You are on page 1of 7

Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari Jambi Vol.15 No.

1 Tahun 2015

PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA TERHADAP KORPORASI


DALAM PENCEMARAN LINGKUNGAN HIDUP (SUATU ANALISIS NORMATIF)
Ruslan Abdul Gani1
Abstract
This research aims to investigate the Criminal Liability of Corporations in environmental
pollution (an analysis of the juridical Normative) and Criminal Liability Could studies stresing
Against Corporations In pollution of the environment, how does the Criminal Liability of
corporations, Properties and Constraints in law enforcement (Criminal) against the Corporation and
effort Penanggulangannya. with the approach of the legislation's future is expected to open up the
opportunity for researchers to learn is there consistency and alignment of one act with its
implementation in the field. The results showed that the criminal liability of Corporations in
pollution of the environment in principle there are three groups that can be accounted for in a
corporation doing criminal acts as a private person, yait is doing, as the Governing Board of legal
entities and legal entities themselves. Seen from the nature of Corporate criminal liability in
principle there are three types namely: the first Governing Board of the Corporation as the creator
and administrator is responsible. Both Corporations as makers and responsible sysop.The third
Corporation as maker and also as responsible. Constraints in law enforcement (Criminal) against
the Corporation in the municipality incur three factors i.e., Legal Factors, Factor, factor Means law
enforcement While efforts are being made in overcoming the obstacles that occur are legal
sanctions imposed upon the perpetrator heavier again so that it can carry a deterrent effect.
Keywords: Criminal Liability of Corporations In the environment.
PENDAHULUAN penataan ruang serta keterpaduan kegiatan
Undang – Undang Dasar 1945 sebagai pembangunan dalam wilayah, didukung
dasar konstitusional Negara kita telah oleh peran serta masyarakat dan dunia
mengamanatkan, bahwa bumi air serta usaha serta kemajuan ilmu pengetahuan
kekayaan alam yang terkandung di dan teknologi dalam rangka meningkatkan
dalamnya dipergunakan sebesar-besarnya kesejahteraan masyarakat.
untuk kemakmuran rakyat. Dengan Dalam rangka mengatur
demikian dalam rangka mendayagunakan penyelenggaraan dan pengelolaan
sumber daya alam untuk memajukan lingkungan hidup berdasarkan kebijaksaan
kesejahteraan umum tersebut dan untuk nasional yang terpadu dan menyeluruh,
mencapai kebahagiaan hidup berdasarkan harus didasarkan pada norma hukum
Pancasila, perlu dilaksanakan dalam bentuk peraturan perundang-
pembangunan berkelanjutan yang undangan untuk dapat dijadikan pedoman,
berwawasan lingkungan hidup landasan hukum bagi seluruh masyarakat.
berdasarkan kebijaksanaan nasional yang Secara nasional landasan hukum mengenai
terpadu dan menyeluruh dengan pengaturan tentang pengelolaan lingkungan
memperhitungkan kebutuhan generasi hidup diatur dalam Undang-Undang
sekarang dan generasi mendatang. Nomor 23 Tahun 1997, yang
Di dalam Tap MPR Nomor II Tahun diundangkan pada tanggal 19 September
1998 telah menggariskan bahwa 1997 dalam Lembaran Negara Republik
Pembangunan Lingkungan Hidup Indonesia Tahun 1997 Nomor 68.
diarahkan untuk menjaga dan Bila dilihat dari dari tujuan Undang-
meningkatkan kelestarian fungsi dan mutu Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang
lingkungan hidup agar kegiatan sosial pengelolahan lingkungan hidup tersebut
ekonomi masyarakat dan pembangunan tidak lain untuk menjaga lingkungan
nasional serta usaha pemamfaatan sumber hidup agar tetap lestari dan terhindar dari
daya alam termasuk air, tanah dan udara tangan-tangan jahil yang tidak
berlangsung secara berkelanjutan melalui bertanggungjawab.
peningkatan kesadaran akan lingkungan Menurut Hardjasoemantri di dalam
hidup, konservasi dan rehabilitasi bukunya M. Hamdan menjelaskan resiko-
ekosistem, pencegahan dan pengendalian resiko yang kemungkinan akibat dari
pencemaran, pengelolaan usaha kerusakan lingkungan antara lain:
pemamfaatan sumber daya alam secara 1. rusaknya berbagai sistem pendukung
benar dan bertanggung jawab dan melalui perikehidupan yang vital bagi manusia,
baik sistem biofisik maupun sosial.
1
Dosen Fakultas Hukum Universitas 2. munculnya bahaya-bahaya baru akibat
Batanghari ciptaan manusia, seperti bahan

