You are on page 1of 22

[Monday, October 3rd 2011]

“Aku akan ke Osaka besok rabu”

“I’m gonna go to Osaka on Wednesday.”

Soonyoung mengangkat kepalanya, menatap sang kekasih yang tengah mengunyah


ayam berbumbu yang tengah ia santap.

Soonyoung rose his head and looked at Jihoon who happily ate his seasoned chicken

“acara apa?” tanya Soonyoung penasaran.

“Is there any event occurring?”

Kekasihnya jarang sekali ditugaskan pergi ke luar negeri oleh perusahaannya, jika
memang iya, perusahaannya akan mengirim sang kekasih paling jauh ke Daegu.

The company that Jihoon worked at had rarely sent Jihoon abroad. If the condition
had forced them to do so, they would send Jihoon the farthest, to Daegu.

“Kau tau, artis yang aku pegang akan debut di Jepang beberapa hari lagi, sehingga aku
harus mendampingi mereka”

“You know, the artist that I’ve been handling will be debuting in Japan in a few days,
so I have to be there with them.”

“Tumben sekali Ji, biasanya kau hanya mengawasi mereka dari jauh”

“That’s rare. You usually just sit here in Korea and monitor them from afar.”

Jihoon, lelaki yang dipanggil oleh Soonyoung itu, hanya mengangkat bahunya singkat,
“Aku pun juga tidak mengerti”

Jihoon, the one Soonyoung called with, just shrugged. “I don’t know.”
Soonyoung menatap Jihoon, entah mengapa perasaannya mendadak tidak enak setelah
mendengar penuturan Jihoon akan keberangkatannya ke Osaka.

Soonyoung stared at Jihoon. He didn’t understand why but he had a bad feeling about
his boyfriend’s upcoming departure after hearing what Jihoon said

Soonyoung ingin menahan Jihoon, namun ia tahu sang kekasih akan marah jika ia
mengutarakan alasannya yang hanya berdasarkan perasaan dan intuisi yang ada pada
dirinya.

He wanted to hold his boyfriend’s departure, but he knew that his boyfriend will be
mad if he stated why.

‘That’s nonsense!’

Ketika Soonyoung melamun, Jihoon mengambil handphonenya diam-diam, dan


mengambil foto dari sang kekasih.

Jihoon secretly took picture of his boyfriend when the latter spaced out.

Jihoon tersenyum dengan hasil jepretannya, dan memutuskan untuk mempostingnya di


media sosial.

Jihoon smiled wide looking at his masterpiece and decided to post it on his social media

TING!

Soonyoung tersadar dari lamunannya ketika satu notifikasi masuk ke dalam


handphonenya.

Soonyoung had taken back to the reality when his phone dinged. A notification.

“Ji? Kamu menandaiku apa di insta— ASTAGA! Kau mengambil fotoku diam-diam!!”

“Ji? What did you tag me on insta – OH MY GOD! You took my picture without my
consent!”
Jihoon tertawa, Soonyoung mengerucutkan bibirnya kesal karena tingkah laku dari
sang kekasih. Ia mendumel kepada Jihoon, seharusnya Jihoon memberitahunya jika
akan difoto, sehingga Soonyoung bisa berpose dengan baik.

Jihoon laughed. Soonyoung pouted. He muttered nonsense, saying that Jihoon should
had told him so he could pose better.

“Tidak, aku lebih suka foto candid darimu Soon—“ Jihoon tersenyum, kemudian
meraih tangan Soonyoung yang berada di hadapannya, “—karena aku mencintaimu
apa adanya dan tanpa pura-pura”

“Nope. I like your candid better, Soon –“ Jihoon smiled, then he held Soonyoung’s
hand, “ – because I love you whoever you are.”

“Sejak kapan kau bisa menggombal?”

“Did you just flirt with me? I don’t know you can flirt?”

“Mungkin, sejak berpacaran denganmu?”

“Maybe since I’m with you?”

**

“Soon?”

“Soon?”

Soonyoung menoleh kearah belakang ketika Jihoon memanggilnya.

Soonyoung turned his head when he heard Jihoon called him.

