You are on page 1of 11

ANALISIS CAPITAL ASSET PRICING MODEL (CAPM) DALAM

MENENTUKAN KEPUTUSAN INVESTASI SAHAM PADA PERUSAHAAN


YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI)
STUDI PADA PERUSAHAAN SUBSEKTOR TELEKOMUNIKASI TAHUN 2016-
2018

Nila Astrina
Fakultas Ekonomi, Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya
e-mail: nilaastrina03@gmail.com

ABSTRACT

Investment decisions in considering the shares to be chosen must provide benefits in the
future because in investment, it is expected to get returns in the form of profits but also cannot avoid
the risk. The purpose of the study to determine the feasibility of investing in stock investments. The
method used in this research is quantitative descriptive research method. The population to be used
in the study is the Telecommunications subsector company that is listed on the Indonesia Stock
Exchange (IDX) using purposive sampling method, taken 4 samples of the Telecommunications sub-
sector companies from 5 companies. The analysis tool that will be used is using the Capital Asset
Pricing Model (CAPM) method to analyze the feasibility of investing in telecommunications stocks.
From the results of calculations and analysis in 2016-2018 using the Capital Asset Pricing Model
(CAPM) it can be concluded that in 2016 there is 1 undervalue stock is TLKM and overvalue shares
are EXCL, FREN, and ISAT shares. For 2017, all shares are in an overvalued condition. Whereas
in 2018, there are 2 undervalued shares, namely FREN and ISAT and there are 2 EXCL and TLKM
shares. The decision to sell shares is when the stock is urdervalue or Ri> E (Ri) and the decision to
sell shares is when the stock is overvalued or Ri <E (Ri).

Keywords: Investment, expected profit, risk, undervalued, overvalued

ABSTRAK

Keputusan investasi dalam mempertimbangkan saham yang akan dipilih harus memberikan
keuntungan di masa yang akan datang karena dalam investasi, diharapkan memperoleh
pengembalian berupa keuntungan tetapi juga tidak dapat menghindari adanya risiko. Tujuan
penelitian dilakukan yaitu untuk mengetahui kelayakan investasi dari investasi saham. Metode dalam
penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif kuantitatif, populasi dalam penelitian adalah
perusahaan subsektor Telekomunikasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan
menggunakan metode purposive sampling, diambil 4 sampel perusahaan subsektor Telekomunikasi
dari 5 perusahaan. Alat analisis yang akan digunakan yaitu menggunakan metode Capital Asset
Pricing Model (CAPM) untuk menganalisis bagaimana kelayakan investasi pada saham
telekomunikasi. Dari hasil perhitungan dan analisis tahun 2016-2018 menggunakan Capital Asset
Pricing Model (CAPM) dapat disimpulkan tahun 2016 ada 1 saham undervalue adalah TLKM dan
saham overvalue adalah saham EXCL, FREN, dan ISAT. Untuk tahun 2017, semua saham berada
pada kondisi overvalue. Sedangkan pada tahun 2018, ada 2 saham undervalue yaitu FREN dan ISAT
dan ada 2 saham EXCL dan TLKM. Keputusan untuk menjual saham adalah saat keadaan saham
urdervalue atau Ri>E(Ri) dan menjual saham saat keadaan saham berada overvalue atau Ri<E(Ri).

