You are on page 1of 11

PENERAPAN STRATEGI BRAIN BASED LEARNING YANG DAPAT

MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR TINGKAT TINGGI

Ulfa Luthfiana Al ‘Azzy*, Eddy Budiono**


Universitas Negeri Malang
E-mail : ulfalthfiana@gmail.com; eddybudiono267@gmail.com

ABSTRACT : The purpose of this research is knowing some actions which is


appropriate to Brain Based Learning strategies to activate the left and the right
brain of students so that students can improve their higher-order thinking skills in
learning mathematics VII class SMP Brawijaya Smart School Malang. The
subjects of this research is students of class VII C SMP Brawijaya Smart School
(BSS) Malang and the object of this study is the overall activities of teachers and
students in teaching and learning mathematics through application of Brain Based
Learning strategy. Data are collected using student and teacher activities
observation sheets, and higher order thinking skills assessment observation sheet
of students. This research use research Classroom Action Research (CAR). The
results: teacher’s actions such as explanations, instruction, questioning, giving
instructional media, and giving rewards. Moreover, those actions can increase the
students' higher order thinking skills. At the first observation there are only eight
students who have the higher order thinking skills, it show that who have higher
order thinking skills in the class is low category. Then students who have the
higher order thinking skills are increase become eleven students in first cycle,
and still have low category. And then sixteen students have higher order thinking
skill in the second cycle, it means they get middle category.

Kata kunci: Brain Based Learning, Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi

Confisius seorang filusuf dari China dalam Corpuz dan Salandanan (2003:
11) mengemukakan suatu prinsip yang menarik dalam dunia pendidikan,
bahwasanya ada 3 slogan seorang siswa dalam menerima suatu pelajaran yaitu,
What I hear, I forget; What I see, I remember; dan What I do, I understand. Hal
ini berarti ketika kita belajar dengan mempraktekkan “do” maka kita akan
mengerti tentang apa yang kita pelajari, karena kita terlibat dalam berbagai proses
berfikir. Sejalan dengan tujuan pembelajaran Matematika yaitu untuk membekali
peserta didik dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan
kreatif, serta kemampuan bekerjasama (BSNP, 2006), yang berarti menuntut
siswa menggunakan keterampilan berpikirnya. Keterlibatan kita dalam berbagai
proses berpikir berarti kita harus mengusai keterampilan berpikir dari tingkat
rendah (Lower Odrder Thinking Skill - LOTS) sampai keterampilan berpikir
tingkat tinggi (Higher Order Thinking Skill - HOTS). LOTS adalah keterampilan
berpikir yang hanya menuntut seseorang untuk mengingat, memahami dan
mengaplikasikan sesuatu rumus atau hukum (A. Thomas & G. Thorne dalam
gunawan, 2008). Sedangkan HOTS adalah keterampilan yang lebih dari sekedar
mengingat, memahami dan mengaplikasikan (Rosnawati, 2005).

*) Mahasiswa Universitas Negeri Malang, Jurusan Matematika, Prodi Pendidikan Matematika