120
Pertanggungjawaban Pidana Terhadap Korporasi dalam Pencemaran Lingkungan Hidup (Suatu
Analisis Normatif)
Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari Jambi Vol.15 No.1 Tahun 2015

berbahaya dan beracun dan hasi-hasil lingkungan hidup tidak dapat berfungsi
bioteknologi. sesuai dengan peruntukannya”.
3. pengalihan beban dan resiko kepada Berbeda dengan perusakan lingkungan
generasi berikutnya atau kepada hidup, di dalam Pasal 1 angka 14 Undang-
sector atau kepada daerah lain. Undang Nomor 23 Tahun 1997 Tentang
4. kurang berfungsinya sistem organisasi Undang-Undang Lingkungan Hidup
sosial dalam masyrakat. Resiko – resiko dijelakan perusakan lingkungan hidup
ini terutama yaitu: adalah : tindakan yang menimbulkan
 pertumbuhan penduduk. perubahan langsung atau tidak langsung
 Pertumbuhan produksi untuk terhadap sifat fisik dan/atau hayati yang
memenuhi kebutuhan penduduk dan mengakibatkan lingkungan hidup tidak
 Lembaga-lembaga masyarakat dapat berfungsi lagi dalam menunjang
termasuk teknologi yang pembangunan berkelanjutan.
dikembangkan untuk meningkatkan Bila dilihat kenyataan yang ada saat
produksi (M. Hamdan: 2000) ini banyak perusahaan atau badan hukum
Dalam rangka Pembangunan Jangka (korporasi) yang bergerak di bidang
Panjang Kedua (PJP II) ditetapkan industri tidak mengolah limbah industri
bahwa pembangunan industri terus sebagaimana mestinya sehingga
ditingkatkan dan diarahkan agar sector menyebabkan pencemaran terhadap
industri makin menjadi penggerak utama lingkungan, terutama pencemaran kali
ekonomi yang efisien, berdaya saing sebagai tempat pembuangan limbah
tinggi, mempunyai struktur yang makin industri.
kukuh dengan pola produksi yang Korporasi itu sendiri adalah suatu
berkembang dari barang-barang yang badan hasil ciptaan hukum. Badan hukum
mengandalkan pada tenaga kerja yang yang diciptakannya itu terdiri dari
produktif dan sumber daya alam yang “Corpus” yaitu struktur pisiknya dan
melimpah menjadi barang yang makin kedalamnya hukum memasukkan unsur
bermutu, bernilai tambah yang tinggi, dan “animus” yang membuat badan hukum itu
padat keterampilan. mempunyai kepribadian. Oleh karena itu
Pembangunan di Indonesia yang badan hukum itu merupakan ciptaan
dilaksanakan sekarang ini memang harus hukum maka kecuali penciptaannya,
tetap dilanjutkan terutama pembangunan kematiannyapun juga ditentukan oleh
ekonomi di sektor industri yang banyak hukum (H. Setiyono: 2002)
menyerap tenaga kerja, industri yang dapat PERMASALAHAN
mengolah hasil-hasil pertanian dan Adapun yang menjadi permasalahan
industri yang menghasilkan barang-barang dalam makalah ini antara lain:
eksport yang dapat menambah devisa Bagaimanakah Pertanggungjawaban Pidana
negara; karena hal ini secara langsung Terhadap Korporasi Dalam Pencemaran
maupun tidak langsung akan dapat Lingkungan Hidup, Bagaimanakah Sifat
meningkatkan kesejahteraan rakyat. Oleh Pertanggungjawaban Pidana Korporasi, dan
karena itu apapun alasannya Kendala Dalam Penegakan Hukum
pembangunan industri tidak mungkin (Pidana) Terhadap Korporasi dan Upaya
dihindarkan, akan tetapi sekarang yang Penanggulangannya.
perlu diperhatikan bagaimana PEMBAHASAN
pembangunan industri yang dilakukan oleh 1. Pertanggungjawaban Pidana
perusahaan atau badan hukum tersebut Terhadap Korporasi Dalam
tidak menimbulkan ekses-ekses yang Pencemaran Lingkungan Hidup
negatif seperti pencemaran atau perusakan Korporasi sebagai pelaku tindak
lingkungan hidup. pidana, dalam hukum positip sudah
Pengertian pencemaran lingkungan diakui, bahwa korporasi dapat
hidup itu sendiri secara yuridis menurut dipertanggungjawabkan secara pidana, dan
Pasal 1 angka 12 Undang-Undang Nomor dapat dijatuhkan pidana. Di negeri Belanda
23 Tahun 1997 adalah: “Masuknya atau untuk menentukan korporasi sebagai pelaku
dimasukkannya mahluk hidup, zat, energi, tindak pidana di dasarkan pada Arrest
dan/atau komponen lain ke dalam “Kleuterschool Babbel” yang menyatakan
lingkungan hidup oleh kegiatan manusia bahwa perbuatan dari perseorangan/orang
sehingga kualitasnya turun sampai ke pribadi dapat dibebankan kepada Badan
tingkat tertentu yang menyebabkan Hukum/Korporasi, apabila perbuatan-

