You are on page 1of 9

Hubungan Rendahnya Bone Mineral Density Dengan Status Periodontal

Dan Kehilangan Gigi


(Association of low bone mineral density with the periodontal status and tooth loss)
1
Irene EdithRieuwpassa, 2Nurul Fitri
1
Bagian Oral Biologi
2
Mahasiswa
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasanuddin
Makassar, Indonesia

Abstract:
Introduction: The study was conducted to determine the relationship of bone mineral density
status of the severity of periodontal disease and tooth loss. Methods: The study was
conducted on patients who come to RSUP.DR.Wahidin Sudiro Husodo with the sample size is
33 people. After completing dental records, each sample examine of the oral cavity using a
photo rontgen panoramic dental X-ray to see the level of alveolar bone resorption, then do a
complete blood laboratory test to see the results of blood tests (calcium serum), and the last
sample examine of bone mineral density(BMD) at the lumbar spine and the femoral head by
using DXA. Test results is inputted on the data management software Microsoft Office Excel
2007 and processing the data by using software SPSS 19.0. Result: The results shown that
low levels of BMD to periodontal status showed a significant result (p = 0.005). The level of
bone resorption occurs greater in RB than in RA. However, serum calcium levels showed no
significant results in the low BMD (p> 0.005). In addition, there were no statistically
significant results between low bone mineral density with tooth loss (p> 0.005). Conclusion:
In general, low BMD has a significant relationship with the severity of periodontal status,
while generally low bone mineral density was not significantly associated with tooth loss.
Keywords: Low bone mineral density, osteoporosis, periodontitis, tooth loss.

