You are on page 1of 9

TUGAS LEADERSHIP & ENTREPRENEURSHIP

“It’s My Turn”

STUDY KASUS

“When Everything isn,t Half enoght”

oleh :
ALEX HANDANI SINAGA 5417220059

2019
Studi Kasus : ‘When Everything Isn’t Half Enough by Suzy Wetlaufer’

I. Masalah dalam kasus:


“Norman gazed out his window again and felt a strange mix of defiance and sadness.
I’m 48 years old, he told himself, and I’ve finally earned the right to say what I’m
really thinking and to act the way I‘m really feeling. I’ve finally earned the right not
to answer every voice mail message, show up at every meeting, or remember every
little detail about everyone’s little life. I don’t have to prove myself anymore. In fact,
I don’t even have to come into the office anymore. But I don’t know what else to do.
I just keep doing the same things I’ve always done—only now I do them without
giving a damn. I wish the world would just go away.”

 Dilihat dari paragraf berikut ini: Norman Spenser adalah seorang pengusaha
yang sangat sukses. Dalam dua dekade terakhir ia berhasil mendirikan sebuah
perusahaan investasi di San Francisco bernama Arrowhead. Saat ini
Arrowhead dikenal di Wall Street sebagai perusahaan butik top-notch dengan
aset sebesar $ 25 miliar. Namun hanya dikarenakan terjebak dalam rutinitas
yang menyita waktu dan perhatian Norman menjadi stress.

1. Dilihat dari sisi keluarga:


“As for his family, Norman didn’t have to do anything else for them either. There
was nothing left to buy. They had everything: the mansion in Pacific Heights, the
yacht, and just for the heck of it, the new “cottage” in Nantucket. His 17-year-old
daughter drove a BMW, his son was taking flying lessons in his own small plane, and
recently his wife had found a new way to spend money: a personal feng shui adviser
to help her redecorate the house—again.”

 Norman spenser memiliki seorang istri dan 2 orang anak. Ia selalu


mencukupi segala kebutuhan keluarganya. Bahkan Istrinya bernama
Nancy memiliki penasehat feng sui pribadi, anak pertamanya yang baru
berusia 17 tahun saja sudah mengendarai mobil BMW, dan anak
keduanya yang berusia 13 tahun mengambil pelajaran penerbangan
sendiri. Jika dilihat dari sisi ekonomi keluarga norman sangat terpenuhi
bahkan bisa dikatakan tidak berkekurangan.

“Lately, he had been looking at Web sites about missing people. Part of him was
looking for his sister, Samantha. He hadn’t seen or heard from her since she ran away
from home—she’d be 41 now. For some crazy reason, Norm had started to miss her,
the same way he had started missing his mother now, ten years after she’d died.

But another part of Norm looked at the Web sites on missing people because he
desperately wanted to know something: How had they done it? How had these
people managed to escape their lives without a trace?”

o Dari 2 paragraf diatas dapat di artikan bahwa akhir-akhir ini, Norman mulai mencari
informasi tentang adik perempuannya samantha yang hilang. Namun di saat yang sama,
anehnya ia juga mencari tahu alasan bagaimana saudarinya samantha bisa pergi
menghilang tanpa diketahui kerabatnya.

2. Menurut Edward M. Hallowell (Psikiater yang berpraktek di Concord, dan mengajar di


Harvard Medical School):
 Masalah hidup Norman disebabkan kurangnya “kesadaran/pengetahuan akan diri” (lack
of self-knowledge)
 Dalam persepsi Norman, ia menghabiskan waktu pada pekerjaan hanya untuk
memberikan keluarganya harta, walaupun terdengar heroik tetapi hal tersebut
menyedihkan,
 Orang seperti Norman selalu merasa tidak terpuaskan dalam menaklukan tantangan,
sampai akhirnya Norman terus-menerus menenggelamkan diri dalam pekerjaannya.
 Sedangkan salah satu hal tersulit dalam sebuah kesuksesan, adalah sebuah resiko
kehilangan penilaian yang benar akan sesuatu. Dalam menaklukan tantangan pekerjaan,
seseorang perlahan kehilangan hubungan emosional dengan segala hal yang tidak
berkaitan langsung dengan pekerjaannya.
3. Menurut Scott Neely, (President Lotus Capital Group, perusahaan manajemen investasi
swasta di California):
 Norman terlalu berfokus pada hal-hal yang materiil, karena itu dalam persepsi Norman ia
merasa kecewa keluarga nya tidak menghargai smua yang ia berikan pada mereka.