Setelah makan malam tadi, Soonyoung dan Jihoon memutuskan untuk pulang dengan
berjalan kaki lagi. Padahal tadi sebelum Jihoon mengatakan akan pergi ke Osaka,
keduanya berniat untuk pulang dengan menggunakan bus karena terlalu malas berjalan.
After dinner last night, Soonyoung and Jihoon decided to walk back home. FYI, before
Jihoon told Soonyoung that he was about to fly to Osaka, they planned to go back using
bus because, yeah they were too lazy.

Suasana malam itu sudah mulai sedikit dingin karena musim gugur mulai masuk ke
kota Seoul perlahan, namun itu tidak menghalangi keduanya untuk berjalan kaki,
karena ingin menghabiskan malam berdua katanya.

That night felt a bit colder because fall is coming to Seoul, but it didn’t hinder the
couple to take a walk together. They wanted to spend the night together they said.

“Soon, maukah kau... menginap di apartementku malam ini?”

“Soon, do you want to – uh... staying over tonight?”

Soonyoung mengangkat sebelah alisnya, jarang sekali Jihoon mengajaknya menginap,


karena Soonyounglah yang selalu menculik Jihoon untuk tidur di apartement miliknya.

Soonyoung raised one of his eyebrows. It didn’t sound like Jihoon because usually,
Soonyoung was the one who took Jihoon to stay the night at his flat.

“Kau ini kenapa hmm, dari tadi mengutarakan sesuatu yang selalu membuatku
terkejut?”

“What’s with you hm? All you said today have been surprising me.”

Jihoon tersenyum kecil, ia meraih tangan Soonyoung dan menggenggamnya erat, takut
kehilangan walau sebentar.

Jihoon smiled a little. He reached out and grabbed Soonyoung’s hand, afraid of losing
even though it’s a second.

“Aku hanya merindukanmu Soon hehe. Kau sibuk akhir-akhir ini!”

“I just miss you so much Soon. You’ve been busy lately.”


“Maafkan aku, ujian sebentar lagi sehingga murid-murid meminta kelas tambahan
untuk pemantapan. Aku juga merindukanmu Jihoonie”

“I’m sorry. Exam is coming up that the kids have been asking me for extra classes. I
miss you so much Jihoonie.”

Soonyoung mengusak rambut Jihoon pelan, dan meneruskan langkahnya yang sempat
terhenti. Kini, Jihoon tengah bergelayut manja di lengan Soonyoung dengan terus
menggenggam tangan sang kekasih hingga tidak terasa mereka telah sampai di depan
apartementnya.

Soonyoung ruffled Jihoon’s hair and resumed their paused walk. Jihoon was currently
clinging on Soonyoung’s arm and didn’t realize that they were in front of Jihoon’s
apartment building.

Jihoon dan Soonyoung melangkah masuk ke dalam, berusaha menghangatkan tubuh


mereka akibat dinginnya angin malam musim gugur.

Both of them stepped inside the building, trying to warm themselves up because of the
fall breeze.

“Ji~”

“Ji~”

Soonyoung memeluk Jihoon dari belakang ketika pemuda yang lebih muda merapikan
jaket yang ia barusan pakai di lemari.

Soonyoung back hugged Jihoon when the younger put his used jacket inside the closet.

“Hmm?”

“Hm?”

“Apakah kamu lelah?”


“You tired?”

“Tidak terlalu, ada apa?”

“Not really. What’s up?”

Jihoon memutar tubuhnya sehingga keduanya saling berhadapan. Soonyoung


tersenyum mesum, dan tidak dapat dipungkiri bulu kuduk Jihoon meremang akibat
senyum sang kekasih.

Jihoon turned around and now both are facing each other. Soonyoung smiled his
pervert smile and Jihoon couldn’t help but having a goose bump.

“Yuk?”

“Shall we?”

“Mesum”

“Pervert.”

“Aku merindukanmuuuu~ satu ronde?”

“Come on~ I miss you~ one round?”

“Tidak”

“No.”

“Jihooniieee~~”

“Jihoonieee~~”

Sebelum mulai merajuk kembali, Jihoon mencium bibir Soonyoung dengan lembut dan
cepat. Mukanya sudah memerah sehingga ia memalingkan wajahnya dari tatapan
Soonyoung.
Before his boyfriend sulked even more, Jihoon kissed Soonyoung’s lips softly. His face
was burning already so he avoided Soonyoung’s gaze.

“Oke, satu ronde dan tidak lebih”

“Alright. One round. Only.”

