You are on page 1of 9

70 Dentofasial, Vol.7, No.

2, Oktober 2008:70-78

Perbandingan sitotoksisitas Endomethasone, AH Plus, dan Apexit Plus


terhadap sel fibroblas dengan teknik root dipping

Christine A. Rovani,* Kamizar,** Munyati Usman**


* Dokter gigi di Makassar
** Bagian Ilmu Konservasi Gigi
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia
Jakarta, Indonesia

ABSTRACT
The purpose of this study was to evaluate the lowest cytotoxicity of three endodontic
sealers, Apexit Plus, AH Plus and Endomethasone that can be used safely. The crown
of 30 intact lower premolars were removed at cementodentinal juntion and the teeth
were prepared with crown down technique with # 20 initial file and # 30 master
apical file. After sterilization, the 30 teeth were randomly divided into three groups
and filled with gutta percha using laterally condensation technique and Apexit Plus,
AH Plus, and Endomethasone as sealers. Apex of the roots was dipped 1.5 mm into
culture medium for 24 hours in incubator (root dipping technique). The medium
contact was transformed into confluent chicken fibroblast. Cytotoxicity of
Endomethasone, AH Plus, and Apexit Plus were measured with hemocytometer assay.
The results showed that percentage survived cells of Apexit Plus was 68%,
Endomethasone 66.42%, and AH Plus 64%. The amount of exist cells were Apexit
Plus>Endomethasone>AH Plus. There was no significant difference of cytotoxicity
among the sealers (P>0.05). The conclusion was the amount of exist cells were more
than 50% which means that the three root canal sealers were not toxic.
Keywords: cytotoxicity, fibroblast, root canal sealers

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sitotoksisitas semen saluran akar yang
paling rendah pada pengisian saluran akar sehingga lebih aman pengunaannya. Uji
laboratorik dilakukan dengan menggunakan 30 gigi premolar bawah manusia yang
dipotong sampai cementodentinal juntion, dipreparasi dengan teknik crown down
dengan file awal nomor 20 dan file akhir no. 30 lalu disterilkan di dalam otoklaf dan
dibagi secara acak menjadi 3 kelompok. Gigi-gigi tersebut diisi dengan gutaperca 9%
dan semen saluran akar Endomethasone, AH Plus dan Apexit Plus dengan teknik
kondensasi lateral, lalu akar gigi dicelupkan 1,5 mm ke dalam media celupan dan
diinkubasi selama 24 jam (teknik root dipping). Setelah itu media celupan
dipindahkan ke dalam sel fibroblas embrio ayam yang telah konfluen. Sitotoksisitas
semen saluran akar Endomethasone, AH Plus dan Apexit Plus dihitung dari jumlah sel
fibroblas, dengan mengunakan hemocytometer yang dilihat di bawah mikroskop. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa persentase jumlah sel fibroblas yang hidup pada
Apexit Plus 68%, Endomethasone 66,42%, dan AH Plus 64%. Tidak ada perbedaan
bermakna diantara ketiga semen tersebut (p>0,05). Dari penelitian ini disimpulkan
bahwa sel fibroblas yang hidup pada ketiga semen saluran akar ini berjumlah lebih
dari 50% sehingga ketiganya dapat dikategorikan tidak sitotoksik.
Kata kunci: sitotoksisitas, sel fibroblas, semen saluran akar

Koresponden: Christine A. Rovani, Jl. Nikel Raya, Makassar, Indonesia.


Christine R: Perbandingan sitotoksisitas Endomethasone, AH Plus, dan Apexit Plus 71

