You are on page 1of 10

ANALISIS PENATALAKSANAAN PROGRAM PENANGGULANGAN

TUBERKULOSIS PARU DENGAN STRATEGI DOTS DI PUSKESMAS DESA


LALANG KECAMATAN MEDAN SUNGGAL TAHUN 2015

Muhammad Mansur1, Siti Khadijah2, Rusmalawaty2


1
Mahasiswa Departemen Administrasi dan Kebijakan Kesehatan FKM USU
2
Dosen Departemen Administrasi dan Kebijakan Kesehatan FKM USU
Sumatera Utara, Medan, 20155, Indonesia
Email: muhammadm09@yahoo.co.id

ABSTRACT

Pulmonary tuberculosis disease is a contagious infection affect widely to the quality


of life and threaten the safety of human soul. Since 1995, Indonesia implement a program of
pulmonary tuberculosis eradiction through pulmonary tuberculosis treatment with DOTS
strategy (Directly Observed Treatment Shortcourse) which can break the chain of
transmisssion of the illness. Number of patients in Desa Lalang Puskesmas with pulmonary
tuberculosis BTA positive in 2014 as many as 42 people with 59,52% cure rate. This means
that the cure rate at Desa Lalang Puskesmas has not reached the target is at least 85%.
This research was a qualitative research that aimed to see more clearly and deeply
about the management of pulmonary tuberculosis program with DOTS strategy at Desa
Lalang Puskesmas. Methods of data collection was done by in-depth interviews and
observation. Informants in this research amounted to 7 peoples, consisting of employee for
Health Problems Tackling at Health Department city of Medan, Head of Desa Lalang
Puskesmas, pulmonary tuberculosis officer in Desa Lalang Puskesmas, 2 patients with TB, 2
people of PMO. Analysis of data used Miles and Huberman.
The results showed that the management of pulmonary tuberculosis program with
DOTS strategy at Desa Lalang Puskesmas not running optimally. It is seen from the quality
of personnel is still lacking in the pulmonary tuberculosis case finding effort and training to
accommodate patients with TB in sputum, pulmonary tuberculosis case finding carried
passively by waiting patients came with medical treatment, lack of knowledge of the patients
in the sputum accommodate the correct diagnosis so that an error occurred when sputum
examined microscopically by officer.
Based on the results of the research, expected to Medan City Health Department in
order to constantly monitor and evaluate the implementation of programs specifically
pulmonary tuberculosis and sustainable and provides for the allocation of funds to the
officers of TB in public health center in an effort to crawl, case finding and counseling.
Officers pulmonary tuberculosis in order to perform the invention of active pulmonary
tuberculosis cases to homes and provide counseling to patients about pulmonary tuberculosis
disease and its treatment.

Keywords : Management of Program, Pulmonary Tuberculosis, DOTS Strategy

PENDAHULUAN kecerdasan otak dan kesehatan fisik


Pembangunan kesehatan melalui pendidikan, kesehatan dan
merupakan bagian utama dari misi perbaikan gizi serta merupakan misi
pemerintah dalam dimensi pembangunan kelima untuk mencapai pembangunan
manusia dan masyarakat yang kesehatan yang berkeadilan. Hal ini
menghasilkan manusia - manusia tertuang dalam Rencana Pembangunan
Indonesia unggul dengan meningkatkan Jangka Menengah Nasional (RPJMN)
2015-2019. Dalam RPJMN tersebut, salah maret 1999, maka pemberantasan penyakit
satu misi pemerintah adalah mewujudkan TB telah berubah menjadi program
kualitas hidup masyarakat Indonesia yang penanggulangan TB Paru. Ada lima
tinggi, maju dan sejahtera (BPPN, 2014). komponen dalam strategi DOTS yaitu:
Status derajat kesehatan dan 1. Komitmen politis dari pemerintah untuk
asupan gizi masyarakat sebagai sasaran menjalankan program TB nasional.
pembangunan kesehatan yang pertama 2. Diagnosis TB melalui pemeriksaan
menggambarkan prioritas yang akan dahak secara mikroskopis.
dicapai dalam pembangunan kesehatan. 3. Pengobatan TB dengan paduan Obat
Sasaran tersebut dikembangkan menjadi Anti Tuberkulosis (OAT) yang diawasi
sasaran-sasaran yang lebih spesifik, langsung oleh Pengawas Minum Obat
termasuk sasaran angka kesembuhan (PMO).
penyakit Tuberkulosis (TB) (Kemenkes 4. Kesinambungan persediaan OAT.
RI, 2011). 5. Pencatatan dan pelaporan secara baku
TB merupakan salah satu penyakit untuk memudahkan pemantauan dan
menular yang sampai saat ini masih tinggi evaluasi program penanggulangan TB
kasusnya di masyarakat. TB berdampak Paru (Kemenkes RI, 2014).
luas terhadap kualitas hidup dan ekonomi Pengobatan kasus TB merupakan
bahkan mengancam keselamatan jiwa salah satu strategi DOTS yang mampu
manusia. TB merupakan penyakit infeksi mengendalikan penyakit TB karena dapat
yang disebabkan oleh kuman memutuskan rantai penularan penyakitnya.
