Professional Documents
Culture Documents
Abstract
Synchronous Digital Hierarchy (SDH) has been supporting an important role to improve the
affectivity cost and the reliability of telecommunication network – especially optical fiber –
since an early of 1990. However, the process of designing and constructing SDH transmission
system is not merely a simple process, some failures on the system possibly occurs. Thus, to
minimize the worst effect or to stabilize the SDH network in balance, mastering the knowledge
of SDH protection system is essentially needed. In the sense that SDH protection system
involves the making of alternative transmission network as a ‘back up’ whenever the main
transmission network fails.
SDH transmission system consists of a various kinds of protection systems that the usage of
those systems is based on some factors such as the need of traffic, network topology, and
economical consideration. This research is conducted by having an experiment of SDH
protection system – MSP 1+1 bidirectional switching non-revertive and PPS dual-ended
switching non-revertive – on PT. Excelcomindo Pratama. The experiment is done by
constructing of transmission link simulation and the protection through the traffic supplied in
form of bit-random (PRBS) in the laboratory of PT. Exelcomindo Pratama. The result of the
experiment shows that PPS is qualifier than MSP in the term of design flexibility under the
assumption that PPS is capable to manage the link with different capacity and it is possibly
applied to the link in diverse mediums such as optic fiber and microwave link. Furthermore, the
result of experiment on APS K1 and K2 bytes of MSOH demonstrates a significant distinction
on the switching process between MSP and PPS. MSP switching process is happened through a
certain flash steps (less than 50 ms), in fact, it does not occur automatically. Whereas, the
occurrence of switching process on PPS is automatically based on alarm indication. There is not
any certain steps bytes happened. Nevertheless, not all of the alarms cause switching. The
switching only occur when the alarm is in the minimal level of TU-AIS.
Keywords : SDH , Sistem Proteksi , MSP
1. Pendahuluan
Sejak diperkenalkan pada awal tahun 1990, SDH (Synchronous Digital Hierarchy)
telah meningkatkan kemampuan, kehandalan, dan penurunan biaya dari jaringan serat optik.
SDH merupakan suatu jaringan transmisi yang tidak tergantung pada vendor tertentu serta
struktur frame yang menyediakan berbagai fasilitas tambahan pada bit-bit overheadnya, seperti
untuk sinkronisasi, alarm monitoring, bit error monitoring, komunikasi data, dan proteksi.
Perancangan dan pembuatan sistem transmisi SDH haruslah memperhitungkan
kemungkinan terburuk, yaitu kegagalan sistem transmisi tersebut. Kegagalan sistem transmisi
tersebut haruslah diantisipasi secepatnya, agar layanan-layanan yang menggunakan sistem
tersebut dapat tetap dijalankan. Salah satu cara mengantisipasinya adalah dengan
mempersiapkan sistem proteksi yang handal. Proteksi dilaksanakan dengan membuat jaringan
transmisi lain sebagai cadangan (back up) apabila jaringan transmisi yang utama gagal berfungsi
Halaman 1
Evaluasi Sistem Proteksi Jaringan Synchronous Digital Hierarchy
(Hardi Nusantara , Adhitya Wibawa dan Sigit Haryadi)
Sistem proteksi pada SDH berguna untuk menjamin agar jaringan transmisi tetap dapat
menjalankan fungsinya dengan baik setiap saat. Proteksi dilaksanakan dengan membuat
jaringan transmisi lain sebagai cadangan (back up) apabila jaringan transmisi yang utama gagal
berfungsi. Sistem transmisi SDH mempunyai berbagai macam sistem proteksi dimana
penggunaannya disesuaikan dengan kebutuhan trafik, topologi jaringan, maupun faktor
pertimbangan ekonomis, yaitu MSP 1+1, MSP 1:n, PPS, MS-SPRing dua serat,MS-SPRing
empat serat, dan MS Dedicated Protection Ring.
Halaman 2
Evaluasi Sistem Proteksi Jaringan Synchronous Digital Hierarchy
(Hardi Nusantara , Adhitya Wibawa dan Sigit Haryadi)
switch mirip dengan bidirectional switching pada MSP, apabila terjadi gangguan pada salah satu
link pada main channel, maka kedua link pada main channel akan berpindah ke link proteksi.
PPS mempunyai kelebihan-kelebihan lain dibanding MSP, yaitu :
• PPS dapat dilewatkan pada media transmisi yang berbeda, misalnya main channel
menggunakan serat optik dan protection channel menggunakan microwave link. Sedangkan
pada MSP, main channel dan protection channel harus dilewatkan pada media transmisi
yang sama, yaitu serat optik.
• Kedua buah link, main channel dan protection channel, dapat menggunakan kapasitas yang
berbeda. Misalnya main channel menggunakan serat optik berkapasitas STM-4, dan sebagai
protection channel digunakan microwave link berkapasitas STM-1. Sedangkan pada MSP,
main channel dan protection channel harus menggunakan link yang mempunyai kapasitas
sama.