Abstrak:
Pendahuluan:Penelitian dilakukan untuk mengetahui hubungan rendahnya Bone Mineral
Density terhadap tingkat keparahan status penyakit periodontal dan kehilangan gigi.
Metode:Penelitian dilakukan pada pasien yang datang ke RSUP.DR.Wahidin Sudiro Husodo
dengan jumlah sampel ialah 33 orang. Setelah melengkapi dental record, setiap sampel
dilakukan pemeriksaan rongga mulut dengan menggunakan rontgen foto panoramic dental X-
ray untuk melihat tingkat resorbsi tulang alveolar, selanjutnya dilakukan uji laboratorium
darah lengkap untuk melihat hasil tes darah (kalsium serum), dan terakhir sampel dilakukan
pemeriksaan Bone Mineral Density(BMD) pada lumbal vertebra dengan menggunakan DXA.
Hasil pemeriksaan diinput pada software management data Microsoft office Excel 2007 dan
pengolahan data menggunakan SPSS 19.0. Result:Hasil penelitian terlihat bahwa tingkat
rendahnya BMD terhadap status periodontal menunjukkan hasil yang signifikan (p=0,005).
Besarnya tingkat resorbsi tulang terjadi lebih besar pada RB dibandingkan pada RA. Namun,
kadar kalsium serum menunjukkan hasil yang tidak signifikan pada rendahnya BMD
(p>0,005).Selain itu, tidak diperoleh hasil statistik yang signifikan antara rendahnya BMD
dengan kehilangan gigi (p>0,005). Conclusion:Secara umum rendahnya Bone Mineral
Density memiliki hubungan yang bermakna dengan status keparahan jaringan periodontal,
sedangkan secara umum rendahnya BMD tidak memiliki hubungan yang bermakna dengan
kehilangan gigi.
Kata Kunci: Rendahnya Bone Mineral Density, osteoporosis, periodontitits, kehilangan gigi
PENDAHULUAN atau lebih patah tulang atau
osteoporosis.
MenurutWorld Health Organization
(WHO), osteoporosis adalah penyakit yang Osteoporosis dan periodontitis
didefinisikan sebagai penyakit tulang merupakan penyakit yang memiliki
sitemik yang ditandai dengan rendahnya perubahan secara sistemik pada tulang.
densitas mineral tulang atau Bone Mineral Adanya perubahan pada proses bone
Density (BMD), perubahan mikro turnover pada tulang dalam tubuh, hal ini
arsitektural jaringan tulang dan akan juga akan dialami oleh tulang alveolar.
berlanjut dengan kerapuhan dan kepatahan Sehingga seseorang yang memiliki BMD
tulang.1 yang rendah juga akan memiliki BMD yang
rendah pada rahang.1,5
Osteoporosis juga disebut sebagai
“silent disease” atau penyakit yang tidak Periodontitis ialah peradangan yang
dirasakan sehingga peningkatan dan mengenai jaringan pendukung gigi,
progres penyakit ini tidak dapat disebabkan oleh mikroorganisme spesifik
menunjukkan tanda dan gejala hingga dan dapat menyebabkan kerusakan yang
terjadi fraktur tulang. Fraktur tulang yang progresif pada ligamentum periodontal,
paling sering dialami oleh penderita tulang alveolar disertai pembentukan poket,
osteoporosis ialah fraktur tulang punggung, resesi atau keduanya.6
paha dan pergelangan tangan.2
Kehilangan gigi digunakan sebagai
Ada empat kategori diagnosis massa langkah tidak langsung dalam menentukan
tulang (densitas mineral tulang) status periodontal pada seseorang. Selain
berdasarkan T-score dengan menggunakan kehilangan gigi, besarnya tingkat resorbsi
dual energy x-ray absorptiometry (DXA) tulang alveolar dan adanya edentulous pada
3,4
adalah sebagai berikut : seseorang menunjukkan semakin besar
peluang seseorang terkena osteoporosis.7
