You are on page 1of 8

Evaluasi Sistem Proteksi Jaringan Synchronous Digital Hierarchy

(Hardi Nusantara , Adhitya Wibawa dan Sigit Haryadi)

Evaluasi Sistem Proteksi Jaringan Synchronous Digital Hierarchy


Hardi Nusantara , Adhitya Wibawa dan Sigit Haryadi
Departemen Teknik Elektro – Institut Teknologi Bandung
Jl Ganesha 10 Bandung 40135
hardi@telecom.ee.itb.ac.id

Abstract

Synchronous Digital Hierarchy (SDH) has been supporting an important role to improve the
affectivity cost and the reliability of telecommunication network – especially optical fiber –
since an early of 1990. However, the process of designing and constructing SDH transmission
system is not merely a simple process, some failures on the system possibly occurs. Thus, to
minimize the worst effect or to stabilize the SDH network in balance, mastering the knowledge
of SDH protection system is essentially needed. In the sense that SDH protection system
involves the making of alternative transmission network as a ‘back up’ whenever the main
transmission network fails.
SDH transmission system consists of a various kinds of protection systems that the usage of
those systems is based on some factors such as the need of traffic, network topology, and
economical consideration. This research is conducted by having an experiment of SDH
protection system – MSP 1+1 bidirectional switching non-revertive and PPS dual-ended
switching non-revertive – on PT. Excelcomindo Pratama. The experiment is done by
constructing of transmission link simulation and the protection through the traffic supplied in
form of bit-random (PRBS) in the laboratory of PT. Exelcomindo Pratama. The result of the
experiment shows that PPS is qualifier than MSP in the term of design flexibility under the
assumption that PPS is capable to manage the link with different capacity and it is possibly
applied to the link in diverse mediums such as optic fiber and microwave link. Furthermore, the
result of experiment on APS K1 and K2 bytes of MSOH demonstrates a significant distinction
on the switching process between MSP and PPS. MSP switching process is happened through a
certain flash steps (less than 50 ms), in fact, it does not occur automatically. Whereas, the
occurrence of switching process on PPS is automatically based on alarm indication. There is not
any certain steps bytes happened. Nevertheless, not all of the alarms cause switching. The
switching only occur when the alarm is in the minimal level of TU-AIS.
Keywords : SDH , Sistem Proteksi , MSP

1. Pendahuluan
Sejak diperkenalkan pada awal tahun 1990, SDH (Synchronous Digital Hierarchy)
telah meningkatkan kemampuan, kehandalan, dan penurunan biaya dari jaringan serat optik.
SDH merupakan suatu jaringan transmisi yang tidak tergantung pada vendor tertentu serta
struktur frame yang menyediakan berbagai fasilitas tambahan pada bit-bit overheadnya, seperti
untuk sinkronisasi, alarm monitoring, bit error monitoring, komunikasi data, dan proteksi.
Perancangan dan pembuatan sistem transmisi SDH haruslah memperhitungkan
kemungkinan terburuk, yaitu kegagalan sistem transmisi tersebut. Kegagalan sistem transmisi
tersebut haruslah diantisipasi secepatnya, agar layanan-layanan yang menggunakan sistem
tersebut dapat tetap dijalankan. Salah satu cara mengantisipasinya adalah dengan
mempersiapkan sistem proteksi yang handal. Proteksi dilaksanakan dengan membuat jaringan
transmisi lain sebagai cadangan (back up) apabila jaringan transmisi yang utama gagal berfungsi

2.Evaluasi Sistem Proteksi SDH


2.1. Teori Dasar Sistem Proteksi SDH

Halaman 1
Evaluasi Sistem Proteksi Jaringan Synchronous Digital Hierarchy
(Hardi Nusantara , Adhitya Wibawa dan Sigit Haryadi)

Sistem proteksi pada SDH berguna untuk menjamin agar jaringan transmisi tetap dapat
menjalankan fungsinya dengan baik setiap saat. Proteksi dilaksanakan dengan membuat
jaringan transmisi lain sebagai cadangan (back up) apabila jaringan transmisi yang utama gagal
berfungsi. Sistem transmisi SDH mempunyai berbagai macam sistem proteksi dimana
penggunaannya disesuaikan dengan kebutuhan trafik, topologi jaringan, maupun faktor
pertimbangan ekonomis, yaitu MSP 1+1, MSP 1:n, PPS, MS-SPRing dua serat,MS-SPRing
empat serat, dan MS Dedicated Protection Ring.