121
Pertanggungjawaban Pidana Terhadap Korporasi dalam Pencemaran Lingkungan Hidup (Suatu
Analisis Normatif)
Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari Jambi Vol.15 No.1 Tahun 2015

perbuatan tersebut tercermin dalam lalu- melakukan tindak pidana dan yang dapat
lintas sosial sebagai perbuatan dari Badan dipertanggungjawabkan adalah orang,
Hukum ( M. Hamdan;2000). perumusan ini diatur oleh KUHP (W.v.s).
Perundang-undangan di Indonesia untuk b. ada yang merumuskan bahwa yang dapat
menentukan pertanggungjawaban pidana suatu melakukan tindak pidana ialah orang atau
korporasi dapat dilihat pada Pasal 15 ayat (2) perikatan, akan tetapi yang dapat
Undang-Undanmg Timdak Pidana Ekonomi dipertanggungjawabkan hanyalah orang,
dengan mengunakan peraturan yaitu pertama dalam hal perserikatan yang melakukan,
berdasarkan hubungan kerja atau hubungan yang dapat dipertanggungjawabkan ialah
lain, kedua berdasarkan bertindak dalam (anggota) penggurus, perumusan serupa ini
lingkungan badan hukum. terlihat pada Ordonansi Devisa, Undang-
Dengan diterimanya korporasi sebagai Undang Penyelesaian Perburuhan, Undang-
pelaku tindak pidana sudah tentu, timbul Undang Pengawasan Perburuhan dan
konsekuensi khususnya tentang Peraturan Kecelakaan.
pertanggungjawaban pidananya. Apakah c. ada yang merumuskan bahwa yang dapat
kesalahan terdapat pada korporasi. Sebagai melakukan maupun yang dapat
konsekuensi diterimanya asas kesalahan dalam dipertanggungjawabkan ialah orang dan/atau
Korporasi. Dengan diterimanya asas kesalahan perserikatan itu sendiri, perumusan serupa
pada korporasi maka timbul suatu pertanyaan ini terlihat pada Undang-Undang Tindak
yaitu apakah korporasi dapat mempunyai Pidana Ekonomi, Undang-Undang
kesengajaan atau kelalaian ? untuk itu dapat Subvedrsi dan Narkotika (Loebby Loqman:
kita lihat masalah kesengajaan dan kealpaan 1989).
pada Korporasi. Dari ketiga perumusan tersebut di atas,
dapat diketahui bahwa ada tiga golongan
D.Schaffmeister, sebagaimana dikutip
yang dapat dipertanggungjawabkan apabila
Sutan Remy Sjahdeni, menjelaskan banhwa suatu korporasi melakukan tindak pidana yaitu:
: sangat sulit untuk menentukan kapan 1. Orang sebagai pribadi yang melakukan
suatu badan hukum terdapat apa yang 2. Orang sebagai pengurus badan hukum
disebut dengan kesengajaan. 3. Badan Hukum Itu sendiri.
“Kesengajaan” pada badan hukum pertama- Orang sebagai pribadi yang melakukan
