You are on page 1of 15

Abstract

HEPAPROTECTIVE EFFECT OF KAJAJAHI LEAVES (Leucosyke capitellata)


EXTRACT AGAINST CCL4-INDUCED LIVER DAMAGE IN MICE
*Noor Cahaya1, Okta Muthia Sari1, Nurlely1
1 Pharmacy, Faculty of Mathematics & Natural Sciences Universitas Lambung Mangkurat
* Email: noorcahaya@unlam.ac.id

Ethanolic extract of kajajahi leaves (Leucosyke capitella Wedd.) contains flavonoid,


tannin and saponin which possesses a potency as an antioxidant The liver damage
cells due to free radicals was performed by observing increase on ALT & AST levels
as well as liver histopathology examination (hydropic & fatty degenerations). The
present study was designed to prove that ethanolic extract of kajajahi leaves is able
to reduce ALT and AST levels as well as reduce hydropic and fatty degenerations.
This experiment used completely randomized design and mice were divided into six
groups of five mice each. On day 1, toxicant control, positive and all treatment groups
were induced by administration of CCl in olive oil at dose of 0.5 ml/kg bw
intraperitoneally whilenormal control only received olive oil intraperitoneally. On day 2
to 10, normal and toxicant were treated by administration of Na-CMC (po), positive
control received silymarin (po) and treatment groups were treated by administration of
ethanolic extract of kajajahi leaves at doses of 280; 560; and 840 mg/kg b.w peroral.
The result revealed that mice treated with ethanolic extract of kajajahi leaves at doses
of 560 and 860 mg/kg b.w showed significantly decreased ALT and AST levels and
decreased hydropic & fatty degenerations, compared to toxicant group. Based on this
study, it demonstrated that ethanolic extract of kajajahi leaves possesses
hepaprotective effect.

Keywords : Kajajahi, hepaprotective effect

Efek Hepatoprotektif Ekstrak Daun Kajajahi (Leucosyke Capitellata)


Pada Mencit Yang Diinduksi CCL4
Ekstrak etanol daun kajajahi (Leucosyke capitellata) mengandung flavonoid, tanin
dan saponin yang berpotensi sebagai antioksidan. Kerusakan sel hati akibat radikal bebas
terdeteksi dari peningkatan kadar ALT dan AST dalam plasma darah serta perubahan
gambaran histopatologi yang ditunjukkan dengan degenerasi hidropik dan lemak.
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap dengan hewan uji mencit
dalam 6 kelompok. Setiap kelompok terdiri 5 ekor mencit. Kelompok kontrol normal
(K.N) diberikan olive oil. Kontrol toksikan (K.T) diberikan CCl4 dengan dosis 1,5
mL/kgBB. Kontrol positif (K.P) diberikan silimarin dengan dosis 100 mg/kgBB.
Kelompok uji diberikan ekstrak daun kajajahi dosis 280 mg/kgBB, 560 mg/kgBB dan
860 mg/kgBB (EK280; EK560; EK840). Hari ke-1, kelompok K.T; K.P; EK280; EK560;
EK840 diinduksi CCl4 secara intraperitoneal (i.p), sedangkan K.N diberikan olive oil
secara i.p. Hari ke-2 sampai ke-10, kelompok K.N dan K.T diberikan Na-CMC 0,5%
secara per oral (p.o) sedangkan kelompok K.P diberikan silimarin secara p.o; serta
kelompok EK280; EK560; EK840 diberikan ekstrak etanol daun kajajahi secara p.o.
Hari ke-11, semua kelompok dilakukan euthanasia untuk diambil darahnya guna
pengukuran kadar SGPT & SGOT dan organ hepar untuk dibuat preparat
histopatologi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian ekstrak etanol daun kajajahi
dosis 280 mg/kgBB, 560 mg/kgBB dan 860 mg/kgBB terjadi penurunan kadar SGPT
& SGOT secara signifikan (p<0,05) dibandingkan kontrol toksik. Namun kadar SGPT
& SGOT kelompok ekstrak etanol daun kajajahi dosis 560 mg/kgBB dan 860 mg/kgBB
tidak berbeda secara signifikan (p<0,05) dengan kontrol positif. Hasil pemeriksaan
histopatologi mendukung hasil pemeriksaan biokimia (kadar SGPT & SGOT) yang
diperoleh dan pemeriksaan histopatologi menunjukkan perbaikkan pada kerusakan
hati mencit. Penelitian ini membuktikan bahwa ekstrak etanol daun kajajahi mampu
menurunkan kadar SGPT & SGOT serta memperbaiki gambaran degenerasi hidropik
dan degenerasi lemak pada mencit yang diinduksi CCl4.