PENDAHULUAN akar berbahan dasar oksida seng eugenol yang


Tujuan utama perawatan endodontik adalah sampai saat ini masih banyak digunakan di
mempertahankan gigi selama mungkin di dalam Indonesia, salah satunya di Fakultas Kedokteran
rahang. Untuk mencapai tujuan dari perawatan ini Gigi Universitas Indonesia. Semen saluran akar ini
dapat diperoleh melalui prinsip dasar perawatan selain harganya murah, mudah di dapat, mudah
endodontik yang dikenal sebagai triad endodontic diaplikasikan, juga memiliki daya antimikroba
yang terdiri dari preparasi akses, preparasi yang tinggi. Namun beberapa peneliti tidak
biomekanis meliputi cleaning dan shaping, serta menganjurkan pengunaan semen ini karena
pengisian saluran akar. kandungan formaldehida yang secara sistemik
Pengisian saluran akar bertujuan untuk memberikan efek toksik bila berkontak langsung
menciptakan penutupan yang rapat sepanjang akar dengan jaringan.3-5
dari bagian mahkota sampai apeks untuk AH Plus adalah semen saluran akar berbasis
mencegah terjadinya kebocoran yang dapat resin yang merupakan perkembangan AH 26 yang
menyebabkan terjadinya infeksi kembali. Bahan memiliki sifat perlekatan yang baik, antimikroba
pengisi saluran akar yang utama digunakan adalah yang cukup tinggi dan tidak melepaskan
gutaperca yang dibantu oleh semen saluran akar. formaldehida sehingga efek sitotoksiknya rendah.
Bahan pengisi merupakan bahan yang Hal ini didukung oleh suatu penelitian yang
berhubungan secara anatomi dengan jaringan membuktikan bahwa AH Plus tidak memiliki efek
periradikuler melalui konstriksi apeks. Idealnya sitotoksik terhadap sel fibroblas. Namun beberapa
suatu bahan semen saluran akar harus memiliki peneliti menyatakan bahwa semen AH Plus juga
biokompatibilitas yang baik terhadap jaringan. melepaskan formaldehida tetapi dalam jumlah
Biokompatibilitas ini meliputi derajat yang lebih kecil dibandingkan AH 26 sehingga
1
sitotoksisitas, mutagenitas dan karsinogenitas. juga memiliki efek toksik tapi lebih kecil.6,7
Selain itu, harus memiliki daya antimikroba Apexit merupakan semen saluran akar
sehingga tidak menghalangi proses penyembuhan, berbahan dasar kalsium hidroksida yang memiliki
melainkan merangsang reorganisasi stuktur biokompatibilitas yang baik terhadap jaringan dan
jaringan dan juga tidak larut di dalam jaringan memiliki perlekatan yang cukup baik.8 Beberapa
sehingga perlekatannya baik terhadap dinding peneliti menyatakan bahwa Apexit Plus
saluran akar dan gutaperca. merupakan semen saluran akar yang memiliki
Saat ini semen saluran akar yang dikenal efek toksik yang paling kecil dibandingkan semen
dalam bidang kedokteran gigi adalah semen saluran akar lainnya.9
saluran akar berbasis oksida seng eugenol, Fibroblas merupakan sel jaringan ikat yang
kalsium hidroksida dan epoksi resin. Namun paling banyak terdapat di dalam pulpa dan
hingga saat ini semua semen saluran akar masih ligamen periodontal yang menghasilkan serat-
memiliki kekurangan, salah satunya adalah efek serat kolagen yang berperan pada proses
sitotoksik. Oleh sebab itu penelitian mengenai penyembuhan. Sel fibroblas berfungsi sebagai sel
sitotoksisitas harus dilakukan untuk mengetahui pertahanan karena mampu berdiferensiasi sebagai
semen saluran akar yang memiliki efek sitotoksik odontoblas dan osteoblas dalam proses
1-3
paling kecil sehingga lebih aman pengunaannya. penyembuhan. Kemampuannya untuk
Endomethasone merupakan semen saluran berkembang dengan cepat dalam jaringan luka,
72 Dentofasial, Vol.7, No.2, Oktober 2008:70-78