Kata Kunci: Investasi, keuntungan yang diharapkan, risiko, undervalue, overvalu

1
1. PENDAHULUAN semakin bersaing ketat, karena jaringan
Saat ini pilihan untuk memanfaatkan uang telekomunikasi menjadi sebuah hal yang
menjadi lebih bermanfaat, salah satunya mendasar bagi masyarakat Indonesia. Era
dengan cara investasi. Saat ini banyak pilihan digital memunculan banyak alat komunikasi
investasi yang dapat disesuaikan dengan serta fitur-fitur baru yang ditawarkan hampir
keinginan calon investor. Seperti berinvestasi semua berbasis internet. Hal ini berdampak
pada saham, emas dan properti. Peran pasar positif untuk dunia informasi dan teknologi
modal sangat penting untuk para pemilik khususnya bisnis di bidang telekomunikasi
perusahaan yang telah mendaftarkan mulai banyak dilirik oleh para investor
perusahaannya ke bursa efek, karena di pasar mengingat kebutuhan masyarakat Indonesia
modal adalah tempat untuk mendapatkan dana yang sangat besar terhadap informasi.
yang berguna untuk meningkatkan nilai Capital Asset Pricing Model (CAPM)
perusahaannya, sedangkan investor yang adalah salah satu metode yang dapat digunakan
melakukan investasi akan memperoleh dalam menentukan hubungan antara resiko dan
keuntungan dari investasinya. Dalam suatu return yang akan didapatkan oleh investor.
investasi, investor harus selalu memperdalam Dalam Capital Asset Pricing Model (CAPM),
wawasan dan memperbarui ketersediaan tingkat keuntungan dan tingkat resiko memiliki
informasi tentang perusahaan mulai dari latar hubungan yang positif dan linear. Ukuran
belakang perusahaan, laporan keuangan dan untuk menyatakan resiko ditunjukkan dengan
harga saham terkini. beta (β). Semakin besar tingkat keuntungan
Investasi dalam bentuk apapun pasti ada yang diharapkan, maka semakin tinggi pula
resikonya. Jika dalam investasi saham, investor resiko yang akan dihadapi. Dalam penelitian
dapat membentuk portofolio saham yaitu ini digunakan perusahaan pada subsektor
dengan mendiversifikasikan saham agar dapat Telekomunikasi.
memperkecil resiko yang akan ditanggung oleh Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk
investor tetapi tetap dapat meminimalkan menentukan dan menganalisis jika dengan
tingkat keuntungan. Dalam portofolio saham, menggunakan metode Capital Asset Pricing
resiko investor dapat diperkecil yaitu jika ada Model (CAPM) dapat menentukan keputusan
saham yang turun, maka masih ada saham yang investasi saham subsektor Telekomunukasi
lain yang akan tetap memberikan keuntungan. yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)
Dalam memilih portofolio saham, ada baiknya sebagai sarana investasi.
jika para investor mengetahui metode
perhitungan return portofolio saham, agar 2. KAJIAN PUSTAKA
dapat memperkirakan resiko dan Investasi
pengembalian yang akan diterima. Menurut Bodie, Kane dan Marcus
Dalam memutuskan investasi saham (2016:1) “Investasi adalah komitmen saat ini
adalah pertimbangan dalam memilih saham atas uang atau sumber daya lain dengan
yang dapat menguntungkan dimana dana yang harapan untuk mendapatkan keuntungan di
ditanamkan harus memberikan keuntungan di masa depan. Sedangkan menurut Herlianto
masa yang akan datang, meskipun di masa (2013:1) Investasi pada dasarnya merupakan
yang akan datang keuntungan tersebut belum penempatan sejumlah dana pada saat ini
bisa diketahui saat ini. Oleh karena itu, calon dengan tujuan untuk memperoleh di masa akan
investor harus memperhitungkan antara resiko datang. Investasi dapat diartikan sebagai
dan tingkat pengembalian yang diharapkan, komitmen untuk menanamkan sejumlah dana
karena dalam investasi yang dilakukan pada saat ini dengan memperoleh keuntungan
diharapkan memperoleh pengembalian berupa di masa akan datang. “Dengan kata lain,
keuntungan tetapi juga tidak dapat investasi merupakan komitmen untuk
menghindari adanya resiko. mengorbankan konsumsi sekarang dengan
Jika melihat dari kebutuhan era digital tujuan memperbesar konsumsi di masa
saat ini, perusahaan jaringan telekomunikasi datang.”