Mycobacterium tuberculosis. TB dapat Meskipun Program Pengendalian TB
diderita oleh siapa saja, orang dewasa atau Nasional telah berhasil mencapai target
anak-anak dan dapat mengenai seluruh angka penemuan dan angka kesembuhan,
organ tubuh kita, walaupun yang banyak namun penatalaksanaan TB di sebagian
diserang adalah organ paru (WHO, 2014). besar puskesmas, rumah sakit dan praktik
Berdasarkan laporan WHO dalam swasta belum sesuai dengan strategi DOTS
Global Tuberculosis Report 2014, dan penerapan standar pelayanan
Indonesia menempati urutan kelima berdasarkan International Standards for
terbesar di dunia sebagai penyumbang Tubercolusis Care (ISTC) (Kemenkes RI,
penderita TB setelah negara India, Cina, 2013).
Nigeria, dan Pakistan. Tingkat resiko Kesuksesan dalam penanggulangan
terkena penyakit TB di Indonesia berkisar TB adalah dengan menemukan penderita
antara 1,7% hingga 4,4%. Secara nasional, dan mengobati penderita sampai sembuh.
TB dapat membunuh sekitar 67.000 orang WHO menetapkan target global Case
setiap tahun, setiap hari 183 orang Detection Rate (CDR) atau penemuan
meninggal akibat penyakit TB di Indonesia kasus TB sebesar 70% dan Cure Rate (CR)
(Kemenkes RI, 2013). atau angka kesembuhan pengobatan
Dilihat dari kondisi tersebut, sebesar 85%. Angka kesembuhan
diperlukan adanya upaya program menunjukkan persentasi pasien TB paru
penanggulangan penyakit TB. Sejak tahun BTA (+) yang sembuh setelah selesai masa
1995, Program Pemberantasan TB telah pengobatan diantara pasien TB paru BTA
dilaksanakan secara bertahap di (+) yang tercatat (Kemenkes RI, 2011).
Puskesmas dengan penerapan strategi Kasus TB Paru di Kota Medan
DOTS (Directly Observed Treatment tahun 2013 secara klinis terjadi
Shortcourse) yang direkomendasikan oleh peningkatan dari tahun 2012. Angka
WHO. Kemudian berkembang seiring penemuan TB pada tahun 2012 yaitu
dengan pembentukan Gerakan Terpadu sebesar 21.079 kasus dengan 3.037 kasus
Nasional (GERDUNAS) TB yang TB Paru BTA (+), sedangkan pada tahun
dibentuk oleh pemerintah pada tanggal 24 2013 ditemukan sebesar 26.330 kasus
dengan 2.894 kasus TB Paru BTA (+) dukungan keluarga/PMO, dorongan
dimana seluruhnya mendapatkan petugas dan rasa tanggung jawab memiliki
penanganan pengobatan dengan hubungan dengan tingkat kesembuhan
kesembuhan 2.163 orang (74,74%) serta pengobatan TB paru. Penelitian Amiruddin
angka keberhasilan pengobatan sebesar (2006) menunjukkan bahwa terdapat 3
79,03%. Selain itu, dari 39 puskesmas variabel yang memengaruhi terjadinya
yang ada di Kota Medan terdapat 1.729 kesembuhan dalam pengobatan penderita
penderita TB Paru BTA (+). Dari 1.729 TB paru di Kota Ambon yakni Pengawas
penderita TB Paru BTA (+) sebanyak Minum Obat (PMO), kepatuhan berobat
1.616 penderita (87,67%) diberikan penderita TB paru dan efek samping obat.
pengobatan (Profil Dinkes Kota Medan, Berdasarkan survei pendahuluan
2014). penulis di Puskesmas Desa Lalang dapat
Dari data Dinas Kesehatan Kota diketahui bahwa Puskesmas Desa Lalang
Medan tahun 2014, angka kesembuhan merupakan kategori puskesmas satelit,
penderita TB Paru terendah terdapat di artinya puskesmas tersebut tidak memiliki
Puskesmas Desa Lalang. Jumlah penderita fasilitas laboratorium sendiri, dan hanya
TB Paru BTA (+) yang diobati di membuat sediaan apus dahak dan difiksasi
Puskesmas tersebut pada tahun 2014 saja, kemudian sampel dahak di kirim ke
sebanyak 42 penderita. Dari 42 penderita, Puskesmas Helvetia sebagai Puskesmas
jumlah penderita yang dinyatakan sembuh Rujukan Mikroskopis (PRM). Selain itu,
hanya 25 penderita (59,52%). Hal ini petugas penyakit menular terutama bagian
menunjukkan angka kesembuhan penderita TB paru telah mendapatkan pelatihan
TB belum mencapai target yang ditetapkan penanggulangan TB paru dan telah
yaitu sebesar 85%. Sedangkan angka menerapkan program penanggulangan TB
penemuan kasus di Puskesmas Desa lalang dengan strategi DOTS, namun angka
pada tahun 2013 sekitar 92 kasus dengan penemuan suspek kasus TB paru masih
BTA (+) sebesar 23 kasus (Profil Dinkes kurang dan angka kesembuhan yang
Kota Medan, 2014). dicapai masih tidak sesuai target yang
Penelitian Simamora (2004), diharapkan. Obat Anti Tuberkulosis
menunjukkan bahwa variabel yang (OAT) juga selalu tersedia untuk pasien
berpengaruh terhadap ketidakteraturan TB paru di puskesmas dan setiap penderita
berobat penderita TB adalah pengetahuan memiliki kartu identitas penderita agar
penderita tentang pengobatan TB, ada penderita tidak mangkir ke tempat lain.