Namun kenyataannya, Soonyoung dan Jihoon bercinta hingga fajar terbit keesokan
harinya.

But in fact, they were doing rounds until the sun rose

**

[Tuesday, October 4th 2011]

Hari ini ulang tahun Jeonghan, kakak sepupu Soonyoung yang dekat dengan Jihoon.

Today was Jeonghan’s birthday. He was Soonyoung’s cousin who was close with
Jihoon also.
Kebetulan, Jeonghan juga bekerja di perusahaan yang sama dengan Jihoon namun beda
divisi. Jeonghan bekerja dalam perekrutan bakat baru, sedangkan Jihoon merupakan
produser lagu untuk artis yang berada dinaungan agensinya.

He happened to work at the same company but in the different division with Jihoon.
Jeonghan was in charge of looking for new talents, while Jihoon was their company’s
producer.

Jeonghan mengundang beberapa koleganya, seperti Jun — model tampan dari


agensinya, Chan dan Seokmin — adik-adik Jihoon, Wonwoo — sahabat Soonyoung,
dan Soonyoung sendiri ke sebuah bar yang sudah ia sewa privat malam itu untuk
mereka bersenang-senang.

Jeonghan invited his friends; Jun – a handsome model under his agency, Chan and
Seokmin – Jihoon’s younger brothers, Wonwoo – Soonyoung’s best friend, and of
course Soonyoung to a bar that he had rented for the night.

Jihoon memutuskan untuk tidak minum banyak malam itu, ia masih ingat kalau besok
ia harus bangun pagi dan pergi ke bandara untuk ke Osaka.

Jihoon planned not to get drunk because he needed to wake up early and fly to Osaka
tomorrow.

Sekitar pukul setengah 11 malam, Soonyoung mengantarkan Jihoon pulang kembali ke


apartementnya.

Around 1030 in the evening, Soonyoung took Jihoon home.

“Aku minta maaf tidak bisa mengantarmu besok pagi Ji, aku ada kelas tambahan pagi
yang membuatku harus hadir”

“I’m sorry I couldn’t take you to the airport tomorrow, Ji. I have an extra class in the
morning.”
Jihoon tersenyum. Ia menangkup kedua pipi gembil Soonyoung dan menatap manik
mata Soonyoung dengan lembut sebelum turun dari mobil sang kekasih.

Jihoon smiled. He cupped Soonyoung’s face in his hands and stared directly at the
latter’s eyes before getting off his boyfriend’s car.

“Tidak papa, kau adalah guru yang hebat, itu sebabnya mereka semua meminta
tambahan kepadamu”

“It’s alright Soonyoung. You’re a great teacher, that’s why they’ve been asking you
for the extra classes.”

“Aku tidak hebat Ji, senior Taemin lebih hebat dariku”

“You’re too much Ji. Taemin Senior is way better than me.”

Jihoon mencubit kedua pipi gembil Soonyoung gemas, membuat sang kekasih
mengaduh kesakitan.

Jihoon pinched Soonyoung’s chubby cheeks, Soonyoung moaned in pain.

“Maaf” bisik Jihoon lirih.

“Sorry.”

Jihoon kembali menangkup kedua pipi Soonyoung dan menariknya mendekat kearah
Jihoon. Jihoon mencium bibir Soonyoung lamat-lamat, pelan dan dalam.

Jihoon cupped Soonyoung’s face once again and pulled him closer. He kissed his
boyfriend’s lips, deep and slow.

Seakan itu adalah ciuman terakhir yang Jihoon berikan kepada Soonyoung malam itu.

As if it’s their last kiss

“Jaga dirimu baik-baik Soon” ucap Jihoon setelah mengurai ciumannya.

“Take care Soonyoung.” Jihoon mumbled after he pulled back.


Soonyoung menatap Jihoon lama, entah mengapa ada perasaan yang tidak nyaman
pada dirinya. Ia menarik Jihoon masuk ke dalam pelukannya, menghirup bau tubuh
Jihoon yang membuatnya mabuk setiap hari.

Soonyoung stared at Jihoon. He didn’t know. He just had this bad feeling inside. He
pulled Jihoon for a hug, inhaling his boyfriend’s scent deeply.

“Ji, tidak bisakah kau membatalkan keberangkatanmu besok?”

“Ji, can’t you cancel your departure tomorrow?”