2
Risiko variance dari portofolio yang optimal.
Menurut Kodrat dan Indonanjaya (Herlianto, 2013:68) “Capital Asset Pricing
(2010:255) “Risiko didefinisikan sebagai the Model (CAPM) diajukan oleh William Sharpe
possibility of suffering harm or loss (The (Stanford University) dan John Lintner
American Heritage Dictionary). Dalam (Harvard University) merupakan kelanjutan
konteks Investasi, kondisi harm atau loss teori portofolio modern modern dari Harry
berupa kondisi di mana investor menerima Markowitz. “Teori ini mendefinisikan
keuntungan yang lebih kecil dari yang hubungan antara risiko dengan tingkat
disyaratkan. Risiko timbul dari kondisi keuntungan aktiva pada kondisi equilibrium.
ketidakpastian, maka untuk mengukur risiko, (Kodrat dan Indonanjaya, 2010:266)
kita harus memahami konsep distribusi
probabilitas.” Sedangkan menurut Halim Beta (β)
(2015:157) “Risiko dalam suatu investasi Beta merupakan suatu pengukur votalitas
ditunjukkan oleh besar kecilnya penyimpangan return suatu saham sekuritas atau return
tingkat imbal hasil yang diharapkan (expected portofolio terhadap return portofolio terhadap
rate of return) dengan tingkat imbalan hasil return pasar. Beta sekuritas ke-i mengukur
yang dicapai secara riil (actual riil of return). votatilitas return sekuritas ke-i dengan return
Semakin besar penyimpangan berarti semakin pasar. Dengan demikian beta merupakan
tinggi tingkat risikonya.” pengukur risiko sistematik dari suatu sekuritas
atau portofolio relative terhadap risiko pasar.
Return Volatilitas dapat didefinisikan sebagai
Menurut Jogiyanto (2014:235) “Return fluktuasi dari return-return suatu sekuritas atau
merupakan hasil yang diperoleh dari portofolio dalam suatu periode tertentu. Jika
investasi.” Return dapat berupa return volatilitas diukur dengan kovarian, maka
realisasian yang sudah terjadi atau return kovarian return antara sekuritas ke-i dengan
ekspekstasian yang belum terjadi tetapi yang return pasar adalah sebesar σiM.
diharapkan akan terjadi di masa yang akan
datang. Sedangkan menurut Musthafa Security Market Line (SML)
(2017:107) “Return investasi hanya bisa Garis Pasar Modal (GPM) menggunakan
diperkirakan melalui pengestimasian. Return tradeoff antara risiko dan return ekspektasian
investasi yang akan datang adalah return yang untuk portofolio efisien, tetapi bukan untuk
diharapkan dan sangat mungkin berlainan sekuritas individual. Garis lain yang
dengan return aktual yang diterima. Besarnya menunjukkan tradeoff antara risiko dan return
risiko yang berkaitan dengan investasi ekspektasian untuk sekuritas individual disebut
sekuritas yang bersangkutan, menunjukkan dengan Garis Pasar Sekuritas (GPS) atau
kemungkinan penyimpangan antara return Security Market Line (SML). Security Market
yang diharapkan dengan return aktual yang Line (SML) merupakan penggambaran secara
diperoleh.” grafis dari model CAPM. (Jogiyanto,
2014:586) Garis yang menunjukkan hubungan
Capital Asset Pricing Model (CAPM) antara risiko (sekarang diukur dengan β)
“Capital Asset Pricing Model (CAPM) dengan tingkat keuntungan, disebut sebagai
adalah suatu model keseimbangan yang Security Market Line. Dan garis tersebut
memungkinkan untuk menentukan resiko yang merupakan garis linear. [E(RM)-Rf] β biasa
relevan, dan bagaimana hubungan antara disebut sebagai premi risiko (risk premium).
resiko untuk setiap asset apabila pasar modal Semakin besar β, semakin besar pula premi
dalam keadaan seimbang.” Capital Asset risiko tersebut. (Husnan, 2015:154)
Pricing Model (CAPM) mengasumsikan
bahwa para investor adalah perencana pada Penilaian Saham
suatu periode tunggal yang memiliki persepsi Penilaian saham dilakukan dengan
yang sama mengenai keadaan dan mem- membandingkan tingkat pengembalian saham