a. Normal : T-score lebih besar atau
sama dengan -1 SD. Ketika seseorang telah mengalami
b. Osteopenia (masa tulang rendah) : T- kehilangan gigi maka akan mempengaruhi
score antara -1 SD sampai -2,5 SD. kualitas hidup seseorang. Dampak terhadap
c. Osteoporosis : T-score di bawah -2,5 kualitas hidup yaitu kesehatan mulut
SD. berhubungan dengan kesejahteraan dan
d. Osteoporosis lanjut : T-score di kualitas hidup.Diet, nutrisi, interaksi sosial,
bawah -2,5 SD dengan adanya satu tidur, harga diri, dan berbicara dipengaruhi
oleh hilangnya gigi, mengurangi kualitas Pemeriksaan yang dilakukan adalah
hidup individu. Kehilangan gigi dapat pemeriksaan klinis pada rongga mulut
menyebabkan penurunan kepercayaan diri untuk mengetahui dental record setiap
8,9
dan citra diri diubah. sampel, selanjutnya melakukan
pemeriksaan rongga mulut dengan
menggunakan rotgen foto panorami x-ray,
BAHAN DAN METODE
dilanjut dengan pemeriksaan darah pada
Jenis penelitian yang digunakan laboratorium, dan terakhir dilakukan
adalah observasional analitik.Penelitian ini pemeriksaan Bone Mineral Density pada
menggunakan metode cross sectional lumbal vertebra dan caput femur dengan
study.Jumlah sampel ialah 33 orang subjek menggunakan DXA di RSUP. DR.
penelitian dengan memperhatikan kriteria Wahidin Sudiro Husodo.
inklusi dan eklusi. Pemeriksaan dilakukan pada tulang
Inklusi lumbal vertebra dan caput femur dengan
a. Wanita atau laki-laki yang datang melihat hasil T-Score, maka akan diperoleh
memeriksakan tulang nilai sebagai berikut:4
b. Pasien yang didiagnosa normal, a. Normal :T-score lebih besar atau
osteopenia, dan osteoporosis pada sama dengan -1 SD.
salah satu pemeriksaan tulang yaitu b. Osteopenia : T-score antara -1
tulang belakang dan tulang pinggul SD sampai -2,5 SD
c. Tidak menderita diabetes dan asam c. Osteoporosis : T-score di bawah -
urat 2,5 SD
d. Mengalami kehilangan gigi
Indeks untuk mengukur keparahan
termasuk sisa akar
periodontitis harus dapat mengukur tingkat
Ekslusi
kehilangan jaringan pendukung gigi.Indeks
a. Mempunyai nilai T-score< -1 untuk
yang digunakan ialah Community
penderita osteopenia dan <-2,5
Periodontal Index (CPI) menurut WHO.
untuk penderita osteoporosis pada
Pemeriksaan kondisi periodontal dilakukan
salah satu lokasi pemeriksaan
pada gigi yang tersisa kecuali gigi sisa akar
b. Memiliki kelainan tulang
dan gigi molar 3.10
c. Memiliki penyakit sistemik lain
d. Bukan perokok dan peminum Penilaian resorbsi tulang alveolar
alkohol dilakukan dengan mengunkan hasil rotgen
foto panoramic dental X-ray.Alat ukur yang
digunakan ialah auto power-off digital dinilai dengan melihat standar pemeriksaan
caliper (akurasi 0.01mm). Besar resorbsi darah yaitu: Ureum darah 10-50 mg/dL,
tulang alveolar pada tiap gigi ialah dengan keratinin darah 0.6-1.2 mg/dL, dan Kalsium
mengukur jarak antara cement enamel serum 8,1-10,4 mg/dL.
junction (CEJ) dan Alveolar bone crest
Penilaian kehilangan gigi ialah
(ABC), dan antara ABC dan Panjang Akar
dengan melihat kondisi klinis rongga
(PA). Secara ringkas rumus yang
mulut. Kriteria penilain kehilangan gigi di
digunakan dalam penentuan resorbsi tulang
dasarkan pada target kesehatan gigi-mulut
ialah:11
menurut WHO 1995 yaitu Penduduk umur
CEJ − ABC − 2mm 35-44 tahun memiliki minimal 20 gigi.
𝑥 100 = Hasil
CEJ − PA − 2mm Hasil pemeriksaan diinput pada software