tidaknya PMO, efek samping obat, Diketahui juga dari pernyataan
perilaku petugas kesehatan, persepsi penderita TB yaitu kurangnya motivasi
pasien terhadap penyuluhan kesehatan dan berobat baik motivasi yang berasal dari
jarak antara rumah dengan fasilitas individu itu sendiri maupun dari luar
pelayanan kesehatan. Hasil penelitian dirinya. Salah satu penyebabnya adalah
lainnya, Nukman (Permatasari, 2005), karena penderita merasa lelah dan bosan
faktor yang memengaruhi keberhasilan TB dalam menjalani pengobatan serta
paru adalah: a) faktor sarana yang meliputi kurangnya pengawasan dalam meminum
tersedianya obat yang cukup dan kontiniu, obat TB paru sehingga penderita TB tidak
edukasi petugas kesehatan, dan pemberian tuntas dalam pengobatannya.
obat yang adekuat, b) faktor penderita Untuk menanggulangi hal tersebut,
yang meliputi pengetahuan, kesadaran dan maka program TB paru di prioritaskan
tekad untuk sembuh, dan kebersihan diri, terhadap peningkatan mutu pelayanan dan
c) faktor keluarga dan lingkungan penggunaan obat yang rasional untuk
masyarakat. menuntaskan rantai penularan serta
Penelitian Hasibuan (2011), mencegah meluasnya resistensi kuman
menunjukkan bahwa kepatuhan penderita, Tuberkulosis di masyarakat dengan
strategi DOTS atau pengawasan langsung Informan dalam penelitian ini
menelan obat jangka pendek setiap hari, adalah Pegawai bidang Pengendalian
terutama pada 2 atau 3 bulan pengobatan Masalah Kesehatan Dinas Kesehatan Kota
pertama. Medan, Kepala Puskesmas Desa Lalang,
Penanggungjawab TB Paru Puskesmas
METODE PENELITIAN Desa Lalang, 2 Informan Pengawas
Penelitian ini dilakukan dengan Minum Obat (PMO), dan 2 Informan
menggunakan metode pendekatan penderita TB Paru.
kualitatif dengan menggunakan metode
wawancara mendalam dan observasi yang HASIL DAN PEMBAHASAN
dilaksanakan di Puskesmas Desa Lalang. 1. Masukan
penyuluhan, sedangkan dokter bertugas
a. Komitmen Politis dalam mendiagnosa penderita TB paru.
Berdasarkan hasil penelitian yang Seharusnya tenaga kesehatan yang
telah dilakukan bahwa Puskesmas Desa terlibat dalam penanggulangan TB paru di
Lalang telah melakukan kerjasama lintas Puskesmas Desa Lalang bukan hanya
sektor dan lintas program. Kerjasama tanggungjawab petugas TB paru saja,
lintas sektor dilakukan dengan kecamatan, melainkan adanya dukungan lain seperti
organisasi keagamaan (seperti: Aisiyah tenaga kesehatan lain. Petugas TB paru
dan Yayasan Budha Suci). Sedangkan tidak akan mampu menangani
lintas program sudah terstruktur dilakukan permasalahan TB paru tanpa adanya
dengan Dinas Kesehatan Kota Medan dan kerjasama dengan tenaga kesehatan lain
Puskesmas Helvetia sebagai PRM. dan dalam upaya penemuan kasus.