**) Drs. Eddy Budiono, M.Pd. Dosen Jurusan Matematika, FMIPA, Universitas Negeri Malang

1
Berarti dalam menggunakan keterampilan berpikir tingkat tinggi seseorang
harus berpikir lebih dari sekedar mengingat, memahami dan mengaplikasikan
rumus saja. Dalam suatu proses pembelajaran Matematika jika seorang anak
menggunakan keterampilan berpikir tingkat tingginya maka pembelajaran tersebut
akan menjadi pembelajaran yang bermakna. Karena anak tidak hanya harus
mengingat dan menghafal rumus yang banyak ditemui pada pelajaran ini, tetapi
anak juga harus mampu memecahkan suatu masalah dengan menggunakan rumus-
rumus tersebut. Secara langsung maupun tidak langsung anak akan lebih paham
kegunaan dari rumus tersebut dalam kehidupan sehari-harinya, hal inilah yang
membuat pelajaran menjadi lebih bermakna. Dengan begitu anak juga tidak akan
mudah lupa terhadap rumus dan konsep Matematika.
Namun, banyak pembelajaran Matematika dikelas yang belum
memanfaatkan keterampilan berpikir tingkat tinggi siswa, hal ini mendorong
peneliti untuk mengadakan observasi awal di kelas VII C SMP Brawijaya Smart
School dengan memberikan soal yang menuntut siswa menggunakan keterampilan
berpikir tingkat tingginya. Dari hasil observasi didapat 8 siswa atau 22% dari 36
siswa yang mempunyai keterampilan berpikir tingkat tinggi. Hal ini diduga karena
Guru jarang memberikan soal yang menuntut siswa menggunakan keterampilan
berpikir tingkat tinggi. Untuk mengatasi hal itu peneliti menempuh cara
memberikan soal yang menuntut siswa menggunakan keterampilan berpikir
tingkat tinggi. Namun, Perlu dipahami bahwa untuk mengembangkan kemampuan
berpikir tingkat tinggi siswa, guru perlu mamahami kerja alami otak siswa untuk
menentukan metode belajar yang akan dipilih. Oleh karena itu peneliti
menggunakan strategi Brain based learning. Brain based learning adalah
pembelajaran yang diselaraskan dengan cara otak yang didesain secara alamiah
untuk belajar (Kotchabakdi, 2005). Sedangkan pelaksanaanya sendiri
menggunakan strategi Brain Based Learning dengan mengaktifkan kerja otak
kanan dan otak kiri siswa. Selanjutnya Awolola (2011) mengungkapkan bahwa
Brain Based Learning adalah pembelajaran yang berpusat pada siswa dan guru
sebagai fasilitator yang berperan mendukung kognitiv siswa. Hal ini berarti dalam
Brain Based Learning ditekankan kepada student center. Terdapat 3 strategi
utama yang dapat dikembangkan dalam penerapan strategi brain based learning,
yaitu: menciptakan lingkungan belajar yang menantang kemampuan berpikir
siswa, menciptakan lingkungan pembelajaran yang menyenangkan, menciptakan
situasi pembelajaran yang aktif dan bermakna bagi siswa.

METODE
Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif. Penelitian deskriptif
merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk mengumpulkan informasi
mengenai status suatu gejala yang ada, yaitu keadaan gejala menurut apa adanya
pada saat penelitian dilakukan. Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan
Kelas (PTK) atau Classroom Action Research (CAR) yaitu suatu studi sistematis
terhadap praktik pembelajaran di kelas yang bertujuan untuk memperbaiki atau
meningkatkan kualitas dengan melakukan tindakan yang berupa penerapan
strategi Brain Based Learning.
Menurut Arikunto (2006: 94), PTK dilakukan untuk meningkatkan
efektivitas metode mengajar, pemberian tugas kepada siswa, dan penilaian siswa.

2
Keunggulan PTK adalah peneliti sebagai subjek yang melakukan tindakan,
mengamati, sekaligus merefleksikan hasil pengalaman selama melakukan
tindakan. Tentu lama kelamaan akan terjadi perubahan dalam diri menjadi suatu
kebiasaan untuk mengevaluasi diri. Penelitian tindakan kelas ini merupakan upaya
proaktif guru beserta komponen fasilitator pendidikan di kelas untuk
meningkatkan kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa.
Kehadiran peneliti mutlak diperlukan. Kedudukan peneliti dalam penelitian
ini bertindak sebagai perencana, pelaksana, pengumpul data, analisator, penafsir
data dan sebagai pelapor hasil penelitian. Penelitian ini dilaksanakan di SMP
Brawijaya Smart School (BSS) Malang, yang beralamat di Jalan Cipayung 8
Malang. Subyek penelitian ini adalah siswa-siswi kelas VII C SMP Brawijaya
Smart School (BSS) Malang dan objek penelitian ini adalah keseluruhan kegiatan
guru dan siswa dalam proses pembelajaran matematika dengan penerapan strategi
Brain Based Learning.
Data yang dikumpulkan berupa: 1) lembar observasi pelaksanaan Brain
Based Learning kegiatan guru dan siswa selama proses pembelajaran, 2) lembar
observasi keterampilan berpikir tingkat tinggi yang digunakan untuk mengetahui
hasil keterampilan berpikir yang digunakan siswa, serta 3) foto dan video untuk
merekam kegiatan pembelajaran yang berlangsung. Sedangkan instrumen
penelitian berupa lembar observasi, perangkat pembelajaran, penilaian
keterampilan berpikir tingkat tinggi, dan dokumentasi. Dalam pelaksanaannya
peneliti dibantu oleh 4 observer yang telah ditentukan tugasnya serta seorang juru
kamera yang khusus mengambil video maupun foto kegiatan guru.
Setelah data didapat dari lapangan, langkah selanjutnya adalah analisis
data. Teknik analisis data yang digunakan adalah (1) kategori data, (2) validasi
data, dan (3) Interpretasi data. Penelitian dilakukan dengan 2 siklus, setiap siklus
terdapat 2 kali tatap muka. Setiap siklus terdapat 4 tahap penelitian tindakan kelas
menurut Kemmis dan Mc Taggart, yaitu rencana tindakan, pelaksanaan tindakan,
observasi, refleksi. Keberhasilan penelitian tindakan ini ditandai dengan adanya
peningkatan keterampilan berpikir siswa kearah yang lebih baik. Target peneliti
adalah 40% dari jumlah keseluruhan siswa mempunyai keterampilan berpikir
tingkat tinggi. Jika dikategorikan maka peneliti menargetkan dari tingkat rendah
ke tingkat sedang.

