You are on page 1of 10

Jurnal

Kardiologi Indonesia
Review Article J Kardiol Indones. 2010;31:177-86
ISSN 0126/3773

Cardiac Dysfunction due to Sepsis


Kabul Priyantoro,* Soroy Lardo,** Yoga Yuniadi*

Sepsis is a condition where bacteremia persist and precede by SIRS sign, in


a severe condition sepsis can manifest as septic shock and refractory septic
shock with very high mortality rate, up to 50% during hospitalization, almost
equalize death due to myocardial infarction. In a severe sepsis at least one
of organ dysfunction is present, cardiovascular is one of the most frequent
affected organ system in severe sepsis and almost always affected during
septic shock. During sepsis depression of cardiac systolic and diastolic func-
tion characterized by bi-ventricular impairment of contractility, decrease
in ventriclular compliance which manifest as subsequent reduction in left
ventricular ejection fraction and LV stroke work index. The pathophysi-
ology of cardiac depression during sepsis remain unclear up to now, but
many evidence showed that circulating cardio toxic agent (IL – 1, IL – 8,
C3a), endotoxin (LPS), cytokine (IL – 1, IL – 6, TNF – α), endothelin – 1
(ET – 1), nitric oxide (NO), prostanoid (Tromboxan & Prostasiklin), and
adhesion molecule (intercellular adhesion molecule-1 & vascular cell adhe-
* Department of Cardiology and sion molecule-1) play important role in depressing cardiac function during
Vascular Medicine, Faculty of Medi- sepsis. Definitive therapy regarding cardiac dysfunction during sepsis is still
cine, Universitas Indonesia and unknown, but adequate supportive management in maintaining adequate
National Cardiovascular Center preload continued by inotropic and or vasopressor with low dose cor-
Harapan Kita, Jakarta ticosteroid, low dose nitroglycerine (in selected patients) and statin are
** Division of Tropical Disease and prove in clinical trial effective in providing better outcome. Poor cardiac
Infection, Department of Internal function in sepsis is related to poor outcome during hospitalization. This
Medicine, Gatot Soebroto Hospital, article discus about cardiac dysfunction, pathophysiology and supportive
Jakarta. management in adult with sepsis.

(J Karadiol Indones. 2010;31:177-86)

Keyword: Sepsis, septic shock, cardiac dysfunction, cardio toxic agent

Jurnal Kardiologi Indonesia • Vol. 31,No. 3 • September-Desember 2010 177



Jurnal
Kardiologi Indonesia
J Kardiol Indones. 2010;31:177-86
ISSN 0126/3773 Tinjauan Pustaka

Gangguan fungsi Jantung pada Keadaan Sepsis


Kabul Priyantoro,* Soroy Lardo,** Yoga Yuniadi*

Sepsis adalah suatu keadaan bakteriemia dalam tubuh yang didahului oleh SIRS. Pada keadaan sepsis yang berat, dapat ber-
lanjut menjadi refractory shock septic dan renjatan septik dengan angka mortalitas yang sangat tinggi, bahkan mencapai 50%
pada pasien yang sedang dirawat inap. Angka kematian ini hampir menyamai kejadian yang diakibatkan oleh akut miokard
infark. Sepsis berat ditandai oleh adanya gangguan pada minimal satu fungsi atau multi organ tubuh. Sistem kardiovaskular
adalah sistem organ yang paling sering terganggu pada keadaan sepsis, dan hampir selalu terganggu pada keadaan renjatan
septik. Pada keadaan sepsis terjadi depresi fungsi pompa jantung berupa gangguan sistolik dan diastolik yang ditandai oleh
adanya gangguan kontraktilitas ventrikel kanan dan kiri serta gangguan compliance ventrikel yang akan bermanifestasi dengan
penurunan sistem pompa (fraksi ejeksi) jantung sistemik dan indeks kerja jantung kiri. Patofisiologi gangguan fungsi jantung
pada keadaan sepsis hingga saat ini masih belum jelas, akan tetapi banyak bukti pada penelitian dengan menggunakan hewan
coba didapatkan tentang adanya agen yang bersifat kardio toksik dalam darah seperti IL–1, IL – 8, C3a, endotoxin (LPS),
sitokin (IL – 1, IL – 6, TNF – α), endothelin – 1 (ET – 1), nitric oxide (NO), prostanoid (Tromboxan & Prostasiklin), dan
molekul adhesi (intercellular adhesion molecule-1 & vascular cell adhesion molecule-1), substrat kimia tersebut memainkan
peranan yang penting dalam terjadinya depresi fungsi jantung pada keadaan sepsis. Terapi definitif dalam mengatasi terjadinya
gangguan fungsi jantung pada keadaan sepsis hingga saat ini belum diketahui, karena belum didapatkan suatu patomekanisme
ditingkat selular yang jelas tentang terjadinya depresi fungsi jantung pada keadaan sepsis. Terapi suportif pada keadaan sepsis
dengan mencukupi status volume (preload) serta pemberian inotropik dan atau vasopressor yang diikuti dengan pemberian
dosis rendah kortikosteroid, dosis rendah nitrogliserin (pada pasien tertentu) dan pemberian statin dalam beberapa percobaan
uji klinis dikatakan terbukti mampu memperbaiki outcome pasien sepsis yang sedang dirawat di rumah sakit. Adanya depresi
fungsi jantung pada keadaan sepsis dihubungkan dengan prognosis yang buruk bagi pasien yang sedang dirawat di rumah
sakit. Artikel ini membahas tentang gangguan fungsi jantung, patofisiologi dan managemen suportif pasien dewasa pada
keadaan sepsis.