4. Menurut Jean Hollands, (founder dan CEO dari Growth & Leadership Center di California):
 Masa lalu Norman yang miskin, di bawah alam sadar membentuk sindrom merasa tidak
pernah cukup. Oleh karena itu Norman terus menaklukan tantangan pekerjaan.
 Namun saat perusahaan sudah berjalan sukses tanpa perlu kerjakerasnya, ia kehilangan
tantangan
 Sedangkan keluarganya merasa gagal untuk mendapatkan perhatian Norman.

5. Menurut Manfred F.R Kets de Vries, (Psikoanalis, seorang Professor Raoul de Vitry
d’Avaucourt di Human Resource Management at INSEAD in Fontainebleau, France):
 Norman terjebak dalam Faust Syndrome, saat sudah mencapai sukses kemudian
mempertanyakan kembali apakah semua yang telah dicapai benar-benar berarti dalam
hidupnya.
 Norman mengalami masalah krisis paruh baya dimana ia merasa tidak nyaman dengan
dirinya sendiri, kehilangan energi, fokus, ataupun ketertarikan terhadap hal-hal baik di
sekitar nya (dalam clinical parlance disebut quasi-anhedonia).

II. Informasi yang relevan:


1. Profil Norman Spencer:
“The first was from Tim Carson, chief trader at Arrowhead Capital Management, the
San Francisco investment firm that Norman had founded and where he was owner,
president, and CEO. After 22 years in business, Arrowhead had about $25 billion in
assets under management and was well known on Wall Street as a top-notch boutique
firm, specializing in the quantitative analysis of small and midcap technology stocks.
Over the years, Norman had put together one of the best teams of “quant jocks” in the
business. But that wasn’t the only reason Arrowhead had soared, and he knew it. The
new economy was the rising tide that lifted all ships.”
 Dari paragraph diatas Norman seorang pengusaha sukses berusia 48 tahun.
Bisnis utama Arrowhead Capital Management, Setelah 22 tahun Arrowhead
memiliki aset sekitar $ 25 miliar dan terkenal di Wall Street sebagai
perusahaan butik top-notch, yang mengkhususkan diri dalam analisis
kuantitatif saham teknologi kecil dan Midcap.
 Keluarga
Norman memiliki keluarga dengan kondisi finansial yang berkemewahan Keluarga
Norman hidup dalam kemewahan tanpa kekurangan materi sedikitpun.
“As for his family, Norman didn’t have to do anything else for them either. There
was nothing left to buy. They had everything: the mansion in Pacific Heights, the
yacht, and just for the heck of it, the new “cottage” in Nantucket. His 17-year-old
daughter drove a BMW, his son was taking flying lessons in his own small plane, and
recently his wife had found a new way to spend money: a personal feng shui adviser
to help her redecorate the house—again.”
2. Latar belakang keluarga Norman:
“Tom Spencer, Norman’s father, had been a schoolteacher, and a good one at
that. He’d also been an alcoholic. When Norman was five years old, his father was
fired from a middle school in a suburb of Chicago. Two years after that, he was
killed in an early-morning car accident as he was driving home from a bar. Carolyn
Spencer packed up Norman and his sister and took them to her parents’ home in
Austin. The family settled into two cramped rooms above the garage, and Carolyn
went on welfare to squeak by.”
The years that followed were bleak. Carolyn’s parents had little money of their
own, and they needled Carolyn to move so they could rent the rooms she and her
children occupied. Carolyn wanted to move—she wanted to find a job and live on
her own. But without child care, which she couldn’t afford, she was stuck. Her
misery became a poison for the family, and she sank into a depression, spending her
days watching TV. Meanwhile, Norman muddled through at school—he was a quiet
boy, never performing well or poorly enough to garner anyone’s attention. His sister
Samantha was different; she got everyone’s attention. She blazed with disobedience
from the day she set foot in kindergarten. She and Carolyn started a screaming war
that lasted until Samantha was 14 and ran away from home.”