Kata kunci: hepatoprotektif, kajajahi

PENDAHULUAN

Tumbuhan kajajahi merupakan salah satu tumbuhan yang tumbuh di wilayah


Loksado Kalimantan Selatan dan telah digunakan sebagai obat tradisional. Tumbuhan
yang memiliki nama ilmiah Leucosyke capitella Wedd. ini oleh masyarakat setempat
digunakan untuk menyembuhkan diare sedangkan di daerah lain digunakan untuk
menyembuhkan hipertensi dan diabetes.1 Sampai saat ini, sudah terdapat beberapa
penelitian mengenai aktivitas tumbuhan kajajahi. Salah satunya menyatakan bahwa
ekstrak daun kajajahi memiliki aktivitas antioksidan yang tinggi.2,3 Aktivitas antioksidan
tumbuhan kajajahi terkait dengan kandungan senyawanya yakni flavonoid dan tanin.1
Salah satu peranan antioksidan adalah sebagai hepatoprotektor melalui cara
melindungi hati dari proses stress oksidatif.4,5 Hati merupakan organ yang sangat
penting karena merupakan tempat metabolisme tubuh.6 Apabila hati mengalami
kerusakan maka sistem metabolisme dalam tubuh akan terganggu.7 Sel hati yang
rusak akan mengalami degenerasi hidropik dan degenerasi lemak. Degenerasi
hidropik dan lemak merupakan tanda awal kerusakan hati, sehingga dapat digunakan
sebagai parameter kerusakan hati.8 Selain itu, kerusakan sel hati akan mengakibatkan
keluarnya enzim yang terdapat dalam hati seperti enzim SGPT (Serum Glutamic
Pyruvic Transminase) dan SGOT (Serum Glutamic Oxaloacetic Transminase),
sehingga aktivitas enzim SGPT dan SGOT dapat dijadikan parameter kerusakan hati.9
Paparan senyawa kimia, konsumsi obat dan serangan virus merupakan penyebab
kerusakan hati.10 Contoh senyawa kimia yang dapat menyebabkan kerusakan hati
seperti karbon tetraklorida (CCl4) yang bekerja melalui metabolik reaktifnya (radikal
bebas). Jika jumlah radikal bebas yang dihasilkan melebihi jumlah antioksidan dalam
tubuh maka kelebihannya akan menyerang komponen lipid atau protein pada
membran sel akibatnya terjadi kerusakan sel. Berdasarkan hal tersebut, tubuh
memerlukan suatu substansi penting yakni antioksidan tambahan yang dapat
membantu melindungi tubuh dari serangan radikal bebas dan meredam dampak
negatifnya.11,12
Beberapa penelitian menyebutkan bahwa senyawa antioksidan alami seperti
flavonoid dan tanin memiliki aktivitas hepatoprotektor melalui mekanisme
penghambatan radikal bebas.13,14,15 Komponen bioaktif antioksidan inilah yang
mampu menekan kerusakan sel hati tikus yang diinduksi oleh CCl4 yang ditunjukkan
dengan adanya perubahan kadar SGPT dan SGOT yakni berupa penurunan kadar
SGPT dan SGOT, serta perbaikan kerusakan sel hati.15,16,17,18 Berdasarkan uraian
diatas, daun kajajahi memiliki kandungan senyawa flavonoid dan tanin serta
mempunyai aktivitas antioksidan yang tinggi, yang diduga mampu memperbaiki fungsi
hati berupa perbaikan kadar SGPT dan SGOT serta gambaran degenerasi lemak dan
hidropik pada hati mencit yang diinduksi CCl4.

METODE

Determinasi Tumbuhan Kajajahi


Tumbuhan kajajahi diambil Desa Datar Balimbing Kecamatan Loksado, Kabupaten
Hulu Sungai Selatan, Kalimantan Selatan. Determinasi tumbuhan kajajahi dilakukan
di Pusat Penelitian Biologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Bogor.

Skrining Fitokimia Ekstrak Etanol Daun Kajajahi


Skrining fitokimia dilakukan terhadap senyawa-senyawa berikut:
a. Skrining fitokimia flavonoid
Ekstrak etanol daun kajajahi ditambahkan air secukupnya lalu didihkan selama
5 menit selanjutnya disaring. Filtrat ditambahakan 0,05 mg magnesium dan 1 mL
HCl lalu dikocok kuat. Positif mengandung flavonoid ditandai dengan adanya
warna merah, jingga atau kuning.19
b. Skrining fitokimia tanin
Ekstrak etanol daun kajajahi ditambahkan beberapa tetes larutan FeCl3. Hasil
positif terhadap tanin terkondensasi menghasilkan warna hijau kehitaman
sedangkan tanin terhidrolisis menunjukkan warna biru kehitaman.19
c. Skrining fitokimia saponin
Ekstrak etanol daun kajajahi ditambahkan 10 mL aquades kemudian dikocok.
Timbulnya buih yang tetap selama ± 30 detik menunjukkan terdapatnya
saponin.20
d. Skrining fitokimia alkaloid
Ekstrak etanol daun kajajahi dilarutkan dengan H2SO4 2 N lalu disaring. Filtrat
dibagi menjadi dua bagian, bagian I diuji dengan reagen Mayer dan bagian II
diuji dengan reagen Dragendorf. Hasil positif ditunjukkan adanya endapan putih
dengan reagen Mayer dan terdapat endapan merah jingga dengan reagen
Dragendorf.21
e. Skrining fitokimia steroid
Ekstrak etanol daun kajajahi ditambahkan 0,5 mL kloroform dan 0,5 mL asam
asetat anhidrat, selanjutnya ditambahkan 1 mL H2SO4 pekat melalui dinding
tabung reaksi. Positif mengandung steroid dengan timbulnya warna hijau
kebiruan diantara 2 lapisan yang terbentuk.22

Hewan Uji
Penelitian telah mendapatkan persetujuan ethical clearance dari komite etik fakultas
kedokteran Universitas Lambung Mangkurat dengan nomor 002/KEPK-FK
UNLAM/EC/I/2015. Hewan uji yang digunakan adalah mencit yang dibagi dalam 6
kelompok dan setiap kelompok terdiri atas 5 ekor mencit. Hewan uji mendapatkan
perlakuan sebagai berikut:
a) Hari pertama, kontrol normal (K.N) diberikan olive oil secara i.p sedangkan
kelompok kontrol toksikan (K.T), kontrol positif (K.P), kelompok uji (Ekstrak
Kajajahi dosis 280 mg/kgBB; 560 mg/kgBB dan 840 mg/kgBB) diberikan CCl4
secara intraperitonial (i.p).
b) Hari kedua sampai sepuluh, untuk K.N dan K.T mencit diberikan Na-CMC 0,5%;
K.P diberikan silimarin secara p.o serta kelompok uji diberikan ekstrak etanol daun
kajajahi dosis 280 mg/kgBB; 560 mg/kgBB dan 840 mg/kgBB).
c) Hari kesebelas, mencit darah diambil dari jantung mencit dan dilanjutkan dengan
pengambilan organ hati mencit. Darah yang diperoleh digunakan untuk pengujian
terhadap nilai SGPT dan SGOT sedang organ hati untuk dibuat preparat.