tama berada, apabila kesengajaan itu pada Dalam hal Korporasi sebagai pembuat
kenyataannya terletak dalam politik dan pengurus bertanggungjawab, maka
perusahaan, atau berada dalam keadaan ditegaskan bahwa korporasi mungkin
yang nyata dari suatu perusahaan tertentu sebagai pembuat. Pengurus ditunjuk
(Sutan Remy Sjahdeni:2006). sebagai yang bertanggungjawab yang
Dalam praktek terdapat kemungkinan dipandang dilakukan oleh korporasi
bahwa badan hukum bertindak alpa, adalah apa yang dilakukan oleh alat
sedangkan perorangan mempunyai perlengkapan Korporasi menurut wewenang
kesengajaan, misalnya jika seorang berdasarkan anggaran dasarnya. Tindak
pengawas dari suatu perusahaan, guna pidana yang dilakukan oleh Korporasi
mengisi kantongnya sendiri, menghubungi adalah tindak pidana yang dilakukan oleh
suatu perusahaan kebersihan sampah yang seseorang tertentu sebagai pengurus dari
tidak dapat dipercaya, sedangkan si badan badan hukum tersebut. Sifat dari
hukum sama sekali tidak mengawasi perbuatan yang menjadikan tindak pidana
pelaksanaan pembersihan sampah tersebut. itu adalah: “Onpersoonlijk” orang yang
Pada umumnya yang dapat memimpin korporasi pertanggungjawaban
dipertanggungjawabkan dalam hukum pidana pidana , terlepas dari apakah ia tahu
adalah sipembuat/pelaku. Sipembuat atau pelaku ataukah tidak tentang dilakukannya
dimaksudkan di sini adalah manusia. Akibat
dari perkembangan zaman dan majunya
perbuatan itu.
perekonomian dewasa ini pelaku kejahatan Orang sebagai pengurus badan hukum
subyeknya sudah mengalami perkembangan Dalam hal tindak pidana yang
yang begitu pesat tidak saja manusia yang dilakukan oleh badan hukum, tetapi
melakukan perbuatan pidana, akan tetapi pengurus yang bertanggungjawab adalah
korporasi/badan hukum sudah banyak yang berdasarkan kepada anggapan bahwa suatu
melakukan perbuatan pidana salah satu perbuatan perbuatan hanya dapat dilakukan oleh
pidana tersebut adalah pencemaran lingkungan manusia secara pisik dalam keadaan
hidup. nyata, dan kemampuan bertanggung jawab
Sehubungan dengan pertanggungjawaban
korporasi, menurut Loebby Loqman, selama ini
atas perbuatan itu menyangkut kejiwaan
bermacam-macam cara perumusan yang yang hanya dapat dimiliki oleh manusia
ditempuh oleh pembuat Undang-Undang yaitu: saja. Dengan demikian tidak ada konstruksi
a. ada yang merumuskan bahwa yang dapat lain yang dapat digunakan selain