Tabel Penentuan Kategori Keberhasilan Penelitian

Banyak siswa Presentase (%) Kategori


25 – 36 68 – 100 Tinggi
13 – 24 34 – 67 Sedang
0 – 12 0 – 33 Rendah

Penilaian keterampilan berpikir tingkat tinggi siswa dilakukan dengan


menggunakan pedoman atau rubrik yang telah disusun oleh peneliti. Kemudian
rubrik ini akan digunakan oleh para observer untuk membantu peneliti dalam
melakukan penilain keterampilan berpikir tingkat tinggi siswa.

3
Tabel Rubrik Penilaian Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi

Skor Kriteria
Skala 1 : Menganalisa permasalahan (C4)
4 Analisa (memeriksa dan mengurai informasi, memilah sebab dan akibat,
mengambil kesimpulan dan melakukan generalisasi serta menemukan alasan
yang mendukungnya) yang dilakukan masuk akal dan mengarah ke jawaban
yang tepat
3 Analisa (memeriksa dan mengurai informasi, memilah sebab dan akibat,
mengambil kesimpulan dan melakukan generalisasi serta menemukan alasan
yang mendukungnya) yang dilakukan masuk akal tetapi mengarah ke jawaban
kurang tepat
2 Analisa (memeriksa dan mengurai informasi, memilah sebab dan akibat,
mengambil kesimpulan dan melakukan generalisasi serta menemukan alasan
yang mendukungnya)yang dilakukan tidak masuk akal
1 Tidak mampu melakukan analisa sama sekali
Skala 2 : Mengevaluasi (C5)

4 Mampu mengkritisi, memutuskan, mengevaluasi, menilai, membuktikan,


menyangkal, atau mendukung (suatu gagasan) dengan tepat
3 Kurang mampu mengkritisi, memutuskan, mengevaluasi, menilai,
membuktikan, menyangkal, atau mendukung (suatu gagasan) dengan tepat
2 Tidak mampu, mengkritisi, memutuskan, mengevaluasi, menilai, membuktikan,
menyangkal, atau mendukung (suatu gagasan) dengan tepat
1 Tidak mampu mengkritisi, memutuskan, mengevaluasi, menilai, membuktikan,
menyangkal, atau mendukung (suatu gagasan) sama sekali
Skala 3: Mencipta (C6)
4 Mampu menciptakan karya yang orisinil atau memadukan unsur-unsur menjadi
sesuatu yang utuh, koheren, dan baru
3 Mampu menciptakan karya yang kurang orisinil atau memadukan unsur-unsur
menjadi sesuatu yang utuh, koheren, dan baru
2 Mampu menciptakan karya tetapi tidak orisinil atau memadukan unsur-unsur
menjadi sesuatu yang utuh, koheren, dan baru
1 Tidak mampu menciptakan karya apapun