Pengambilan darah dan hati


Sampel darah pada mencit diambil melalui jantung selanjutnya darah ditampung
dalam tabung sentrifuge yang telah berisi EDTA. Darah disentrifuge dengan
kecepatan 3000 rpm selama 15 menit. Plasma yang diperoleh dimasukkan dalam
eppendrof dan kemudian disimpan dalam lemari pendingin. Organ hati diambil dan
dimasukkan dalam gelas kimia berisi NaCl 0,9 % untuk menghilangkan darah yang
menempel pada jaringan hati.23,24

Pengukuran kadar SGPT dan SGOT


Reagen SGPT dan SGOT masing-masing diambil sebanyak 1000 µl ke dalam tabung
reaksi yang berbeda. Plasma darah mencit ditambahkan sebanyak 100 µL ke dalam
masing-masing tabung reaksi yang telah berisi reagen SGPT dan SGOT. Setelah itu
campuran dibaca absorbansinya menggunakan fotometer UV pada panjang
gelombang 340 nm.10,25

Pengamatan preparat histopatologi hati


Pengamatan preparat histopatologi hati dilakukan pada lima lapang pandang yang
berbeda menggunakan mikroskop cahaya, dengan perbesaran 400 kali. Pengamatan
dilakukan melalui pemeriksaan degenerasi hidropik dan degenerasi lemak. Hasil
pemeriksaan dianalisis secara deskriptif dan diberi skor pada kerusakan histopatologi
hati. Pemberian skor dilakukan dengan mengamati persentase sel hepatosit yang
mengalami degenerasi hidropik dan degenerasi lemak terhadap seluruh sel hepatosit
yang diamati dalam satu lapang pandang dengan ketentuan ditunjukkan pada tabel 1.
Perubahan histopatologi hati dari lima lapang pandang dihitung rata-rata skornya

Tabel 1. Skor perubahan gambaran kerusakan histopatologi hati 26

Perubahan Keparahan Skor


Tidak terjadi - 0
perubahan
Degenerasi hidropik Ringan (terjadi kerusakan < 25 %) 1
Sedang (terjadi kerusakan 25%- 2
50%) 3
Berat (terjadi kerusakan > 50%)
Degenerasi lemak Ringan (terjadi kerusakan < 25 %) 1
Sedang (terjadi kerusakan 25%- 2
50%) 3
Berat (terjadi kerusakan > 50%)

Analisis Data
Data yang diperoleh berupa kadar SGPT dan SGOT serta gambaran histopatologi
hati. Data dianalisis secara statistik dengan uji Shapiro Wilk untuk melihat distribusi
normal dan uji Levene untuk melihat varian data. Jika data terdistribusi normal dan
varians sama (hasil menunjukkan nilai signifikan > 0,05), maka dilanjutkan dengan
One-way ANOVA (Analysis of Varians). Jika hasil uji menunjukkan perbedaan yang
signifikan (nilai sig ≤ 0,05) mak a dilanjutkan dengan uji post hoc. Semua data yang
diperoleh akan disajikan dalam bentuk mean ± SEM (Standar Error Mean).

HASIL

Determinasi dan Rendemen Ekstrak


Hasil determinasi yang dilakukan di Pusat Penelitian Biologi Lembaga Ilmu
Pengetahuan Indonesia (LIPI) Bogor, menunjukkan bahwa tumbuhan yang digunakan
dalam penelitian ini termasuk dalam suku urticaceae dan spesies Leucosyke
capitellata Wedd. Ekstraksi menggunakan metode maserasi. Hasil maserasi diperoleh
berat ekstrak sebesar 48,44 gram dengan rendemen sebesar 9,69%.

Skrining Fitokimia

Skrining fitokimia dilakukan menggunakan tes uji warna dengan beberapa reagen
yang sesuai dengan kandungan senyawa yang akan diuji. Skrining fitokimia yang
dilakukan meliputi flavonoid, tanin, saponin, alkaloid dan steroid.
Tabel 2. Hasil skrining fitokimia ektstrak daun kajajahi
No. Identifikasi Warna/Tanda Keterangan
1. Flavonoid Jingga Positif
2. Tanin Hijau Kehitaman Positif
3. Saponin Busa Positif
4. Steroid Tidak Berwarna Hijau Negatif
5. Alkaloid Tidak terdapat endapan Negatif
jingga dan putih
Berdasarkan hasil skrining fitokimia diketahui bahwa ekstrak etanol daun kajajahi
(Leucosyke capitellata Wedd.) mengandung senyawa flavonoid, tanin dan saponin.

Pengukuran Kadar SGPT & SGOT

Enzim SGPT & SGOT merupakan parameter yang peka terhadap kerusakan sel-sel
hati, karena kedua enzim ini akan meningkat terlebih dahulu jika terjadi kerusakan
pada hati. Kedua enzim tersebut akan disekresikan oleh hati saat selnya mengalami
gangguan. Pengukuran kadar SGPT & SGOT dilakukan dengan cara mengambil
darah dari jantung mencit sebanyak 1 mL pada hari kesebelas. Prinsip pengukuran
SGPT & SGOT adalah mengukur laju berkurangnya jumlah NADH menjadi NAD +
pada reaksi yang terjadi. NADH mempunyai serapan pada panjang gelombang 340
nm. Semakin besar serapannya maka NADH semakin sedikit.

Tabel 3. Hasil Pengukuran Kadar SGPT & SGOT


Kelompok SGPT (U/L) SGOT (U/L)
Kontrol normal 11,00 ± 0,894 a 27,40 ± 2,421 a
Kontrol toksikan 147,20 ± 14,627 b 198,00 ± 18,069
b

Kontrol Positif 19,20 ± 2,653 c 43,40 ± 2,600 c


Ekstrak dosis 280 mg/kgBB 32,60 ± 3,234 d 56,00 ± 3,821 d
Ekstrak dosis 560 mg/kgBB 26,40 ± 5,288 c 49,20 ± 7,081 c
Ekstrak dosis 840 mg/kgBB 21,00 ± 3,962 c 48,40 ± 2,943 c
Keterangan : 1) Data yang diperoleh disajikan dalam Mean ± SEM; n = 5
2) Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak
berbeda bermakna (p>0,05) pada uji Mann Whitney

Data kadar SGPT & SGOT dianalisis untuk mengetahui pengaruh pemberian
ekstrak kajajahi. Analisis dilakukan menggunakan uji Kruskal Walis, karena hasil
uji normalitas dan homogenitas menunjukkan kadar SGPT & SGOT dalam
penelitian ini tidak terdistribusi normal & varian tidak homogen. Oleh sebab itu
Hasil uji Kruskal Walis memperlihatkan bahwa kadar SGPT & SGOT memiliki
perbedaan secara bermakna (p≤ 0,05). Lebih lanjut dilakukan analisis Mann
Whitney untuk mengetahui kelompok mana yang berbeda bermakna.