Jihoon menggeleng, ia tidak bisa membatalkannya karena perusahaan sudah menaruh


kepercayaan kepadanya.

Jihoon shook his head. He couldn’t do that. He was the company’s representative.

“Berjanjilah pulang dari Osaka kita akan berkencan. Oke?” ucap Soonyoung setelah
mengurai pelukannya.

“Promise me, we’ll have a date right after you’ve landed from Osaka. Okay?”
Soonyoung retreat from their hug

Jihoon mengangguk. Ia menarik tangan Soonyoung dan menautkannya dengan


tangannya sendiri. Pinky promise.

Jihoon nodded his head. He intertwined his fingers with Soonyoung. A pinky promises.

“Janji. Kita kencan makan ayam bumbu lagi ya?”

“I promise. We’ll have a date and we’re gonna eat the seasoned chicken yeah?”

Soonyoung mengangguk.

Soonyoung nodded

Sebelum Jihoon turun dari mobil Soonyoung, Soonyoung memberi kecupan yang
cukup lama di kening Jihoon.
Before Jihoon got off his car, Soonyoung left a long kiss on his boyfriend’s forehead.

“Sampai jumpa Soonyoung”

“See ya Soonyoung!”

**

Jihoon mengambil handphone yang ia taruh nakas sebelum ia pergi tidur. Ia mengetik
sebuah pesan singkat kepada sang kekasih malam itu, yang langsung dengan cepat
dibalas oleh Soonyoung.

Jihoon took his phone on the bed side table before he fell asleep. He texted his
boyfriend and got a reply in a blink.

Jihoon :

do you love me ?

Soonyoung :

baby, of course. why you still ask about it huh?

(baby of course I do. Why are you still asking me that hm?)

tidak menjawab pesan dari Soonyoung, Jihoon memutuskan untuk pergi tidur. Sembari
ia memeluk handphonenya yang berhiaskan foto Soonyoung yang ia ambil kemarin
ketika berkencan makan malam.

He didn’t reply Soonyoung’s text and went to sleep instead, while hugging his phone
that has Soonyoung’s picture that he took the night they went out to have a dinner date.

“Syukurlah jika kau mencintaiku Soon. Karena aku mencintaimu lebih dari apapun”

“I’m glad to know that you love me Soon, because I love you more.”

**
[Wednesday, October 5th 2011]

Jihoon berdiri di belakang garis kuning barisan orang-orang yang mengantri urusan
imigrasi pagi ini.

Jihoon stood behind the yellow line for immigration this morning.

Sembari menunggu gilirannya, Jihoon membalas pesan singkat yang semalam ia


anggurkan karena ia sudah terlalu mengantuk untuk membalas pesan dari sang kekasih
Soonyoung.

While he waited for his turn, Jihoon replied his boyfriend’s text last night.

“Selanjutnya”

“Next person.”

Petugas imigrasi memanggil Jihoon untuk maju dan melakukan pengecekan singkat
seperti passport dan identitas lainnya. Setelah beres, Jihoon melanjutkan langkahnya
kearah gate pesawatnya yang baru saja dibuka.

The immigration staff called on Jihoon to come forward and checked his ID. After that
Jihoon went to the gate.

Jihoon terus mengirim pesan kepada Soonyoung, bahkan ketika ia sudah duduk di
dalam kabin pesawat, ia masih mengirim pesab dan sempat mengirimkan foto dirinya
di dalam pesawat kepada Soonyoung hingga sang pramugari memberitaunya untuk
segera mematikan handphone miliknya.

He was still texting Soonyoung, even when he’s inside the plane already and he even
sent a snap of him to Soonyoung until the flight attendant told him to turn off his phone.

Jihoon :

I love you so much. Please remember it.


I’ll tell you if already landing in Osaka

(I’ll let you know if I land in Osaka)

Soonyoung :

Love you so much baby, safe trip and safe flight

I love you too

Jihoon :

❤❤❤

See you Soonyoung.

Jihoon mematikan handphonenya setelah ia memastikan pesan yang terakhir ia kirim


ke Soonyoung benar-benar terkirim.

Jihoon turned his phone off after making sure that the text he was sent to his boyfriend
had sent.

Kapten pesawat mengumumkan kepada para penumpang untuk siap take off,
meninggalkan Korea dan terbang ke Jepang.