Dukungan dana berasal dari APBD Petugas TB paru di Puskesmas
provinsi dan APBD daerah, namun dana Desa Lalang telah mendapatkan pelatihan
yang tersedia masih minim. Hal ini mengenai TB paru. Pelatihan yang di dapat
disebabkan donor dana dari Global Fund petugas TB paru yaitu mengenai
sudah berkurang dan pada tahun 2016 pencatatan dan pelaporan, pelatihan dalam
tidak ada lagi dana yang diberikan, hal fiksasis slide, penjaringan terhadap
sedangkan dana dari KNCV dan JKM suspek TB paru, dan pemeriksaan dahak
CEPAT hanya untuk koordinasi dan secara mikroskopis. Namun pelatihan yang
penemuan penderita, sementara dana yang di dapat oleh petugas TB paru hanya sekali
di dapat dari APBD terbatas dan saja.
dipergunakan untuk pertemuan komunitas Berdasarkan penelitian Juliani dkk
PPM, peningkatan diagnosa, dan supervisi. (2012) pelatihan sangat penting untuk
Kurangnya komitmen politis dalam meningkatkan kemampuan dan
ketersediaan dana akan berdampak pada keterampilan kerja, dan meningkatkan
terhambatnya pelaksanaan kegiatan kinerja pegawai. Pelatihan berjenjang dan
penanggulangan TB paru. berkelanjutan kepada tenaga kesehatan
serta masyarakat yang terkait dalam upaya
b. Tenaga Kesehatan penanggulangan TB paru merupakan
Berdasarkan hasil wawancara yang bagian dari pengembangan sumber daya
dilaksanakan di Puskesmas Desa Lalang manusia.
didapat bahwa tenaga kesehatan yang
bertanggung jawab dalam penanggulangan c. Sarana dan Prasarana
TB paru yaitu dokter dan petugas TB paru. Berdasarkan penelitian yang
Petugas TB paru hanya bertugas dilakukan diketahui bahwa Puskesmas
melakukan penemuan kasus, penjaringan Desa Lalang telah memiliki sarana dan
ke desa, membuat fiksasi slide, mengantar prasarana yang cukup memadai, dan pihak
slide dahak ke PRM, dan melakukan puskesmas telah memiliki ruangan khusus
TB paru. Puskesmas Desa Lalang hanya 2. Proses
sampai melakukan fiksasi slide saja, tidak a. Diagnosis TB
sampai pemeriksaan dahak secara Berdasarkan hasil wawancara
mikroskopis sehingga sarana dan dengan informan didapat bahwa penemuan
prasarana di puskesmas terbatas. Peralatan penderita TB paru yang terdapat di
yang dimiliki hanya pot penampungan Puskesmas Desa Lalang dilakukan secara
dahak, kaca slide serta obat OAT, pasif yaitu dengan cara menunggu pasien
sedangkan untuk pemeriksaan dahak datang sendiri memeriksakan diri ke
secara mikroskopis dirujuk ke PRM puskesmas, petugas TB paru tidak selalu
Helvetia. melakukan penyuluhan kepada masyarakat
mengenai penyakit TB paru. Hal ini
d. Pendanaan dibenarkan oleh informan PMO dan
Berdasarkan hasil wawancara penderita bahwa tidak pernah dilakukan
dengan informan didapat bahwa adanya penyuluhan tentang TB paru.
pendanaan dalam melaksanakan program Penemuan kasus dengan cara mengunjungi
penanggulangan TB paru di Puskesmas rumah penderita TB paru tidak pernah
Desa Lalang berasal dari BOK dinas dilakukan. Hal ini dikarenakan petugas TB
kesehatan. Dana yang di peroleh di puskesmas hanya 1 orang saja dan
puskesmas tersebut hanya untuk biaya banyaknya pekerjaan yang harus
mengantar slide ke PRM, penyuluhan, dan dikerjakan di puskesmas sehingga jadwal
pengobatan, namun tidak ada di khususkan nya tidak bisa ditentukan.
untuk penjaringan kasus dengan Berdasarkan penelitian Sutimbuk
mengunjungi masyarakat secara langsung. dkk (2012) mengatakan bahwa penemuan
Dari hasil wawancara dengan dinas kasus tuberkulosis sudah dilaksanakan di
kesehatan bahwa dana dalam program TB Puskesmas Kabupaten Bangka Tengah,
paru masih minim dan belum memadai, hanya saja kegiatan tersebut belum
hal ini dikarenakan dana yang didapat maksimal. Hal ini dikarenakan
hanya untuk pertemuan PPM, peningkatan penanggung jawab program tidak
diagnosa, dan supervisi, serta adanya mempunyai jadwal sendiri dalam
pengurangan donor dana. Sementara itu pelaksanaan kegiatan menjaring suspek
dana yang diperoleh dari donor Global dan penanggung jawab hanya kebanyakan
Fund semakin berkurang dan akan menunggu di puskesmas.
berakhir pada tahun 2016 mendatang. Puskesmas Desa Lalang dalam
Penelitian ini sejalan dengan pelaksanaan penanggulangan TB paru
penelitian Budiman (2012) yang hanya sampai melakukan fiksasi slide saja,
mengatakan bahwa pelaksanaan yang melakukan pewarnaan dan
pengendalian tuberkulosis dari aspek pemeriksaan mikroskopis adalah
pendanaan sudah memadai, sumber dana Puskesmas Helvetia sebagai PRM.