serta mampu hidup sendiri dapat menjelaskan Endomethasone masih dapat dipertimbangkan
mengapa sel fibroblas dapat dengan mudah karena memiliki daya antimikroba tinggi yang
dibiakkan sehingga menjadi subjek sel yang sangat berperan dalam membantu proses
10
paling digemari untuk penelitian biologis. penyembuhan.
9
Schrwarse dkk melakukan penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
mengenai sitotoksisitas semen saluran akar semen saluran akar yang memiliki sitotoksisitas
Endomethasone, AH Plus dan Apexit Plus paling rendah sehingga lebih aman pengunaannya.
terhadap sel fibroblas, dan menunjukkan bahwa
sitotoksisitas telah terjadi pada awal pencampuran BAHAN DAN METODE
yaitu pada 0-5 jam pertama namun kematian sel Dalam penelitian ini yang dilakukan dengan
fibroblas menurun secara signifikan dalam derajat uji laboratorik menggunakan sampel gigi
sitotoksisitas yang berbeda setelah 24 jam. Dalam sebanyak 30 buah. Kriteria gigi yang digunakan
penelitian ini Endomethasone menyebabkan dalam penelitian ini adalah gigi cabutan premolar
jumlah sel fibroblas yang mati paling banyak bawah, saluran akar tunggal, lurus dan telah
9
dibandingkan semen saluran akar lainnya. tumbuh sempurna, dan di permukaan akar tidak
11
Sedangkan penelitian Briseňo dan Willershausen ada karies atau tumpatan.
mengenai sitotoksisitas antara semen saluran akar Sediaan gigi diisi dengan gutaperca dan tiga
berbahan dasar kalsium hidroksida, menyatakan jenis semen saluran akar sebagai bahan uji.
bahwa semen Apexit menunjukkan sitotoksisitas Penelitian ini menggunakan media kultur
yang sangat tinggi pada 24 jam pertama, tetapi (Dulbecco’s Modified Eagle Medium (DMEM),
pada hari ketiga efek sitotoksisitasnya menjadi RPMI 1640, Fetal Bovine Serum (FBS) 10%),
paling rendah dibandingkan Sealapex dan antibiotik (penicillin 100 unit/ml dan streptomycin
11
CRCS. 100 ug/ml), NaHCO3, sel fibroblas yang diambil
Camps dan About meneliti sitotoksisitas dari embrio ayam, flask, pipet volumetrik, tabung
semen saluran akar dengan metode sesuai standar 15 ml dan 1,5 ml, pipet tips dan pipet transfer,
ISO dan metode baru yang mengunakan gigi yang filter 0,2 um, lempengan biakan jaringan, media
akarnya dicelupkan di dalam media atau yang pencuci (phosphate buffer saline (PBS)), nitrogen
disebut juga metode root dipping, membuktikan cair, media pelepas jaringan (trypsin 0,25 % dalam
bahwa kematian sel fibroblas oleh semen AH Plus PBS), media pelarut (air deionisasi),
pada 24 jam pertama hingga hari ke 30 tidak hemocytometer, gas CO2, perangkat kultur
berbeda bermakna pada kedua metode tersebut, (biosafety cabinet), CO2, inkubator, alat sentrifus,
sedangkan Cortimosol dan Sealapex menunjukkan mikroskop, lemari pendingin, semen saluran akar
sitotoksisitas yang lebih tinggi pada metode Endomethasone (Septodont, Saint-Maur,
standar ISO dibandingkan dengan metode root Perancis), AH Plus (Dentsply, Amerika Serikat)
12
dipping. dan Apexit Plus (Vivadent, Jerman), gigi cabutan
Berdasarkan sejumlah penelitian sebelumnya, berakar tunggal, diamond disk, Bur intan bulat dan
Apexit Plus pada awalnya memiliki efek tapered, K-file panjang 21 mm (Mani, Jepang),
sitotoksik, begitu pula dengan AH Plus dan Protaper file panjang 21 mm (Denstply Maillefer,
Endomethasone dengan derajat sitotoksisitas yang USA), jarum lentulo, gutaperca 6% (Denstply
berbeda. Sampai saat ini pengunaan Maillefer, USA) dan gutaperca tambahan (B.M
Christine R: Perbandingan sitotoksisitas Endomethasone, AH Plus, dan Apexit Plus 73