HASIL DAN PEMBAHASAN


Berdasarkan hasil temuan penelitian keseluruhan yang diperoleh dari temuan
siklus 1 dan siklus 2, peneliti akan menjabarkan tindakan-tindakan yang
bagaimana sehingga siswa dapat mempunyai bahkan meningkatkan keterampilan
tingkat tinginya. Untuk itu peneliti membagi tindakan-tindakan dalam 5 poin yang
meliputi, menjelaskan, memberi instruksi, bertanya, memberi media pembelajaran
dan memberi penghargaan. Berikut adalah penjelasan dari masing-masing poin.
Tindakan pertama yaitu menjelaskan, menjelaskan adalah menerangkan;
menguraikan secara terang (KBBI online, 2012-2013). Beberapa tindakan
menjelaskan dilakukan pada beberapa kegiatan pembelajaran. Diataranya adalah
kegiatan (1) menyampaikan tujuan pembelajaran; (2) apersepsi; dan (3)
menyampaikan materi inti. Adapun penjelasannya adalah sebagai berikut.
Kegiatan pertama adalah penyampaian tujuan belajar. Dari hasil analisis
pada bab 4 dapat diungkapkan bahwa penjelasan atau penyampaian tujuan
pembelajaran yang disampaikan dengan bantuan slide power point lebih efektif

4
dari pada hanya melalui lisan. Hal ini disebabkan karena dengan slide power point
yang posisinya ditempatkan di depan dengan sudut pandangnya dapat dijangkau
oleh setiap siswa dan tidak terhalang oleh apapun serta warna yang cerah sebagai
stimulus yang diterima oleh indera penglihatan selanjutnya diproses oleh otak
kanan. Siswa juga diharuskan untuk mendengarkan penjelasan guru secara verbal,
dimana stimulus verbal ini akan di proses di otak kiri. Penyeimbangan kerja otak
kanan dan kiri ini membuat tujuan pembelajaran dapat ditangkap dengan baik oleh
siswa.
Kegiatan kedua adalah kegiatan apersepsi. Pada siklus 1 peneliti mengambil
tindakan untuk menjelaskan dengan cara demonstrasi menggunakan alat
demonstrasi berupa bintang berwarna yang terbuat dari kertas dan juga gelas
bening. Sebenarnya alat demonstrasi ini cukup efektif untuk memberikan
pemahaman kepada siswa tentang materi irisan dan gabungan himpunan,
dikarenakan alat demonstrasi berupa bintang ini sudah tidak asing lagi bagi siswa.
Hal ini memudahkan asimilasi kognitif siswa. Asimilasi termasuk dalam teori
kognitif Piaget, yaitu proses menambahkan informasi baru ke dalam skema yang
sudah ada (Wikipedia, 2013). Namun alat demonstrasi yang ukurannya kecil
menjadi penyebab siswa bagian belakang tidak dapat melihat dengan jelas
demonstrasi yang dilakukan oleh guru, dalam hal ini peneliti. Oleh karena itu,
pada siklus 2 peneliti mengubah strategi menjelaskan dengan bercerita
menggunakan gambar karikatur yang disajikan pada slide power point.
Penggunaan slide power point ini memang lebih efektif dan mudah. Sebagaimana
telah dijelaskan pada paragraf sebelumnya tentang kelebihan menggunakan slide
power point yang dapat menyeimbangkan kerja otak kanan dan otak kiri, pada
tahap apersepsi ini peneliti juga menyajikan gambar karikatur yang lucu serta
pemberian nama karakter yang menggunakan nama siswa dalam kelas tersebut.
Hal ini membuat siswa merasa senang dengan melihat gambar yang lucu. Siswa
juga merasa dirinya terlibat dalam masalah yang diajukan oleh guru untuk
memahamkan materi pembelajaran. Sehingga siswa lebih tertarik untuk melihat
dan mendengarkan penjelasan guru. Dengan menggunakan slide, berarti kita telah
menggunakan gambar, warna, dan emosi tertentu, hal ini otomatis mengaktifkan
otak kanan anak (Lucy dan Rizky, 2012).
Kegiatan yang ketiga adalah menjelaskan materi inti. Ketika seseorang
memperoleh materi baru dalam pelajaran matematika, tentu ada beberapa istilah
yang asing dan perlu untuk dihafal. Oleh karena itu guru perlu untuk menjelaskan
dengan menekankan istilah penting. Penekanan istilah penting ini bertujuan untuk
memperkuat daya ingat siswa. Mengingat dengan menggunakan otak kiri akan
menyebabkan anak mudah lupa dan belajar menjadi tidak menyenangkan
(Windura, 2008: 87). Oleh karena itu peneliti mengambil tindakan untuk
menerapkan hukum asosiasi ingatan, yaitu suatu hukum atau cara untuk
mengaitkan suatu informasi dengan informasi yang sudah ada di dalam otak siswa
sebelumnya. Disini peneliti mengasosiasikan simbol irisan dengan huruf “n” serta
5
gabungan dengan huruf “U”. Tindakan peneliti untuk mengasosiasikan
pengetahuan baru dan pengetahuan yang sudah ada ini membuat siswa mudah
dalam mengingat simbol operasi himpunan.
Tindakan yang kedua adalah memberi instruksi. Instruksi yang diberikan
oleh peneliti diterapkan dalam beberapa kegiatan. Adapun beberapa kegiatan yang
akan dibahas diantaranya adalah (1) persiapan belajar dan (2) membentuk
kelompok. Kegiatan pertama yaitu persiapan belajar. Persiapan belajar yang
dilakukan pada penelitian ini lebih bersifat brain gym. Pada kegiatan persiapan
pembelajaran, ada beberapa metode yang dapat digunakan, yaitu metode
visualisasi, metode relaksasi, dan metode membangkitkan emosi (Windura, 2008).
Namun, dalam penelitian ini peneliti mengambil tindakan untuk menerapkan
metode visualisasi dan membangkitkan emosi. Metode visualisasi diterapkan
peneliti pada siklus 1 pertemuan 1. Sedangkan metode membangkitkan emosi
diterapkan pada siklus 1 pertemuan 2 dan siklus 2 pertemuan 1-2. Pengambilan
tindakan peneliti untuk menggunakan metode membangkitkan emosi ini
dikarenakan pada waktu peneliti menerapkan metode visualisasi pada siklus 1
pertemuan 1 menemui kendala, yaitu kurang terfokusnya siswa terhadap instruksi
guru. Beberapa siswa tidak mau menutup mata seperti yang telah diinstruksikan
guru. Instruksi menutup mata ini merupakan serangkaian instruksi metode
visualisasi. Berikut antisipasi yang dilakukan ketika siswa kurang terfokus
terhadap instruksi guru kepada siswanya untuk menutup mata, dicuplik dari video
rekaman.
Guru : (diam sejenak menghentikan instruksi)
sudah-sudah... Tenang dulu ya anak-anak...
(Salah satu siswa yang merasa konsentrasinya terganggu berteriak
sambil memejamkan mata)
Sunita : heh rek diam rek!
Guru : Sekarang yang belum tutup mata saya minta untuk menutup
mata ya...
Siswa : (sebagian siswa sudah bisa diam dan mau menutup matanya)
Guru : (melanjutkan instruksi) langkah berikutnya adalah ambil
napas panjang lewat mulut dan hembuskan lewat mulut
perlahan.