3
individu dengan tingkat pengembalian yang tercatat pada Bank Negara Indonesia 1946
diharapkan dalam menentukan saham (BNI46) selama Tahun 2016 – 2018 diakses
undervalue atau overvalue. Dari melalui www.pusatdata.kontan.co.id .
penggambaran Security Market Line di atas
juga dapat digunakan untuk mengetahui atau Populasi dan Sampel Penelitian
menggambarkan saham undervalue atau Populasi dalam penelitian ini adalah
overvalue. Suatu saham dikatakan undervalue seluruh perusahaan subsektor Telekomunikasi
apabila returnnya berada di atas minimum yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan
return, dan dikatakan overvalue apabila sampel yang digunakan adalah perusahaan-
returnnya berada di bawah minimum return. perusahaan pada subsektor Telekomunikasi
Istilah lain yang digunakan untuk minimum tersebut.
return adalah expected return. (Samsul, Cara pengambilan sampel yang dilakukan
2009:300) Dapat dituliskan pula Ri > E(Ri) adalah dengan Metode Purposive Sampling.
berarti saham tersebut undervalue (harga Metode purposive Sampling adalah teknik
murah) dapat dibeli dan jika Ri < E(Ri) maka pengambilan sampel dengan pertimbangan
saham tersebut overvalue (harga mahal) jadi tertentu. (Sugiyono, 2013:85). Adapun
dapat dijual. pertimbangannya yaitu dengan kriteria,
sebagai berikut:
3. METODE PENELITIAN 1. Saham perusahaan yang telah tercatat di
Tempat dan Waktu Bursa Efek Indonesia (BEI) selama bulan
Tempat penelitian akan dilakukan pada Januari 2016 – Desember 2018.
website Bursa Efek Indonesia (www.idx.co.id) 2. Memiliki perkembangan atau fluktuasi
dan website Bank Negara Indonesia 1946 closing price saham selama periode
(BNI46) www.pusatdata.kontan.co.id dan penelitian.
Yahoon Finance (www.yahoofinance.co.id). Berdasarkan sampel diatas maka ada 4 sampel
Dengan alasan data perusahaan yang akan perusahaan yang akan digunakan dalam
digunakan dalam penelitian sudah diunggah penelitian, yaitu:
pada website tersebut.
Waktu yang dibutuhkan untuk melakukan Tabel 3.1 Daftar Sampel Penelitian
penelitian adalah lima bulan yaitu dari bulan No Kode Nama Emitten
September 2018 – Januari 2019 dengan 1 EXCL XL Axiata Tbk
melakukan analisis data pada perusahaan yang
2 FREN Smartfren Tbk
akan diteliti.
3 ISAT Indosat Tbk
Jenis dan Sumber Data Telekomunikasi Indonesia
4 TLKM
Dalam penelitian ini akan menggunakan Tbk
data kuantitatif yaitu data dalam bentuk angka.
Dalam penelitian data kuantitatif berupa harga Sumber: www.sahamok.com (data diolah)
penutupan saham dan suku bunga.
Dalam penelitian ini akan digunakan Teknik Pengumpulan Data
sumber data sekunder yaitu data yang diambil Dokumentasi merupakan catatan peristiwa
dari pihak lain, antara lain: Data historis tiap yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk
bulan closing price pada saham perusahaan tulisan, gambar atau karya-karya monumental
yang tercatat selama bulan Junuari 2016 – dari seseorang. Pada penelitian ini, peneliti
Desember 2018 melalui Indonesian Market menelaah dan mengumpulkan dokumentasi
Capital Directory (ICMD). Data historis tiap berupa data suku bunga Bank Negara
bulan closing price pada Indeks Harga Saham Indonesia 1946 (BNI46) dari
Gabungan (IHSG) yang tercatat selama Tahun www.pusatdata.kontan.co.id dan closing price
2016 – 2018 melalui www.yahoofinance.co.id. (harga penutupan) dari saham dan Indeks
Data historis tiap bulan suku bunga yang Harga Saham Gabungan dari (IHSG)
(www.yahoofinance.co.id).

4
9. Mengelompokkan saham yang termasuk
Metode Analisis Data undervalue atau overvalue
Analisis data dilakukan dengan
menggunakan metode Capital Asset Pricing Teknis Analisis Data
Pricing Model (CAPM) untuk menentukan Adapun pengujian hipotesis dan analisis data
saham yang overvalue atau undervalue. pada penelitian yang akan dilakukan adalah
Data yang akan diteliti dan diolah sebgai berikut:
melalui Ms. Excel dengan langkah-langkah a. Saham Undervalue
sebagai berikut: Saham dikatakan undervalue (harga
1. Mengumpulkan semua data yang murah), apabila return dari saham
diperlukan seperti closing price saham, individunya kurang dari return individu
closing price IHSG dan suku bunga Bank yang yang diharapkan {Ri<E(Ri)} jadi
Indonesia. saham tersebut disarankan untuk dibeli.
2. Menyusun dan menyajikan data yang b. Saham Overvalue
telah diperoleh ke dalam bentuk tabel. Saham dikatakan overvalue (harga mahal)
3. Menghitung actual return apabila return dari saham individunya lebih
𝑃 −𝑃 dari return individu yang yang diharapkan
Rit = 𝑖𝑡𝑃 𝑖𝑡−1
𝑖𝑡−1 {Ri>E(Ri)} jadi saham tersebut disarankan
4. Menghitung return market untuk dijual.
𝐼𝐻𝑆𝐺𝑡−𝐼𝐻𝑆𝐺𝑡−1
Rm = 𝐼𝐻𝑆𝐺𝑡−1
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
5. Menghitung tingkat pengembalian bebas Actual Return
Tabel 5.1 Hasil Perhitungan Actual Actual return adalah keuntungan yang
Return sebenarnya (nyata) yang telah diperoleh oleh
Actual investor dalam investasi saham sebagai hasil
Nama atau keuntungan dari keberanian menanggung
No. Tahun Return
Emiten resiko pada investasi yang telah dilakukam.
(Ri)
2016 -0.0327 Dalam menentukan besarnya actual return
1 EXCL 2017 0.0255 menggunakan harga penutupan (closing price)
2018 -0.0253 setiap bulan. Dalam penelitian ini peneliti
2016 0.0154 memperoleh data dari ICMD (Indonesian
2 FREN 2017 -0.0021 Capital Market Directory) dan dari website
2018 0.0930 www.pusatdata.kontan.co.id.
2016 0.0162 Perolehan actual return yang telah
peroleh dari masing-masing saham pada
3 ISAT 2017 -0.0229
Subsektor Telekomunikasi diatas dapat
2018 -0.0770
diringkas dan disajikan ke dalam bentuk tabel
2016 0.0223
5.1, yaitu sebagai berikut:
4 TLKM 2017 0.0107
2018 -0.0121 Sumber : Data diolah peneliti
risiko (Rf)
𝛴𝐵𝑁𝐼
Rf = Dari tabel di atas, actual return saham
𝑛
6. Menghitung beta (β) subsektor Telekomunikasi terbesar pada tahun
σim
βi = 𝜎𝑚2 2016 adalah saham Telekomunikasi Indonesia
Tbk yaitu sebesar 0.0223 atau 2,23% dan
7. Menghitung Capital Asset Pricing Model terendah saham XL Axiata Tbk yaitu sebesar -
(CAPM) 0.0327 atau -3,27% . Pada tahun 2017 actual
E(Ri) = Rf + [E(Rm) – Rf] βi return terbesar adalah saham XL Axiata Tbk
8. Menggambarkan Security Market Line yaitu sebesar 0.0255 atau 2,55% dan teredah
(SML) adalah saham Smartfren Telecom yaitu sebesar