Halaman 3
Evaluasi Sistem Proteksi Jaringan Synchronous Digital Hierarchy
(Hardi Nusantara , Adhitya Wibawa dan Sigit Haryadi)
rusak maka Unit Protection akan berfungsi. Konfigurasi Unit Protection disesuaikan dengan
modul plug in tertentu. Konfigurasinya dapat berupa 1:n (dimana n • 3) dan 1+1. Unit
Protection hanya menyediakan modul plug in cadangan yang berfungsi sebagai back up atau
redundant dari modul plug in yang aktif. Tidak semua modul plug in diproteksi dengan Unit
Protection, hanya modul kartu untuk sinyal tributary, sinyal aggregate, kartu penyedia daya, dan
kartu mikroprosesor yang diproteksi.
Skema evaluasi dan pengukuran terhadap link SDH dapat dilihat pada gambar 2 berikut.
Halaman 4
Evaluasi Sistem Proteksi Jaringan Synchronous Digital Hierarchy
(Hardi Nusantara , Adhitya Wibawa dan Sigit Haryadi)
MSP 1+1
Untuk melaksanakan evaluasi dan pengukuran terhadap link, diperlukan tiga analyzer sebagai
penganalisa byte-byte overhead dan pointer, serta sebuah analyzer sebagai pembangkit sinyal
random (PRBS) yang akan menjadi masukan bagi FLX Fujitsu tersebut.
2.2.2Hasil Percobaan dan Evaluasi pada Simulasi Proteksi MSP 1+1 Bidiretcional
Switching Non-Revertive
Saat link tersebut failed, analyzer-analyzer yang terhubung pada link-link lain akan
menunjukkan perubahan pada byte-byte APS, yaitu byte-byte K1 dan K2 pada MSOH.
Perubahan byte-byte K1 dan K2 tersebut, menunjukan urutan proses perpindahan dari main
channel ke protection channel yang terjadi pada saat putusnya kabel serat optik tersebut. Data-
data hasil pengamatan byte-byte K1 dan K2 tersebut dapat dilihat pada tabel-tabel di bawah ini.
TABEL 1
Proses Perubahan Byte APS pada Anritsu (1)
Keadaan Frame Byte APS
K1 K2
Normal (awal) 1 s.d. 1023 0010 0000 0000 0000
Kabel serat optik putus 1 s.d. 485 0010 0000 0000 0110
486 s.d. 568 1100 0001 0000 0110
569 s.d. 1023 1100 0001 0001 0110
Normal(akhir) 1 s.d. 1023 0001 0001 0001 0000
TABEL 2
Proses Perubahan Byte APS pada Anritsu (2)
Keadaan Frame Byte APS
K1 K2
Normal (awal) 1 s.d. 1023 0010 0000 0000 0000
Kabel serat optik putus 1 s.d. 82 1100 0001 0000 0000
83 s.d. 1023 1100 0001 0001 0000
Normal (akhir) 1 s.d. 1023 0001 0001 0001 0000
TABEL 3
Proses Perubahan Byte APS pada Anritsu (3)
Keadaan Frame Byte APS
K1 K2
Normal (awal) 1 s.d. 1023 0001 0000 0000 0000
Kabel serat optik putus 1 s.d. 1023 0010 0001 0001 0000
Halaman 5
Evaluasi Sistem Proteksi Jaringan Synchronous Digital Hierarchy
(Hardi Nusantara , Adhitya Wibawa dan Sigit Haryadi)
Analyzer (2), byte K1 bernilai 0010 0000, dan byte K2 bernilai 0000 0000. Kondisi ini
mempunyai arti yang persis sama dengan kondisi yang ditunjukan analyzer (1). Hal ini
disebabkan karena kedua analyzer menganalisis link yang dengan arah yang sama, meskipun
satu berperan sebagai working channel dan yang lain sebagai protection channel namun antara
main channel dan protection channel pada sisi transmit dihubungkan oleh permanent bridge.
Pada keadaan normal, untuk link-link dengan arah yang sama, byte-byte K1 dan K2
menunjukan kondisi yang sama.
Analyzer (3), byte K1 bernilai 0001 0000 dan byta K2 bernilai 0000 0000. Kondisi ini
hampir sama dengan yang ditunjukan oleh analyzer (1) dan (2), hanya saja terdapat perbedaan
pada empat bit pertama byte K1 yang bernilai 0001 menunjukan permintaan do not revert, yang
memerintahkan selektor pada sisi lawan untuk tidak pindah posisi (switch) sehingga trafik tidak
pindah ke kanal lain.
Halaman 6
Evaluasi Sistem Proteksi Jaringan Synchronous Digital Hierarchy
(Hardi Nusantara , Adhitya Wibawa dan Sigit Haryadi)
merupakan pasangan dari link yang failed tersebut, meskipun keduanya mempunyai arah yang
sama.