 Norman berasal dari keluarga miskin


 Ayahnya, Tom Spencer, seorang alkoholik, meninggal karena kecelakaan saat
pulang dari bar, saat Norman masih 7 tahun.
 Ibunya, Carolyn, tidak memiliki pekerjaan, sangat miskin dan despresi.
 Samantha, adiknya, kabur dari rumah saat masih 14 tahun.

“But when Norman was a junior in high school, a miracle occurred, or at least it seemed
that way to him. For reasons he could never understand, another junior, Nancy Rogers,
fell in love with him. She was smart, kind, pretty, and, most astonishing to Norman, she
was rich—the only daughter of a self-made oil millionaire, Jack Rogers, a classic Texan
character as outspoken as he was revered by everyone in his huge extended family of
relatives, friends, and even employees.”

 Norman yang tidak berprestasi di sekolah dan hidupnya dalam kesulitan sampai
pberbeda dengan Nancy Rogers seorang anak yang pintar, cantik dan kaya raya
yang anak dari milioner Jack Rogers, yaitu sosok pengusaha minyak yang sukses.

3. Latar belakang pendidikan dan karir Norman:


“With the help of the Rogers family, Norman landed at Yale, where he graduated
second in his class and married Nancy on the same sunny May weekend. For two
years after that, he worked for Jack’s oil company, then returned north to attend
business school at Wharton. It was there that he fell in love with finance and decided
he would start his own company—one based on a controversial, cutting-edge process
for analyzing stocks. It was completely quantitative, very hard to do well, but
extremely effective. The person who got the process right, Norman figured, would
make a fortune.”
 Dengan bantuan Jack Rogers, Norman menempuh kuliah di Yale University, kemudian
melanjutkan program bisnis di Wharton.
 Awal karier Norman bekerja di perusahaan milik Jack Rogers.
 Kemudian memutuskan untuk membangun perusahaan analisis saham Arrowhead. Dan
Arrowhead yang kemudian sukses besar.

4. Everything Is Gone : Segala sesuatu nya berakhir sudah untuk Norman SPANSER,,,
Perhaps he shouldn’t have been surprised by Nancy’s anger when it finally caught his
attention. One evening he arrived home, buzzing with excitement over a great day in the
market. He burst into the dining room, where dinner was just wrapping up. “Hi, everyone,”
he said cheerily, “how you all doing?”

“What do you care?” Nancy replied. She didn’t even look up.

“Yeah, who are you?” asked Julie. He’d never seen so much rancor in the face of a 16-year-
old.
 Tidak seperti bisnisnya yang sangat sukses, kehidupan keluarga Norman sangat
tidak bahagia meskipun kehidupan mereka berlimpah akan materi. Norman yang
tidak bisa mengatur waktu antara pekerjaan dan keluarga sehingga mengakibatkan
keluaganya merasa kehilangan sosok seorang suami dan ayah. Kenangan pahit
akan masa lalu membuat Norman terus mengejar kesuksesan yang kemudian
tanpa ia sadari ia telah kehilangan banyak waktu bersama keluarganya. Dan
akhirnya pada titik tertentu istri dan kedua anaknya mersa kecewa dan perlahan
mulai mengabaikan dan meninggalkan Norman.