2.1.1. Multiplex Section Protection (MSP)


Proteksi jenis MSP ini hanya cocok untuk menangani koneksi point to point. Terdapat
dua jenis proteksi MSP, yaitu MSP 1+1 dan MSP 1:n.
Pada proteksi MSP 1+1 berarti satu kanal digunakan sebagai main channel (working
channel) yaitu kanal yang membawa trafik, sedang 1 kanal lagi digunakan sebagai protection
channel yang hanya berfungsi sebagai kanal cadangan. Pada MSP 1+1, link pada bagian
transmit selalu terhubung secara permanen dengan link transmit pada bagian proteksi, sehingga
trafik ditransmisikan pada bagian main channel dan protection channel, namun pada sisi
penerima terdapat selector yang akan memilih kanal yang mana trafik tersebut akan diterima.
Pada MSP 1:n berarti 1 kanal digunakan sebagai proteksi dan n kanal digunakan sebagai
working channel yang membawa trafik utama. Berbeda dengan MSP 1+1, pada MSP 1:n kanal
proteksi juga digunakan untuk membawa trafik, namun bersifat low priority traffic, sehingga
apabila terjadi kegagalan pada main channel, trafik pada kanal proteksi akan diberhentikan dan
trafik dari kanal utama akan dialihkan ke kanal cadangan ini.
Proses berpindahnya selector pada MSP diatur berdasarkan protokol proteksi , yang
berfungsi memberitahukan, bagaimana aksi berpindah dari main channel ke protection channel
harus dilaksanakan. Hal ini dilakukan dengan menggunakan byte-byte APS yaitu byte K1 dan
K2 di bagian MSOH. Selector diatur dengan membandingkan nomor kanal yang diindikasikan
oleh byte K1 yang dikirimkan dan byte K2 yang diterima. Byte K1 menunjukkan permintaan
suatu kanal untuk melaksanakan switch. byte K2 menunjukkan nomor kanal yang digunakan
sebagai working channel dan jenis sistem proteksi MSP yang digunakan. Empat bit pertama dari
byte K1, yaitu bit 1-4, menunjukkan tipe request, seperti yang terlihat pada tabel I. Bit 5-8 byte
K1 dan bit 1-4 byte K2 menunjukkan nomor kanal yang digunakan sebagai working channel.
Bit 5 pada byte K2 menunjukkan tipe proteksi MSP (0 berarti MSP 1+1 dan 1 berarti MSP 1:n).
Bit 6-8 byte K2 digunakan untuk dipersiapkan untuk keperluan pengaturan implementasi drop
and insert (nested) switching (kecuali bernilai 111 dan 110).

2.1.2. Path Protection Switch (PPS)


PPS dapat digunakan untuk proteksi sebagian dari link atau pada satu link penuh
transmisi. Mekanisme proteksi ini merupakan proteksi yang dapat digunakan pada jaringan
berbentuk ring, maupun untuk koneksi point to point. Proses untuk melakukan switch pada PPS
tidak memerlukan protokol tertentu yang menggunakan byte-byte APS K1 dan K2, namun
cukup berdasarkan Alarm Indication Signal (AIS) yang diterimanya. Trafik dikirimkan melalui
dua jalur, yaitu east dan west dimana salah satunya dipilih sebagai main channel dan yang
satunya lagi sebagai protection channel. Pada bagian penerima terdapat selector untuk memilih
dari kanal mana trafik akan diterima, apabila terjadi kerusakan pada kanal utama, maka selector
akan berpindah untuk menerima trafik dari kanal proteksi. Sistem switching PPS terdiri atas dua
macam, yaitu single-ended switching dan dual-ended switching. Sistem single-ended ini mirip
dengan sistem proteksi unidirectional pada MSP, yaitu apabila ada salah satu link pada main
channel putus, maka hanya link tersebut yang akan pindah ke link proteksi, sedangkan link
satunya yang tidak mengalami gangguan tidak akan pindah ke link proteksi. Sistem dual ended