240
Rerata kadar SGPT & SGOT (U/L)

200

160

120

80 SGPT
* *
* * SGOT
* * *
40 * *
*
0
Normal Toksikan Positif Kajajahi Kajajahi Kajajahi
280 560 860
mg/kgBB mg/kgBB mg/kgBB
Perlakuan
Gambar 1. Grafik Kadar SGPT & SGOT (Mean ± SEM)

Keterangan (*) : kelompok perlakuan berbeda bermakna (p≤ 0,05) dengan kontrol toksikan untuk kadar
SGPT dan SGOT

Berdasarkan hasil analisis Mann Whitney dan grafik diatas diketahui bahwa
kadar SGPT & SGOT untuk kontrol toksikan berbeda bermakna (p≤ 0,05)
dengan semua kelompok perlakuan. Hal ini menjelaskan bahwa paparan CCl 4
mengakibatkan kadar SGPT & SGOT meningkat. Kerusakan hati dapat
menyebabkan keluarnya enzim yang terdapat dalam hati yakni SGPT dan SGOT
bebas keluar sel dan masuk ke darah sehingga kadar SGPT & SGOT meningkat
bahkan melebihi batas normal.27 Karbon tetraklorida (CCl4) dapat merusak hati
melalui mekanisme metabolit reaktifnya (radikal bebas).11,28
Kontrol positif memiliki kadar SGPT & SGOT yang berbeda bermakna
dengan kontrol toksikan. Hal ini menunjukkan kontrol positif sudah mampu
menurunkan kadar SGPT & SGOT. Nilai rerata kontrol positif dalam penelitian ini
adalah 19,2 ± 2,6 U/L (SGPT) dan 43,4 ± 2,6 (SGOT). Menurut Wahyuni 9 kadar
SGPT untuk mencit berkisar 2,1 – 23,8 U/L dan kadar SGOT berkisar 23,2 – 48,4
U/L. Dengan demikian kadar SGPT & SGOT kontrol positif sudah masuk dalam
rentang normal. Kontrol positif yang digunakan adalah silymarin, silymarin mampu
menurunkan kadar SGPT & SGOT karena mengandung flavonoid yang bekerja
melalui beberapa mekanisme.5,7
Kelompok uji ekstrak etanol daun kajajahi dosis 280 mg/kgBB memiliki kadar
SGPT & SGOT yang berbeda bermakna dengan kontrol toksikan dan positif. Hal
ini berarti ekstrak etanol daun kajajahi dosis 280 mg/kgBB sudah mampu
menurunkan kadar SGPT & SGOT pada mencit yang diinduksi. Namun
penurunan ini masih belum mendekati kadar SGPT & SGOT dari kontrol kontrol
positif. Hal ini disebabkan kandungan flavonoid, tanin dan saponin ekstrak daun
kajajahi dosis 280 mg/kgBB masih belum cukup untuk memperbaiki kerusakan
sel.
Hasil analisis kadar SGPT & SGOT untuk kelompok uji ekstrak etanol daun
kajajahi dosis 560 mg/kgBB dan 840 mg/kgBB menunjukkan berbeda bermakna
dengan kontrol toksik, namun tidak berbeda bermakna (p> 0,05) dengan kontrol
positif. Dengan demikian ekstrak etanol daun kajajahi dosis 560 mg/kgBB dan 840
mg/kgBB sudah mampu menurunkan kadar SGPT & SGOT mendekati kontrol
positif. Kontrol positif yang digunakan adalah silymarin, silymarin memiliki
kandungan flavonoid dimana dalam ekstrak kajajahi juga terkandung senyawa
flavonoid. Ekstrak etanol daun kajajahi dosis 560 mg/kgBB dan 840 mg/kgBB
mampu menurunkan kadar SGPT & SGOT karena ekstrak etanol daun kajajahi
mengandung flavonoid, tanin dan saponin.
Karbon tetraklorida (CCl4) menyebabkan kerusakan hati melalui mekanisme
metabolit reaktifnya (radikal bebas). Radikal bebas menyebabkan peroksidasi
lipid yang akan merusak membran sel yang berlanjut menyebabkan stres oksidatif
dan akhirnya terjadi kerusakan sel. Kerusakan sel mengakibatkan permeabilitas
membran terganggu sehingga enzim SGPT & SGOT bebas keluar sel dan masuk
dalam darah. Hal tersebut mengakibatkan kadar SGPT & SGOT meningkat akibat
paparan CCl4. 29
Flavonoid bekerja sebagai hepatoprotektif diantaranya flavonoid memiliki
aktivitas antioksidan yang berperan sebagai akseptor radikal bebas sehingga
dapat menghambat reaksi rantai radikal bebas pada oksidasi lipid.24 Flavonoid
mampu berikatan dengan bagian polar pada membran fosfolipid sehingga dapat
melindungi membran sel dari peroksidasi lipid. Flavonoid mampu meningkatkan
kadar glutation dalam hati. Glutation berperan dalam detoksifikasi senyawa
xenobiotik yang masuk dalam tubuh dengan cara mengkonjugasi senyawa
xenobiotik agar lebih larut dalam air sehingga mudah dieksresikan melalui urin
atau empedu.24,30
Saponin dan tanin bekerja memperbaiki kerusakan hati melalui mekanisme
menghambat peroksidasi lipid dengan cara menangkap oksigen reaktif.31
Peroksidasi lipid yang terhambat/terputus menyebabkan permeabilitas membran
mengalami perbaikan sehingga enzim SGPT dan SGOT yang dihasilkan oleh hati
tidak bebas keluar sel lagi, sehingga terjadi penurunan kadar SGPT dan SGOT
dalam darah.29,32
Pemeriksaan Histopatologi Hati Hewan Uji
Pemeriksaan histopatologi hati dilakukan untuk mendukung deteksi
kerusakan hati. Pemeriksaan histopatologi diberikan skor pada kerusakan hati
berupa degenerasi hidropik dan lemak. Contoh pemberian skor pada preparat
histopatologi dapat dilihat pada gambar gambar 2.

Gambar 2.Gambaran skor histopatologi hati mencit yang mengalami degenerasi; (A) Tidak terdapat
degenerasi hidropik & lemak (Skor 0) (Sinusoid : Panah biru; sel Kupffer: Panah kuning); (B)
Degenerasi hidropik (Panah putih) untuk skor 1 (tingkat keparahan ringan dengan kerusakan <
25%) dan degnerasi lemak (Panah hijau) untuk skor 1 (tingkat keparahan ringan dengan
kerusakan < 25%); (C) Degenerasi hidropik (Panah putih) skor 2 (tingkat keparahan sedang
dengan kerusakan 25-50%); serta (D) Degenerasi hidropik (Panah putih) skor 1 dan degnerasi
lemak (Panah hijau) skor 1 (Sinusoid dilatasi : Kepala panah).

