You are on page 1of 6

ISSN 2085-0050

KANDUNGAN FENOLIK DAN AKTIVITAS ANTIOKSIDAN


EKSTRAK DAUN GAMBIR KERING
(Uncaria gambir (Hunter) Roxb)

Noveri Rahmawati1*, Armon Fernando, Wachyuni

Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi Riau


Jalan Kamboja Simpang Baru Panam Pekanbaru
Ira11001@gmail.com

Abstract
A research has been conducted to determinate phenolic contents and antioxidant
activity of dried gambir (Uncaria gambir (Hunter) Roxb) leaves extract with 40, 60
0
and 80 C temperature variations. Extract was made by using maceration method
with ethyl acetate solvent. Extract rendement result of each temperature were
1,615, 1,663, and 1,768%, respectively. Moisture content examination at each
temperature were 28,69, 25,43, and 16,48%, respectively, and ash content of
each temperature were 0,438, 0,419, and 0,364%, respectively. The results of
TLC Rf values at each temperature were 0,825; 0,85 and 0,85, respectively.
Determination of phenolic contents was performed by using Folin-Ciocalteu
method and the result for each temperature were 132,82 mg, 157,13 mg and
172,62 mg GAE/mL, respectively. Antioxidant activity tests were performed by
using DPPH and vitamin C as reference standard with results at each
temperature were 32,026; 22, 788, and 28,343 ppm, respectively. Antioxidant
o o
activity on gambir leaves increased from temperature 40 C to 60 C and
o
decreased at temperature 80 C, this result because antioxidant increased by
rising temperature then constant and down again with extreme temperature.

Keyword: Antioxidant, determination of phenolic, gambir

Abstrak
Telah dilakukan penetapan kandungan fenolik dan aktivitas antioksidan ekstrak
daun gambir kering (Uncaria gambir (Hunter) Roxb) dengan variasi suhu 40, 60,
dan 800C. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk melihat perbedaan
kandungan fenolik dan nilai IC50 dari ekstrak daun gambir kering. Ekstrak dibuat
dengan metoda maserasi menggunakan pelarut etil asetat. Pemeriksaan
kandungan fenolik menggunakan metoda Folin-Ciocalteu, didapatkan hasil yaitu
pengeringan pada suhu 400C sebesar 132,82 mg GAE/mL, suhu 600C 157,13 mg
o
GAE/mL sedangkan suhu 80 C 172,62 mg GAE/mL. Uji aktivitas antioksidan
dilakukan dengan menggunakan metoda DPPH dan pembanding vitamin C. Hasil
uji aktivitas antioksidan yang diperoleh dari suhu 40oC adalah 32,026 ppm, suhu
60oC 22, 788 ppm dan suhu 80oC 28,343 ppm.

Kata kunci : Antioksidan, gambir, total fenol

PENDAHULUAN pada teknik pengolahan. Teknik pengolahan


daun gambir cara tradisional yang selama ini
Indonesia merupakan negara peng- dilakukan terdiri dari beberapa tahap yaitu
ekspor utama gambir dunia (80%) yang perebusan daun segar, ekstraksi getah
sebagian besar berasal dari Kabupaten Lima gambir, pengendapan, penirisan air, pen-
Puluh Kota dan Pesisir Selatan. Negara cetakan, dan pengeringan (Gumbira dkk,
tujuan utama ekspor gambir Indonesia 2009). Komposisi senyawa pada gambir
adalah India dan Singapura. Pemasaran tergantung pada cara pengolahan yang
gambir produksi Indonesia masih mengalami dilakukan pada daun gambir. Dikaji ber-
kendala kuantitas dan kualitas walaupun dasarkan tahap proses pembuatan gambir,
berpotensi untuk dikembangkan sebagai dapat diketahui terdapat beberapa titik kritis
komoditas yang cukup potensial (Susanti, sepanjang proses pengolahan gambir yang
2008). berpotensi menurunkan mutu gambir. Titik
Salah satu penyebab rendahnya kritis tersebut terdiri dari tahap pertama pada
kualitas gambir produksi Indonesia adalah saat pemetikan daun. Daun yang rusak
1
J. Ind.Che.Acta Vol. 4 (1) November 2013
Kandungan Fenolik dan Aktivitas Antioksidan