122
Pertanggungjawaban Pidana Terhadap Korporasi dalam Pencemaran Lingkungan Hidup (Suatu
Analisis Normatif)
Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari Jambi Vol.15 No.1 Tahun 2015

daripada ukuran pertanggungjawaban ketiga perumusan yang pernah ada di


pengurus atau wakil korporasi. dalam khazanah peraturan perundang-
Badan Hukum Itu sendiri. undangan di Indonesia, maka ada tiga
Dalam Undang-Undang Lingkungan golongan yang dapat
Hidup Nomor 23 Tahun 2003 sendiri, dipertanggungjawabkan apabila suatu
mengenai pertanggungjawaban pidana badan hukum melakukan tindak pidana,
badan hukum atau korporasi terhadap yaitu :
pencemaran/perusakan lingkungan hidup 1. Orang sebagai pribadi yang
adalah sebagaimana yang telah diatur melakukan.
dalam Pasal 46, yaitu: Baik terhadap 2. Orang sebagai pengurus badan hukum.
badan hukum maupun terhadap mereka 3. Badan hukum itu sendiri (Mardjono
yang memberi perintah ataupun yang Reksodiputro: 1989)
bertindak sebagai pemimpin dalam suatu Untuk lebih jelasnya mengenai tiga
perbuatan (merusak/mencemarkan golongan yang dapat
lingkungan hidup) ataupun terhadap dipertanggungjawabkan apabila suatu
kedua-duanya. badan hukum melakukan tindak pidana
Dengan demikian menurut hemat untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
penulis dari ketentuan Pasal 46 Undang- uraian berikut di bawah ini.
Undang Lingkungan Hidup Nomor 23 1. Pertanggungjawaban Orang Pribadi
Tahun 2003 dapat disimpulkan bahwa Pertanggungjawaban pidana seperti ini
apabila suatu korporasi atau badan hukum dapat dilihat contohnya dalam Pasal 169
melakukan tindak pidana ada tiga KUHPidana:
kemungkinan yang dapat dituntut (1) Turut campur dalam perkumpulan
pertanggungjawaban pidananya, yaitu : yang bermkasud melakukan
1. Badan Hukum Itu sendiri. kejahatan atau dalam perseriktaan
2. Badan Hukum dan Pengurusnya. lain yang dilarang oleh undang-
3. Pengurus saja. undang umum, dihukum penjara
Sifat Pertanggungjawaban Pidana selama-lamanya enam tahun.
Korporasi. (2).Turut campur dalam perkumpulan
Mengenai kedudukan sebagai pembuat yang bermaskud melakukan
dan sifat pertanggungjawbaan pidana pelanggaran, dihukum penjara
korporasi, terdapat system–system sebagai selama-lamanya sembilan bulan
berikut: atau denda sebanyak-banyaknya
1. Pengurus Korporasi sebagai pembuat Rp.4.500.
dan penguruslah yang (3).Terhadap orang yang mendirikan
bertanggungjawab. atau yang mengurus perkumpulan
2. Korporasi sebagai pembuat dan itu, maka hukuman ini dapat
pengurus bertanggungjawab. ditambah dengan sepertiganya.
3. Korporasi sebagai pembuat dan juga Dalam hal perumusan seperti tersebut
sebagai yang bertanggungjawab. di atas maka berlakulah syarat-syarat umum
Dalam hal pengurus Korporasi sebagai tentang perbuatan dan pertanggungjawabab
pembuat dan penguruslah yang dalam hukum pidan terhadap orang atau
bertanggungjawab, kepada penggurus manusia pribadi.
korporasi dibebankan kewajiban-kewajiban Dalam pengertian perbuatan pidana
tertentu. Kewajiban yang dibebankan itu tidak termasuk hal pertanggungjawaban.
sebenarnya adalah kewajiban dari Perbuatan pidana hanya menunjuk kepada
Korporasi. Pengurus yang tidak memenuhi dilarangnya perbuatan. Apakah orang yang
kewajiban tersebut dapat diancam dengan telah melakukan perbuatan itu kemudian
pidana. Sehingga dalam system ini juga dipidana, tergantung pada soal, apakah
terdapat alasan yang menghapuskan dia dalam melakukan perbuatan tersebut
pidana. Sedangkan dasar pemikirannya mempunyai kesalahan atau tidak. Jadi
adalah: Korporasi itu sendiri tidak dapat dalam hal perbuatan pidana, disyaratkan
dipertanggungjawabkan terhadap suatu adanya peraturan atau undang-undang yang
pelanggaran, melainkan selalu penguruslah melarang perbuatan tertentu. Di sini berlaku
yang melakukan delik itu. Dan karenanya yang dinamakan asas legalitas: “Nullum
penguruslah yang diancam pidana dan delictum sine praevia poenali” yang
dipidana. berarti bahwa tidak ada perbuatan yang
Menurut Mardjono Reksodiputro,dari dapat dipidana kecuali telah ditentukan