yang paling banyak berasal dari Global Pemeriksaan BTA positif yang dilakukan
Fund. Kontribusi donor dana Global Fund di PRM berdasarkan pemeriksaan dahak
sangat signifikan terhadap berjalannya secara mikroskopis. Diusahakan 3 buah
kegiatan pengendalian TB di kota Padang, spesimen dahak dari suspek TB paru
sedangkan sumber dana dari pemerintah terkumpul agar ditegakkan diagnosanya,
sangat minim. Hal ini dikarenakan namun dalam hal ini sebagian penderita
pemerintah daerah kota Padang tidak tahu cara menampung dahak yang
menganggap dana untuk kegiatan program benar sehingga pemeriksaan laboratorium
sudah cukup besar dalam upaya terjadi kesalahan hasil pembacaan
pengendalian tuberkulosis di Kota Padang. laboratorium yang akan menghambat
pengobatan pasien TB paru.
Berdasarkan penelitian Hernanto kesehatan seperti bidan desa, perawat atau
(2001) bahwa adanya pengaruh faktor dokter bagi penderita TB paru, sehingga
kesulitan mengeluarkan dahak dari akan mengakibatkan kurangnya dukungan
penderita, kondisi mikroskop di puskesmas motivasi kepada pasien serta informasi
yang rusak serta masih rendahnya tingkat tentang penanggulangan TB paru yang
pendidikan petugas TB paru sehingga mengakibatkan angka penemuan kasus
mempengaruhi pemeriksaan mikroskopis. tidak sesuai target dan penularan penyakit
Berdasarkan penelitian yang TB paru semakin meningkat.
dilakukan diketahui bahwa Puskesmas Berdasarkan penelitian Puri (2010)
Desa Lalang dalam melakukan mengatakan bahwa terdapat hubungan
pendiagnosaan pasien TB paru yaitu yang kuat dan bermakna antara kinerja
dengan pemeriksaan dahak SPS secara PMO dengan kesembuhan TB paru kasus
mikroskopis yang dilakukan di PRM baru strategi DOTS.
Helvetia, dan apabila jika ketiga spesimen
dahak hasilnya negatif, maka petugas TB c. Kesinambungan Ketersediaan Obat
paru memberikan surat rujukan untuk Berdasarkan hasil penelitian yang
melakukan pemeriksaan foto rontgen. telah dilakukan dapat diketahui bahwa
Namun dalam pernyataan informan Puskesmas Desa Lalang sudah memiliki
penderita TB diketahui bahwa pasien yang persediaan obat yang cukup, Puskesmas
berobat di Puskesmas Desa Lalang mengambil persediaan obat ke PRM
merupakan pasien yang mendapatkan hasil Helvetia. OAT yang diberikan melalui
pemeriksaan rontgen dari praktek dokter Instalasi Gudang Farmasi Kota Medan
dan BP4 (Balai Pengobatan Penyakit Paru- kepada Puskesmas Helvetia sebagai PRM
Paru), pasien melakukan inisiatif sendiri dengan membuat permintaan obat ke dinas
dalam memperoleh pengobatannya dan kesehatan dan dilanjutkan membuat
tidak menjalani alur pemeriksaan permintaan ke instalasi gudang farmasi,
pengobatan TB paru sesuai tatalaksana kemudian diserahkan ke puskesmas satelit
yang ada. yang bekerjasama dengan PRM. Walaupun
obat di puskesmas habis, maka petugas TB
b. Pengobatan TB dengan akan mencari obat TB paru ke puskesmas
OAT yang Diawasi Oleh PMO lain.
Berdasarkan penelitian yang telah Penderita maupun PMO yang
dilakukan diketahui bahwa Puksesmas berobat di Puskesmas Desa Lalang juga
Desa Lalang telah melakukan pengobatan merasa tidak ada masalah dalam
TB paru dengan paduan OAT jangka memperoleh obat TB paru di puskesmas,
pendek yang diawasi langsung oleh PMO mereka hanya menunjukkan kartu berobat
kepada penderita TB paru selama 9 bulan, TB paru, kemudian di timbang dan
paduan OAT yang diberikan oleh petugas langsung diberikan obat TB paru kepada
puskesmas yaitu dengan paket FDC pasien atau PMO.
melalui prosedur sesuai berat badan
penderita TB paru. Sedangkan dalam d. Pencatatan dan Pelaporan dalam
penentuan PMO yang dilakukan oleh Monitoring dan Evaluasi
petugas TB paru yaitu menunjuk anggota Berdasarkan hasil penelitian yang
keluarga pasien yang berusia muda serta telah dilakukan bahwa Puskesmas Desa
memiliki daya ingat yang bagus agar PMO Lalang telah melakukan pencatatan dan
yang bertanggungjawab terhadap pasien pelaporan. Formulir yang tersedia di
tidak lupa untuk mengingatkan dalam puskesmas dicatat sesuai jumlah pasien
pengawasan menelan obat setiap hari. yang berobat, dengan format laporan yang
Namun di Puskesmas Desa Lalang tidak ada, selanjutnya petugas TB puskesmas
ada menunjuk PMO dari pihak petugas harus sudah selesai mengisi laporannya
sebelum tanggal 2 setiap bulan yang Penemuan kasus TB paru di
kemudian akan dilaporkan ke Dinas Puskesmas Desa Lalang belum mencapai
Kesehatan sebelum tanggal 5 untuk target yang telah ditentukan oleh WHO.