akibat penyakit atau serangan hama serta Sampel yang digunakan adalah daun
daun yang terlalu tua menghasilkan kadar dari tanaman gambir Uncaria gambir
katekin yang lebih rendah. Pada tahap kedua (Hunter) Roxb. yang diambil di Desa
yaitu perebusan, masuknya bahan pengotor Tanjung, Kabupaten Kampar, Provinsi Riau.
dapat menurunkan mutu gambir. Tahap Sampel dibersihkan dari kotoran yang
ketiga pengendapan ekstrak daun dan melekat dengan cara dicuci dan setelah
ranting pada saat pengolahan gambir sering bersih sampel ditimbang. Kemudian sampel
dimasukkan bahan pemberat bobot seperti dibagi tiga untuk tiga variasi suhu penge-
0
pasir dan tanah, tahap keempat yaitu tahap ringan yaitu suhu 40, 60, dan 80 C. Proses
pengeringan yang tidak sempurna meng- pengeringan menggunakan oven lebih
akibatkan warna dan bau gambir serta kadar kurang 1,5 jam, kemudian diblender, lalu
air tidak sesuai dengan standar mutu, dan sampel siap untuk diekstraksi.
kelima tahap pengemasan dan penyimpanan
yang buruk berdampak pada berubahnya Ekstraksi Sampel
kondisi fisik gambir maupun kerusakan Sampel dimaserasi dengan pelarut etil
gambir akibat ditumbuhi kapang (Gumbira asetat selama ±3 hari dan diletakkan di
dkk, 2009). tempat sejuk dan terlindung dari cahaya.
Nilai ekspor gambir yang cenderung Dilakukan pengadukan secara berkala
terus menurun tidak terlepas dari rendahnya selama maserasi kemudian disaring dan
mutu gambir serta harga gambir yang sisa ampasnya direndam lagi dan dilakukan
melemah di pasar Internasional yang sebanyak 3 kali. Kemudian maserat dari
menyebabkan permintaan pasar berkurang, masing-masing pelarut diuapkan dengan
sehingga menurunkan pendapatan petani alat destilasi vakum dan dipekatkan dengan
(Kanwil Departemen Perdagangan, 1997). rotary evaporator hingga didapatkan ekstrak
Berdasarkan survei yang telah dilakukan kental etil asetat. Kemudian timbang berat
terhadap petani gambir pada daerah masing-masing ekstrak kental yang didapat
Kampar, saat ini produksi gambir telah dari masing-masing suhu.
berkurang dan petani beralih dengan men-
jual daun kering. Banyak faktor yang harus Pemeriksaan Ekstrak Etil Asetat Daun
diperhatikan agar kualitas daun kering Gambir
gambir tetap terjaga, diantaranya adalah total a. Kadar Air
fenol dan aktivitas antioksidan dari kompo- Pada uji ini digunakan alat Moisture
nen utama penyusun gambir yaitu katekin. Balance. Pada alat tersebut dimasukkan 2 g
Apabila proses oksidasi enzimatis oleh sampel pada aluminium foil yang sudah
enzim polifenol oksidase bisa dihindari maka ditara dan selanjutnya diukur kadar airnya
penurunan kandungan katekin tidak akan dengan menekan tombol start maka
terjadi. Berdasarkan paparan di atas maka didapatkan persen kadar air. (Voight, 1994).
perlu dilakukan penelitian untuk menentukan b. Kadar Abu
kandungan fenolik dan aktivitas antioksidan Krus silikat pijarkan pada suhu 1050C
dari daun gambir yang dikeringkan pada kemudian ditara. Ambil sebanyak 2 g ekstrak
suhu pengeringan pada variasi suhu yaitu yang telah digerus dan ditimbang seksama,
suhu 40, 60 dan 800C. dimasukkan ke dalam krus silikat yang telah
dipijarkan dan ditara, kemudian diratakan.
Kemudian krus yang telah berisi ekstrak
0
BAHAN DAN METODA dipijarkan pada suhu 600 C perlahan dengan
alat Furnace hingga arang habis, lalu
Bahan yang digunakan dalam dinginkan, kemudian ditimbang sampai berat
penelitian ini adalah daun gambir, DPPH, konstan. Hitung kadar abu dalam persen
vitamin C, asam gallat, etil asetat, metanol, terhadap berat sampel awal (Anonim, 2000).
reagen Folin-Ciocalteu 50%, air, natrium
karbonat 7%, metanol, akuades. Pemeriksaan Total Fenol
Peralatan yang digunakan adalah Total fenolik diukur dengan metoda
pengering kabinet, blender, pengayak, erlen- Folin-Ciocalteau dari Xu and Chang (2007).
meyer, botol berwarna gelap, destilasi yaitu:
vakum, Rotary Evaporator (Cylla®), 1. Penentuan panjang gelombang
Spektrofotometer UV Vis 1800 (Shimadzu®), optimum.
HPLC (Shimadzu® RID 10A), mikroplate, Larutan standar asam galat 200 ppm
waterbath, timbangan analitik, plat KLT, krus 0,1 mL dimasukkan ke dalam tabung reaksi,
silikat, tabung reaksi, dan peralatan gelas ambil sebanyak 0,9 mL akuades dan 0,5 mL
lainnya reagen Folin-Ciocalteau 0,25 N lalu di-