(J Kardiol Indones. 2010;31:177-86)

Kata kunci: Sepsis, renjatan septik, gangguan fungsi jantung, agen kardiotoksik

* Departemen Kardiologi dan Kedokteran Vaskular Fakultas Kedok-


Sepsis didefinisikan sebagai keadaan klinis yang
teran Universitas Indonesia Pusat Jantung Nasional Harapan Kita ditandai oleh sindrom respon inflamasi sistemik
** Divisi Penyakit Tropik dan Infeksi Departemen Penyakit Dalam (SIRS) disertai adanya bakteri pathogen (infeksi) yang
RSPAD Gatot Soebroto ditemukan melalui kultur atau pewarnaan gram dari
spesimen tubuh seperti darah, sputum, feses, urin
Alamat Korespondensi: dan spesimen tubuh lainnya atau ditemukan fokus
dr. Kabul Priyantoro, Departemen Kardiologi dan Kedokteran
infeksi seperti luka dengan pus purulen atau adanya
Vaskular Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Pusat Jantung
Nasional Harapan Kita, Jakarta udara bebas pada rongga abdomen yang ditemukan

178 Jurnal Kardiologi Indonesia • Vol. 31, No. 3 • September-Desember 2010


Priyantoro K dkk: Gangguan fungsi Jantung pada Keadaan Sepsis

pada saat operasi yang berasal dari saluran penceraan Patofisiologi


1. Sepsis adalah penyebab utama kematian pada pasien

yang menderita sakit berat dan dirawat dirumah sakit, Pada keadaan sepsis fungsi jantung akan akan menga-
insiden sepsis pertahun dinegara maju seperti Amerika lami gangguan sistolik berupa penurunan kontraktili-
Serikat sekitar 132 per 100.000 jiwa dengan angka tas ventrikel kiri dan kanan serta gangguan diastolik
mortalitas mencapai 50%, dengan angka morbiditas berupa penurunan compliance ventrikel, gangguan
dan mortalitas yang tinggi ini sepsis dan shock septik fungsi jantung ini dapat merupakan reaksi adaptasi dari
termasuk dalam penyebab 10 kematian tertinggi di kondisi sitemik yang toksik atau merupakan kondisi
Amerika Serikat 2. yang dapat memperburuk keadaan umum pasien.
Studi terbaru di Inggris menyatakan sepsis berat Gangguan sirkulasi darah mikro pada organ jantung
merupakan penyebab kematian terbanyak pada pasien ditemukan pada keadaan sepsis yang diakibatkan
yang di rawat di ICU dengan angka kematian (mor- oleh disfungsi endotel dan maldistribusi aliran darah
talitas) mencapai 46%, diikuti dengan peningkatan pada tingkat kapiler sehingga mengakibatkan regional
laju insiden per tahun yang terus meningkat sebesar iskemia, sementara sirkulasi darah makro pada keadaan
sebesar 1,5% dan prevalensi terbanyak pada pasien usia sepsis tidak mengalami gangguan 4.
lanjut, meskipun penelitian dalam terapi antibiotik Gangguan fungsi jantung pada keadaan sepsis
terus berkembang dan dengan pengobatan anatibiotik diakibatkan oleh banyak faktor yang saling terkait,
terbaru dinegara maju seperti Amerika Serikat sepsis agen dan respon inflamasi sistemik secara sinergis akan
masih merupakan masalah kompleks yang belum dapat mempengaruhi fungsi jantung pada saat sepsis, adanya
teratasi dengan baik dan mengakibatkan kematian lipopolisakarida asing dalam tubuh akan mencetuskan
hingga mencapai 200,000 jiwa per tahun, angka ini timbulnya sitokin dan faktor inflamasi yang bersifat
hampir menyamai angka kematian yang disebabkan kardiotoksik serta produksi nitric oxide yang berlebi-
oleh serangan jantung (infark myocard) 3. han sebagai respon terhadap signal inflamasi sistemik
Sepsis berat disertai dengan keterlibatan satu atau juga akan membawa dampak buruk bagi kontraktilitas
lebih gangguan sistem organ yang diawali dengan jantung 5. Penelitian dengan menggunakan hewan
menurunya perfusi ke jaringan sehingga mengaki- coba pada tahun 1985 berhasil menemukan adanya
batkan disfungsi sistem organ, gangguan perfusi dan substrat biokima yang bersifat mendepresi fungsi
sistem organ ditandai dengan adanya ruam kulit yang jantung pada keadaan sepsis seperti IL – 1, IL – 8 dan
kemerahan, peningkatan waktu pengisian kapiler ≥ 3 C3a, endotoksin yang berasal dari bakteri gram negatif
detik, penurunan produksi urin < 0,5 ml/kg dalam 1 berupa lipopolisakarida akan menginisiasi timbulnya
jam, peningkatan laktat serum > 2 mmol/L, perubahan
drastis status mental atau elektroensepalogram, penu-
runan jumlah trombosit < 100.000/ml atau adanya
DIC, acute lung injury atau sindrom pernapasan akut
dan kelainan fungsi jantung yang dibuktikan melalui
pemeriksaan echocardiografi 1.
Sistem kardiovaskular adalah salah satu organ
organ yang paling sering terpengaruh pada keadaan
sepsis berat dan shock septik, 50% pasien dengan sep-
sis berat dan shock septik mangalami gangguan pada
sistem kardiovaskular yang ditandai dengan penurunan
fungsi pompa jantung kiri, gambaran sirkulasi yang
hiperdinamik, perfusi jaringan perifer yang baik (akral
hangat), tahanan pembuluh darah perifer yang rendah
dan curah jantung yang tinggi umumnya dijumpai
pada pasien sepsis yang memiliki status hemodinamik
adekuat 4. Pasien sepsis berat dengan gangguan fungsi
jantung memiliki peningkatan resiko kematian 70 –
90% lebih tinggi jika dibandingkan dengan pasien Gambar 1. Efek sitokin dan mediator inflamasi terhadap
sepsis tanpa kelainan fungsi jantung 3. sistem organ6