Dentale), larutan NaOCL 2,5% sebagai irigasi, RC standar ISO, diikuti dengan kelompok
Prep (Denstply Maillefer, USA), paper point Endomethasone dan AH Plus. Jumlah sel fibroblas
(B.M Dentale), endo gauge (Denstply Maillefer, awal yang ditumbuhkan di dalam media
4
USA), glass plate, pinset, sonde lurus, spatula penumbuh pada penelitian ini adalah 10 . Sel
semen, Cavit, hand piece, otoklaf untuk sterilisasi, fibroblas yang ditumbuhkan dan siap digunakan
dan cat kuku (Tammia, USA). biasanya berkembang menjadi 10-15 kali lipat dari
Analisis data menggunakan uji Anova untuk sel awal dan pada penelitian ini jumlah sel
mengetahui adanya perbedaan jumlah sel fibroblas fibroblas tumbuh menjadi 15 X 104. Dari hasil
yang hidup pada media yang diberikan semen penelitian ini menunjukkan jumlah sel fibroblas
saluran akar Endomethasone, AH Plus, dan Apexit yang diberi perlakuan dengan media celupan lebih
Plus, dengan derajat kemaknaan 5% (p<0,05) banyak dibandingkan dengan cara sesuai standar
ISO pada ketiga semen saluran akar yang diuji.
HASIL PENELITIAN Pada Tabel 2 tampak jumlah sel fibroblas
Berdasarkan pengamatan 30 akar gigi menunjukkan persentase paling tinggi pada
premolar yang memenuhi kriteria sebagai sampel, kelompok Apexit Plus baik dengan media celupan
perbandingan sitotoksisitas semen saluran akar maupun standar ISO, kemudian diikuti dengan
dengan media celupan yang disebut metode root Endomethasone dan AH Plus. Berdasarkan
dipping dan Standar ISO terhadap sel fibroblas, ketentuan yang berlaku bahwa suatu bahan
dilakukan dengan cara menghitung jumlah sel dianggap memiliki sitotoksisitas adalah bila
fibroblas yang masih hidup mengunakan jumlah sel hidup 50% atau kurang. Pada penelitian
Hemacytometer. ini jumlah sel fibroblas yang hidup dengan media
Tabel 1 menunjukkan jumlah sel fibroblas celupan pada ketiga semen saluran akar 64-68%
yang hidup pada kelompok Apexit Plus paling sedangkan yang mengunakan cara sesuai standar
banyak baik pada media celupan maupun pada ISO jumlah sel fibroblas yang hidup 40-46,6%.

Tabel 1. Perbandingan jumlah sel fibroblas yang belum diberi perlakuan, jumlah sel fibroblast yang telah
diberi perlakuan dengan media celupan, dan jumlah sel fibroblas yang telah diberi perlakuan
sesuai standar ISO di antara semen saluran akar yang diuji
Sel fibroblas tanpa perlakuan Sel fibroblas perlakuan Sel fibroblas perlakuan
Semen saluran akar
(a) (b) (c)
4 4
Apexit Plus 15 X 10 10,2 X 10 7 X 104
Endomethasone 15 X 104 9,96 X 104 6,4 X 104
AH Plus 15 X 104 9,6 X 104 6 X 104

Tabel 2. Perbandingan jumlah sel fibroblas yang masih hidup sebelum diberi perlakuan (normal), setelah
diberi perlakuan dengan media celupan, dan setelah diberi perlakuan sesuai dengan standar ISO.
Sel fibroblas normal Sel fibroblas perlakuan Sel fibroblas perlakuan
Semen saluran akar
(a) (b) (c)
Apexit Plus 100% 68% 46,60%
Endomethasone 100% 66,42% 42,80%
AH Plus 100% 64% 40%
74 Dentofasial, Vol.7, No.2, Oktober 2008:70-78

Tabel 3. Nilai rata-rata, standar deviasi dan nilai p dari perbandingan jumlah sel fibroblas antara ketiga
semen saluran akar dengan uji analisis Anova satu arah (p<0,05)
Semen saluran skar n Mean difference ±SD Nilai p
Apexit Plus 10 -,60000
0,513
AH Plus 10 -,23620