2
J. Ind.Che.Acta Vol. 4 (1) November 2013
Kandungan Fenolik dan Aktivitas Antioksidan

tambahkan ke dalam tabung reaksi yang 2. Penyiapan Sediaan Uji Antioksidan


telah berisi asam galat. Kemudian divortex 1 mg ekstrak daun gambir dilarutkan
dan diinkubasi selama 5 menit lalu ambil dalam metanol p.a 1 mL. Pengujian dilaku-
sebanyak 2,5 mL Na2CO3 7% ditambahkan kan pada ekstrak yang dibuat dalam 6 seri
ke dalam campuran dan divortex. Campuran konsentrasi 250; 125; 62,5; 31,25; 15,625;
diinkubasi terlebih dahulu selama 20 menit di 7,8125; 3,90625 ppm dalam larutan metanol
tempat gelap pada suhu ruang, kemudian dengan masing-masing tiga kali pengulang-
larutan dimasukkan ke dalam kuvet dan an.
ditentukan serapan maksimum pada panjang
gelombang 700 nm hingga 800 nm dengan 3. Uji Penangkapan Radikal DPPH
selang panjang gelombang 5 nm. Uji DPPH yang digunakan untuk peng-
ukuran total aktivitas antioksidan ini mula-
2. Pembuatan kurva kalibrasi mula ekstrak etil asetat diambil 100 μL
Pembuatan asam galat dengan kon- dimasukkan ke dalam plat A, plat B sampai
sentrasi (50, 100, 150, 200, 250, 300, dan ke plat H dimasukkan MeOH 50 μL.
350 ppm) lalu diambil dari masing-masing Kemudian diambil 50 μL ekstrak dari plat A
konsentrasi sebanyak 0,5 mL dan dimasuk- masukkan ke plat B, dan seterusnya peng-
kan ke dalam masing-masing tabung reaksi. enceran dilakukan sampai plat F. Sisa dari
Sebanyak 0,9 mL akuades dan 0,5 mL plat F 50 μL dibuang. Plat A sampai plat G
reagen Folin-Ciocalteau 0,25 N ditambahkan dimasukkan DPPH 40 ppm sebanyak 80 μL.
ke dalam tabung reaksi yang telah berisi Untuk blanko, campuran berisi 50 µL metanol
asam galat dengan berbagai konsentrasi (plat H). Tutup plat dengan alumunium foil.
kemudian divortex dan diinkubasi selama 5 Campuran diinkubasi selama 30 menit di
menit. Diambil sebanyak 2,5 mL Na2CO3 7% tempat gelap pada temperatur ruang.
ditambahkan ke dalam campuran dan Absorbansi sampel diukur dengan microplate
divortex kemudian diinkubasi selama 20 reader pada panjang gelombang 517 nm.
menit, kemudian diukur absorbansi pada
panjang gelombang 755 nm dan dibuat kurva
kalibrasi serta persamaan regresi linear dari HASIL DAN PEMBAHASAN
data yang didapat.
Sampel daun tanaman gambir di-
3. Pengukuran sampel peroleh dari Desa Tanjung Kabupaten
Sebanyak 0,005 gram ekstrak daun Kampar Provinsi Riau (Gambar 1.) Setelah
gambir diencerkan dengan etil asetat dilakukan sortasi basah maka daun dibagi
sebanyak 5 mL kemudian diambil sebanyak menjadi tiga bagian masing-masing se-
0,1 mL dan dimasukkan ke dalam tabung banyak 1,5 kg dan dilakukan pengeringan
reaksi. Kemudian dipipet 0,9 mL akuades dengan variasi suhu 40, 60 dan 800C.
dan 0,5 mL reagen Folin-Ciocalteu 0,25 N Setelah kering maka dilanjutkan dengan
ditambahkan ke dalam tabung reaksi yang maserasi menggunakan etil asetat. Peng-
telah berisi sampel lalu divortex dan gunaan etil asetat berdasarkan penelitian
diinkubasi selama 5 menit. Ditambahkan 2,5 dari Kasim dkk (2011) bahwa katekin lebih
mL Na2CO3 7% ke dalam campuran dan tinggi tingkat kelarutan menggunakan etil
divortex. Campuran diinkubasi terlebih asetat dibandingkan dengan pelarut lainnya.
dahulu selama 20 menit di tempat gelap
pada suhu ruangan, kemudian larutan
dimasukkan ke dalam kuvet dan diukur
absorbansi pada panjang gelombang 755
nm. Hasil dihitung dengan menggunakan
asam galat ekivalen (AGE mg/g) meng-
gunakan kurva standar asam galat.
Gambar 1. Daun gambir
Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Etil
Asetat Daun Gambir Setelah didapatkan ekstrak kental,
1. Penyiapan larutan DPPH dilakukan penetapan beberapa standar mutu
5 mg DPPH dilarutkan dalam metanol ekstrak yaitu kadar air dan kadar abu. Kadar
5 mL dan dibuat larutan induk 1000 ppm. air dalam ekstrak pada suhu 40, 60 dan 800C
Lalu dari 1000 ppm dilakukan pengenceran diperoleh sebesar 28,593, 25,436 dan
sebesar 40 ppm dengan cara pipet 0,2 mL 16,486%. Kadar air dalam ekstrak memenuhi
DPPH lalu ditambahkan 4,8 mL metanol. standar untuk kadar air yaitu antara 30-40%.
Kadar air ditetapkan untuk menjaga kualitas
ekstrak dan memberikan rentang besarnya
3
J. Ind.Che.Acta Vol. 4 (1) November 2013
Kandungan Fenolik dan Aktivitas Antioksidan