Pemberian skor dilakukan dengan melihat sel yang mengalami degenerasi


terhadap seluruh sel hati yang teramati dalam satu lapang pandang, pada satu
lapang pandang dibagi menjadi empat bagian yakni kiri bawah, kiri atas, kanan
bawah & kanan atas. Degenerasi hidropik dicirikan dengan sel yang membesar
dan terdapat ruang kosong disekitar inti sel serta inti sel terletak di tengah atau
ditepi sel. Degenerasi lemak ditandai dengan sel yang terlihat sebagai ruang bulat
kosong.33,34,35
Pemberian skor nol (0) jika pada preparat yang diamati tidak terdapat
kerusakan berupa degenerasi hidropik atau lemak seperti yang ditunjukkan pada
gambar 2(A). Skor satu (1) merupakan tingkat keprahan ringan, jika degenerasi
hidropik atau lemak hanya muncul pada salah satu bagian (kiri/kanan) dalam satu
lapang pandang preparat (berkisar < 25%). Contoh gambaran histopatologi skor
satu seperti yang ditunjukkan pada gambar 2(B), terdapat degenerasi hidropik
pada satu bagian (kiri bawah yang ditunjukkan oleh panah putih) sedangkan untuk
degenerasi hidropik muncul pada satu bagian (kiri atas yang ditunjukkan oleh
panah hijau).
Skor dua (2) merupakan tingkat keparahan sedang, jika degenerasi
hidropik/lemak yang muncul lebih dari satu bagian (kanan/kiri) (berkisar > 25%
hingga 50%) dalam satu lapang pandang preparat. Contoh gambaran
histopatologi skor dua seperti yang terlihat pada gambar 2(C), degenerasi hidropik
muncul pada bagian kanan bawah & kanan atas (ditunjukkan oleh panah putih).
Degenerasi lemak yang terjadi dalam penelitian ini hanya terjadi sampai tingkat
ringan saja (skor satu). Gambar 2 (D) menunujukkan terdapat ruang kosong yang
melebar yang diduga merupakan sel yang mengalami degenerasi lemak
menumpuk (ditunjukkan oleh kepala panah hitam). Namun berdasarkan literatur,
lebih kuat diduga bahwa ruang kosong tersebut merupakan sinusoid yang
mengalami dilatasi.35 Gambaran histopatologi hati masing-masing perlakuan
dapat dilihat pada tabel 4.

Tabel 4. Gambaran histopatologi hati dari masing-masing perlakuan

Kelompok Keterangan

1) Kontrol normal Sel-sel hati tersusun secara radier


terhadap vena sentral dan bentuk
inti sel bulat di tengah sel.

2) Kontrol Positif Sel hati tersusun secara radier


terhadap vena sentral dan inti sel
bulat di tengah sel.

3) Kontrol Toksikan Terjadi perubahan pada preparat


hati.

Sel membesar dan terdapat ruang


kosong disekitar inti sel serta inti sel
terletak di tengah atau ditepi sel
(degenerasi hidropik).Selain itu
terlihat sel dengan ruangan bulat
kosong (degenerasi lemak).

4) Ekstrak kajajahi 280 mg/kgBB Terjadi perubahan pada preparat


hati.

Sel membesar dan terdapat ruang


kosong disekitar inti sel serta inti sel
terletak di tengah atau ditepi sel
(degenerasi hidropik). Selain itu
terlihat sel dengan ruangan bulat
kosong (degenerasi lemak).

5) Ekstrak kajajahi 560 mg/kgBB Sel-sel hati tersusun secara radier


terhadap vena sentral dan bentuk
inti sel bulat di tengah.

6) Ekstrak kajajahi 560 mg/kgBB Sel-sel hati tersusun secara radier


terhadap vena sentral, dan bentuk
inti sel bulat di tengah.

Keterangan: Gambaran histopatologi hati dari masing-masing perlakuan. a. CV : vena sentral; b. Sel hepatosit
normal (Panah hitam); c. Sinusoid (Panah biru); d. Sel Kupffer (Panah kuning); e. Degenerasi
hidropik (Panah Putih); f. Degenerasi Lemak (Panah hijau); (Perbesaran 100 menggunakan
pewarnaan Hematoksilin Eosin).

Tabel 5. Hasil pemberian skor pemeriksaan histopatologi hati mencit


Kelompok Skor

Degenerasi Degenerasi
Hidropik Lemak
1) Kontrol normal 0,16 ± 0,748 a 0,12 ± 0,490 a
2) Kontrol toksikan 0,92 ± 0,102 b 0,60 ±
0,141b

3) Kontrol positif 0,16 ± 0,400 a 0,16 ± 0,117


a

4) Ekstrak kajajahi 280 0,68 ± 0,490 b 0,56 ± 0,117


mg/kgBB b

5) Ekstrak Kajajahi 560 0,32 ± 0,800 a 0,20 ± 0,632


mg/kgBB a

6) Ekstrak Kajajahi 840 0,24 ± 0,490 a 0,20 ± 0,632


mg/kgBB a

Keterangan : 1) Data yang diperoleh disajikan dalam Mean ± SEM; n = 5


2) Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan
tidak berbeda bermakna (p>0,05) pada uji Mann Whitney