Halaman 2
Evaluasi Sistem Proteksi Jaringan Synchronous Digital Hierarchy
(Hardi Nusantara , Adhitya Wibawa dan Sigit Haryadi)

switch mirip dengan bidirectional switching pada MSP, apabila terjadi gangguan pada salah satu
link pada main channel, maka kedua link pada main channel akan berpindah ke link proteksi.
PPS mempunyai kelebihan-kelebihan lain dibanding MSP, yaitu :
• PPS dapat dilewatkan pada media transmisi yang berbeda, misalnya main channel
menggunakan serat optik dan protection channel menggunakan microwave link. Sedangkan
pada MSP, main channel dan protection channel harus dilewatkan pada media transmisi
yang sama, yaitu serat optik.
• Kedua buah link, main channel dan protection channel, dapat menggunakan kapasitas yang
berbeda. Misalnya main channel menggunakan serat optik berkapasitas STM-4, dan sebagai
protection channel digunakan microwave link berkapasitas STM-1. Sedangkan pada MSP,
main channel dan protection channel harus menggunakan link yang mempunyai kapasitas
sama.

2.1.3. Multiplex Section-Share Protection Ring (MS-SPRing)


MS-SPRing digunakan pada jaringan bertopologi ring dan berfungsi memproteksi
traffic pada sinyal aggregate dari backbone jaringan transmisi SDH. Mekanisme proteksi MS-
SPRing dapat dibedakan menjadi dua tipe, yaitu dua serat dan empat serat. Dalam mekanisme
proteksinya, MS-SPRing berdasarkan protokol tertentu menggunakan byte-byte APS (K1 dan
K2).
MS-SPRing Dua Serat
Pada MS-SPRing dua serat, tiap span pada ring SDH hanya memerlukan dua buah serat.
Pada tiap serat, setengah dari kanal yang tersedia digunakan sebagi working channel, sedangkan
setengah lagi dialokasikan sebagai protection channel. Protection channel yang menjadi
cadangan working channel sudah disusun menurut aturan tertentu, yaitu working channel 1 akan
diproteksi oleh protection channel (N/2)+1,working channel 2 akan diproteksi oleh protection
channel (N/2)+2 dan seterusnya. Selama ring switch, working channel yang arahnya menuju
bagian dari jaringan yang gagal akan dipindahkan ke protection channel pada node terdekat
dengannya. Trafik pada protection channel, mempunyai arah yang berlawanan dengan trafik
pada working channel semula, menjauhi failed span tersebut. Trafik yang dipindahkan ke
protection channel, akan mengelilingi jaringan ring menuju node yang menjadi tujuannya.
MS-SPRing empat serat
MS-SPRing empat serat membutuhkan empat buah serat optik pada masing-masing
span pada ring SDH. Working channel dan protection channel pada MS-SPRing empat serat ini
dibawa oleh serat yang berbeda. Dua untai serat optik membawa working channel, untuk
masing-masing incoming dan outgoing tributari yang mempunyai arah rambat berlawanan, dan
dua untai serat optik membawa protection channel dengan konfigurasi yang sama dengan
working channel. MS-SPRing empat serat dapat mendukung ring switching maupun span
switching, meskipun tidak secara bersama-sama.
2.1.4.MS-Dedicated Protection Ring
Pada MS-Dedicated Protection Ring ini, trafik hanya ditransportasikan secara
unidirectional, tidak bidirectional. Jadi, meskipun terdapat dua buah serat tiap span pada
jaringan ring SDH, tetapi hanya sebuah serat optik saja yang berperan sebagai working channel,
sedangkan serat optik yang lain akan berperan sebagai protection channel. Jumlah maksimal
dari AU-4 yang dapat dilayani oleh jaringan ring SDH tersebut hanya sejumlah AU-4 maksimal
dalam sebuah span. MS dedicated protection ring tetap menggunakan byte-byte APS dalam
proses switching-nya.
2.1.5.Unit Protection
Unit Protection ini bekerja untuk memproteksi modul-modul plug in pada mesin
transmisi SDH, tidak memproteksi kanal transmisi SDH secara langsung. Unit Protection ini
cukup penting, karena bila pada suatu saat salah satu modul plug in pada mesin transmisi SDH

Halaman 3
Evaluasi Sistem Proteksi Jaringan Synchronous Digital Hierarchy
(Hardi Nusantara , Adhitya Wibawa dan Sigit Haryadi)

rusak maka Unit Protection akan berfungsi. Konfigurasi Unit Protection disesuaikan dengan
modul plug in tertentu. Konfigurasinya dapat berupa 1:n (dimana n • 3) dan 1+1. Unit
Protection hanya menyediakan modul plug in cadangan yang berfungsi sebagai back up atau
redundant dari modul plug in yang aktif. Tidak semua modul plug in diproteksi dengan Unit
Protection, hanya modul kartu untuk sinyal tributary, sinyal aggregate, kartu penyedia daya, dan
kartu mikroprosesor yang diproteksi.