Analyzer (3)
Empat bit pertama K1 bernilai 0010, menunjukan kondisi reverse request yang artinya
acknowledgement atau konfirmasi telah menerima dan melaksanakan permintaan dari arah
transmitter lawan. Empat bit berikutnya bernilai 0001 menyatakan permintaan kepada selektor
lawan untuk pindah ke kanal 1. Empat bit pertama K2 berisi 0001, menyatakan kanal yang aktif
sebagai working channel adalah kanal 1 (selektor pada sisi ini sudah pindah ke kanal 1).
Sedangkan empat bit K2 berikutnya tidak mengalami perubahan.
(3) Saat Kondisi Akhir Normal (kabel yang putus sudah normal kembali ).
Analyzer (1), empat bit pertama K1 bernilai 0001, menunjukan permintaan do
not revert, yang menyebabkan trafik tidak akan pindah ke main channel semula meskipun main
channel tersebut sudah normal kembali. Sedangkan empat bit berikutnya bernilai 0001
menyatakan kanal dimana permintaan do not revert tersebut diperuntukan, yaitu kanal 1. Empat
bit pertama K2 bernilai 0001 menyatakan kanal yang aktif sebagai working channel adalah
kanal 1. Bit ke-5 bernilai 0 menyatakan arsitektur proteksi yang digunakan adalah MSP 1+1.
Tiga bit terakhir bernilai 000, menyatakan bahwa keadaan link sudah normal.
Analyzer (2), byte K1 berisi 0001 0001 dan byte K2 berisi 0001 000. Isi byte-
byte ini menyatakan keadaan yang sama dengan keadaan yang diamati pada analyzer (1).
Analyzer (3), empat bit pertama K1 bernilai 0010, menyatakan kondisi reverse
request. Empat bit K1 berikutnya dan empat bit pertama K2 bernilai 0001 menunjukkan kanal
yang aktif adalah kanal 1. Bit kelima K2 bernilai 0 menunjukan arsitektur proteksi MSP adalah
1+1, dan tiga bit terakhir K2 bernilai 000, menunjukan kondisi link normal.
3.Penutup
3.1.Kesimpulan
MSP digunakan untuk proteksi jaringan transmisi SDH yang bersifat linear point-to-
point. Sedangkan PPS dapat digunakan baik pada jaringan berbentuk ring maupun point-to-
point.PPS dapat mengombinasikan dua media transmisi yang berbeda, dan dapat menggunakan
kapasitas yang berbeda pada tiap kanal transmisinya. MS-SPRing digunakan untuk proteksi
jaringan backbone serat optik dengan kapasitas trafik yang besar dan mempunyai topologi ring.
Proses switching sistem proteksi MSP tidak berlangsung seketika namun melalui suatu
proses dengan memanfaatkan byte-byte APS K1 dan K2. MSP mampu melakukan proses
switching dalam waktu kurang dari 50 milidetik.Proteksi PPS tidak menggunakan
protokol/aturan standar ITU-T dalam proses switching-nya, namun cukup berdasarkan dari
indikasi alarm yang diterima (minimal pada level TU-AIS).
3.2. Saran
Dalam perencanaan sistem proteksi yang akan digunakan haruslah memperhatikan segi efisiensi
biaya, topologi jaringan, dan besarnya trafik yang akan dilewatkan agar dapat dicapai hasil yang
optimal dan didapat link yang reliable terhadap gangguan/kerusakan.
Walaupun sistem proteksi MSP cukup handal, namun pada proteksi point-to-point sebaiknya
digunakan proteksi PPS, karena PPS memberikan fleksibilitas yang lebih baik dibandingkan
MSP.
Melakukan percobaan terhadap sistem proteksi yang lain, terutama MS-SPRing dua serat.
Daftar Pustaka
Anritsu Corporation,1995 Anritsu Wiltron Measuring Equipment Test PDH/SDH Analyzer
MP1550A/B, Japan.
Bates, Regis J,2002 Broadband Telecommunications Handbook. San Fransisco: McGraw-Hill.
Fujitsu Limited,2002, Fujitsu Module SDH Fundamentals, Japan.
Fujitsu Limited,1995, Instruction Manual Fujitsu Lightwave Cross-connect Node FLX150/600,
Kawasaki Japan
Fujitsu Limited,1995, Fujitsu Instruction Manual Fujitsu Lightwave Cross-connect Node
FLX150T, Kawasaki Japan.
Fujitsu Limited,1998 User’s Reference for FLEXR Plus FRX 150 Operation, Japan .
ITU-T Recommendation,2003, Reability and Availability of Analogue Cable Transmission
Systems and Associated Euipments, Rec. G.602.
ITU-T Recommendation,2003, Network Node Interface for The Synchronous Digital Hierarchy
(SDH), Rec. G.707, G.708.
ITU-T Recommendation,2003, Characteristics of Synchronous Digital Hierarchy (SDH), Rec.
G.783.
ITU-T Recommendation,2003, Types and Characteristics of SDH Network Protection
Architectures, Rec.G.841.
Sexton, Mike,1992, Transmission Networking : SONET and The Synchronous Digital Hierarcy,
Artech House, Boston.
Halaman 8