai suatu
Rumah Sakit untuk menunjang menunjang representasi dari sebuah permasalahan yang
Seperti halnya RSIA Citra Insani menjadi kompleks dalam suatu struktur multi level
lebih kompetitif dibandingkan rumah sakit dimana level pertama adalah tujuan, yang
pesaing lainnya. diikuti level faktor, kriteria, sub kriteria, dan
9. Kerjasama asuransi swasta bobot 0,059. seterusnya kebawah hingga level terakhir yaitu
Adanya kerjasama dengan asuransi swasta, alternatif. Dengan hirarki, suatu masalah yang
untuk menjaring pelanggan segmen aatas kompleks dapat diuraikan kedalam kelompok-
termasuk dalam meningkatkan pendapatan kelompoknya yang kemudian diatur menjadi
RSIA Citra Insani. suatu bentuk hirarki sehingga permasalahan
Alternatif-alternatif prioritas yang akan tampak lebih terstruktur dan sistematis.
diperoleh dari hasil sintesis AHP di atas sejalan AHP sering digunakan sebagai metode
dengan pendapat Marimin (2004), bahwa pemecahan masalah dibanding dengan metode
penggunaan metode AHP dapat yang lain karena alasan-alasan bahwa struktur
mempertimbangkan prioritas-prioritas relatif yang berhirarki, sebagai konsekuesi dari
dan berbagai faktor sistem dan memungkinkan kriteria yang dipilih, sampai pada subkriteria
organisasi memilih alternatif terbaik yang paling dalam. Memperhitungkan validitas
berdasarkan tujuan-tujuan organisasi. Oleh sampai dengan batas toleransi inkonsistensi
karenanya dengan memperhatikan pendapat berbagai kriteria dan alternatif yang dipilih oleh
Marimin (2004) tersebut serta memperhatikan pengambil keputusan. Memperhitungkan daya
faktor-faktor yang turut mendukung suatu tahan output analisis sensitivitas pengambilan
investasi baru berupa pengembangan pelayanan keputusan.