diperiksa ulang oleh petugas dinas. Angka penemuan kasus TB paru pada
Pelaksanaan pemantauan dan tahun 2013 yaitu sekitar 92 kasus dengan
evaluasi yang dilakukan oleh Dinas 23 kasus BTA (+), sedangkan target angka
Kesehatan Kota Medan dalam pelaksanaan penemuan kasus di Puskesmas Desa
program TB paru dengan strategi DOTS Lalang yaitu sebanyak 540 kasus dengan
yaitu dengan menginformasikan kepada 54 kasus penderita BTA (+). Hal ini
petugas TB puskesmas untuk disebabkan karena penemuan kasus yang
mengantarkan laporan TB setiap bulan dilakukan selama ini hanya menunggu
sebelum tanggal 5 dan memberikan penderita datang ke puskesmas, bukan
kelengkapan data TB secara berkala dengan melakukan penemuan kasus secara
selama 3 bulan sekali yang dibagi dalam aktif door to door ke masyarakat.
triwulan I, II, II, dan IV. Petugas akan Hal ini sejalan dengan penelitian
memeriksa hasil kelengkapan data yang di Murti dkk (2010) yang dilakukan di Eks
lakukan oleh puskesmas dengan melihat Karesidenan Surakarta menunjukkan hasil
formulir TB 06 dan TB 04, untuk penatalaksanaan program TB paru belum
mencegah terjadinya kesalahan petugas mencapai target yang diharapkan
dalam menulis laporan. Apabila laporan disebabkan rendahnya partisipasi dokter,
dari puskesmas terlambat, maka petugas Rumah Sakit dan tenaga kesehatan lainnya
Dinas Kesehatan akan mengingatkan dalam penemuan kasus dan diagnosa kasus
kepada petugas TB untuk mengantarkan TB paru.
laporan ke Dinas Kesehatan Kota Medan. Secara umum pelaksanaan program
Petugas dinas melakukan suvervisi ke penanggulangan TB paru dengan strategi
puskesmas sekaligus melakukan DOTS khususnya dalam penemuan kasus
pemantauan dan evaluasi terhadap dan pemeriksaan dahak belum maksimal,
program TB paru. Pemantauan dan hal ini disebabkan kurangnya ketersediaan
evaluasi harus dilakukan untuk meninjau dana dan komitmen politis dari
langsung pencatatan dan pelaporan yang pemerintah. Petugas TB juga tidak sering
dilakukan oleh puskesmas. memiliki jadwal yang sesuai untuk
melakukan penyuluhan ke masyarakat,
3. Keluaran hanya sebatas menunggu pasien yang
Program penanggulangan TB paru datang ke puskesmas untuk berobat dan
dengan strategi DOTS adalah untuk kemudian diberikan informasi tentang
menurunkan angka kesakitan dan angka penyakit TB paru, serta kurangnya
kematian yang disebabkan oleh penyakit kesadaran masyarakat untuk
TB paru. Upaya untuk menurunkan angka memeriksakan diri ke pelayanan kesehatan
tersebut dapat dilakukan dengan sehingga mengakibatkan rendahnya angka
meningkatkan angka penemuan kasus TB penemuan kasus TB paru dan
paru sehingga mencegah penularan akibat meningkatnya angka penularan penyakit
TB paru dan pengobatan TB paru selama TB paru.
6-9 bulan secara teratur, serta adanya Menurut hasil penelitian Wahab
komitmen politis dalam pembuatan (2002) mengatakan bahwa untuk
kebijakan serta pengadaan dana mendapatkan hasil yang efektif dalam
pelaksanaan program TB paru yang penanggulangan TB paru maka seluruh
bekerjasama dengan lintas sektor dan komponen strategi DOTS harus
lintas program yang terkait dalam upaya dilaksanakan bersama-sama. Untuk itu
penanggulangan masalah TB paru. disarankan agar Gerdunas-TB lebih
berperan aktif dalam program
pemberantasan dan penanggulangan TB pedoman SPS (sewaktu-pagi-
paru serta petugas TB paru perlu sewaktu), namun masih ada hambatan
melakukan kunjungan rumah untuk dari pasien yaitu kurangnya
mengawasi penderita demi meningkatkan pengetahuan pasien dalam
angka kesembuhan TB paru. menampung dahak yang benar
sehingga ketika dahak di periksa
KESIMPULAN secara mikroskopis maka hasil yang
1. Program penanggulangan TB paru didapat seharusnya BTA positif
dengan 5 komponen strategi DOTS di menjadi BTA negatif.