Jurnal Kardiologi Indonesia • Vol. 31,No. 3 • September-Desember 2010 179


Jurnal Kardiologi Indonesia

TNF-α yang akan berinteraksi dengan toll like resep- tung 5. Pada keadaan shock septic terdapat penurunan
tor – 4 dan menimbulkan gangguan pada fungsi sel reseptor ß adrenergic dan menurunkan respon otot
otot jantung, produksi nitric oxide yang dihasilkan jantung terhadap katekolamin 3.
oleh iNOS (induce nitric oxide sintetase) pada keadaan Paparan terhadap agen asing berupa lipopolisa-
sepsis juga membawa dampak buruk terhadap fungsi karida (LPS) yang merupakan komponen membran sel
jantung melalui timbulnya zat – zat yang bersifat ok- bakteri gram negatif merupakan inductor yang sangat
sidan kuat 5-6. kuat dalam menimbulkan terjadinya gangguan hemo-
IL–1, IL–6, IL–8, C3a dan TNF-α merupakan dinamik dan menghasilkan shock septik, endotoksin
faktor inflamasi yang timbul sebagai respon terhadap mengakibatkan pelepasan mediator inflamasi berupa
infeksi sitemik pada keadaan sepsis, TNF-α yang sitokin (gambar 2) yang dapat mendepresi fungsi
merupakan mediator dini sebagai respon terhadap jantung secara langsung melalui toll like reseptor – 4,
timbulnya endotoxin dihasilkan oleh makrofage aktif yang telah dibuktikan secara in vivo pada hewan coba,
dan sel otot jantung dapat menginduksi terjadinya prostanoid yang berasal dari asam arakidonat diprod-
shock septik pada keadaan lanjut dan berperan da- uksi oleh enzyme siklooksigenase yang diinduksi oleh
lam tahap awal terjadinya penurunan fungsi pompa oleh LPS dan sitokin, peningkatan prostanoid seperti
jantung melalui jalur induksi prostanoid dan nitric tromboksan dan prostasiklin akan mempengaruhi
oxide, mekanisme pasti yang mendasari TNF-α da- proses autoregulasi sirkulasi koroner, fungsi endotel
lam mengakibatkan gangguan fungsi jantung hingga dan meningkatkan aktifasi leukosit pada pembuluh
saat ini belum jelas, hipotesa yang ada menerangkan darah koroner sehingga mengakibatkan gangguan
adanya gangguan keseimbangan kalsium yang berperan suplay darah ke otot jantung 5-7.
penting terhadap kontraksi otot jantung pada tingkat Endotelin (ET) – 1 pada keadaan sepsis akan
selular dan meningkatnya produksi peroksi nitrit yang mengalami upregulasi (tampak setelah 6 jam pasca
dihasilkan oleh jalur iNOS pada keadaan sepsis 5-7. paparan terhadap LPS), ekspresi endotelin – 1 yang
berlebihan pada sel otot jantung akan meningkatkan
respon inflamasi dan mengakibatkan jaringan inter-
stitial disekitar otot jantung terinfiltrasi oleh sel – sel