26
Anak berkebutuhan khusus adalah anak Applied Behaviorial Analysis (ABA), Terapi
dengan karakteristik khusus yang berbeda Fisik, Terapi Wicara,Terapi Musik, Terapi
dengan anak pada umumnya, yang Visual, Terapi Perkembangan, Terapi Bermain,
menunjukkan pada ketidak mampuan mental, Terapi Lumba-Lumba (Hadi, 2008). Pilihan
emosi atau fisik yang memerlukan penanganan metode terapi oleh RSIA Citra Insani tentunya
khusus yang berkaitan dengan kekhususannya dengan mengandalkan faktor efektivitas sera
(Geniofam,2010). Menurut Triutari (2014) mempunyai differensiasi yang memberikan
anak berkebutuhan khusus adalah anak yang nilai tambah bagi pasien.
dalam proses tumbuh kembangnya secara Di wilayah Bogor sudah terdapat
signifikan mengalami kelainan atau beberapa klinik dan rumah sakit yang melayani
penyimpangan dibandingkan dengan anak-anak tumbuh kembang anak. Namun RSIA Citra
lain seusianya. Insani harus optimis bahwa upaya ini akan
Permasalahan anak yang kerap muncul berhasil dengn memberikan pelayanan kepada
antara lain :Autistic Spectrum Disorder pasien secara one stop service, dimana dalam
(Autisme, Asperger Syndrome, CDD, Rett pelayanan selain terapi juga disediakan
Syndrome, dan PDD NOS); ADHD (Attention berbagai fasilitas sehingga membuat pasien
Deficit Hyparctivity Disorder) / GPPH merasa nyaman dan bahagia.
(Gangguan Pemusatan Perhatian dan Saat ini telah berkembang berbagai
Hiperaktivitas); Cerebral Palsy (CP); Retardasi macam teknologi yang dapat membantu pasien
Mental (RM),Down Syndrome; Learning dalam memberikan kemudahan seperti
Disabilities (Perkembangan /Disleksia / berkomunikasi. Orang-orang yang mengalami
Diskalkulia / Disgrafia/ kesulitan motorik dan berbahasa sebelumnya
Dispraksia/Disorthografia, dll); Speech tidak mampu menggunakan software voice
Delayed (keterlambatan Bicara); Sensory recognition. Namun, Talkitt merubah hal
Integration Disorder; Delayed developmental tersebut dengan menerjemahkan ucapan yang
(Keterlambatan perkembangan); Muscular sulit dimengerti kedalam bahasa yang lebih bisa
Dystropy Disorder; Gangguan emosi, dimengerti menggunakan teknologi khusus.
gangguan perilaku, dan gangguan tumbuh
Sebuah penelitian menyebutkan bahwa
kembang lainnya
anak berkebutuhan khusus biasanya mengalami
Autisme dapat diobati dengan beberapa
kesulitan menemukan motivasi untuk ikut
terapi yang dilakukan oleh ahli. terdapat 11
terapi. Untuk itu, Timocco hadir sebagai salah
terapi anak autis yang
satu solusi cerdas. Teknologi yang dirancang
efektif(DosenPsikologi.com , 2017), sebagai
mirip game virtual ini dirancang untuk anak
berikut: Terapi Biomedik, Intervensi
yang menyandang ADHD, Autisme, Cerebral
Pendidikan, Terapi Okupasi, Terapi Perilaku,
Palsy, dan kesulitan belajar untuk membuat sesi
27
terapi menjadi lebih menyenangkan. Dengan tenaga penunjang medis sesuai kebutuhan,
memberikan pelayanan yang prima, standar pelayanan minimal sesuai Kepmenkes
menyenangkan dan berbeda dengan pesaing Nomor 129 Tahun 2008, pasar peserta BPJS
didukung perkembangan teknologi masa kini Kesehatan, kerjasama dengan Puskesmas dan
adalah perpaduan hebat yang dapat membantu Yayasan Sosial (Baitul Maal).
melayani tumbuh kembang anak – anak
Alternatif model di atas merupakan
berkebutuhan khusus dengan pola hidup yang
solusi dalam pengembangan pelayanan tumbuh
lebih mudah dan menyenangkan.
kembang anak berkebutuhan khusus terutama
Dengan memperhatikan hasil sintesis
bagi penderita autis di semua segmen pasar baik
AHP Gabungan expert dengan memadukan
menengah bawah sesuai program JKN ,
cakupan pelayanan tumbuh kembang anak
maupun menengah atas sebagai kelas premium.
khususnya bagi anak berkebutuhan khusus
D. Kesimpulan
terutama pengidap autisme maka rekomendasi
Berdasarkan hasil dan pembahasan
alternatif model yang diperoleh yaitu :
dalam penelitian ini maka dapat ditarik
Model Pelayanan Kelas A : kesimpulan dalam pengembangan Rumah Sakit
Harga premium, Pendapatan dan laba tinggi, Derra Assyifa sebagai Rumah Sakit Khusus
fasilitas mewah utilitas dan teknologi premium Kebidanan dengan Pelayanan Subspesialistik
dan canggih rekrut SDM profesional terbaik, Fertilisasi sebagai unggulan di wilayah
petugas penunjang medis kompeten dan Kabupaten Bogor.sebagai berikut:
bersertifikasi, mutu pelayanan terstandarisasi 1. Dari hasil sintesis dan pembobotan pada
excellent , pasar umum menengah atas, tim AHP, diperoleh pilihan model
pemasaran sangat handal, dan melakukan pengembangan Rumah Sakit Derra Assyifa
kerjasama dengan asuransi swasta. sebagai Rumah Sakit Khusus Kebidanan
Model Pelayanan Kelas B : dengan Pelayanan Subspesialistik Fertilisasi
Harga menengah, Pendapatan dan laba di Kabupaten Bogor yaitu “Model 1 Kelas