Puskesmas Desa Lalang belum 4. Pasien Puskesmas Desa Lalang di
maksimal, dalam penatalaksanaannya dapatkan dari fasilitas layanan
masih belum sesuai dengan strategi kesehatan lain seperti praktek dokter,
DOTS, hal ini dilihat dari kualitas BP4 (Balai Pengobatan Penyakit Paru-
petugas TB paru masih kurang dalam Paru), sehingga penemuan pasien
upaya penemuan kasus serta pelatihan yang di dapat oleh petugas TB rendah.
kepada pasien TB dalam menampung 5. Angka penemuan kasus di Puskesmas
dahak. Komitmen politis dari Desa Lalang pada tahun 2014
pemerintah sudah berjalan dengan tergolong sangat rendah yaitu sebesar
baik yang ditunjukkan oleh terjalinnya 92 kasus (17%) tidak sesuai target
kerjasama lintas sektor dan lintas yang ditetapkan oleh pihak puskesmas
program dalam penanggulangan TB yaitu angka penemuan kasus sebanyak
paru, sumber pendanaan dari APBD 540 kasus dengan penderita TB paru
dipergunakan untuk pertemuan BTA positif sebanyak 54 orang (10%
komunitas PPM, peningkatan dari angka penemuan kasus TB).
diagnosa, dan supervisi. Ketersediaan Jumlah penderita TB paru BTA positif
OAT di puskesmas selalu ada dan yang diobati di Puskesmas Desa
mencukupi. Pencatatan dan pelaporan Lalang pada tahun 2014 sebanyak 42
formulir TB paru sudah baik dan tepat penderita dan jumlah penderita yang
waktu. dinyatakan sembuh sebanyak 25
2. Puskesmas Desa Lalang melakukan penderita (59,52%). Hal ini
pemeriksaan pasien TB paru hanya menyatakan bahwa penemuan kasus
sampai fiksasi slide saja, kemudian TB paru dan angka kesembuhan
dibawa ke PRM Helvetia untuk belum mencapai target nasional yang
pemeriksaan laboratorium. Petugas telah ditetapkan sehingga program
tidak langsung mengantarkan slide penanggulangan TB paru dengan
yang didapat pada hari itu ke PRM, strategi DOTS di Puskesmas Desa
namun menunggu jadwal untuk Lalang dinyatakan belum maksimal.
mengantar ke PRM sekali seminggu,
sehingga pasien tidak dapat SARAN
mengetahui secara langsung hasil A. Pemerintah Daerah Kota Medan
pemeriksaannya. Diharapkan kepada Pemda Kota
3. Penemuan kasus TB paru yang Medan agar:
dilakukan oleh petugas TB di 1. Meningkatkan komitmen melalui
Puskesmas Desa Lalang kebanyakan kerjasama dengan pihak-pihak
hanya menunggu pasien yang datang terkait (Instansi kesehatan,
berobat ke puskesmas sehingga tidak Kecamatan, Pihak swasta,
pernah melakukan penjaringan suspek Lembaga Swadaya Masyarakat,
secara aktif ke masyarakat. Organisasi kesehatan, Organisasi
Pemeriksaan dahak dilakukan dengan keagamaan) dalam mencapai
menampung dahak sesuai dengan keberhasilan program
penanggulangan TB paru dengan 2. Memberikan penyuluhan mengenai
strategi DOTS. penanggulangan TB paru kepada
B. Dinas Kesehatan Kota Medan pasien TB agar dapat patuh dalam
Diharapkan kepada Dinas Kesehatan menjalani pengobatan sesuai
Kota Medan agar: pedoman pelaksanaan pengobatan
1. Meningkatkan pengawasan dan TB paru, serta memberikan
pemantauan terhadap pelaksanaan pelatihan kepada pasien TB paru
program penanggulangan TB paru cara mengeluarkan dahak yang
dengan strategi DOTS di setiap benar.
wilayah puskesmas secara khusus 3. Jangan menunda pengiriman slide
dan berkelanjutan. dahak ke PRM dalam
2. Menyediakan alokasi pendanaan pemeriksaan dahak secara
program kepada petugas mikroskopis.
puskesmas di Kota Medan secara 4. Meningkatkan hubungan yang
efisien dalam upaya penjaringan harmonis dengan komunikasi
suspek, penemuan kasus, dan yang baik kepada penderita TB
penyuluhan. paru agar pasien TB selalu
3. Meningkatkan kinerja tenaga berobat dan tidak mangkir ke
kesehatan di Puskesmas Desa tempat lain.
Lalang dengan memberikan
pelatihan secara kontiniu terhadap DAFTAR PUSTAKA
petugas TB paru. 1. Amiruddin, Ridwan. 2006. Faktor
C. Puskesmas Desa Lalang Resiko Kegagalan Konversi Pada
Diharapkan kepada Puskesmas Desa Penderita TB Paru BTA Positif di
Lalang agar: Kota Ambon Tahun 2006. Ambon.