5
-0.0021 atau -0,02%. Sedangkan tahun 2018, atau -0,06% yang menujukkan bahwa pada saat
actual return terbesar adalah saham Smartfren itu pasar modal mengalami penurunan.
Telecom Tbk yaitu sebesar 0.0930 atau 9,30%
dan terendah yaitu saham Telekomunikasi Tingkat Pengembalian Bebas Risiko atau
Indonesia sebesar -0.0121. Risk Free
Dalam penelitian ini tingkat
Return Market pengembalian bebas risiko atau biasa disebut
Return Market atau pengembalian pasar dengan risk free menggunakan Suku Bunga
adalah tingkat pengembalian yang didasarkan Deposito dari Bank Negara Indonesia 1946
pada setiap perkembangan indeks harga saham, (BNI46) dari tahun 2016 hingga 2018 yang
atau di Indonesia bisa dihitung dengan diterbitkan oleh Bank Bank Negara Indonesia
menggunakan IHSG (Indeks Harga Saham 1946 (BNI46) dan data diperoleh dari
Gabungan). Dalam penelitian ini peneliti www.pusatdata.kontan.co.id. Risk free disebut
mengambil data dari www.yahoofinance.com juga sebagai excess return of market atau
untuk periode Juli 2016 hingga Juli 2018. pengukur tingkat pengembalian minimum.
Hasil perhitungan Expected Return Risk free dengan menggunakan bunga
Market [E(Rm)] yang disajikan dalam tabel Deposito Bank Negara Indonesia 1946 (BNI
sebagai berikut: 46) dapat disajikan dalam tabel sebagai
berikut:
Tabel 5.2 Hasil Perhitungan
Expected Return Market Tabel 5.3 Hasil Perhitungan Risk
Free
Nama
No. Tahun E(Rm) Nama
Emiten No. Tahun Rf
Emiten
2016 0.0123
2016 0.0605
1 EXCL 2017 0.0155 1 EXCL 2017 0.0565
2018 -0.0017 2018 0.0544
2016 0.0123 2016 0.0605
2 FREN 2 FREN 2017 0.0565
2017 0.0155
2018 0.0544
2018 -0.0017 2016 0.0605
2016 0.0123 3 ISAT 2017 0.0565
3 ISAT 2017 0.0155 2018 0.0544
2018 -0.0017 2016 0.0605
4 TLKM 2017 0.0565
2016 0.0123 2018 0.0544
4 TLKM 2017 0.0155 Sumber : Data diolah peneliti
2018 -0.0017
Sumber : Data diolah peneliti Hasil bahwa tingkat Suku Bunga Bank
Negara Indonesia 1946 (BNI46) tertinggi
Berdasarkan data yang telah dianalisis, selama periode penelitian terjadi pada awal
return market dari subsektor Telekomunikasi tahun 2017 yaitu pada bulan Januari dan
tahun 2016 hingga 2018 yang tertinggi terjadi Februari dengan bunga sebesar 0,0688 atau
pada bulan Desember 2017 yaitu sebesar 6,88% sedangkan suku terendah terjadi pada
0.0679 atau 6,79% yang menunjukkan bahwa bulan Januari - Juni 2018 atau selama 6 bulan
transaksi perdagangan di pasar modal sangat yaitu sebesar 0,0510 atau 5,10%.
aktif atau tinggi dan return market terendah Suku bunga Deposto Bank Negara
pada bulan Januari 2017 yaitu sebesar -0,0006 Indonesia 1946 (BNI46) dirata-rata setiap
tahun, dimana rata-rata tertinggi terjadi pada