Untuk mengatasi hal ini guru mengambil tindakan untuk mengubah metode
persiapan belajar dari metode visualisasi ke metode membangkitkan emosi yang
dilakukan dengan gerak tubuh atau menggambar.
Kegiatan kedua pada tindakan memberi instruksi adalah membentuk
kelompok. Pada siklus 1 peneliti menginstruksikan pembentukan kelompok
dilakukan dengan sesuka hati oleh siswa, ternyata tindakan ini memberikan
dampak positif maupun kurang positif. Dampak positifnya adalah siswa menjadi
lebih nyaman dengan teman sekelompoknya karena merupakan pilihan mereka
sendiri. Namun dampak yang kurang positifnya adalah terdapat satu kelompok

6
yang semua anggotanya tidak memilki keterampilan berpikir tingkat tinggi. Hal ini
ditunjukkan dengan penilaian observer pada siklus 1, yang memberikan total skor
kurang dari 9 pada semua anggota kelompok 1. Sehingga kelompok tersebut
menjadi pasif. Hal ini segera diatasi oleh peneliti dengan membentuk kelompok
heterogen pada siklus 2. Namun dalam pelaksanaanya ada sedikit respon kontra
dari siswa, namun hal ini segera ditindak lanjuti oleh peneliti dengan memberi
pendekatan dan pengertian secara individual kepada siswa yang bermasalah
dengan teman kelompok yang baru. Berikut percakapan guru untuk memberi
pendekatan.
...
Siswa : bu, kelompok saya kok dipecah sih?
Guru : gak apa-apa... kan ilmu itu harus dibagi-bagi... iya kan?
Siswa : berarti saya pinter ya bu ya?
Guru : (tersenyum sambil mengelus pundak siswa) iya...
...