moderat, utilitas dan teknologi bagus, Premium” dengan prioritas utama sasaran
menempatkan SDM ahli yang ada, training mutu pada faktor SDM yang meliputi
tenaga penunjang medis, mutu pelayanan subfaktor rekrut dan kerjasama tenaga ahli
terstandarisasi bagus, pasar umum, tim dalam negeri dan bentuk tim marketing yang
pemasaran andal, kerjasama dengan asuransi handal. Sebagai pendukung adalah sasaran
swasta. meningkatkan revenue dan profit pada
Model Pelayanan Kelas C: faktor teknologi dan fasilitas, dengan
Harga murah, pendapatan tumbuh konservatif, subfaktor prioritas kerjasama transfer
tersedia utilitas dan teknologi yang memadai, teknologi ; program spesialistik yang terus
penempatan SDM yang telah ada dan training berkembang; beli teknologi bertahap ;
28
bangun baru fasilitas premium harga jual c. Subfaktor Beli Teknologi Bertahap (
tinggi; dan differensiasi layanan unggulan. bobot = 0,248 dan 0,268)
2. Prioritas utama model pengembangan RS 3). Faktor Fasilitas (bobot : 0,157 dan
Derra Assyifa menjadi Rumah Sakit Khusus 0,240) :
Kebidanan Subspesialistik Fertilisasi adalah a. Subfaktor Bangun Baru Fasilitas
sasaran mutu dengan bobot 0,727, Premium harga jual tinggi (bobot
sedangkan prioritas kedua adalah sasaran = 0,437 dan 0,433);
peningkatan revenue dan profit dengan b. Subfaktor Diferensiasi Layanan
bobot 0,273. Unggulan (bobot = 0,424 dan
3. Berdasarkan urutan prioritas dari hasil 0,422).
sintesis AHP, diketahui faktor yang menjadi
5. Berdasarkan hasil sintesis AHP gabungan
prioritas pertama adalah Sumber Daya
total dalam penelitian ini diperoleh tujuh
Manusia (bobot= 0,550 dan 0,397);
prioritas utama yang merupakan elemen-
prioritas kedua adalah faktor teknologi
elemen potensial yang mendukung
(bobot=0,293 dan 0,363); dan prioritas
terlaksananya pengembangan RS Derra
ketiga adalah faktor fasilitas (bobot = 0,157
Assyifa sebagai Rumah Sakit Kebidanan
dan 0,240).
dengan Subspesialistik Fertilasasi dan
4. Sub faktor yang menjadi prioritas utama
merupakan rumusan kebijakan inovatif
pada faktor-faktor :
dan produktif, yaitu :
1). Faktor Sumber Daya Manusia (bobot
a. Rekrut dan kerjasama tenaga ahli
0,550 dan 0,397) adalah :
dalam negeri (bobot=0,183)
a. Subfaktor Rekrut dan Kerjasama
b. Bentuk Tim Marketing yang handal
Tenaga Ahli Dalam Negeri (bobot
(bobot=0,151)
= 0,373 dan 0,343);
c. Kerjasama Transfer Teknologi
b. Subfaktor bentuk Tim Marketing (bobot=0,110)
Yang Handal (bobot = 0,297 dan d. Program spesialistik yang terus
0,322). berkembang (bobot=0,97),
2). Faktor Teknologi (bobot = 0,293 dan e. Kerjasama pendidikan dan pelayanan
0,363) : (bobot=0,66)
a. Subfaktor Kerjasama Transfer f. Bangun baru fasilitas premium harga
Teknologi (bobot= 0,323 dan jual tinggi (bobot=0,65)
0,291); g. Differensiasi layanan unggulan
b. Subfaktor Program Spesialistik yang (bobot=0,063).
Terus Berkembang (bobot = 0,259
E. Saran
dan 0,306);
1. Bagi RS Derra Assyfa
29
1). Agar melakukan study kelayakan Geniofam. 2010. Mengasuh & Mensukseskan Anak
Berkebutuhan Khusus.Gerai Ilmu,
dari aspek kemampuan pendanaan
Jogjakarta.
dan periode perhitungan
Hadi Upik Kesumawati. 2008. Persembahan untuk
pengembalian modal;
anakku. PerjuanganPenyembuhan Autisme
2). Dilakukan analisis Risiko Bisnis Melalui Terapi Lumba-Lumba, Ikatan
KeluargaIstimewa. Penerbit Arga
untuk memitigasi risiko-risiko
Publisher, Jakarta.
potensial dalam pengembangan RS
Derra Assyfa menjadi RS Khusus Hutabarat, Jemsly dan Martani Huseini. 2002.
Operasionalisasi Strategi. Penerbit PT
Kebidanan dengan pelayanan Elex Media Komputindo, Jakarta.
Subspesialistik Fertilisasi;
Herlambang, Susatyo. 2016. Manajemen Pelayanan
3). Dilakukan studi lanjut dengan metode Kesehatan Rumah Sakit.,Gosyen
AHP dengan menyertakan kriteria- Publising, Yogyakarta.
kriteria yang belum dianalisis.
Hidayat, Aziz Alimul. 2009. Pengantar Ilmu
Kesehatan Anakuntuk
2. Bagi Pemerintah Indonesia Pendidikan.Kebidanan. Salemba Medika,
Jakarta.
Dalam rangka membangun
kesejahteraan masyarakat Indonesia ___________________ dan Musrifatul Uliyah.
2005. Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta:
khususnya di bidang kesehatan Penerbit Buku Kedokteran.
reproduksi , diusulkan kepada
Iskandar. 2008. Metodologi Penelitian Pendidikan
Pemerintah Indonesia agar membuat
dan Sosial (Kuantitatif dan.Kualitatif). GP
kebijakan dalam program JKN yang Press,Jakarta.
memberikan jaminan pelayanan
Kasali, Rhenald. 2011. Cracking Zone. Jakarta:
kesehatan fertilitilitas bagi pasangan Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama.
produktif yang mengalami gangguan
Kotler, Philip dan K.L. Keller. 2007. Manajemen
infertilitas agar dapat hidup aman dan Pemasaran. Terjemahan Edisi Kedua
tenteram. Belas. Jakarta: PT. Indeks.