123
Pertanggungjawaban Pidana Terhadap Korporasi dalam Pencemaran Lingkungan Hidup (Suatu
Analisis Normatif)
Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari Jambi Vol.15 No.1 Tahun 2015

terlebih dahulu dalam peraturan hanya dapat digunakan selain daripada


perundang-undangan, yang ada terdahulu ukuran pertanggungjawbaan pengurus atau
daripada perbuatan itu”. wakil koporasi.
Dengan adanya asas ini maka untuk Sebagai contoh hal ini dapat dilihat
menentukan apakah suatu perbuatan dalam Undang-undang Nomor 2 Tahun
pidana maka hakim terikat kepada 1951, tentang Pernyataan Berlakunya
undang-undang yang telah ada yang Undang-undang kecelakaan Tahun 1947
mengatur mengenai perbuatan tersebut. Nomor 3 yaitu Pasal 30 yang berbunyi
Dengan adanya asas legalitas ini sebagai berikut:
dimaksudkan bahwa: (1). Jikalau perbuatan-perbuatan yang
(1) Tidak ada perbuatan yang dilarang dapat dikenakan hukuman menurut
dan diancam dengan pidana kalau hal Pasal 27 dilakukan oleh Badan
itu terlebih dahulu belum Hukum, maka yang dituntut di
dinyatakan dalam suatu aturan muka pengadilan dan yang
undang-undang. dikenakan hukuman ialah anggota –
(2). Untuk menetukan adanya anggota pengrus yang
perbuatan pidana tidak boleh berkedudukan di daerah Negara R.I.
dipergunakan analogi. atau jikalau anggota-anggota itu
(3). Autan-aturan hukum pidana tidak tidak ada wakil badan hukum itu
berlaku mundur (Dwidja Priyatno: yang berkedudukan di daerah R.I.
1991). (2). Yang ditetapkan dalam ayat (1)
Apakah orang yang melakukan berlaku pula dalam hal-hal jikalau
perbuatan itu dapat dipidana atau tidak, hal badan hukum itu bertindak sebagai
ini tergantung kepada apakah ia pengurus atau wakil dari badan
mempunyai kesalahan. Sebab di dalam hukum lain”.
hukum pidana berlaku asas “Geen straf Dari ketentuan tersebut di atas, tampak
zoner schuld”, yang berarti tiada pidana bahwa tindak pidana yang dilakukan oleh
tanpa adanya kesalahan. Meskipun asas ini badan hukum, yang dituntut
tidak tercantum di dalam KUHPidana bertanggungjawab adalah pengurus dari
Indonesia, tetapi sebenarnya apabila badan hukum tersebut. Pengurus ditunjuk
diteliti undang-undang Nomor 14 Tahun sebagai yang bertanggungjawab, begitu
1970 yaitu undang-udnang Pokok Tentang pula halnya dengan perbuatan yang
Kekuasaan Kehakiman yang pernah dilakukan oleh korporasi (badan hukum)
diberlakukan maka asas ini ada diatur, maka pihak pengurus badan hukumlah
yaitu dalam Pasal 6 ayat (2) berbunyi: yang dianggap paling bertanggungjawab
“Tiada seorang juapun dapat dijatuhi bila terjadi kesalahan.(Sutan Remy Sjah
pidana, kecuali apabila Pengadilan, karena deini: 2006)
alat pembuktian yang sah menurut Selajalan dengan prinsip
undang-undang, mendapat keyakinan pertanggungjawaban pengurus menurut
bahwa seseorang yang dianggap kewenangannya berdasarkan anggaran
bertanggungjawab, telah bersalah atas dasar badan hukum tersebut, maka dalam
perbuatan yang dituduhkan atas dirinya”. hal ini pertanggungjawaban pidana itu
Dari bunyi Pasal tersebut, jelaslah diidentikkan dengan dengan apa yang
bahwa Pengadilan (Hakim) tidak akan diatur dalam hukum perdata, khususnya
menjatuhkan pidana terhadap seseorang tentang perbuatan “intra vires” dan “ultra
yang melakukan perbuatan pidana, apabila vires”. Perbuatan yang secara eksplisit
ia tidak yakin bahwa si pelaku telah atau secara implisit tercakup dalam
bersalah. kecakapan bertindak (badan hukum) adalah
2. Pertanggungjawbaan Orang Sebagai perbuatan “intra vires”, sebaliknya setiap
Pengurus Badan Hukum perbuatan yang dilakukan berada di luar
Dalam hal tindak pidana yang lingkup kecapakan bertindak PT (di luar
dilakukan oleh badan hukum, tetapi maksud dan tujuan badan hukum) adalah
pengurus yang bertanggung jawab adalah perbuatan “ultra vires” yang karenanya
berdasarkan kepada anggapan bahwa suatu tidak sah dan mengikat PT. (Muladi dan
perbuatan hanya dapat dilakukan manusia Dwidja Priyanto:1991).
secara fisik dalam keadaan nyata, dan 3. Pertanggungjawaban Badan Hukum
kemampuan bertanggungjawab atas Dalam membicarakan tentang masalah
perbuatan itu menyangkut kejiwaan yang pertanggungjawaban pidana badan hukum,

124
Pertanggungjawaban Pidana Terhadap Korporasi dalam Pencemaran Lingkungan Hidup (Suatu
Analisis Normatif)
Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari Jambi Vol.15 No.1 Tahun 2015

yang perlu diperhatikan adalah pada 2. Faktor Penegak Hukum.