kandungan air di dalam ekstrak. Hal ini Kadar total fenol ekstrak daun gambir
bertujuan untuk menghindari cepatnya par- dari setiap perlakuan yaitu suhu 40oC di-
tumbuhan jamur dalam ekstrak (Soetarno dapat data 132,82 ppm, suhu 60oC didapat
dan Soediro, 1997). Semakin tingginya suhu, rata-rata 157,13 ppm dan suhu 80oC sebesar
maka persen kadar air pada masing-masing 172,62 ppm. Terlihat terdapat inte-raksi
suhu menurun disebabkan suhu pengering- antara suhu pengeringan dan kadar total
annya semakin tinggi jadi kadar airnya fenol. Dimana kadar total fenol tertinggi
o
rendah. terdapat pada suhu 80 C yaitu 172,62 ppm.
Penetapan kadar abu bertujuan untuk Pada variasi suhu, kadar total fenol
memberikan gambaran kandungan mineral yang diperoleh meningkat seiring dengan
internal dan eksternal, disini ekstrak dipanas- meningkatnya suhu pengeringan kemudian
kan hingga senyawa organik dan turunannya stabil dan cenderung menurun kembali. Dari
terdestruksi dan menguap sampai tinggal penelitian sebelumnya, kadar total fenol
unsur mineral dan anorganik saja. Kadar abu dengan empat variasi suhu yaitu 40, 60, 80
0 o
ekstrak suhu 40 C diperoleh sebesar dan 90 C mengalami peningkatan seiring
0
0,4386%, suhu 60 C sebesar 0,4196% dan dengan naiknya suhu. Akan tetapi pada suhu
suhu 800C sebesar 0,3643% telah me- tinggi (90oC) melebihi suhu optimumnya,
menuhi persyaratan Farmakope Indonesia kadar fenol justru menurun kembali. Hal ini
(maks 4-5%). Uji kadar abu dengan berbagai disebabkan kadar fenol didalamnya ter-
suhu menunjukkan senyawa organik yang ganggu karena tingginya suhu pengeringan
ada pada ekstrak kental daun kering gambir (Susanti, 2008). Dengan semakin tingginya
memiliki kadar impuritis yang lebih rendah suhu, maka akan semakin memudahkan ke-
dari pada standar mutu gambir nomor satu luarnya fenol dari sel daun sebagian besar
dalam SNI 01-3391-2000. Hal ini disebabkan komponen daun adalah karbohidrat ter-
karena terjadinya peningkatan suhu maka masuk serat selulosa dan protein. Semua
kadar abu yang diperoleh semakin rendah. komponen ini tidak terlarut. Hanya kompo-
Setelah dilakukan pemeriksaan kadar nen dengan berat molekul kecil yang terdifusi
air, kadar abu dan uji KLT dari ekstrak maka dalam air panas yaitu polifenol (Chu dan
selanjutnya dilakukan penentuan kandungan Juneja, 1997). Pemanasan pada saat
fenolik dan aktivitas antioksidan daun pengeringan juga berfungsi untuk inaktivasi
gambir. Kandungan senyawa fenol dalam enzim polifenol oksidase (Tuminah, 2004).
daun gambir ditentukan dengan mengguna- Semakin tinggi suhu pengeringan yang di-
kan metode Folin Ciocalteau. Metoda Folin gunakan juga akan menyebabkan semakin
Ciocalteau merupakan salah satu metode tingginya inaktivasi enzim polifenol oksidase
termudah untuk mengukur penentuan kadar sehingga aktivitas enzim akan semakin
fenol dari produk alami. Pada penentuan rendah, dan kerusakan fenol akan semakin
kadar fenol ini digunakan standar asam galat kecil. Akan tetapi kandungan fenol juga akan
dan diperoleh panjang gelombang maksi- terganggu oleh semakin meningkatnya suhu
mum 755 nm (Gambar 2). Untuk menentu- pengeringan sehingga jumlah total fenol
kan kadar fenol maka diperlukan kurva terdeteksi akan mencapai puncak maksimum
kalibrasi standar asam galat (Gambar 3). kemudian konstan dan cenderung menurun.