Skor histopatologi hati diuji normalitas dan homogenitasnya. Data skor


histopatologi dalam penelitian ini tidak terdistribusi normal sedangkan variannya
homogen. Oleh sebab itu analisis dilanjutkan menggunakan uji Kruskal Walis.
Hasil uji Kruskal Walis memperlihatkan bahwa degenerasi hidropik dan lemak
memiliki perbedaan secara bermakna (p≤ 0,05). Lebih lanjut dilakukan analisis
Mann Whitney untuk mengetahui kelompok mana yang berbeda bermakna.
Berdasarkan hasil analisis degenerasi hidropik & lemak yang terjadi pada
kontrol toksikan berbeda bermakna (p≤ 0,05) dengan kontrol normal. Perbedaan
bermakna tersebut menandakan degenerasi hidropik & lemak yang terjadi pada
kontrol toksik mengalami peningkatan dibanding kontrol normal. Hal ini berarti
paparan CCl4 menyebabkan terjadinya degenerasi sel. Degenerasi sel
ditimbulkan oleh adanya akumulasi dari metabolit reaktif CCl 4.32 Kerusakan
yang ditimbulkan oleh CCl4 1,5 mL/kgBB untuk degenerasi hidropik yang terjadi
dalam penelitian ini termasuk derajat sedang dan degenerasi lemak derajat
ringan. Secara histopatologi degenerasi hidropik dan degenerasi lemak gangguan
yang sering terjadi pada hati. Degenerasi hidropik dan lemak merupakan tanda
awal kerusakan hati, sehingga dapat digunakan sebagai parameter kerusakan
hati. Degenerasi yang berlangsung terus menerus akan menyebabkan kematian
sel (nekrosis).8 Dengan demikian degenerasi hidropik & lemak sebenarnya sudah
terjadi namun karena kerusakan yang ditimbulkan oleh CCl4 berlangsung terus
menerus sehingga degenerasi telah menjadi nekrosis. Oleh sebab itu degenerasi
yang nampak lebih sedikit dalam penelitian ini.
Hasil analisis menunjukkan gambaran degenerasi hidropik dan lemak pada
kontrol positif berbeda bermakna dengan kontrol toksikan, namun tidak berbeda
bermakna (p> 0,05) dengan kontrol normal. Hal ini menunjukkan bahwa kontrol
positif (silymarin) mampu mengurangi degenerasi hidropik & lemak yang terjadi
pada hati mencit mendekati kondisi normal. Silymarin memperbaiki kerusakan hati
karena memiliki flavonoid yang bekerja dengan berbagai mekanisme.35
Degenerasi hidropik dan lemak untuk kelompok uji ekstrak etanol daun
kajajahi dosis 280 mg/kgBB tidak berbeda bermakna dengan kontrol toksikan dan
berbeda bermakna dengan kontrol normal dan positif. Dengan demikian ekstrak
etanol daun kajajahi dosis 280 mg/kgBB belum mampu mengurangi degenerasi
hidropik & lemak pada hati mencit. Hal ini disebabkan pada ekstrak etanol daun
kajajahi dosis 280 mg/kgBB, kandungan flavonoid, tanin dan saponin masih belum
cukup untuk memperbaiki kerusakan sel.
Degenerasi hidropik dan lemak untuk kelompok uji ekstrak etanol daun
kajajahi dosis 560 mg/kgBB dan 840 mg/kgBB berbeda bermakna dengan kontrol
toksikan dan tidak berbeda bermakna dengan kontrol positif dan normal. Hal ini
berarti ekstrak etanol daun kajajahi dosis 560 mg/kgBB dan 840 mg/kgBB mampu
mengurangi degenerasi hidropik & lemak mendekati kontrol positif dan normal.
Dengan demikian ekstrak etanol daun kajajahi dosis 560 mg/kgBB dan 840
mg/kgBB berpengaruh dalam memperbaiki degenerasi hidropik & lemak akibat
paparan CCl4. Ekstrak etanol kajajahi memiliki kandungan senyawa yang sama
dengan yang terkandung dalam kontrol positif (silymarin) yakni flavonoid.
Flavonoid mampu memperbaiki kerusakan hati melalui beberapa mekanisme.24
Kerusakan pada hati akibat CCl4 disebabkan CCl4 dimetabolisme oleh
sitokrom P450 menghasilkan radikal bebas. Radikal bebas tersebut bereaksi
dengan makromolekul seluler terutama asam lemak tidak jenuh pada membran
sel sehingga keadaan ini menimbulkan peroksidasi lipid, yang berlanjut hingga
mengakibatkan kerusakan membran sel.29 CCl4 menyebabkan kerusakan pada
membran sel dan menyebabkan gangguan fungsi organel sel seperti mitokondria
dan retikulum endoplasma.
Gangguan fungsi pada retikulum endoplasma mengakibatkan sintesis
protein pembentuk lipoprotein terganggu. Penurunan jumlah lipoprotein
menyebabkan sejumlah lemak di dalam hati tidak dapat berikatan dengan
lipoprotein untuk diangkut ke bagian lain yang membutuhkan. Akumulasi lemak di
hati menimbulkan terjadinya degenerasi lemak sel hati. Jika degenerasi lemak
terus berlangsung, maka hepatosit dapat mengalami nekrosis.36 Fungsi
mitokondria yang terganggu akan menurunkan jumlah ATP dalam sel sehingga
menurunkan kerja pompa ion natrium. Pompa ion lewat membran sel membantu
perpindahan/pengambilan molekul bahan bakar dan nutrien essensial dari
lingkungan. Kerusakan membran sel menyebabkan ion kalium keluar sel
sedangkan ion natrium dan kalsium masuk ke dalam sel. Namun karena pompa
ion natrium terganggu mengakibatkan sel tidak mampu memompa ion natrium,
sehingga jumlah ion natrium dalam sel berlebih, natrium bersifat mengikat banyak
air sehingga cairan masuk secara berlebih dari normalnya, akibatnya sitoplasma
sel membengkak. Hal ini merupakan tanda terjadinya degenerasi hidropik.37
Ekstrak etanol kajajahi dosis 560 mg/kgBB dan 840 mg/kgBB berpengaruh
dalam memperbaiki degenerasi hidropik & lemak karena ekstrak mengandung
flavonoid, tanin dan saponin melalui beberapa mekanisme sehingga dapat
memperbaiki kerusakan hati. Flavonoid, tanin dan saponin memiliki aktivitas
antioksidan yang bekerja dengan cara menghambat proses oksidasi akibat radikal
bebas.14,18,38 Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, flavonoid memiliki
beberapa mekanisme sebagai hepatoprotektor diantaranya dapat melindungi
membran sel dari peroksidasi lipid dengan cara berikatan dengan bagian polar
pada membran fosfolipid serta mampu meningkatkan regenerasi sel hati.24 Selain
itu saponin bekerja menghambat peningkatan permeabilitas membran sel.39
Parameter kerusakan hati yang digunakan dalam penelitian ini yakni kadar
SGPT & SGOT dalam darah dan secara histopatologi adanya degenerasi hidropik
& lemak pada hati. Berdasarkan penelitian ini ekstrak etanol kajajahi pada dosis
280 mg/kgBB dapat menurunkan kadar SGPT & SGOT pada mencit yang
diinduksi CCl4 sedangkan secara histopatologi ekstrak etanol kajajahi masih
belum mampu memperbaiki gambaran degenerasi hidropik & lemak pada mencit
yang dinduksi CCl4. Hal ini dikarenakan sel hati masih dalam proses perbaikan.
Ekstrak etanol daun kajajahi dosis 560 mg/kgBB dan 840 mg/kgBB mampu
menurunkan kadar SGPT & SGOT serta mampu memperbaiki gambaran
degenerasi hidropik & lemak pada mencit yang dinduksi CCl 4. Berdasarkan hasil
penelitian, kemampuan ekstrak kajajahi dalam memperbaiki kerusakan hati
bergantung pada dosis.