The captain announced that they were ready to take off, leaving Korea for Japan.

Jihoon tidak pernah tahu, jika pesan yang ia kirim tadi merupakan pesan terakhir yang
ia kirim kepada sang kekasih.

He didn’t know, the hearts he sent to Soonyoung will be the last hearts he sent.

**

“Ssaem! Soonyoung ssaem!!”

Jisung, salah satu murid kelas tari Soonyoung, tengah berlari menghampiri Soonyoung
yang masih mengajar tarian ke beberapa anak lainnya di kelas tambahan pagi itu.
Jisung, one of Soonyoung’s dance student, running in the hall way, to Soonyoung who
still teaching one of the extra class that morning.

“Jisung, kenapa kau lama sekali sih dari kantinnya!” protes Haechan, salah satu murid
Soonyoung lainnya yang berada di kelas tambahan pagi itu.

“Jisung! What takes you so long huh!” Haechan, one of Soonyoung’s student in that
morning class complained.

“Aku— aku melihat berita. Soonyoung ssaem kau harus lihat!! Ada— ada nama Lee
Jihoon di dalam berita ssaem!!”

“I saw – I saw a news! Teacher Soonyoung has to see!! I saw Lee Jihoon’s name there,
Teacher!”

Jisung mulai menangis ketika menyebutkan nama Jihoon kepada Soonyoung.

Jisung cried when he mentioned Jihoon’s name to Soonyoung.

Seakan tersambar petir di siang hari, Soonyoung segera berlari keluar dari kelas dan
mengikuti Jisung yang semakin menangis ketika melihat raut wajah Soonyoung yang
berubah panik.

It was like being struck by a lightning in a broad daylight, Soonyoung ran out of the
class, following Jisung who just cried harder when he saw Soonyoung’s panicked face.

“Ssaem— ssaem, kekasihmu ada di daftar korban yang ada di berita itu...”

“Teacher! Your boyfriend’s is one of the victims on the news...”

Soonyoung menatapa layar televisi setengah tidak percaya. Berita di televisi


menayangkan sebuah kecelakaan pesawat dengan destinasi akhir Osaka yang
berangkat dari Seoul pagi ini.
Soonyoung stared at the TV screen, half believing in his vision… the news reported
that there was a plane crash around Busan. The plane was planned to land in Osaka
from Seoul this morning

Kecelakaan terjadi 30 menit setelah lepas landas, jatuh kearah teluk di daerah Busan
dan tidak ada satupun yang selamat. Hingga berita itu ditayangkan, hanya ada serpihan
body pesawat yang mengapung dan beberapa benda milik penumpang yang muncul ke
permukaan.

The incident occurred 30 minutes after the plane took off, had crashed around a bay
in Busan and none survived. Until the news had broadcasted, only several pieces of
fuselage, and several passengers’ stuffs had been found.

Soonyoung jatuh terduduk ketika berita menyebutkan daftar nama penumpang dan
nama Jihoon berada di dalam daftar tersebut.

Soonyoung fell down when the news anchor announced the name of the possible victims,
and his boyfriend’s name was in it.

Air matanya tidak tertahan lagi, Soonyoung menangis sejadi-jadinya yang membuat
Jisung dan murid lainnya memeluk sang guru, berusaha untuk menenangkan.

He couldn’t hold back his tears. He cried so hard. Jisung and his friends hugged him
tight. Hoping it would comfort their teacher.

Itu sebabnya Jihoon manja kepadanya dua terakhir ini. Pertanyaan semalam,
Soonyoung menyesal tidak menjawabnya dengan baik.

That was why Jihoon had been so sweet towards him the past two days. He regretted
his reply to Jihoon’s text last night.

Jihoon harus tahu bahwa dia sangat mencintai Jihoon lebih dari apapun.

Jihoon should knew that he loved him more than anything


Pagi hari menjelang siang itu, Soonyoung ambruk di depan para muridnya, berharap
berita yang ia tonton barusan merupakan mimpi buruk dan ketika ia terbangun, Jihoon
akan menelponnya, memberitahu bahwa ia baik-baik saja.

In that moment, Soonyoung had collapsed in front of his students, hoping the news he
had just watched was all a nightmare and he would wake up to Jihoon’s call saying
that the latter is perfectly fine and in one piece.