Lovelock,C and Wirtz,J. 2007. Services Marketing.


F. Daftar Pustaka Fifth Edition, Prentice Hall, New Jersey

Adriana. D. 2013. Tumbuh Kembang & Terapi Marimin. 2004. Teknik dan Aplikasi Pengambilan
Bermain Pada Anak. Selemba Medika, Keputusan Kriteria Majemuk.Penerbit PT
Jakarta Gramedia Widiasarana, Indonesia, Jakarta.

Azwar S. 2007. Metode Penelitian. Yogyakarta: Muninjaya, G. 2013. Manajemen mutu pelayanan
Pustaka Pelajar. kesehatan. EGC,Jakarta.

30
Mills, Anne and Gilson, L. 1990. Ekonomi Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2014.
Kesehatan untuk Negara-Negara Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Berkembang.Dian Rakyat. Jakarta. Indonesia Nomor 66 Tahun
2014Kementerian Kesehatan Republik
Neun SP, Santerre RE. 2007. Health economics: Indonesia,Jakarta.
theories, insights, and industry studies, 4th
ed. Mason Thomson South-Western. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.2015.
Rencana Strategis Kementerian Kesehatan
Parasuraman, A., Grewal, Dhruv dan Krishnan, R. Tahun 2015 – 2019. Kementerian
2007. Marketing Research. Houghton Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.
Mifflin. Boston.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2017.
Pohan, I. S. 2007.Jaminan Mutu Layanan Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2016.
Kesehatan.EGC, Jakarta Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia, Jakarta.
Sabarguna, B.S. 2004. Quality Assurance
Pelayanan Rumah Sakit. Edisi Kedua Menteri Kesehatan Republik Indonesia. 2014.
Konsorsium Rumah Sakit Islam Peraturan Menteri Kesehatan Republik
,Yogyakarta: Indonesia Nomor 56 Tahun 2014 tentang
Klasifikasi dan Perizinan Rumah Sakit.
Saaty Thomas L. 1990. Decision Making For Kementerian Kesehatan RI, Jakarta.
Leaders, The Analytic Hierarchy Process
For Decision In a Complex World.RWS Presiden Republik Indonesia. 2009. Undang-
Publication,Pittsburgh USA. Undang Republik Indonesia Nomor 44
Tahum 2009 tentang Rumah Sakit
Suyanto. 2010. Deteksi Dini Tumbuh Kembang Sekretariat Negara RI, Jakarta.
Anak. Jurnal Keperawatan,Vol 1, No 1
2010. Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan
RI.2017. Profil Kesehatan Indonesia
Soetjiningsih.2013. Tumbuh Kembang Anak. Tahun 2016.Kementerian Kesehatan
EGC,Jakarta. Indonesia Jakarta.

Sugiyono. 2016. Metode Penelitian Kuantitatif, Rumah Sakit Citra Insani. 2018. Laporan Rumah
Kualitatif dan R&D. Alfabeta Bandung. Sakit Citra Insani Bogor Tahun 2016-2017.
RS Citra Insani Bogor.
Tjiptono, F. 2012. Pemasaran Jasa. CV Andi
Primantari Luky FA. 2008. Aplikasi
Offset, Yogyakarta.
Analitical Hierarchy Process (AHP)
Trisnantoro Laksono. 2006. Memahami pada Pemberdayaan Landas Pacu
Penggunaan Ilmu Ekonomi dalam Bandara Internasional
Manajemen Rumah Sakit. Gadjah Mada
University Press, Yogyakarta. Adisumarmo. TesisUniversitas
Sebelas Maret Surakarta.
Badan Pusat Statistik Kota Bogor. 2017. Bogor
dalam Angka Tahun 20016. BPS Kota
Rahardjanto Pudjiantoro. 2008.
Bogor.
Pengembangan Pelayanan Rumah
Badan Pusat Statistik Kabupaten Bogor. 2017. Sakit Umum Daerah Tugurejo
Kabupaten Bogor dalam angka Tahun Semarang. TesisUniversitas
2016. BPS Kabupaten Bogor. Diponegoro Semarang.

31
Widya Richardus Rikang Ajiwa. 2012.
Landasan Konseptual Perancangan
dan Perencanaan Rumah Sakit Ibu
dan Anak di Yogyakarta. Skripsi
Program Studi Arsitektur Fakultas
Teknik Universitas Atmajaya
Yogyakarta.

32

You might also like