Apexit Plus 10 -,60000


0,899
Endomethasone 10 -,36380

AH Plus 10 -,23620
0,779
Endomethasone 10 -,36380

Pada uji analisis yang diperoleh dengan penelitian ini metode root dipping dipilih agar
mengunakan uji Anova satu arah menunjukkan dapat mendekati keadaan klinis, mengingat semen
tidak ada perbedaan bermakna diantara ketiga saluran akar yang digunakan sebagai perekat
semen saluran akar dengan nilai p>0,05. Hasil antara gutaperca dan dinding saluran akar bukan
penelitian ini menunjukkan bahwa hipotesis merupakan bahan yang berkontak langsung
dengan jaringan periapeks, tetapi merupakan
ditolak.
bahan yang berhubungan dengan jaringan
periapeks melalui konstriksi apikal. Sedangkan
PEMBAHASAN metode standar ISO dilakukan pada penelitian ini
Keamanan suatu bahan kedokteran gigi dan untuk dijadikan pembanding.
pengunaannya yang tepat merupakan hal yang Pada penelitian ini sitotoksisitas dilihat dari
sangat penting. Mengingat bahan kedokteran gigi banyaknya sel fibroblas yang dapat bertahan hidup
digunakan dalam jangka waktu panjang, baik yang setelah diberi perlakuan. Sel fibroblas dipilih
berkontak secara langsung atau tidak langsung dalam penelitian ini karena sel ini banyak terdapat
pada jaringan, maka pemeriksaan di dalam jaringan pulpa dan jaringan periapikal.
biokompatibilitas suatu bahan mutlak dilakukan. Sel ini juga merupakan sel yang memiliki peran
Pemeriksaan biokompatibilitas bahan meliputi sangat besar terutama pada proses penyembuhan
derajat sitotoksisitas, mutagenitas dan dengan cara membelah diri dan membentuk
karsinogenitas.13 fibroblas baru. Proliferasi sel fibroblas pada proses
Sitotoksisitas suatu bahan sampai saat ini penyembuhan dapat mengisolasi perluasan
masih merupakan hal yang masih terus diteliti. keradangan atau kerusakan tertentu.
Semen saluran akar merupakan salah satu bahan Sel fibroblas yang digunakan diambil dari
yang sering digunakan oleh dokter gigi sebagai embrio ayam. Fibroblas embrio ayam dipilih
bahan pengisi saluran akar, sehingga penelitian karena sel ini mudah ditumbuhkan dalam
mengenai sitotoksisitasnya telah banyak dilakukan inkubator dan cepat bermetabolisme, mudah
dengan berbagai macam metode. Metode yang dibuat dan mampu menjembatani kontak antar
sering dilakukan adalah sesuai standar ISO, sel.14
sedangkan metode baru menggunakan gigi yang Hemacytometer adalah alat yang awalnya
ujung akarnya dicelup di dalam media yang dikenal sebagai alat ukur sel darah namun
dikenal dengan metode root dipping.12 Dalam
Christine R: Perbandingan sitotoksisitas Endomethasone, AH Plus, dan Apexit Plus 75