2.2.Simulasi dan Evaluasi Sistem Proteksi SDH di PT. Excelcomindo Pratama


PT. Excelcomindo Pratama menggunakan sistem proteksi MSP 1+1 bidirectional
switching non-revertive, PPS dual ended switching non-revertive, dan MS-SPRing 2 serat
bidirectional untuk memproteksi jaringannya. Dari ketiga sistem proteksi yang digunakan
tersebut, kami melakukan percobaan dan evaluasi untuk sistem proteksi jenis MSP 1+1
bidirectional switching non-revertive dan PPS dual ended switching non-revertive.

2.2.1.Pembuatan Link Linear Point-to-Point dengan Proteksi MSP 1+1 Bidirectional


Switching Non-Revertive
Pembuatan link ini membutuhkan dua buah mesin multiplexer FLX Fujitsu 150/600
dengan media transmisi berupa fiber optik. Secara sederhana, link SDH yang dibuat dapat
dilihat pada gambar 1. dibawah ini.

Gambar 1. Link linear point-to-point dengan proteksi MSP 1+1


Bidirectional switching non-revertive

Skema evaluasi dan pengukuran terhadap link SDH dapat dilihat pada gambar 2 berikut.

Gambar 2. Skema evaluasi dan pengukuran link untuk proteksi

Halaman 4
Evaluasi Sistem Proteksi Jaringan Synchronous Digital Hierarchy
(Hardi Nusantara , Adhitya Wibawa dan Sigit Haryadi)

MSP 1+1

Untuk melaksanakan evaluasi dan pengukuran terhadap link, diperlukan tiga analyzer sebagai
penganalisa byte-byte overhead dan pointer, serta sebuah analyzer sebagai pembangkit sinyal
random (PRBS) yang akan menjadi masukan bagi FLX Fujitsu tersebut.

2.2.2Hasil Percobaan dan Evaluasi pada Simulasi Proteksi MSP 1+1 Bidiretcional
Switching Non-Revertive
Saat link tersebut failed, analyzer-analyzer yang terhubung pada link-link lain akan
menunjukkan perubahan pada byte-byte APS, yaitu byte-byte K1 dan K2 pada MSOH.
Perubahan byte-byte K1 dan K2 tersebut, menunjukan urutan proses perpindahan dari main
channel ke protection channel yang terjadi pada saat putusnya kabel serat optik tersebut. Data-
data hasil pengamatan byte-byte K1 dan K2 tersebut dapat dilihat pada tabel-tabel di bawah ini.

TABEL 1
Proses Perubahan Byte APS pada Anritsu (1)
Keadaan Frame Byte APS
K1 K2
Normal (awal) 1 s.d. 1023 0010 0000 0000 0000
Kabel serat optik putus 1 s.d. 485 0010 0000 0000 0110
486 s.d. 568 1100 0001 0000 0110
569 s.d. 1023 1100 0001 0001 0110
Normal(akhir) 1 s.d. 1023 0001 0001 0001 0000

TABEL 2
Proses Perubahan Byte APS pada Anritsu (2)
Keadaan Frame Byte APS
K1 K2
Normal (awal) 1 s.d. 1023 0010 0000 0000 0000
Kabel serat optik putus 1 s.d. 82 1100 0001 0000 0000
83 s.d. 1023 1100 0001 0001 0000
Normal (akhir) 1 s.d. 1023 0001 0001 0001 0000

TABEL 3
Proses Perubahan Byte APS pada Anritsu (3)
Keadaan Frame Byte APS
K1 K2
Normal (awal) 1 s.d. 1023 0001 0000 0000 0000
Kabel serat optik putus 1 s.d. 1023 0010 0001 0001 0000

Normal (akhir) 1 s.d. 1023 0010 0001 0001 0000

(1) Saat Kondisi Awal Normal


Analyzer (1), empat bit pertama K1 bernilai 0010, menunjukan kondisi reverse
request, yaitu acknowledgement atau konfirmasi telah menerima dan melaksanakan permintaan
dari arah transmitter lawan. Empat bit terakhir K1 bernilai 0000, menunjukkan kanal yang
sedang aktif (sebagai working channel) adalah kanal 0. Empat bit pertama K2 bernilai 0000,
menunjukan kanal yang aktif adalah kanal 0. Bit kelima K2 bernilai 0 menunjukan arsitektur
proteksi MSP yang digunakan adalah 1+1. Tiga bit terakhir K2 bernilai 000, menunjukan
kondisi link normal.