Dengan adanya siswa yang mempunyai keterampilan berpikir tingkat tinggi


pada setiap kelompok, membuat setiap kelompok menjadi lebih aktif dan semua
siswa dapat meningkatkan keterampilan berpikir tingkat tingginya. Pada intinya
pembentukan kelompok heterogen sangat diperlukan dalam pembelajaran
kooperatif.
Tindakan ketiga adalah bertanya. Dengan bertanya, guru dapat mengetahui
ketrampilan berpikir yang digunakan siswa. Selain itu bertanya juga berfungsi
untuk memberi bimbingan kepada siswa untuk menemukan solusi dari masalah
yang sedang dihadapi. Pertanyaan dari guru yang diungkapkan secara verbal
berupa bahasa akan diproses di otak belahan/hemisfer kiri yang akan
menghasilkan logika, setelah otak kiri mampu melogika pertanyaan guru, maka
otak kanan akan bertugas membangun ide atau gagasan untuk menjawab
pertanyaan guru. Tidak semua jenis pertanyaan dapat diproses di kedua hemisfer
otak, hanya pertanyaan-pertanyaan yang menuntut anak membangun ide atau
gagasan saja yang dapat diproses di kedua hemisfer otak. Contoh pertanyaan guru
yang menuntut siswa membengun ide atau gagasannya yang dicuplik dari
percakapan guru dan siswa yang direkam dengan video.
Guru : berarti A ∩ AC sama dengan apa?
Siswa : tidak ada
Guru : lambangnya apa kalau gitu?
Siswa : himpunan kosong (sambil menuliskan ∅ )
Guru : iya bagus, pinter.... Lanjutkan untuk himpunan B dan C.
Siswa : (mengerjakan dengan cepat)
Guru : apa hasilnya?
Siswa : himpunan kosong semua bu!
Guru : iya... jadi apa kesimpulan kalian?
Siswa : jadi yang dihasilkan adalah himpunan yang sama, himpunan
kosong.

7
Tindakan yang keempat yaitu memberi media pembelajaran. Media
pembelajaran menurut Rossi dan Breidle (dalam Wina Sanjaya, 2008: 163) adalah
seluruh alat dan bahanyang dapat dipakai untuk mencapai tujuan pendidikan
seperti radio, televisi, buku, koran, majalah, dan sebagainya. Dengan demikian
LKS dalam penelitian ini termasuk ke dalam media pembelajaran. LKS pada
penelitian ini disertai kertas kecil berwarna sebagai alat demonstrasi pelengkap
LKS dan juga untuk membantu proses berikir siswa. Dengan menggunakan kertas
berwarna maka akan mengaktifkan otak kanan siswa. Disamping itu siswa harus
menganalisa, mengevaluasi maupun mencipta menurut permasalahan yang
diajukan pada LKS.
Dengan begitu pemberian media kertas kecil kepada siswa dapat
memudahkan siswa dalam memahami materi, karena dengan menggunakan warna
akan merangsang otak kanan dan kiri bekerja secara seimbang. Hanya saja pada
siklus 1 siswa kurang dapat mendemonstrasikan secara mandiri karena
keterbatasan waktu. Hal ini segera diatasi peneliti pada siklus kedua dengan
mengubah cara demonstrasi secara lisan oleh siswa dengan menggambar.
Kekurangan pada siklus 1 selanjutnya yang didapat dari pengamatan
observer adalah pemberian LKS yang hanya 1 pada tiap kelompok. Hal ini
membuat anggota kelompok lain hanya melihat saja. Namun pada siklus 2 sesuai
dengan hasil refleksi, peneliti juga telah memberikan 1 LKS untuk setiap siswa.
Dan hasilnya dengan diberikannya 1 LKS untuk setiap siswa membuat semua
siswa termotivasi untuk dapat mengerjakan setiap permasalahan yang ada.
Sehingga keterampilan berpikir tingkat tinggi pada kelas tersebut meningkat.
Tindakan kelima yaitu memberi penghargaan atau pujian. Dampak dari
pemberian pujian ini juga dapat meningkatkan keterampilan berpikir tingkat
tinggi siswa. Dengan memberikan pujian, siswa merasa kerja kerasnya dihargai
dan siswa akan berusaha serta terus mencoba memecahkan masalah yang dihadapi
sehingga keterampilan berpikir tingkat tingginya meningkat. Contoh bentuk
pemberian pujian diantaranya, “iya bagus, pinter.... Lanjutkan untuk himpunan B
dan C”, bagus.... iya kalian sudah betul”, mengacungkan jempol tangan, dan lain-
lain. Dengan diberikannya pujian siswa menjadi bersemangat dan dapat
mengerjakan dengan cepat permasalahan yang dihadapinya. Sehingga siswa dapat
mengerjakan permasalahan menganalisa, mengevaluasi maupun mencipta.
Selain pujian, penghargaan bisa juga diberikan dalam bentuk barang seperti
yang telah dilakukan peneliti pada akhir siklus 2. Sekecil apapun penghargaan
yang diberikan oleh guru menjadikan siswa lebih termotivasi untuk mengikuti
pembelajaran selanjutnya. Pemberian penghargaan juga bertujuan untuk
membangkitkan kembali semangat siswa yang sudah mulai lelah karena
mengerjakan soal berpikir tingkat tinggi (Higher Level Questions), dimana soal
yang mereka hadapi memang membutuhkan energi dan pikiran yang lebih dari
biasanya. Selain itu dengan diberikannya penghargaan membuat siswa menjadi
merasa lebih dihargai atas segala kerja keras yang telah mereka lakukan. Pada
intinya dengan memberikan penghargaan kepada semua siswa membuat siswa
merasa pekerjaan yang dilakukan tidak sia-sia dan memberikan dampak positif
pada psikologi siswa.
Dari tindakan-tindakan yang telah dilakukan memberikan dampak
peningkatan keterampilan berpikir tingkat tinggi siswa. Adapun peningkatannya
adalah sebagi berikut.