sekarang alat ini juga dapat digunakan untuk terkandung di dalam bahan yang dapat
17
mengukur sel-sel lainnya. Pada penelitian ini, memberikan efek sitotoksik adalah 24 jam. Hasil
jumlah sel fibroblas hidup dihitung mengunakan penelitian ini menunjukkan adanya perbedaan.
alat ini yang kemudian dilihat di bawah Jumlah sel fibroblas yang hidup setelah berkontak
mikroskop. Alat ini mengunakan trypan blue dengan apeks gigi yang telah diisi dengan
sebagai pewarnaannya. Trypan blue merupakan gutaperca dan semen saluran akar pada semua
salah satu pewarna yang direkomendasi untuk kelompok serta dicelup dalam media selama 24
menghitung jumlah sel yang hidup. Sel yang jam berkisar antara 64-68% (tabel2). Perbedaan
hidup tidak akan menyerap warna trypan blue ini tidak bermakna secara statistik. Hasil ini
sedangkan sel yang mati akan menyerap warna menunjukkan bahwa ketiga semen saluran akar
15
ini. Endomethasone, AH Plus, dan Apexit Plus tidak
Semen saluran akar yang saat ini diketahui memiliki efek sitotoksik, karena jumlah sel
dan telah banyak digunakan adalah yang berbahan fibroblas yang hidup lebih dari 50%. Sedangkan
dasar oksida seng eugenol, epoksi resin dan standar ISO menunjukkan sel fibroblas yang hidup
kalsium hidroksida. Endomethasone adalah semen hanya 40-46,6% atau kurang dari 50% (tabel 2).
saluran akar berbahan dasar oksida seng eugenol Pada aplikasi klinik, pengisian saluran akar yang
yang sudah lama beredar dan masih sangat sering berlebih ke apeks menurut metode standar ISO
digunakan di Indonesia. Berdasarkan banyaknya dapat menyebabkan kematian sel fibroblas yang
penelitian-penelitian sebelumnya, semen ini lebih banyak. Keadaan ini mungkin akan
dinyatakan memiliki sitotoksisitas yang cukup mempengaruhi mekanisme penyembuhan
besar sehingga penggunaannya menjadi mengingat pentingnya peran sel fibroblas dalam
3,16
kontroversi. Meskipun demikian, semen ini proses penyembuhan.
memiliki keuntungan lain yang patut Beberapa faktor yang mempengaruhi efek
dipertimbangkan antara lain memiliki daya sitotoksisitas suatu semen saluran akar adalah
antimikroba yang tinggi. AH Plus merupakan bahan dasar semen saluran akar dan waktu setting.
semen berbahan dasar epoksi resin mulai dikenal Kalsium hidroksida merupakan bahan kedokteran
di Indonesia. Semen ini memiliki keunggulan gigi yang diketahui memiliki biokompatibilitas
terutama perlekatannya yang baik. Semen ini pada yang baik terhadap jaringan, terutama karena
awal pencampuran sangat toksik tetapi efeknya memiliki nilai pH yang tinggi dan kemampuan
akan menurun setelah waktu setting berakhir. merangsang pembentukan jaringan keras. Apexit
Sedangkan Apexit Plus merupakan semen saluran Plus adalah salah satu semen saluran akar
akar berbahan dasar kalsium hidroksida yang baru berbahan dasar kalsium hidroksida yang menurut
diperkenalkan di Indonesia dan berdasarkan beberapa peneliti memiliki efek sitotoksisitas
penelitian terdahulu, semen ini memiliki paling rendah. Akan tetapi penelitian Briseno dkk
biokompatibilitas yang baik terhadap jaringan menunjukkan bahwa Apexit Plus mempunyai efek
1,2
sehingga pengunaannya dapat menjadi pilihan. sitotoksik yang sangat tinggi pada 24 jam pertama
Suatu bahan semen saluran akar memerlukan tetapi setelah 5-21 hari efek sitotoksiknya menjadi
waktu untuk melepaskan bahan-bahan yang paling kecil dibandingkan Sealapex dan CRCS.11
bersifat sitotoksik. Waktu yang dibutuhkan oleh Sesuai dengan penelitian Beltes dkk yang meneliti
semen saluran akar untuk melepaskan zat yang sitotoksisitas di antara semen saluran akar
76 Dentofasial, Vol.7, No.2, Oktober 2008:70-78