III. Alternatif keputusan:


1. Menurut Edward M. Hallowell (Psikiater yang berpraktek di Concord, dan mengajar di
Harvard Medical School):
 Menjalin hubungan kembali dengan : istrinya, anak-anaknya, adiknya, dan masa lalunya,
dan tidak kalah penting dengan emosi dirinya.
 Untuk depresi yang dialami Norman harus menjalani psikoterapi intensif.
 Selanjutnya mulai mendelegasikan pekerjaannya, menghabiskan waktu dengan istrinya,
mencari adiknya yang hilang.
 Yang terpenting mampu menjaga keseimbangan hidup.
2. Menurut Scott Neely, (President Lotus Capital Group, perusahaan manajemen investasi
swasta di California):
 Sebenarnya yang dibutuhkan adalah pemenuhan kebutuhan emosional dan spiritual, suatu
hal yang Norman tidak berikan pada keluarganya
 Mulai membatasi hidupnya, tidak lagi menenggelamkan diri dalam pekerjaan
3. Menurut Jean Hollands, (founder dan CEO dari Growth & Leadership Center di California):
 Norman harus menetapkan hal apa yang paling penting dalam hidupnya, dan menjadi
sumber kebahagiaannya.
 Menetapkan tujuan baru hidup dan tujuan jangka panjang : restorasi keluarga,
membangun kembali keluarga yang hangat
 Norman harus meyakinkan Nancy untuk mendukung perubahannya.
 Oleh karena Norman tidak memiliki figur ayah yang baik, maka ia harus belajar untuk
menjadi ayah sekaligus mentor untuk anak-anaknya, dan meyakinkan mereka bahwa
mereka penting dalam hidup Norman.
 Dalam karir, Norman harus membawa karirnya ke arah yang baru. Misalnya melakukan
pekerjaan untuk pengabdian masyarakat
Me-manage waktu

IV. Keputusan akhir:


Norman harus dapat mengatur waktunya dengan baik. Ia harus dapat membagi waktu
untuk mengurus bisnisnya dengan waktu bersama keluarga. Terutama pada saat ini
dimana bisnis Norman dapat berjalan dengan baik walaupun tanpa campur tangan dirinya
sepenuhnya maka ia harus lebih banyak meluangkan waktu untuk bersama dengan
keluarganya. Membuat keluarganya kembali percaya kepada dirinya dan
mengandalkannya.
a) Melakukan konseling dengan psikiater
Hal ini sangat baik dilakukan Norman untuk menghilangkan stress dan tekanan
yang dirasakannya. Ia bisa mencurahkan segala perasaan dan kegelisahannya dan
menemukan jalan keluar dari permasalahan yang ia hadapi.
b) Mengakui kesalahan yang dilakukan
Berbicara secara kekeluargaan dengan istri dan anak-anaknya, menjelaskan alasan
mengapa selama ini ia sangat terobsesi terhadap pekerjaan dan mengakui segala
kesalahan yang telah dilakukanya. Hal ini bisa membuat hubungan keluarga
Norman membaik.
c) Belajar untuk merasa puas dan bersyukur
Hal yang membuat Norman kehilangan waktu dengan keluarganya adalah karena
ia terlalu sibuk mengejar kesuksesan yang ia sendiri tidak tahu tingkat kesuksesan
yang ia inginkan. Rasa ingin lebih, membuat Norman lupa bersyukur atas apa
yang telah ia dapatkan.

Dengan bersyukur kita bisa melihat dunia lebih luas, yang sebelumnya tidak kita
lihat karena kita hanya terpaku akan keinginan kita yang tidak pernah habis.
Bersyukur bukan berarti menyerah namun dengan bersyukur kita bisa lebih
bijaksana dalam menentukan jalan terbaik yang harus kita tempuh untuk
mencapai tujuan tersebut tanpa merugikan orang lain. Dalam kasus Norman,
bersyukur akan membuat Norman tidak hanya memikirkan pekerjaannya saja
tetapi ia dapat lebih memeperhatikan keluarganya

You might also like