Halaman 5
Evaluasi Sistem Proteksi Jaringan Synchronous Digital Hierarchy
(Hardi Nusantara , Adhitya Wibawa dan Sigit Haryadi)

Analyzer (2), byte K1 bernilai 0010 0000, dan byte K2 bernilai 0000 0000. Kondisi ini
mempunyai arti yang persis sama dengan kondisi yang ditunjukan analyzer (1). Hal ini
disebabkan karena kedua analyzer menganalisis link yang dengan arah yang sama, meskipun
satu berperan sebagai working channel dan yang lain sebagai protection channel namun antara
main channel dan protection channel pada sisi transmit dihubungkan oleh permanent bridge.
Pada keadaan normal, untuk link-link dengan arah yang sama, byte-byte K1 dan K2
menunjukan kondisi yang sama.
Analyzer (3), byte K1 bernilai 0001 0000 dan byta K2 bernilai 0000 0000. Kondisi ini
hampir sama dengan yang ditunjukan oleh analyzer (1) dan (2), hanya saja terdapat perbedaan
pada empat bit pertama byte K1 yang bernilai 0001 menunjukan permintaan do not revert, yang
memerintahkan selektor pada sisi lawan untuk tidak pindah posisi (switch) sehingga trafik tidak
pindah ke kanal lain.

(2) Saat Kabel Serat Optik Putus


Analyzer (1)
a) Frame 1-485.
Empat bit K1 bernilai 0010 menunjukan kondisi reverse request, empat bit K1 berikutnya
bernilai 0000 menyatakan kanal yang sedang aktif adalah kanal 0. Empat bit pertama K2
bernilai 0000 menyatakan kanal yang sedang aktif saat itu adalah kanal 0, bit ke-5 bernilai 0
menyatakan arsitektur proteksinya adalah MSP 1+1, dan tiga bit terakhir bernilai 110
menunjukkan kondisi RDI. Kondisi ini menyatakan bahwa receiver tidak menerima sinyal dari
lawan.
b) Frame 486-568.
Empat bit pertama K1 bernilai 1100 menyatakan keadaan Signal Fail Low Priority (SF-LP),
keadaan ini menyatakan adanya kabel yang putus dari arah transmitter lawan. Empat bit K1
berikutnya bernilai 0001 menyatakan permintaan kepada selektor sisi lawan untuk pindah ke
kanal 1. Isi dan penjelasan byte K2 sama dengan isi dan penjelasan byte K2 pada frame 1
sampai frame ke-485 sebelumnya.
c) Frame 569-1023.
Byte K1 berisi 1100 0001, penjelasan makna keadaan byte K1 sama dengan penjelasan keadaan
byte K1 pada frame ke-486 sampai frame ke-568 di atas. Empat bit pertama K2 bernilai 0001,
menyatakan kanal yang aktif sebagai working channel adalah kanal 1 (saat ini kanal yang aktif
sebagai working channel telah berubah dari kanal 0 menjadi kanal 1). Bit ke-5 K2 bernilai 0
menyatakan arsitektur proteksi MSP adalah 1+1. Sedangkan tiga bit terakhir K2 bernilai 110
menyatakan RDI, hal ini terjadi karena kondisi link dari arah berlawanan masih putus, belum
kembali normal.
Analyzer (2)
a) Frame 1-82.
Empat bit pertama K1 bernilai 1100, mengindikasikan keadaan SF-LP. Empat bit terakhir K1
bernilai 0001, menyatakan permintaan untuk pindah ke kanal 1 sebagai kanal yang akan
digunakan untuk working channel. Pada byte K2 belum terjadi perubahan (masih bernilai 0000
0000).
b) Frame 83-1023.
Byte K1 belum berubah, sama seperti isi byte K1 pada frame 1 -82. Pada byte K2, empat bit
pertama bernilai 0001, menyatakan working channel telah berubah dari yang semula kanal 0
menjadi kanal 1. Bit ke-5 menyatakan arsitektur proteksi MSP 1+1, dan tiga bit terakhir
menyatakan kondisi link dari arah berlawanan normal, hal ini berbeda dengan apa yang ada
pada analyzer (1), dimana selama link yang failed belum normal, tiga bit terakhir K2
menunjukan kondisi RDI. Hal ini terjadi karena, link yang diamati pada analyzer (1) merupakan
pasangan dari link yang failed. Sedangkan link yang diamati pada analyzer (2) bukan