6
tahun 2016 yaitu sebesar 0.0605 atau 6,05% yaitu saham XL Axiata yaitu sebesar -0.2460.
dan rata-rata terendah terjadi pada tahun 2018 Pada tahun 2017 perusahaan dengan Beta
yaitu sebesar 0.0544 atau 5,44%. Suku bunga saham terbesar adalah Telekomunikasi
deposito yang sudah dirata-rata setiap tahun, Indonesia Tbk yaitu sebesar 0.9616 dan beta
nantinya akan digunakan sebagai salah satu terkecil adalah saham XL Axiata yaitu sebesar
variabel perhitungan CAPM. -0.8901. Sedangkan pada tahun 2018 Beta (βi)
yang tertinggi adalah saham Smartfren Tbk.
Risiko (Beta) yaitu sebesar 2.2859 dan Beta (βi) saham
Risiko adalah salah satu hal yang tidak terendah yaitu saham Telekomunikasi yaitu
dapat dihindari dalam berinvestasi karena sebesar -0.5857.
risiko adalah perbedaan dari pengembalian
yang nyata (actual return) dan tingkat Tingkat Pengembalian yang Diharapkan
pengembalian yang diharapkan (expected Dalam penelitian ini, Capital Asset
return). Dalam CAPM risiko diukur bukan lagi Pricing Model (CAPM) digunakan sebagai
dengan deviasi standar melainkan dengan pengukur tingkat pengembalian yang
menggunakan beta. diharapkan atau expected return [E(Ri)] suatu
Hasil perolehan Beta (βi) yang diperoleh investasi masing-masing saham. Dengan
dari masing-masing saham pada Subsektor menggunakan Capital Asset Pricing Model
Telekomunikasi dengan menggunakan rumus (CAPM) dapat menggambarkan hubungan
diatas dapat diringkas dan disajikan ke dalam antara risiko dan keuntungan yang akan
bentuk tabel 5.4, yaitu sebagai berikut: diperoleh. Dalam menghitung Capital Asset
Pricing Model (CAPM), perlu diketahui
Tabel 5.4 Hasil Perhitungan Risiko terlebih dahulu berapa besar risk free, beta
(Beta) saham dan tingkat pengembalian pasar atau
expected return market.
Nama Tingkat pengembalian yang diharapkan
No. Tahun Beta (β)
Emiten (expected return) dari suatu investasi saham
dari masing-masing saham pada Subsektor
2016 -0.2460 Telekomunikasi diatas dapat diringkas dan
1 EXCL 2017 -0.8901 disajikan ke dalam bentuk tabel 5.5, yaitu
2018 0.4494 sebagai berikut:
2016 0.2776
Tabel 5.5 Hasil Perhitungan
2 FREN 2017 -0.2986 Expected Return Saham
2018 2.2859
Nama
2016 0.0296 No. Tahun E(Ri)
Emiten
3 ISAT 2017 -0.4626
2016 0.0834
2018 1.7507
1 EXCL 2017 0.0841
2016 1.0574 2018 0.0186
4 TLKM 2017 0.9616 2016 0.0346
2 FREN 2017 0.0658
2018 -0.5857
2018 -0.1277
Sumber: data diolah peneliti
2016 0.0577
3 ISAT 2017 0.0709
Dari uraian diatas, Beta (βi) setiap tahun
2018 -0.0851
dari masing-masing saham subsektor
Telekomunikasi, Beta saham terbesar pada 2016 -0.0380
tahun 2016 yaitu saham Telekomunikasi 4 TLKM 2017 0.0266
Indonesia yaitu sebesar 1.0574 dan terendah 2018 0.1011
Sumber: data diolah peneliti