KESIMPULAN
Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini adalah:
1) Ekstrak etanol daun kajajahi berpengaruh dalam menurunkan kadar SGPT dan
SGOT pada mencit yang diinduksi CCl4.
2) Ekstrak etanol daun kajajahi berpengaruh dalam memperbaiki gambaran
degenerasi hidropik dan lemak pada mencit yang diinduksi CCl4.

DAFTAR PUSTAKA

1. Sundang, M, S.N.S. Nasir, C.S. Sipaut & H. Othman. 2012. Antioxidant Activity,
Phenolic and Tannin Content of Piper betle and Leucosyke capitellla. Malaysia
Journal of Fundamental & Applied Sciences. 8 (1): 1-6.
2. Ling, L. 2008. Evaluation of Anti Hyperglicaemic Effect of Leucosyke capitellata
Leaf In Normal And Streptozotocin Induced Diabetic Rats. Tesis School of
Science and Technology, University Malaysia Sabah, Malaysia.
3. Suwarno, M., M. Asetawan, T. Wresdiyati, S. Widowati, S. H. Bintari & Mursyid.
2014. Evaluasi Keamanan Tempe dari Kedelai Transgenik Melalui Uji
Subkronis pada Tikus. Jurnal Veteriner. 15.
4. Revianti, S., W. Prananingrum & R.P. Sari. 2007. Peranan Antioksidan Ekstrak
Buah Merah (Pandanus conoideus Lam.) sebagai Hepatoprotektor. Denta
Jurnal Kedokteran FK-UHT. 1 (2): 75-80.
5. Jurnalis, Y.D., Y. Sayoeti & Elfitrimelly. 2014. Peran Antioksidan pada Non
Alcoholic Fatty Liver Disease (NAFLD). Jurnal Kesehatan Andalas. 3 (1). 15-
20.
6. Vidyaniati, P., A. Ariyoga & H.S. Satramihardja. 2010. Perlindungan
Hepatotoksisitas Ekstrak Metanol Pegagan dibanding Vitamin E pada Tikus
Model Hepatitis. Bandung Medical Journal. 42 (3): 101-107.
7. Panjaitan, R.G.P., W. Manalu, E. Handharyani & Chairul. 2011. Aktivitas
Hepatoprotektor Ekstrak Metanol Akar Pasak Bumi dan Fraksi-Fraksi
Turunannya. Jurnal Veteriner. 12 (4): 319-325.
8. Hassan, S.W., K. Salawu, M.J. Ladan, L.G. Hassan, R.A. Umar & M.Y. Fatihu.
2010. Hepatoprotective, Antioxidant and Phytochemical Properties of Leaf
Extracts of Newbouldia Laevies. International Journal of Pharm Tech
Research. 2 (1): 573-584.
9. Wahyuni, S. 2005. Pengaruh Daun Sambiloto (Andrographis paniculata)
Terhadap Kadar SGOT & SGPT Tikus Putih. GAMMA. 1 (1): 45-53.
10. Sujono, T.A, Y.W. Widiatmoko & H. Karuniawati. 2012. Efek Infusa Bunga
Rosell (Hibiscus sabdariffa) Pada Serum Glutamate Piruvat Transminase Tikus
Yang Diinduksi Parasetamol Dosis Toksis. Pharmacon. 13 (2): 65-69.
11. Sulistianto, D.E., M. Harini & N.S. Handajani. 2004. Pengaruh Pemberian
Ekstrak Buah Mahkota Dewa [Phaleria macrocarpa (Scheff) Boerl] terhadap
Struktur Histologis Hepar Tikus Putih (Rattus norvegicus L.) setelah Perlakuan
dengan Karbon Tetraklorida (CCl4) secara Oral. Biosmart. 6 (2): 91-98.
12. Winarsi, H. 2007. Antioksidan Alami dan Radikal Bebas: Potensi dan
Aplikasinya dalam Kesehatan. Kanisius. Jakarta.
13. Murugesh, K.S., V.C. Yeligar, B.C. Maiti & T.K. Maity. 2005. Hepatoprotective
and Antioxidant Role of Berberis tinctoria Lesch Leaves on Paracetamol
Induced Hepatic Damage in Rats. Iranian Journal Of Pharmacology &
Therapeutics. 4 (1): 64-69.13
14. Qureshi, A.A., T. Prakash, T. Patil, A.H.M. V. Swamy, A.V. Gouda, Prabhu &
S.R Setty. 2007. Hepatoprotective and Antioxidant Activities of Flowers of
Calotropis procera (Ait) R. Br. In CCl4 Induced Hepatic Damage. Indian Journal
of Experimental Biology. 45 (1): 304-310.
15. Jain, S., V.K. Dixit, N. Malviya & V. Ambawatia. 2009. Antioxidant and
Hepatoprotective Activity of Ethanolic and Aqueous Extracts of Amorphallus
campanulatus Roxb Tubers. Aota Polomaceutics drug Research. 66 (4): 423-
428.
16. Arafah. E., D. Muchtadi, F.R. Zakaria, T. Wresdiyati & Sidik. 2004. Pengaruh
Perlindungan Ekstrak Rimpang Bangle (Zingiber cassumunar Roxb) Terhadap
Kerusakan Hati Tikus Yang Diinduksi CCl4. Jurnal Teknologi dan Industri
Pangan. 15 (3): 214-220.
17. Krishnakumar, N.M., P.G. Latha, S.R. Suja, V.J. Shine, S. Shyamal, G.I. Anuja,
S. Sini, S. Pradeep, P. Shika, P.K.S. Unni & S. Rajasekhran. Hepatoprotective
Effect of Hibiscus hispidissimus Griffth, Ethanolic extract Paracetamol and CCl4
induced Hepatoxicity in Wistar rats. Indian Journal of Experimenatl Biology. 46
(1): 653-659.
18. Musthaq, A. & M. Ahmad. 2013. Hepatoprotective Activity of Aqueous-