Pengurangan jarak CEJ kepada management data Microsoft office excel

ABC dan CEJ kepada PA dengan 2mm 2007 dan pengolahan data menggunakan

diadopsi dari criteria pada formula yang software SPSS 19.0.

telah digunakan dalam penelitian Cassia TF


et.al, berdasar pada kajian secara histologi
HASIL
pada jaringan periodontal yang sehat
memiliki kedalaman dentogingival junction Parameter yang digunakan dalam
sebesar 2mm sehingga rumus harus statistik ialah jumlah gigi, resorbsi tulang
dikurangi dengan 2 mm karena jaringan alveolar, kalsium serum, periodontal
gingiva tidak terlihat dalam hasil foto indeks, dan Bone Mineral Density dari
11
rontgen. lumbal vertebra. Karakteristik umum
sampel terlihat pada table 1.
Ketika osteoklas meresorbsi tulang,
akan mendegredasi matriks estraseluler dan Tabel 1. Karakteristik Subjek Penelitian
melepaskan berbagai produk pemecah Karakteristik Min Max Mean±SD
kolagen menuju sirkulasi selanjutnya yaitu Umur (thn) 14 71 56,1 ± 10,9
Lumbal -4.3 0.6 -1,84± 1,22
ginjal dan hati untuk proses metabolisme IMT (kg/m2) 16,8 34,2 24,3 ± 4,28
selanjutnya. Produk degradasi kolagen Jumlah Gigi 3 28 18,0 ± 6,51
Kalsium
dapat diukur konsentrasinya dengan urine Serum 7,6 9,8 8,37 ± 0,53
12
dan serum. Penentuan resorbsi tulang (mg/dL)
Periodontal
selanjutnya dilanjutkan dengan uji 0,2 4 2,19 ± 1,03
Indeks
labolatorium darah rutin. Hasil tes darah
Tabel 2. Karakteristik densitas mineral Tabel 5Resorbsi tulang alveolar
tulang berdasarkan kelompok gigi
Karakteristik frequensi Persentase Densitas Mineral Tulang
Jumlah
Normal Osteopenia Osteoporosis
Normal 6 18, 2 % Gigi
(n= 6) (n = 15) (n = 12)
Osteopenia 15 45,5 %
Normal 4
Osteoporosis 12 36,4 % 9 (60 %) 3 (25 %)
Jumlah 33 100 % (n=16) (66,7%)
Tidak 2
Normal (33,3 6 (40 %) 9 (51,5 %)
Tabel 3. Distribusi periodontal indeks (n= 17) %)
terhadap densitas mineral tulang
Densitas Mineral Tulang
Periodontal Normal Osteo- Osteo- Tabel 6 Distribusi kadar kalsium serum
Indeks (n = 6) penia porosis terhadap densitas mineral tulang
(n= 15) (n=12) Densitas Mineral Tulang
Sehat Kalsium
0 0 0 Normal Osteopenia Osteoporosis
(Normal) Serum
(0,0%) (0,0%) (0,0%) (n = 6) (n = 15) (n = 12)
(n=0) Normal 4 11
Perdarahan 9 (37,5%)
3 8 3 (n=24) (16,7%) (45,8%)
Gusi Tidak
(21,4%) (57,1%) (21,4%) 2 4
(n=14) Normal 3 (33,3%)
Ada (22,2%) (44,4%)
(n=9)
Karang
0 3 8
Gigi
(0,0%) (27,3%) (72,7%)
subgingival
(n=11) Tabel 7.Uji chisquere variabel terhadap
Poket rendahnya BMD Lumbal vertebra.
1 4 1 Variabel Mean±SD Nilai-p
Dangkal
(16,7%) (66,7%) (16,7 %)
(n=6)
Kalsium 8,37 ± 0,53 0.930
Poket
2 0 0 Serum (mg/dL)
Dalam
(18,2%) (0,0%) (0,0%) Periodontal 2,19 ± 1,03 0,005*
(n=2)
Indeks
Jumlah gigi 18,0 ± 6,51 0,120
tersisa
Tabel 4.Resorbsi tulang alveolar *Signifikan
berdasarkan kelompok gigi.
Mean
Kelompok Gigi SD
(mm) Hasil penelitian menunjukkan
Posterior Kanan
9,78 9,34 tingkat rendahnya BMD terhadap status
RA
Anterior RA 14,98 8,86 periodontal menunjukkan hasil yang
Posterior Kiri RA 9,70 9,06
signifikan (p=0,005). Besarnya tingkat
Posterior Kanan
11,64 11,8
RB resorbsi tulang terjadi lebih besar pada RB
Anterior RB 15,48 11,3
10,67 8,35 dibandingkan pada RA. Namun, kadar
Posterior Kiri RB
Ket: RA: Rahang Atas, RB: Rahang Bawah kalsium serum menunjukkan hasil yang
tidak signifikan pada rendahnya
BMD(p=0.930).Selain itu, tidak diperoleh femur ialah usia, IMT, jumlah gigi, plaq
hasil statistik yang signifikan antara indeks, kedalaman poket, kehilangan
rendahnya Bone Mineral Density dengan perlekatan jaringan pendukung, dan
kehilangan gigi (p>0,005). resorbsi tulang alveolar. Berdasarkan uji
statistik chi-squere terlihat bahwa
rendahnya BMD pada tulang lumbal dan