7
Security Market Line (2017)
Besarnya tingkat pengembalian yang
0.10 Undervalue
diharapkan (expected return) dari suatu SML
investasi saham dari masing-masing saham 0.08410.08
subsektor Telekomunikasi yaitu pada tahun 0.0709
0.0658
0.06 Overvalue
2016 expected return saham terbesar yaitu XL
Axiata Tbk yaitu sebesar 0.0834 atau 8.34% 0.04
dan terendah adalah saham Telekomunikasi 0.0266
0.02
Indonesia Tbk yaitu sebesar -0.0380 atau -
0.00
3.80%. Pada tahun 2017 expected return saham -1.00 -0.50 0.00 0.50 1.00 1.50
terbesar yaitu saham XL Axiata sebesar 0.0841
atau 8.41% dan saham terendah adalah Gambar 5.2 Security Market Line (SML)
Telekomunikasi Indonesia Tbk yaitu sebesar tahun 2017
0.0266 atau 2.66%. Sedangkan pada tahun Sumber: data diolah peneliti
2018 expected return saham terbesar yaitu
perusahaan Telekomunikasi Indonesia sebesar Secutity Market Line (2018)
0.1011 atau 10,11% dan yang terkecil adalah SML
saham Smartfren Telecom Tbk sebesar -0.1277 0.20
atau -12,77%. 0.100.1011 Overvalue

Security Market Line (SML) 0.00 0.0186


Security Market Line (SML) adalah suatu -1.00 0.00 1.00 2.00 3.00
-0.10 -0.0851
garis lurus yang menunjukkan bagaimana -0.1277
hubungan antara risiko dan tingkat keuntungan -0.20
atau penggambaran yang bentuk grafis dari
Capital Asset Pricing Model (CAPM). Gambar 5.3 Security Market Line (SML)
Security Market Line (SML) untuk setiap tahun 2018
tahun dari tahun 2016 hingga 2018, dan berikut Sumber: data diolah peneliti
adalah grafiknya:
Security Market Line (SML) dapat
dijadikan sebagai acuan untuk melihat kondisi
Security Market Line (2016)
SML pasar dalam keadaan seimbang yaitu dengan
Undervalue perkiraan imbal balik (expected return) atas
0.10
0.0834 Overvalue investasi saham dengan risikonya atau beta.
0.0577 Dari 4 perusahaan yang digunakan untuk
0.05
0.0346 sampel penelitian. Dilihat dari grafik SML,
pada tahun 2016 menunjukkan βi < 1 ada 3
0.00 perusahaan yaitu XL Axiata Tbk, Smartfren
-0.50 0.00 0.50 1.00 1.50
-0.0380 Telecom Tbk dan Indosat Tbk dan1 saham
-0.05 memiliki βi>1 yaitu Telekomunikasi Indonesia
Gambar 5.1 Security Market Line (SML) Tbk. Pada tahun 2017, semua perusahaan yang
tahun 2016 masuk dalam Subsektor Telekomunikasi
Sumber: data diolah peneliti memiliki βi < 1. Sedangkan pada tahun 2018,
ada 2 perusahaan yang memiliki beta kurang
dari yaitu XL Axiata Tbk dan Telekomunikasi
Indonesia, dan 2 saham lainnya yaitu
Smartfren Telecom Tbk dan Indosat Tbk.