Ethanolic Extract of Solanum nigrum Against Nimesulide Intoxicated Albino
rats. European Journal of Zoological Research. 2 (2): 19-25.
19. Baud, G.S., M.S. Sangi & H.S.J. Koleangan. 2014. Analisis Senyawa Metabolit
Sekunder dan Uji Toksisitas Ekstrak Etanol Batang Tanaman Patah Tulang
(Euphorbia tirucalli L.) dengan Metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT). 14
(2) : 106-110.
20. Marliana, S.D., V. Suryanti & Suyono. 2005. Skrining Fitokimia dan Analisis
Kromatografi Lapis Tipis Komponen Kimia Buah Labu Siam (Sechium edule
Jacq. Swartz.) dalam Ekstrak Etanol. Biofarmasi. 3 (1): 26-31.
21. Marlinda, M., M.S. Sangi & A.D. Wuntu. 2012. Analisis Senyawa Metabolit
Sekunder dan Uji Toksisitas Ekstrak Etanol Biji Buah Alpukat (Persea
americana Mill.). Jurnal MIPA UNSRAT Online. 1 (1): 24-28.
22. Hayati, E.K & N. Halimah. 2010. Phytochemmcal Test and Brine Shrimp
Lethality Test Against Artemia salina Leach of Anting-Anting (Acalypha indica)
Plant Extract. Alchemy. 1 (2):53-103.
23. Sari, S.P., Azizahwati & R. Ariani. 2008. Efek Hepatoprotektif Rebusan Akar
Tapak Liman pada Tikus Putih yang Diinduksi Dengan Karbon Tetraklorida.
Jurnal Farmasi Indonesia. 4 (2): 75-81.
24. Kumar, S & A.K. Pandey. 2013. Chemistry and Biological Activities of
Flavonoids: An Overview. The ScientificWorld Journal. 10: 1-16.
25. Sunaryo, H., A. Situmorang & E. Gunawan. 2010. Efek Hepatoprotektor Fraksi
Kloroform Ekstrak Etanol 70% Herba Ceplukan (Physalis angulata L.) pada
Mencit yang Diinduksi Dengan Karbon Tetraklorida. Farmasains. 1 (1): 26-30.
26. Naz, L. & T. Mahboob. 2014. The Protective Effects of Urtica dioica Against
CCl4 Induced Hepatotoxity in Rats. IJSBAR. 13 (2): 266-279.
27. Kee, J.L. 2008. Pedoman Pemeriksaan Laboratorium & Diagnostik. EGC.
Jakarta.
28. Tappi, E.K., P. Lintong & L.L. Loho. 2013. Gambaran Histopatologi Hati Tikus
Wistar Yang Diberikan Jus Tomat (Solanum lycopersicum) Pasca Kerusakan
Hati Wistar yang Diinduksi Karbon Tetraklorida (CCl4). Jurnal e-Biomedik
(eBM). 1 (3): 1126-1129.
29. Bachri, M.S. 2011. Efek Hepatoprotektif Ekstrak Metanol Jahe Merah (Zingiber
officinale Roscoe) Pada Mencit Jantan Yang Diinduksi CCl4. Jurnal Ilmiah
Kefarmasian. 1 (2): 35-41.
30. Wulandari, T., M. Harini & S. Listyawati. 2007. Pengaruh Ekstrak Daun
Sambiloto (Andrographis paniculata) terhadap Struktur Mikroanatomi Hepar
dan Kadar Glutamat Piruvat Transaminase Serum Mencit (Mus musculus) yang
Terpapar Diazinon. Jurnal Bioteknologi. 4 (2): 53-58.(36)
31. Eram, S., M. Ahmad & S. Arshad. 2013. Experimental Evaluation of Echinops
echinatus as an Effective Hepatoprotective. Academic Journal. 8 (39): 1919-
1923.
32. Hestianah, E.P., N. Hidayat & S. Koesdarto. 2010. Pengaruh Lama Pemberian
Ekstrak Rimpang Temu Ireng (Curcuma aeruginosa Roxb.) Terhadap
Gambaran Histopatologi Hati Mencit (Mus Musculus) Jantan. Veterinaria
Medika. 3 (1): 41-43.
33. Hussein, H.S. & M.F. Hamed. 2009. Pathological Studies On The Effect Of
Curcumin On Liver Fibrosis: Role Of TLR4, TGF β And Oxidative Stress. Vag.
Zat Journal. 37 (6): 131-146.
34. Kardena, M.I. & I.B.O Winaya. 2011. Kadar Perasan Kunyit yang Efektif
Memperbaiki Kerusakan Hati Mencit yang Dipicu Karbon Tetrachlorida. Jurnal
Veteriner Maret. 12 (1): 34-39.
35. Mescher, A. 2011. Histologi Dasar Junqueira. EGC. Jakarta
36. Govind, P. & Y.P. Sahni. 2011. A Review On Hepatoprotective Activity of
Silymarin. International Journal of Research. 2 (1): 75-79.
37. Husen, I.R & H.S. Sastramihardja. 2012. Efek Hepatoprotektif Rosella
(Hibiscus sabdariffa L.) pada Tikus Model Hepatitis. MKB. 44 (2): 85-89.
38. Akhtar, M.S., M.I. Qayyum, N. Irshad, R. Hussain, A. Hussain, M. Yaseen, M.
Shafiq & A. Malik. 2013. Studies On Hepatoprotective Properties Of Different
Extracts Of Canscora Decussata (Schult) Against Carbon Tetrachloride Induce
Hepatotoxicity. International Journal of Current Pharmaceutical Research. 5
(1). 36-37.
39. Barbosa, A.D.P. 2014. An Overview On The Biological And Pharmacological
Activities Of Saponin. International Journal of Pharmacy and Pharmaceutical
Sciences. 6 (8): 47-50.

You might also like