1. Meningkatkan koordinasi lintas 2. BPPN. 2014. Rencana
sektor dan lintas program dengan Pembangunan Jangka Menengah
baik untuk mendukung Nasional 2015-2019. Jakarta.
pelaksanaan program 3. Budiman, Hary. 2012. Analisis
penanggulangan TB paru di Pelaksanaan Advokasi, Komunikasi
wilayah kerja Puskesmas Desa dan Mobilisasi Sosial dalam
Lalang. Pengendalian Tuberkulosis di Dinas
2. Menjalin kerjasama dengan bidang Kesehatan Kota Padang Tahun
promosi kesehatan puskesmas 2011. Jurnal. Prodi IKM Pascsarjana
dalam melakukan penyuluhan Universitas Andalas. Padang.
secara aktif kepada masyarakat 4. Dinas Kesehatan Kota Medan. 2014.
sehingga masyarakat memiliki Profil Dinas Kesehatan Kota Medan
kesadaran dan pengetahuan dalam Tahun 2013. Medan.
mencegah terjadinya penyakit TB 5. Hasibuan, Indah D. 2011. Pengaruh
paru. Kepatuhan dan Motivasi Penderita
3. Meningkatkan kemampuan sumber TB Paru Terhadap Tingkat
daya manusia yang ada agar dapat Kesembuhan Dalam Pengobatan Di
meningkatkan manajemen dalam Puskesmas Sadabuan Kota
pelaksanaan program. Padangsidimpuan Tahun 2011.
D. Petugas TB Paru Puskesmas Desa Skripsi, FKM USU. Medan.
Lalang 6. Hernanto, Lilik. 2001. Analisis
1. Harus aktif dalam melakukan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
penemuan kasus TB paru Pelaksanaan Pemeriksaan
sehingga penemuan kasus TB Mikroskopis Dahak Penderita
paru dapat ditingkatkan. Tuberkulosis Paru dalam Strategi
DOTS di Puskesmas Kabupaten 13. Permatasari, A. 2005.
Blora. Tesis. IKM UNDIP. Semarang. Pemberantasan Penyakit TB Paru
7. Juliani, Arni; A. Dian; Ansar, dan Strategi DOTS. Bagian Paru. FK
Jumriani. 2012. Evaluasi Program USU. Medan.
Imunisasi Puskesmas di Kota 14. Puri, Nomi A. 2010. Hubungan
Makassar Tahun 2012. Jurnal. FKM Kinerja Pengawas Minum Obat
Universitas Hasanuddin. Makassar. (PMO) dengan Kesembuhan Pasien
8. Kementerian Kesehatan RI. 2011. TB paru Kasus Baru Strategi
Laporan Situasi Terkini DOTS. Tesis Fakultas Kedokteran
Perkembangan Tuberkulosis Di Universitas Sebelas Maret. Surakarta.
Indonesia 2011. Direktorat Jenderal 15. Simamora, J. 2004. Faktor-Faktor
Pengendalian Penyakit Dan yang Mempengaruhi Kepatuhan
Penyehatan Lingkungan. Jakarta. Berobat Penderita Tuberkulosis
9. . 2011. Paru di Puskesmas Depok.
Strategi Nasional Pengendalian TB Penelitian Kesehatan Vol. 3, No. 1.
DI Indonesia 2010-2014. Direktorat 2002. Depok.
Jenderal Pengendalian Penyakit Dan 16. Sutimbuk, Dedek; Mawarni; Kartika,
Penyehatan Lingkungan. Jakarta. L.R.W. 2012. Analisis Kinerja
10. . 2013. Penanggung Jawab Program TB
Pedoman Nasional Pelayanan Puskesmas Kabupaten Bangka
Kedokteran Tata Laksana Tengah Provinsi Kepulauan
Tuberkulosis. Jakarta. Bangka Belitung. Media Kesehatan
11. . 2014. Masyarakat Indonesia.
Pedoman Nasional Pengendalian 17. Wahab, Irwana. 2002. Penggunaan
Tuberkulosis. Direktorat Jenderal Strategi DOTS dalam
Pengendalian Penyakit Dan Penanggulangan TB Paru di
Penyehatan Lingkungan. Jakarta. Puskesmas Padang Bulan Selayang
12. Murti, Bhisma; Santoso; Tahun 2002. Skripsi Fakultas
Sumardiyono; Sutisna, Endang. 2010. Kesehatan Masyarakat Universitas
Evaluasi Program Pengendalian Sumatera Utara. Medan.
Tuberkulosis Dengan Strategi 18. WHO. 2014. Global Tuberculosis
DOTS Di Eks Karesidenan Report 2014. WHO Press. Prancis.
Surakarta. FK UNS. Surakarta.

You might also like