8
Tabel Rekapitulasi Perbandingan Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi (HOTS) Siswa

Tahapan Banyak siswa yang Persentase Banyak Kriteria


mempunyai HOTS siswa yang mempunyai
HOTS
Observasi 8 22% Rendah
Siklus ke-1 11 30% Rendah
Siklus ke-22 16 44% Sedang

KESIMPULAN DAN SARAN


Berdasarkan hasil temuan penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan
tindakan-tindakan yang patut dipertimbangkan ketika menerapkan strategi Brain
Based Learning dengan mengaktifkan otak kiri dan kanan sehingga siswa dapat
meningkatkan keterampilan berpikir tingkat tinggi siswa pada pembelajaran
Matematika kelas VII SMP Brawijaya Smart School Malang adalah sebagai
berikut.
a. Memberikan penjelasan dengan menggunakan media/ alat yang besar,
dengan sudut pandang yang dapat dilihat oleh setiap siswa, menarik dan
membuat siswa merasa terlibat dalam permasalahan yang diajukan
guru.
b. Memberikan instruksi yang membuat siswa dapat mengaktifkan otak
kanannya dengan melakukan gerakan, menunjukkan kreativitas,
menggambar, berimajinasi, dan lain-lain. Serta memberikan tindakan
antisipasi jika siswa tidak melaksanakan instruksi yang diberikan guru.
c. Memberikan pertanyaan yang menuntut siswa dapat mengkonstruksi
pikirannya sehingga mereka dapat bekerja secara mandiri, dengan kata
lain memberikan pertanyaan yang memunculkan ide/gagasan siswa.
d. Memberikan media pembelajaran yang sesuai dengan tujuan
pembelajaran serta dapat menyeimbangkan kerja otak kanan dan kiri
siswa dapat meningkatkan keterampilan berpikir siswa.
e. Memberikan penghargaan berupa pujian maupun reward berupa benda
konkrit kepada semua siswa. Hal ini akan membuat siswa merasa
pekerjaan yang dilakukan tidak sia-sia dan memberikan dampak positif
pada psikologi siswa.
f. Dengan memberikan tindakan-tindakan seperti yang telah tersebut
diatas memberikan dampak peningkatan keterampilan berpikir tingkat
tinggi siswa kelasVII C SMP BSS Malang. Pada saat observasi awal
hanya terdapat 8 siswa (22% - kategori rendah) yang memiliki
keterampilan berpikir tingkat tinggi. Hal tersebut menunjukkan masih
pada kategori rendah. Pada siklus 1 meningkat menjadi 11 siswa (30% -
kategori rendah), dan pada siklus 2 meningkat lagi menjadi 16 siswa
(44% - kategori sedang) yang memiliki keterampilan berpikir tingkat
tinggi.
Peneliti menyadari bahwa hasil penelitian ini hanya berlaku sementara
dan dapat berubah sewaktu-waktu serta jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu
masih diperlukan banyak perbaikan. Saran yang dapat peneliti sampaikan adalah
sebagai berikut.