sistem perumusan yang menyatakan bahwa 3. Faktor Sarana (Moejatno:1993).
badan hukum itu sendiri dapat Untuk lebih jelasnya mengenai ketiga
faktor yang menjadi kendala dalam penegakan
dipertanggungjawabkan dalam hukum
hukum terhadap Undang-Undang Lingkungan
pidanma. Motivasi dari adanya sistem Hidup tersebut, dapat dilihat pada penjelasan
pertanggungjawaban badan hukum ini, berikut ini:
adalah didasarkan kepada perkembangan 1. Faktor Hukumnya.
akhir-akhir ini terutama dalam bidang Dari faktor hukumnya, yaitu UULH itu
ekonomi dan lingkungan hidup. Untuk sendiri ada beberapa hal yang memberikan
beberapa tindak pidana tertentu, kemungkinan atau dapat menimbulkan
ditetapkannya pengurus saja sebagai yang kesulitan dalam pelaksanaannya. UULH
dapat dipidana ternyata tidaklah cukup, merumuskan tindak pidana pencemaran pada
misalnya dalam tindak pidana ekonomi, terjadinya “suatu akibat” (yang merupakan
delik materiil), hal ini akan menimbulkan
bukan mustahil keuntungan yang telah kesukaran . Karena akibat dari pencemaran itu
diterima oleh badan hukum yang baru terasa setelah selang beberapa waktu
melakukan tindak pidana itu adalah lebih (tahun) bahan-bahan pencemaran itu
besar jika dibandingkan dengan denda berakumulasi (setelah ada konsentrasi yang
yang dijatuhkan sebagai pidana terhadap tinggi). Dalam hal demikian memungkinkan
pengurus. Atau di dalam tindak pidana sukar untuk dapat menentukan siapa yang
lingkungan hidup, kerugian yang dialami bersalah dalam hal ini (apabila kalau air
oleh masyarakat atau negara akibat tindak tersebut telah melalui beberapa kota).
pidana adalah lebih besar jika 2. Faktor Penegak Hukum.
dibandingkan dengan pidana denda yang Pencemaran kali atau sungai biasanya
dijatuhkan kepada pengurus badan hukum adalah terkait pada suatu zat (kimia)
yang melakukan tindak pidana. pencemar tentu tertentu yang bukan
Dalam Undang-Undang Lingkungan Hidup merupakan persoalan yang dapat
mengenai pertanggungjawaban pidana badan ditetapkan secara yuridis, yang dapat
hukum pencemar/perusak lingkungan hidup ditangani begitu saja oleh penegak
adalah sebgaaimana yang telah diatur dalam hukum. Oleh karena itu hal ini
Pasal 46, yaitu baik terhadap badan hukum memerlukan suatu keterampilan tersendiri
maupun terhadap mereka yang memberi atau dengan cara meminta bantuan
perintah ataupun yang bertindak sebagai tenaga ahli. Sebagaimana diketahui bahwa
pemimpin dalam suatu perbuatan
(merusak/mencemarkanlingkungan hidup)
hukum (acara) pidana hal yang paling
ataupun terhadap kedua-duanya. menentukan adalah bukti-bukti tentang
Dengan demikian dari uraian dan bari terjadinya suatu tindak pidana.
ketentuan Pasal 46 Undang-Uundang Hakim tidak akan menjatuhkan
Lingkungan Hidup tersebut di atas, maka hukuman tanpa ada sekurang-kurangnya
dapatlah disimpulkan bahwa apabila suatu dua alat bukti mengenai tindak pidana
badan hukum melakukan tindak pidana ada tiga tersebut. Dalam hal ini Polri sebagai
kemungkinan yang dapat dituntut “ujung tombak” dalam Sistem peradilan
pertanggungjawaban pidananya, yaitu: Pidana mempunyai peranan yang sangat
a. Badan hukum itu sendiri,
b. Badan hukum dan Pengurusnya,
penting dalam menentukan dan
c. Pengurusnya saja. mengajukan alat bukti tentang telah
4. Kendala Penegakan Hukum (Pidana) terjadinya pencemaran. Polri harus dapat
Terhadap Korporasi dan Upaya menemukan alat-alat bukti dengan cara
Penanggulangannya yang benar dan sesuai dengan undang-
Dari penjelasan yang telah penulis undang. Di sinilah dituntut kesiapan dari
kemukakan di atas, nampak bahwa penerapan penegak hukum tersebut dalam hal ini
sanksi pidana adalah lebih bermamfaat dari Polri sebagai penyidik dalam perkara
pada penerapan sanksi–sanksi yang lainnya. pidana untuk menemukan dan
Akan tetapi seperti pada penegakan hukum
pada umumnya, maka penegakan hukum
mengajukan alat bukti yang dapat
pidana dalam Undang-Undang Lingkungan menyakinkan hakim atas terjadinya tindak
Hidup ini tidak terlepas dari kendala terutama pidana pencemaran kali/sungai.
saat penegakan hukum di lapangan. Meskipun air kali atau air limbah tidak
Adapun faktor-faktor yang secara umum termasuk dalam salah satu alat bukti
menjadi kendala dalam pertanggungjawaban menurut KUHAP (Pasal 184 KUHAP),
Korporasi Dalam Tindak Pidana Pencemaran akan tetapi dengan cara Polri meminta
Lingkungan Hikdup antara lain: bantuan kepada (seorang) ahli maka air
1. Faktor Hukumnya.

125
Pertanggungjawaban Pidana Terhadap Korporasi dalam Pencemaran Lingkungan Hidup (Suatu
Analisis Normatif)
Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari Jambi Vol.15 No.1 Tahun 2015

kali/air limbah itu dapat dijadikan laboraturium (yang cukup memadahi)