8
Pengelompokan Saham Undervalue dan Keputusan Investasi
Overvalue Penggunaan Capital Asset Pricing Model
Pengelompokan saham dibedakan (CAPM) untuk menentukan saham yang
menjadi dua, yaitu saham undervalue dan efisien guna membantu investor dalam
saham overvalue. Saham dikatakan undervalue memilih saham yang dapat dijual atau dibeli
(harga murah), apabila return dari saham dengan membertimbangkan antara keuntungan
individunya kurang dari return individu yang dan risikonya. Dalam Capital Asset Pricing
yang diharapkan [Ri>E(Ri)]. Saham dikatakan Model (CAPM) risiko dihitung dengan
overvalue (harga mahal) apabila return dari menggunakan risiko sitematis atau beta.
saham individunya lebih dari return individu Digunakan risiko sistematis karena setiap
yang yang diharapkan [Ri<E(Ri)]. risiko tidak dapat dihilangkan tetapi dapat
Berikut adalah tabel data penggolongan diminimalisir dengan memilih saham yang
saham undervalue dan overvalue dari tahun berbeda.
2016 hingga 2018, yaitu: Capital Asset Pricing Model (CAPM)
dapat digunakan investor untuk menentukan
Tabel 5.6 Pengelompokan Saham keputusan investasi, karena dengan Capital
Nama Kelompok Asset Pricing Model (CAPM) dapat diketahui
Tahun (Ri) E(Ri) Expected Return setiap saham individu dan
Emiten Saham
2016 -0.0327 0.0834 Overvalue dapat bandingkan dengan hasil actual return
EXCL 2017 0.0255 0.0841 Overvalue untuk menentukan saham yang undervalue dan
2018 -0.0253 0.0186 Overvalue overvalue.
Pada saat saham berada pada undervalue
2016 0.0154 0.0346 Overvalue
artinya saham tersebut harganya murah, dan
FREN 2017 -0.0021 0.0658 Overvalue
investor disarankan untuk membeli saham
2018 0.0930 -0.1277 Undervalue
tersebut. Sedangkan pada saat overvalue,
2016 0.0162 0.0577 Overvalue berarti saham tersebut harganya mahal,
ISAT 2017 -0.0229 0.0709 Overvalue disarankan investor untuk menjual sahamnya
2018 -0.0770 -0.0851 Undervalue sebelum harga kembali turun.
2016 0.0223 -0.0380 Undervalue
TLKM 2017 0.0107 0.0266 Overvalue Tabel 5.7 Keputusan Investasi
2018 -0.0121 0.1011 Overvalue
Sumber: Data diolah peneliti Nama Kelompok Keputusan
Tahun
Dari tabel saham undervalue dan Emiten Saham Investasi
overvalue tahun 2016 hingga 2018 dapat 2016 Overvalue Menjual
diketahui bahwa pada tahun 2016 dari 4 saham
EXCL 2017 Overvalue Menjual
ada 1 saham perusahaan Telekomunikasi
Indonesia Tbk yang mengalami undervalue 2018 Overvalue Menjual
dan saham-saham yang overvalue ada 3 saham 2016 Overvalue Menjual
yaitu XL Axiata Tbk, Smartfren Telecom Tbk FREN 2017 Overvalue Menjual
dan Indosat Tbk. Pada tahun 2017 semua 2018 Undervalue Membeli
saham yaitu XL Axiata Tbk, Smartfren 2016 Overvalue Menjual
Telecom Tbk, Indosat Tbk dan ISAT 2017 Overvalue Menjual
Telekomunikasi Indonesia Tbk mengalami 2018 Undervalue Membeli
overvalue, dimana semua Expected Return
2016 Undervalue Membeli
lebih besar dari actual returnnya. Sedangkan
TLKM 2017 Overvalue Menjual
pada tahun 2018 ada 2 saham yang termasuk
saham undervalue yaitu saham Smartfren 2018 Overvalue Menjual
Telecom Tbk dan Indosat Tbk, dan 2 saham Sumber: data diolah peneliti
lainnya yaitu XL Axiata Tbk dan
Telekomunikasi Indonesia Tbk termasuk
saham overvalue.

9
Saran Keuangan dan Aset Riil. Jakarta:
1. Bagi Peneliti Selanjutnya Salemba Empat.
Diharapkan penelitian ini dapat Hartono, Jogiyanto, 2014. Teori Portofolio
memberikan referensi kepada calon peneliti dan Analisis Investasi. Yogyakarta:
selanjutnya yang melakukan penelitian BPFE
tentang keputusan investasi dengan Herlianto, Didit, 2013. Manajemen Investasi
menggunakan metode Capital Asset Plus Jurus Mendeteksi Investasi
Pricing Model (CAPM) khususnya. Bodong. Yogyakarta: Gosyen
Publishing.
2. Bagi Investor Husnan, Suad, 2015. Teori Portofolio dan
Diharapkan penelitian ini dapat Analisis Sekuritas. Yogyakarta: UPP
memberikan informasi bagi investor dalam STIM YKPN.
memilih dan menentukan kelayakan Indrianto, N, dan Bambang Supomo, 2009.
investasi saham yang akan dipilih dengan Metodologi Penelitian Bisnis untuk
memertimbangkan penilaian harga saham. Akuntansi & Manajemen.
Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta.
DAFTAR PUSTAKA Kodrat, David Sukardi dan Kurniawan
Alfirdaus, Iqra’, 2011. Jauhi Saham Sebelum Indonanjaya, 2010. Manajemen
Baca Buku Sakti Ini. Yogyakarta: Investasi Pedekatan teknikal dan
DIVA Press. Fundamental untuk Analisis Saham.
Hadi, Nor, 2013. Pasar Modal. Yogyakarta: Yogyakarta: Graha Ilmu.
Graha Ilmu. Sugiyono. 2013. Metodologi Penelitian
Halim, Abdul, 2015. Analisis Investasi dan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D.
Implikasinya: Dalam Aset Bandung: Penerbit Alfabeta

10

You might also like