9
1. Bagi peneliti, diharapkan terdapat kesempatan untuk melakukan
penelitian pada lain waktu sehingga dapat memperbaiki kekurangan-
kekurangan yang masih banyak dilakukan peneliti pada pelaksanaan
penelitian ini.
2. Kepada pihak sekolah, diharapkan agar strategi Brain Based Learning
ini dapat menjadi strategi pembelajaran alternatif yang digunakan di
SMP Brawijaya Smart School dan dapat dilaksanakan secara bergantian
dengan pendekatan atau model pembelajaran yang lain. Karena
penerapan strategi Brain Based Learning ini dapat meningkatkan
keterampilan berpikir siswa.
3. Untuk dapat meningkatkan keterampilan berpikir siswa, hendaknya
guru memberikan permasalahan tingkat tinggi pula pada materi
pembelajaran yang lain. Setiap kali mengajar guru hendaknya
mempertimbangkan stimulus otak kiri dan kanan untuk siswa secara
seimbang.
4. Penelitian yang serupa hendaknya dilakukan pada pokok bahasan lain
atau bahkan bidang studi lain yang mencakup aspek selain keterampilan
berpikir tingkat tinggi. Karena penelitian dengan menggunakan strategi
Brain Based Learning ini merupakan strategi pembelajaran yang
fleksibel sehigga dapat diterapkan pada bidang yang lain.

10
DAFTAR RUJUKAN

Arikunto, Suharsimi. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara

Awolola, Samuel Adejare. 2011. Cypriot Journal of Educational Science: Effect if


brain based learning strategy on student’s achievement in senior
secondary school mathematics in Oyo State, Nigeria. Pdf. (Online),
(www.world-education-center.org/index.php/cjes). diakses 25 Oktober
2012.

BSNP. 2006. Pengembangan Penilaian. Jakarta: Depdiknas

Corpuz, Brenda B. And Salandanan, Gloria G. 2003. Prinsiples and Strategies of


Taeching. Metro Manila: Lorimar Publishing Co., Inc.

Ebta Setiawan. 2013. Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)-Kamus versi


online/daring (dalam jaringan). (Online), (http://kbbi.web.id/),
diakses 6 April 2013

Gunawan, Hendra. 2008. Higher Order Thinking Skills (HOTS) dalam matematika
SMP. Pdf. (Online), (
personal.fmipa.itb.ac.id/hgunawan/files/2011/04/developing-higher-
order-thinking-skills.pdf.), diakses 25 November 2012.

Kotchabhakdi, Napich. 2005. Brain Based Learning: From theories to Practice.


(Online),
(http://neuroscience.mahidol.ac.th/NBBC2009/NK_BrainBasedLearni
ng_Jan2005a_English.pdf), diakses 26 Januari 2013.

Lucy, Bunda dan Rizky, Ade Julius. 2012. Dahsyatnya Brain Smart Teaching:
Cara Super Jitu Optimalkan Kecerdasan Otak dan Prestasi Belajar
Anak. Jakarta: Penebar Plus

Rosnawati. (2005). Pembelajaran Matematika Yang Mengembangkan Berpikir


Tingkat Tinggi. Makalah. Disampaikan dalam Seminar Nasional.

Wikipedia.2012.Teori perkembangan kognitif. (Online),


(http://id.wikipedia.org/wiki/Teori_perkembangan_kognitif), diakses
7April 2013

Windura, Sutanto. 2008. Brain Management Series For Learning Strategy Be An


Absolute Genius!: panduan Praktis Learn How To Learn Sesuai Cara
Kerja Alami Otak. Jakarta : PT. Elex Media Komputindo.

11

You might also like