PEMBAHASAN femur menunjukkan hasil yang signifikan


pada plaq indeks,kedalaman poket,
Rendahnya Bone Mineral Density
kehilangan perlekatan jaringan pendukung,
dengan osteopenia atau osteoporosis sangat
dan resorbsi tulang alveolar.4
berkaitan dengan
periodontitis.Osteoporosis dan Resorbsi tulang alveolar
periodontitismerupakan penyakit yang berhubungan dengan terjadinya penyakit
mengalami perubahan secara sistemik pada periodontal yang terjadi pada semua
tulang. Adanya perubahan pada proses permukaan gigi dan dapat dilihat pada
bone turnover pada tulang panjang dalam pemeriksaan radiolografis.Normalnya,
tubuh, hal ini juga akan dialami oleh tulang puncak tulang alveolar berada 1-2 mm kea
alveolar. Sehingga seseorang yang rah apikal dari cemento-enamel junction.
memiliki Bone Mineral Density yang Apabila terdapat kehilangan tulang, puncak
rendah juga akan memiliki Bone Mineral tulang alveolar berada lebih dari 2 mm ke
Density pada rahang.1,5 arah apical dari cemento-enamel junction.10

Hasil penelitian pada tabel 3 terlihat Pengambilan hasil pengukuran


bahwa tingkat rendahnya BMD terhadap rontgen foto (Tabel 2) pada jaringan tulang
status periodontal menunjukkan hasil yang alveolar terhadap seluruh sampel
signifikan (p=0,005). Hal ini sejalan menunjukkan bahwa resorbsi tulang
dengan penelitian lain yang dilakukan oleh alveolar terbesar dialami oleh kelompok
Snophia S, et.al yang bertujuan untuk gigi anterior RB, selanjutnya diikuti oleh
melihat hubungan antara BMD dan kelompok gigi anterior RA.Tingkat
periodonsitis pada wanita pre dan post- selanjutnya ditunjukkan oleh kelompok gigi
menopouse. Jumlah sampel yang posterior kanan dan kiri RB.Penurunan
digunakan sebanyak 20 orang (10 kontrol resorbsi tulang yang paling rendah dialami
dan 10 kasus). Veriabel yang dihubungkan oleh kelompok gigi posterior kanan dan kiri
dengan BMD pada tulang lumbal dan RA.
Osteoporosis utamanya menyerang status periodontal pada seseorang.Selain
tulang trabekular dan berlanjut ke tulang kehilangan gigi, besarnya tingkat resorbsi
kortikal.Struktur dan morfologi tulang tulang alveolar dan adanya edentulous pada
alveolar berbeda pada masing-masing seseorang menunjukkan semakin besar
gigi.Pada regio anterior mandibula, tulang peluang seseorang terkena osteoporosis.
alveolar sangat tipis dan keping kortikal Namun, beberapa penelitian lain
eksternal paralel terhadap tulang alveolar menunjukkan dengan adanya kehilangan
sejati sangat sedikit dengan tulang gigi tidak menujukkan hasil korelasi yang
trabekular konselus yang terdapat tidak signifikan terhadap tingkat Bone
diantaranya.Sedangkan pada maksila terdiri Mineral Density seseorang.7
dari tulang kortikal lebih banyak. Sehingga
Suatu fakta bahwa osteoporosis dan
penurunan BMD lebih cepat dialami oleh
periodontitis adalah penyakit kronik,
mandibula.13
penyakit multifaktorial yang dapat
Ketika osteoklas bekerja, tulang menyebabkan kehilangan tulang dan hal ini
akan mengalami penurunan matriks dapat diperburuk dengan adanya faktor
ekstraseluler dan melepaskan kolagen lokal dan faktor sistemik. Jenis kelamin,
produk penghancur untuk melakukan perubahan genetic, hilangnya aktifitas,
sirkulasi metabolisme selanjutnya oleh hati defisiensi makanan seperti calcium dan
dan ginjal. Konsistensi kolagen ini dapat vit.D, selain itu konsumsi alkohol,
ditemukan melalui urin dan serum.12Hasil merokok, faktor hormon dan obat-obatan
data pada tabel 3 menunjukkan bahwa uji dapat menyebabkan seseorang beresiko
statistik yang tidak signifikan antara terjadinya osteoporosis, dengan
rendahnya BMD terhadap kalsium serum kemungkinan yang sama juga berisko pada
(p=0.930). perkembangan periodontitis.7