**

Seokmin dan Chan, adik dari Jihoon, berlari masuk ke arah UGD dan mendapati
Soonyoung duduk diatas kasur rumah sakit, membelakangi pintu masuk.

Seokmin and Chan, Jihoon’s younger brothers rushed to the ER and found Soonyoung
sat on the hospital bed, his back facing the door.

Secara perlahan, Seokmin dan Chan menghampiri kekasih sang kakak yang ketika
mereka lihat, keadaannya sangat mengkhawatirkan.

Both of them approaching their brother’s boyfriend slowly, and they knew Soonyoung
was miserable

Matanya bengkak karena kebanyakan nangis. Bibirnya pucat seperti orang dehidrasi.
Seokmin dan Chan langsung memeluk Soonyoung dengan erat secara bersamaan.
Mereka tidak sanggup melihat Soonyoung seperti ini. Mereka ingin Soonyoung yang
tersenyum dan tertawa, dengan Jihoon yang ada disampingnya.

His eyes were puffy, and his lips are pale, looked like someone who dehydrated himself.
Seokmin and Chan hugged Soonyoung tight. They couldn’t see him like this. They
wanted the bright and bubbly Soonyoung, with Jihoon on his side.
“Dia baik hyung, kita akan menemukannya setelah ini” bisik Chan disela tangisannya.

“He’s fine Hyung. We’ll found him.” Chan whispered in the middle of his
uncontrollable sobs.

“Jihoon hyung kuat. Jihoon hyung pasti ketemu, hyung. Jangan sedih lagi, aku mohon”
Seokmin memberi kekuatan kepada Soonyoung, padahal dirinya sendiri juga
membutuhkan kekuatan lebih dari apapun.

“Jihoon Hyung is strong. He’s gonna be found soon. Be strong for us Hyung, please.”
Seokmin gave the encouraging words, but he himself needed one.

Soonyoung membalas pelukan Seokmin dan Chan, ia kembali menangis dan


memanggil nama Jihoon berulang kali, berharap sang pemilik nama akan datang sambil
tersenyum dan memeluk mereka bertiga.

Soonyoung hugged them tight. He cried and called Jihoon’s name numerous times,
hoping the owner would show up and hugged them all.

**

Soonyoung mengambil handphone yang ada di nakas samping kasur miliknya setelah
ia diijinkan pulang oleh dokter.

Soonyoung took a phone on his bed side table after the doctor allowed him to go back
home

Ia membuka pesan Jihoon, menatap foto terakhir yang Jihoon kirim tadi pagi di dalam
pesawat. Tanpa ia sadari, matanya kembali berembun, siap mengalir di kedua pipi
gembilnya.
He opened Jihoon’s message. Staring at the latest picture that his boyfriend had sent
this morning. His eyes wet, tears threatening to fall.

Entah sudah ke berapa kali Soonyoung menangis karena Jihoon hari ini.

He lost count on how many times he had cried for Jihoon today

Ia membuka aplikasi media sosial miliknya yang sudah dibanjiri pesan personal dari
para sahabat dan keluarganya akibat kecelakaan yang Jihoon alami pagi ini.

He opened his social media account that had been bombed by messages from his
friends and family regarding Jihoon’s incident.

Soonyoung mengunggah foto yang Jihoon kirim tadi pagi dengan caption yang
menguatkan dirinya sendiri akibat kecelakaan pagi ini.

He uploaded the picture that Jihoon sent this morning, writing a caption, hoping it
would encourage himself to continue living.

Soonyoung tak kuasa ketika mengetik bagian pesan singkat yang Jihoon kirim semalam
kepadanya.

Soonyoung couldn’t help it when he typed the messages that Jihoon sent last night

Air matanya terus keluar, hatinya begitu sakit dan perih mengingat keadaan Jihoon
sekarang.

His tears couldn’t stop falling. His heart hurt a lot, remembering how was Jihoon right
now.

Soonyoung merindukan Jihoonnya.

He missed his Jihoon

Soonyoung butuh Jihoon berada disampingnya sekarang.

He needed Jihoon right by his side now.


Jadi terjawablah sudah, perasaan tidak nyaman beberapa hari terakhir yang Soonyoung
rasakan.

It had been answered, all the bad feeling he had those days.

Andai Soonyoung bisa memutar waktu, Soonyoung akan benar-benar menahan Jihoon
untuk pergi.