0,8

0,6
Absorbansi

0,4
y = 0,0017x +
0,2 0,0602
R² = 0,998
0
0 200 400
Konsentrasi (ppm)
Gambar 2. Panjang Gelombang Maksimum Asam Gambar 3. Kurva Kalibrasi Standar Asam Galat
Galat

4
J. Ind.Che.Acta Vol. 4 (1) November 2013
Kandungan Fenolik dan Aktivitas Antioksidan

daun gambir. Senyawa katekin merupakan


Pengujian antioksidan dilakukan komponen dari daun gambir yang mem-
dengan menggunakan metoda DPPH. Pada punyai aktivitas sebagai antioksidan.
metoda ini, radikal menjadi stabil karena ci
Kosentrasi
sampel uji mendonorkan atom hidrogen, (ppm)
Suhu Suhu 0
Suhu 80 C
0 0
sehingga warna ungu pada DPPH berubah 40 C 60 C
250 91,090 91,305 90,806
menjadi warna kuning. Pada uji radikal DPPH
±2,197 ±1,271 ±1,464
ini dilakukan dengan mengukur absorbansi 125 91,625 95,226 93,775
dengan panjang gelombang 517 nm. Gulcin ±1,291 ±1,735 ±0,873
(2006) mengatakan bahwa terjadi absorbansi 62,5 72,649 86,326 77,460
yang rendah ketika radikal DPPH dihambat ±2,420 ±2,899 ±1,022
31,25 45,321 58,656 50,426
oleh senyawa antioksidan melalui proses ±3,434 ±3,177 ±1,293
donor hidrogen, untuk membentuk radikal 15,625 25,998 35,014 27,625
yang stabil, sehingga terjadilah perubahan ±2,359 ±2,208 ±3,566
warna kuning yang sebelumnya berwarna 7,8125 14,629 21,544 16,810
ungu. ±2,195 ±3,977 ±2,116
3,90625 4,424 11,735 8,846
Pada pengujian aktivitas antioksidan ±2,445 ±2,648 ±2,172
dengan suhu pengeringan diperoleh nilai IC50 Gambar 4. Tabel persentase inhibisi ekstrak
o
suhu 40 C sebesar 32,0262 ppm, pada suhu gambir
o
60 C sebesar 22,7889 ppm dan pada suhu
80oC sebesar 28,3434 ppm dengan
perlakuan kontrol dinyatakan dengan IC50 KESIMPULAN
sebesar 5,0424 ppm. IC50 adalah besarnya
konsentrasi suatu sampel untuk meng- 1. Total fenol daun gambir yang tertinggi
hambat 50% radikal bebas. Berdasarkan diperoleh pada suhu pengeringan 80oC
hasil nilai IC50 suhu 60oC memiliki aktivitas yaitu 172,62 ppm. Sedangkan pengujian
inhibisi paling tinggi dalam menghambat aktivitas antioksidan daun gambir yang
radikal DPPH (Gambar 4). tertinggi diperoleh nilai IC50 adalah 22,788
Nilai IC50 turun pada suhu 80oC. ppm pada suhu 60oC.
Terdapat perbedaan antara hasil kandungan 2. Semakin tinggi suhu pengeringan,