alat/barang bukti, oleh karena sudah untuk dijadikan satu-satunya alat tempat
diganti menjadi surat atau keterangan ahli pemeriksaan sampel pencemaran, sehingga
sesuai dengan KUHAP. hasil pemerisaan dari laboraturium tersebut
Dalam pengambilan air kali/air limbah tidak diragukan dan tidak dibantah lagi
tersebut Polri harus benar-benar profesional keabsahannya oleh pihak yang terkait.
menjalankan tugasnya, dalam arti harus Berdasarkan kendala-kendala
mengetahui dan memenuhi prosedur
sebagaimana yang telah penulis
pengambilan barang bukti sesuai dengan
Undang-undang. Hal ini untuk menjaga agar
kemukakan di atas, maka perlu upaya
jangan sampai terjadi si pencemar mengajukan dalam mengatasi kendala yang terjadi.
keberatan dan atau hakim ragu-ragu (tidak yakin) Apapun yang perlu dilakukan dalam
mengenai alat bukti tersebut, yan g penegakan hukum terhadap tindak pidana
mengakibatkan alat bukti itu tidak dapat pencemaran lingkungan hidup, upaya yang
diterima atau hakim memerintahkan perlu dilakukan oleh pemerintah adalah:
pengambilan dan pemeriksaan ulang Dari segi hukummnya agar sanksi
sebagaimana yang diatur dalam Pasal 180 hukum yang dikenakan kepada sipelaku
KUHAP. lebih berat lagi sehingga dapat membawa
(1). Dalam hal diperlukan untuk
menjernihkan duduknya persoalan yang
efek jera bagi setiap orang yang
timbul di sidang pengadilan hakim ketua melakukan pelanggaran, karena lingkungan
sidang dapat miminta keterangan ahli hidup tersebut adalah milik setiap
dan dapat pula meminta agar diajukan manusia,
bahan baru oleh yang berkepentingan. Dari segi penegak hukumnya, benar-
(2). Dalam hal timbulnya keberatan yang benar lebih profesional lagi sehingga dalam
beralasan dari terdakwa atau penasehat penanganan perkara lingkungan hidup
hukum terhadap hasil keterangan ahli dapat diselesaikan dengan baik.
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
Terhadap sarana dan prasarana yang
hakim memerintahkan untuk dilakukan
penelitian ulang sebagaimana tersebut
kurang hendaknya segera dilengkapi
pada ayat (2). sehingga lebih memudahkan dalam
(3). Penelitian ulang sebagaimana tersebut penanganan perkaranya yang di tangani.
pada ayat (2) dan ayat (3) dilakukan DAFTAR PUSTAKA
oleh instansi semula dengan komposisi Loebby Loqman, Pertanggungjawaban
personil yang berbeda dan instansi lain Pidana Bagi Korporasi Dalam
yang mempunyai kewenangan untuk Lingkungan Hidup, Jakarta:
itu”. Sinargrafika, 1989.
3. Faktor Sarana. M. Hamdan, Tindak Pidana Pencemaran
Faktor yang ketiga dalam tindak pidana
pencemaran yang mempunyai pengaruh
Lingkungan Hidup, Mandar Maju,
adalah faktor sarana/alat laboraturium yang 2000.
dimiliki oleh aparat penegak hukum untuk Mardjono Reksodiputro,
melakukan pemeriksaan sampel pencemaran. Pertanggungjawaban Pidana
Hal ini akan berakibat bahwa pemeriksaan Korporasi Dalam Tindak Pidana
yang dilakukan oleh aparat penegak hukum Korporasi, Semarang, FH. UNDIP,
sering diragukan, dan atau dibantah oleh si 1989.
tersangka pelaku pencemaran dengan cara Moeljatno, Perbuatan Pidana dan
mengajukan hasil pemeriksaan dari
Pertanggungjawaban Dalam
laboraturium yang lain, yang tentunya
bertujuan untuk menguntungkan bagi dirinya
Hukum Pidana, Jakarta: PT.
sendiri. Hal ini sudah pasti membawa Pembangungan, 1993.
konsekuensi dalam penegakan hukum (UULH) Muladi dan Dwidja Priyatno,
terutama dalam hal membuktikan terjadinya Pertanggungjawaban Korporasi
suatu tindak pidana pencemaran, oleh karena Dalam Hukum Pidana, Bandung:
pemeriksaan dari dua laboraturium yang Sekolah Tinggi Hukum, 1991.
berbeda (apalagi yang berasal dari dua Siswanto Sunarso, Hukum Pidana Lingkungan
kepentingan yang saling berlawanan) tentu Hidup Dan Strategi Penyelesaian
akan menghasilkan pemeriksaan yang berbeda Sengketa, Pineka Cipta, 2005.
pula sehingga hasilnya tidak lagi untuk Setiyono, Kejahatan Korporasi Analisis
dijadikan alat bukti. Victimologis dan Pertanggungjawaban
Untuk mengatasi hal ini tentunya Dalam Hukum Pidana, Jakarta: Averoes
diperlukan dasar hukum sebagai landasan Press, 2002.
yang kuat untuk menentukan salah

126
Pertanggungjawaban Pidana Terhadap Korporasi dalam Pencemaran Lingkungan Hidup (Suatu
Analisis Normatif)

You might also like