If he could turn back time, he really would stop Jihoon from going.

Andai Soonyoung bisa memutar waktu, ijinkanlah Soonyoung mengatakan kepada


Jihoon secara langsung, bahwa ia sangat mencintai sang kekasih, Lee Jihoon.

If he could turn back time, please allowed Soonyoung to tell Jihoon directly that he
loved Jihoon so much.

**

[flashback monday, october 3rd 2011]

Jihoon menangkup wajah Soonyoung yang tepat berada diatasnya saat ini.

Jihoon cupped Soonyoung’s face that being on top of him right now.

Keduanya tengah melakukan penyatuan yang entah sudha keberapa kalinya.

Their bodies were becoming one for the nth times tonight.

Keringat keduanya sudah bercampur dengan cairan sperma masing-masing, yang


membuat kesan sensual malam itu di kamar Jihoon.

Both their sweats were mixing with their sperms, making that night heating up inside
Jihoon’s room.

“Soon?”

“Soon?”
“Hmm?”

“Hm?”

Soonyoung menghentikan pergerakkan penisnya di lubang Jihoon, dan menatap Jihoon


dengan lekat.

Soonyoung stopped his penis from moving in and out Jihoon’s hole and staring close
at his boyfriend.

“Kau tau aku mencintaimu kan?”

“You know that I love you so much, right?”

“Tentu saja Jihoon. Tanpa kau berkata apa-apa, aku tahu kau mencintaiku”

“Of course, Jihoon. I know it even without you saying it.”

Jihoon tersenyum. Ia mendekatkan bibir Soonyoung kearah bibirnya dan mencium


lembut sang kekasih tanpa tuntutan apapun.

Jihoon smiled. He kissed Soonyoung’s lips in a slow motion.

Soonyoung memejamkan matanya, menikmati ciuman yang di dominasi oleh Jihoon


malam ini.

Soonyoung shutted his eyes, enjoying the kiss under Jihoon’s control.

“Soon?” bisik Jihoon setelah mengurai ciuman mereka berdua.

“Soon?” Jihoon whispered, after he pulled back from their kiss

“—jika aku pergi suatu saat nanti, apakah kau akan baik-baik saja?”

“If, I go someday, will you be alright?”

“Pertanyaan macam apa itu Jihoon? Tentu saja aku tidak akan baik-baik saja! Kau mau
kemana memangnya? Apakah ini perihal kepergianmu ke Osaka?”
“What kind of question is that. Jihoon? Of course I won’t be alright! Where are you
going anyway? Is this about your departure to Osaka?”

Jihoon menggeleng. Entah kenapa dirinya secara spontan menanyakan seperti itu
kepada Soonyoung. Ia hanya ingin tahu, apa yang Soonyoung rasakan jika Jihoon pergi.

Jihoon shook his head. He didn’t know why he asked his boyfriend that question. He
just wanted to know how his boyfriend will felt if he’s gone

Bukan untuk sementara, tapi selama-lamanya.

Not a temporal leave, but forever.

“Apakah kau akan sedih jika aku akan pergi?”

“Will you be sad if I’m gone?”

“Jihoon—“

“Jihoon—“

Soonyoung melepas penyatuan mereka, kemudian menarik Jihoon masuk kedalam


pelukannya yang sangat erat. Posisi mereka kini tengah terduduk di atas kasur, dengan
Soonyoung yang melesakkan kepalanya di perpotongan leher Jihoon.

Soonyoung pulled out, and took Jihoon to his arms, hugging him like there’s no
tomorrow. They were now sitting on the bed, with Soonyoung’s head on Jihoon’s neck.

“—Jihoon kau tidak akan kemana-mana. Kau akan disini. Bersamaku. Selamanya.
Oke?”

“- Jihoon, you won’t be anywhere. You’ll be here, with me, until the death do us apart.”

Jihoon membalas pelukan Soonyoung tidak kalah erat, dan melesakkan kepalanya di
perpotongan leher milik Soonyoung.

Jihoon hugged his boyfriend, and he, too put his head on Soonyoung’s neck.
“ya Soonyoung, aku tidak akan kemana-mana.. tapi aku tidak janji....”

“Yes Soonyoung, I’m gonna be with you, forever.”

Let Jihoon and Soonyoung be happy for now, because no one knows what future holds.

You might also like