fenolik dengan kandungan antioksidan. semakin tinggi rendemen, kandungan
Dengan pengaruh suhu kandungan fenolik fenolik dan aktivitas antioksidan ekstrak
meningkat namun kandungan antioksidan yang didapat hingga mencapai titik
terjadi penurunan dengan kenaikan suhu. puncak tertentu selanjutnya akan konstan
Penurunan IC50 dapat terjadi karena ketidak- dan cenderung menurun kembali.
stabilan senyawa katekin yang terdapat pada

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2000, Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat, Cetakan 1, Departemen
Kesehatan RI, Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan, Jakarta.

Chu, D. C., and Juneja, L. R., 1997, General Chemical Composition of Green tea and Its Infusion.
Chemistry and Applications of Green Tea. CRC Press LLC. USA.

Gulcin, I., 2006, Antioxidant and antiradical activities of l-carnitine, Life Sciences, 78: 803-811

Gumbira, S, E., Syamsu, K., Mardliyati, E., Herryandie, A., Evalia, NA., Rahayu, DL., Puspitarini,
R., Ahyatudin, A., dan Hadiwijoyo, A. 2009, Agroindustri dan bisnis gambir Indonsia. IPB
Press, Bogor.

Kassim, M. J., Hussin, M. H., Achmad, A., Dahon, N. H., Suan, T. K., dan Hamdan, H. S., 2011,
Penentuan kandungan fenol total, tanin terkondensasi dan flavonoid dan aktivitas
antioksidan ekstrak Uncaria gambir, Majalah Farmasi Indonesia.

Susanti, D. Y., 2008, Efek suhu pengeringan terhadap kandungan fenolik dan kandungan katekin
ekstrak daun kering gambir. Prosiding Seminar Nasional Teknik Pertanian. Yogyakarta.

5
J. Ind.Che.Acta Vol. 4 (1) November 2013
Kandungan Fenolik dan Aktivitas Antioksidan

Soetarno, S., dan Soedero, 1997, Standardisasi obat tradisional, Presidium Tema Ilmiah
Nasional Bidang Farmasi.

Tuminah, S., 2004, Teh (Camelia Sinensis O.K var Assamica Mast) sebagai Salah Satu Sumber
Antioksidan. Cermin Dunia Kedokteran 144: 52-54

Voight, R., 1994, Buku Ajar Teknologi Farmasi Ed V, Diterjemahkan oleh Soendani Noerno
Soewandi, Gajah Mada University Press, Yogyakarta.

Xu, B. J., and Chang, K. C., 2007, A Comporative Study on Phenolic Profiles and Antioxidant
Activities of Legumes as Affected by extraction Solvent, J. Food Sci. 72(2) : S159 - S166.S

6
J. Ind.Che.Acta Vol. 4 (1) November 2013

You might also like