berbahan dasar kalsium selama 24-72 jam, yang disinyalir memiliki efek sitotoksik yang
menyatakan bahwa Apexit memberikan efek paling tinggi dan Apexit Plus yang paling rendah.
sitotoksik yang paling kecil dibandingkan Schwarze dkk yang meneliti efek sitotoksisitas
18
Sealapex dan CRCS. Pada penelitian ini secara dari beberapa semen saluran akar, menegaskan
statistik tidak berbeda bermakna, namun Apexit bahwa Endomethasone lebih toksik dibandingkan
Plus menunjukkan sitotoksisitas paling rendah AH Plus, sedangkan Apexit memiliki efek
terhadap sel fibroblas yang diikuti dengan sitotoksik paling kecil.9 Camps dan About juga
Endomethasone dan AH Plus (tabel 1). menyatakan bahwa AH Plus merupakan bahan
Endomethasone adalah semen saluran akar yang paling kompatibel baik dengan teknik root
berbahan dasar OSE yang diketahui memiliki efek dipping maupun dengan standar ISO dibandingkan
sitotoksik terutama pada awal pencampurannya, semen berbahan dasar lain.12 Namun
4,9
namun menurun setelah waktu setting berakhir. kenyataannya, dalam penelitian ini tidak
Reaksi polimerisasi formaldehida pada semen ditemukan adanya perbedaan yang bermakna
Endomethasone berperan pada pelepasan secara statistik di antara Endomethasone, AH Plus
paraformaldehida yang merupakan bahan yang dan Apexit Plus. Bahkan AH Plus menunjukkan
5
memiliki potensi memberikan efek sitotoksik. jumlah sel fibroblas hidup yang paling sedikit
AH Plus yang berbahan dasar epoksi resin pada diantara Endomethasone dan Apexit Plus. Hal ini
penelitian terdahulu menunjukkan efek kemungkinan disebabkan karena waktu pada
sitotoksisitas yang relatif kecil dibandingkan penelitian ini adalah 24 jam sedangkan pada
4,9
semen berbahan dasar eugenol, tetapi pada penelitian sebelumnya waktu yang digunakan
penelitian ini jumlah sel fibroblas yang hidup pada lebih dari 24 jam sehingga efek sitotoksisitasnya
AH Plus lebih rendah dibandingkan menjadi berkurang.
Endomethasone (tabel 1). Dari hasil penelitian ini Endomethasone, AH
Beberapa literatur terdahulu menganggap Plus dan Apexit Plus secara statistik tidak berbeda
epoksi resin merupakan bahan yang memiliki bermakna dan hasil persentase jumlah sel
sitotoksisitas yang sangat tinggi terutama pada fibroblas yang hidup lebih dari 50% menunjukkan
awal percampuran sampai waktu setting berakhir ketiga bahan ini tidak sitotoksik, bila semen
dan sitotoksisitasnya juga dapat disebabkan saluran akar tidak berlebih dari saluran akar.
karena pelepasan formaldehida tetapi dalam Untuk itu indikasi pemilihan semen saluran akar
16
jumlah yang kecil. Beberapa penelitian disesuaikan dengan kasus yang ditemui dalam
menyatakan bahwa AH Plus tidak melepaskan praktik, mengingat Endomethasone memiliki
formaldehida namun ada pula yang menyebutkan antimikroba tinggi, AH Plus memiliki daya rekat
bahwa semen saluran akar ini juga melepaskan yang baik sedangkan Apexit Plus larut di dalam
formaldehida namun jumlahnya lebih kecil jaringan.
5,7
dibandingkan AH 26.
Penelitian-penelitian sebelumnya mengenai SIMPULAN
efek sitotoksisitas ketiga bahan dasar semen Dari hasil penelitian mengenai perbandingan
saluran akar ini menggambarkan adanya sitotoksisitas Endomethasone, AH Plus, dan
perbedaan sitotoksisitas yang signifikan. Apexit Plus terhadap sel fibroblas dengan teknik
Endomenthasone merupakan semen saluran akar root dipping dapat disimpulkan bahwa dalam
Christine R: Perbandingan sitotoksisitas Endomethasone, AH Plus, dan Apexit Plus 77