Halaman 6
Evaluasi Sistem Proteksi Jaringan Synchronous Digital Hierarchy
(Hardi Nusantara , Adhitya Wibawa dan Sigit Haryadi)

merupakan pasangan dari link yang failed tersebut, meskipun keduanya mempunyai arah yang
sama.
Analyzer (3)
Empat bit pertama K1 bernilai 0010, menunjukan kondisi reverse request yang artinya
acknowledgement atau konfirmasi telah menerima dan melaksanakan permintaan dari arah
transmitter lawan. Empat bit berikutnya bernilai 0001 menyatakan permintaan kepada selektor
lawan untuk pindah ke kanal 1. Empat bit pertama K2 berisi 0001, menyatakan kanal yang aktif
sebagai working channel adalah kanal 1 (selektor pada sisi ini sudah pindah ke kanal 1).
Sedangkan empat bit K2 berikutnya tidak mengalami perubahan.

(3) Saat Kondisi Akhir Normal (kabel yang putus sudah normal kembali ).
Analyzer (1), empat bit pertama K1 bernilai 0001, menunjukan permintaan do
not revert, yang menyebabkan trafik tidak akan pindah ke main channel semula meskipun main
channel tersebut sudah normal kembali. Sedangkan empat bit berikutnya bernilai 0001
menyatakan kanal dimana permintaan do not revert tersebut diperuntukan, yaitu kanal 1. Empat
bit pertama K2 bernilai 0001 menyatakan kanal yang aktif sebagai working channel adalah
kanal 1. Bit ke-5 bernilai 0 menyatakan arsitektur proteksi yang digunakan adalah MSP 1+1.
Tiga bit terakhir bernilai 000, menyatakan bahwa keadaan link sudah normal.
Analyzer (2), byte K1 berisi 0001 0001 dan byte K2 berisi 0001 000. Isi byte-
byte ini menyatakan keadaan yang sama dengan keadaan yang diamati pada analyzer (1).
Analyzer (3), empat bit pertama K1 bernilai 0010, menyatakan kondisi reverse
request. Empat bit K1 berikutnya dan empat bit pertama K2 bernilai 0001 menunjukkan kanal
yang aktif adalah kanal 1. Bit kelima K2 bernilai 0 menunjukan arsitektur proteksi MSP adalah
1+1, dan tiga bit terakhir K2 bernilai 000, menunjukan kondisi link normal.

Berdasarkan uraian dan penjelasan proses switch dari main channel ke


protection channel pada MSP, maka dapat disimpulkan urutan proses terjadinya switch. Saat
kondisi awal normal, link yang mempunyai arah sama, satu pada main channel dan satu pada
protection channel, akan berisi byte K1 dan K2 yang sama. Bila salah satu link failed, misalnya
link dari arah FLX (B) ke FLX (A), maka FLX 150/600 (A) akan mengirimkan alarm RDI,
kondisi signal fail, (diindikasikan oleh bit 1-4 byte K1 dan bit 6-8 byte K2 yang dikirim) dan
permintaan pada FLX (B) untuk pindah ke kanal proteksi (diindikasikan oleh bit 5-8 byte K1
yang dikirim), sebagai tambahan bahwa pada saat ini FLX (A) sendiri masih belum pindah ke
kanal proteksi (diindikasikan dari bit 1-4 dari byte K2 yang dikirim). FLX (B) akan menanggapi
permintaan dari FLX (A) dengan berpindah ke kanal proteksi (diindikasikan oleh bit 1-4 dari
byte K2 yang dikirim), dan selanjutnya meminta balik kepada FLX (A) untuk berpindah ke
kanal proteksi (diindikasikan oleh bit 5-8 dari byte K1 yang dikirim). Selanjutnya FLX (A) akan
menanggapi permintaan dari FLX (B) dengan pindah ke kanal proteksi (diindikasikan oleh bit
1-4 dari byte K2 yang dikirim). Ini menandakan proses switch dari main channel ke protection
channel telah selesai dan sukses Kondisi signal fail dan RDI masih dikirimkan oleh FLX (A)
apabila salah satu link pada span tersebut masih failed, apabila nanti kondisi link sudah normal
kembali maka kondisi signal fail dan RDI tidak akan muncul. Hal ini diindikasikan oleh byte
K2, pada empat bit pertamanya yang dikirim oleh FLX (A). Apabila link yang failed pada span
tersebut sudah normal kembali, maka FLX 150/600 (A) akan mengirimkan kondisi do not revert
untuk kanal yang sekarang aktif sebagai working channel, serta informasi bahwa span dalam
keadaan normal. Informasi-informasi ini diterima oleh FLX 150/600 (B) dan akan dijawab
dengan kondisi reverse request, dan informasi bahwa span dalam keadaan normal.
Pada sistem SDH dalam satu detik terdapat 8000 frame STM-N, maka dari hasil
pengamatan, waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan proses switching adalah,
83
Waktu yang dibutuhkan (t) = detik
8000
= 0,01 detik = 10 ms
Halaman 7
Evaluasi Sistem Proteksi Jaringan Synchronous Digital Hierarchy
(Hardi Nusantara , Adhitya Wibawa dan Sigit Haryadi)