Perhitungan statistik dengan uji chi- Tidak adanya hubungan yang


square terlihat pada tabel 3 diperoleh nilai signifikan menunjukkan adanya faktor lain
P = 0,120 lebih besar dari nilai α = 0,005. yang menyebabkan buruknya status
Sehingga tidak ada hubungan yang periodontal dan besarnya tingkat
bermakna antara kehilangan gigi dengan kehilangan gigi selain osteoporosis.
rendahnya Bone Mineral Density. Penyebab utama besarnya tingkat
kehilangan gigi ialah karies dan
Kehilangan gigi digunakan sebagai
periodontitis. Namun, faktor lain yang juga
langkah tidak langsung dalam menentukan
terlibat dalam terjadinya kehilangan gigi,
yaitu sosial-ekonomi.Hal ini terkait kondisi statistik korelasi dan korelasi koefisien
sosial-ekonomi yang rendah menyebabkan menunjukkan tidak adanya korelasi antara
seseorang memilih pencabutan sebagai jumlah gigi yang tersisa pada rongga mulut
metode perawatan yang terbaik dan dan penurunan Bone Mineral Density.13
menyebabkan tingkat prevalensi dan
Sangat sulit untuk membandingakan
insidensi karies pada anak-anak dan dewasa
beberapa penelitian lain mengenai
yang begitu tinggi.Selain itu kurangnya
osteoporosis dengan status periodontal dan
kebiasaan menyikat gigi dan kunjungan ke
kehilangan gigi karena jenis penelitian
dokter gigi juga memepengaruhi
yang berbeda, serta perbedaan metode
kehilangan gigi.Oleh karena itu, faktor ini
penelitian dalam mendiagnosa
merupakan alasan yang mendekati
osteoporosis, status periodontaldan
mengapa tidak diperoleh hasil yang
kehilangan gigi. Sehingga perbedaan hasil
signifikan antara rendahnya Bone Mineral
penelitian yang tidak signifikan maupun
Density terhadap status periodontal dan
yang signifikan juga dipengaruhi oleh jenis
tingkat kehilangan gigi.9,14
penelitian, metode penelitian yang
Penelitian lain yang telah dilakukan digunakan, serta jumlah sampel yang
oleh Anda S et.al dengan melihat hubungan digunakan.
antara kehilangan gigi dan Bone Mineral
Referensi:
Density pada wanita postmenopousal yang
telah menggunakan perawatan gigitituan 1. Veeresha, K.L, Preety Gupta. Osteoporosis: a
Silent Oral Health Deterrent. Academic
sebagian. Hasil penelitian tersebut Jounals, vol.5(6):51-54,June 2013.
2. NIH Osteoporosis and Related Bone Diseases
menunjukkan dari 79 sampel yang setuju National Resource Center. Osteoporosis in
Men. NIH, Januari 2012: 1-5.
berpartisipasi dan melakukan pemeriksaan 3. Siki K, Ketut. Osteoporosis: Patogenesis,
tidak menunjukkan hasil yang signifikan Diagnosa, dan Penanganan Terkini. J.Penyakit
Dalam, vol.10(2), Mei 2009.
pada perbedaan umur dan penurunan Bone 4. Suresh S, et.al. Periodontitis dan bone mineral
density among pre and post menopousal
Mineral Density (p=0.215).13 women : comparative studey. Journal Indial
Soc of Perio, vol.14(1):30-4, Januari-Maret
2010.
Selain itu, penelitian ini juga 5. Talo Y, Tuba-Filiz A.K. The Effect
Menopause n Periodontal Tissue.Article Of
menunjukkan uji statistik yang tidak International Dental Reaserch, Vol. 1(3): 81-
signifikan atau bermakna dari kelompok 86, 2011.
6. Widyastuti R. Periodontitis : diagnosis dan
Bone Mineral Density terhadap perbedaan perawatannya. JITEK 2009; 6(1) : 32-5
7. Perry R, Klokkevold, Brian LM.. Influence of
total jumlah gigi yang ada (p=0,99), jumlah systemic conditions on the periodontium;
dalam Carranza’s clinical periodontology
gigi pada rahang atas (0,90) dan jumlah ed.11, Elsevier Saundders, st.Louis, Missoui,
2012: 318-9.
gigi pada rahang bawah (p=0.68). Hasil uji
8. Ratmini NK, Arifin. Hubungan kesehatan
mulut dengan kualitas hidup lansia. Jurnal
Ilmu Gizi; available from: http://poltekkes-
denpasar.ac.id/files/JIG/V2N2/Ratmini.pdf.
2011: 2 (8) : 139-47.
9. Gerritsen E.A, P.Finbarr A, Dick J.W, Ewald
M.B, Nico HJ.C. Tooth loss and oral health
rekated quality of lif: a systemic review and
meta-analysis. Health and quality of live
outcomes 2010; 8(126):1-11
10. Hiranya P.M, Eliza H, Neneng N. Ilmu
pencegahan penyakit jaringan keras dan
jaringan pendukung gigi. Jakarta: EGC, 2008
11. Fukuda C.T et.al. Radiographic alveolar bone
loss in patients undergoing periodontal
maintenance. Bull Tokyo Dent Coll, 2008;49
(3): 100-3.
12. Harefa E.F. Penanda bone turneover dan
penggunaannya dalam manajemen
osteoporosis. Forum diagnosticumProdia
Dagnostics Educational Services,
Jakarta,2013: 6.
13. Anda S, Una s, Ilze D, Agnis Z, Aivars L.
Postmrnopausal osteoporosis and tooth loss.
Stomatologija, Baltic Dental and Maxillofacial
Journal, 2011;13(3): 92-5.
14. Khalifa N, Patrick F.A, Neamant H.A, Manar
E.A. Factor associated with tooth loss and
prosthodontic status among Sudanese adults.
Journal of oral science, vol.54(4):303-312,
2012

You might also like