persentase hasil, sel fibroblas yang hidup pada 24 the radicular space. In: Ingle JI, Bakland,
editors. Endodontics, 5th ed. London: BC
jam lebih rendah pada AH Plus kemudian diikuti
Decker Inc Hamilton; 2002. p. 579-96.
oleh Endomethasone dan Apexit Plus. 4. Huang FM, Tai KW, Chou MY, Chang YC.
Sel fibroblas yang hidup dari ketiga bahan ini Cytotoxicity of resin, zinc oxide-eugenol, and
dengan media celupan berjumlah lebih dari 50%, calcium hydroxide-based root canal sealers on
sehingga teknik media celupan tidak menunjukkan human periodontal ligament cells and
permanent V79 cells. J Int Endod 2002; 35:
adanya efek sitotoksik. Sedangkan sel fibroblas
153-8.
yang hidup dari ketiga bahan ini dengan cara ISO 5. Leonardo RM, da Silva LAB, Filho MT, da
berjumlah kurang dari 50%. Hal ini menunjukkan Silva RS. Release of formaldehyde by 4
kontak semen saluran akar secara langsung endodontic sealers. Oral Surg Oral Med Oral
memberi efek sitotoksik. Pathol Radiol Endod 1999; 88: 221-5.
6. Huang TH, Ding SJ, Kao CT, Lee ZD, Hsu
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak
TZ. Root canal sealers induce cytotoxicity and
ada perbedaan yang bermakna dari sitotoksisitas necrosis. J Mater Sci 2002; 15: 767-71.
semen saluran akar Endomethasone, Apexit Plus 7. Cohen BI, Pagnillo MK, Musikant BL,
dan AH Plus. Deutsch AS. An in vitro study of the
cytotoxicity of two root canal sealers. J Endod
2000; 26: 228-9.
SARAN
8. Limkangwalmongkol S, Burtscher P, Abbott
Dari hasil penelitian ini disarankan perlunya PV, Sandler AB, Bishop BM. A comparative
penelitian lebih lanjut yang menggunakan jumlah study of the apical leakage of four root canal
sampel yang lebih banyak dengan waktu sealers and laterally condensed gutta-percha. J
pengamatan yang lebih lama, pengisian saluran Endod 1991; 17(10): 495-9.
9. Schrwarse T, Fiedler I, Leyhausen G,
akar jangan berlebih, karena kontak langsung sel
Geurtsen W. The cellular compatibility of five
fibroblas dengan semen saluran akar terbukti endodontic sealers during the setting period. J
menyebabkan kematian sel fibroblas > 50%, Endod 2002; 28: 784-6.
perlunya dilakukan penelitian secara in vivo, dan 10. Alberts B. Bray D, Lewis M, Raff M, Roberts
karena sitotoksisitas semen saluran akar lebih K, Watson JD. Moleculer biology of the cell.
3rd Ed. New York: Garland Publishing; 1994.
besar pada waktu setting, perlu dilakukan
p. 1179.
penelitian lebih lanjut dengan menghitung jumlah 11. Briseno BM, Willershausen B. Root canal
sel fibroblas pada waktu setting sealer cytotoxity with human gingival
fibroblast. III. Calcium hydoxide-based
sealers. J Endod 1992; 18: 110-3.
DAFTAR PUSTAKA
12. Camps J, About I. Cytotoxicity testing of
endodontic sealers: A new method. J Endod
1. Walton RE Torabinejad M. Principles and
2003; 29: 583-6.
practice of endodontics. 3rd ed. Philadelphia:
13. Sumawinata N. Evaluation of mutagenicity of
WB Saunders; 2002. p. 12-3; 22-3; 240-1;
three eugenol-containing material using Ames
248-51.
Test. Indonesian Dent J 2007; 14(1): 12-6.
2. Happonen RP, Bergenholtz G. Text book of
14. Suwarno. Kultur sel fibroblas embrio ayam
endodontology. Bergenholtz G, Horsted B,
sebagai feeder layer pertumbuhan sel
Reit, editor. Oxford: Blackwell; 2003. p. 261,
hibridoma mencit dalam inkubator tanpa
270-80.
karbondioksida. Jurnal Ilmu Pengetahuan &
3. Ingle JI, Newton CW, West JD, Gutmann JL,
Teknologi Universitas Airlangga 2003.
Glicman GN, Korson BH, dkk. Obturation of
15. Freshney RI. Culture of animal cells a manual
78 Dentofasial, Vol.7, No.2, Oktober 2008:70-78

of basic technique. 4thed. New York: Wiley- root canal sealers. Oral Surg Oral Med Oral
Liss; 2000. p. 329-30; 1846. Pathol 1992; 74: 216-20.
16. Sumawinata N. Survai perawatan endodonsia 18. Beltes P, Koulaouzidou E, Kotoula V,
dalam praktik dokter gigi: Penelitian Kortsaris AH. In vitro evaluation of the
pendahuluan. J Epid Indonesia.2004; 3: 23-6. cytotoxicity of calcium hydroxide-based root
17. Pumarola J, Berastegui E, Brau E, Canalda C, canal sealers. Endod Dent Traumatol 1995;
Anta MTJ. Antimicrobial activity of seven 11: 245-9.

You might also like