3.Penutup
3.1.Kesimpulan
MSP digunakan untuk proteksi jaringan transmisi SDH yang bersifat linear point-to-
point. Sedangkan PPS dapat digunakan baik pada jaringan berbentuk ring maupun point-to-
point.PPS dapat mengombinasikan dua media transmisi yang berbeda, dan dapat menggunakan
kapasitas yang berbeda pada tiap kanal transmisinya. MS-SPRing digunakan untuk proteksi
jaringan backbone serat optik dengan kapasitas trafik yang besar dan mempunyai topologi ring.
Proses switching sistem proteksi MSP tidak berlangsung seketika namun melalui suatu
proses dengan memanfaatkan byte-byte APS K1 dan K2. MSP mampu melakukan proses
switching dalam waktu kurang dari 50 milidetik.Proteksi PPS tidak menggunakan
protokol/aturan standar ITU-T dalam proses switching-nya, namun cukup berdasarkan dari
indikasi alarm yang diterima (minimal pada level TU-AIS).

3.2. Saran
Dalam perencanaan sistem proteksi yang akan digunakan haruslah memperhatikan segi efisiensi
biaya, topologi jaringan, dan besarnya trafik yang akan dilewatkan agar dapat dicapai hasil yang
optimal dan didapat link yang reliable terhadap gangguan/kerusakan.
Walaupun sistem proteksi MSP cukup handal, namun pada proteksi point-to-point sebaiknya
digunakan proteksi PPS, karena PPS memberikan fleksibilitas yang lebih baik dibandingkan
MSP.
Melakukan percobaan terhadap sistem proteksi yang lain, terutama MS-SPRing dua serat.

Daftar Pustaka
Anritsu Corporation,1995 Anritsu Wiltron Measuring Equipment Test PDH/SDH Analyzer
MP1550A/B, Japan.
Bates, Regis J,2002 Broadband Telecommunications Handbook. San Fransisco: McGraw-Hill.
Fujitsu Limited,2002, Fujitsu Module SDH Fundamentals, Japan.
Fujitsu Limited,1995, Instruction Manual Fujitsu Lightwave Cross-connect Node FLX150/600,
Kawasaki Japan
Fujitsu Limited,1995, Fujitsu Instruction Manual Fujitsu Lightwave Cross-connect Node
FLX150T, Kawasaki Japan.
Fujitsu Limited,1998 User’s Reference for FLEXR Plus FRX 150 Operation, Japan .
ITU-T Recommendation,2003, Reability and Availability of Analogue Cable Transmission
Systems and Associated Euipments, Rec. G.602.
ITU-T Recommendation,2003, Network Node Interface for The Synchronous Digital Hierarchy
(SDH), Rec. G.707, G.708.
ITU-T Recommendation,2003, Characteristics of Synchronous Digital Hierarchy (SDH), Rec.
G.783.
ITU-T Recommendation,2003, Types and Characteristics of SDH Network Protection
Architectures, Rec.G.841.
Sexton, Mike,1992, Transmission Networking : SONET and The Synchronous Digital Hierarcy,
Artech House, Boston.

Halaman 8

You might also like