inflamasi sehingga dapat menginduksi terjadinya
kardiomiopati dan gagal jantung serta kematian, ket-
erlibatan ET – 1 dalam menimbulkan gangguan fungsi
jantung pada keadaan sepsis telah dibuktikan secara
klinis melalui penelitian pada hewan coba dengan
menginduksi timbulnya signal selular melalui ET – 1
pada sel otot jantung tikus akan mengakibatkan over
stimulasi mediator inflamasi seperti TNF - α, IL – 1,
dan IL – 6 dan mengaktifasi timbulnya efek autokrin,
endokrin, dan parakrin yang mengakibatkan ganguan
fungsi jantung pada keadaan sepsis 4-5.
ET – 1 yang timbul saat terjadinya sepsis memiliki
respon tripasik dengan puncak pertama pada 4 sampai
Gambar 2. Efek IL-1 dan TNF-α terhadap mediator in- 12 jam dan puncak ke dua pada 3 sampai 7 hari set-
flamasi lainnya6 elah setelah paparan terhadap LPS, puncak kedua ET
– 1 pada saat sepsis disertai dengan terjadinya depresi
kontraktilitas otot jantung, sehingga dari beberapa
Konsentrasi sitokin dalam darah yang tinggi pada penelitian disimpulkan bahwa peningkatan kadar ET
keadaan sepsis akan menghambat pembentukan siklik – 1 yang terjadi pada saat sepsis tahap akhir (late sepsis)
adenosin monoposphat intrasel (cAMP) sebagai respon akan membawa dampak yang buruk dan merupakan
terhadap peningkatan katekolamin dan meningkatkan faktor penting yang berperan dalam menurunnya kon-
faktor inhibisi terhadap protein G yang akan menu- traktilitas otot jantung. Penurunan kadar ET – 1 yang
runkan aktifitas adenilat siklase dan cAMP dengan terjadi pada 24 hingga 48 jam pasca paparan terhadap
hasil akhir menurunnya produksi energi sel otot jan- LPS (sepsis) diikuti dengan peningkatan produksi NO

180 Jurnal Kardiologi Indonesia • Vol. 31, No. 3 • September-Desember 2010


Priyantoro K dkk: Gangguan fungsi Jantung pada Keadaan Sepsis

dan terjadinya depresi fungsi otot jantung pada fase dalam jumlah kecil (pico hingga nano molar), pada
hiperdinamik (early sepsis) 3,5. keadaan sepsis eNOS dan nNOS berada dalam kon-
Nitric oxide (NO) endogen yang diproduksi pada sentrasi yang sangat rendah jika dibandingkan dengan
saat sepsis dapat dikatakan seperti pisau bermata dua, iNOS, gangguan keseimbangan eNOS dan iNOS pada
NO dalam jumlah kecil dapat meningkatkan kontrak- keadaan sepsis disertai peningkatan konsentrasi NO
tilitas otot jantung melalui peningkatan sensitifitas dalam jumlah besar mengakibatkan terjadinya hipo-
myofilamen terhadap kalsium dan meningkatkan total tensi, penurunan SVR, gagal organ multiple, gangguan
ambilan kalsium oleh retikulum sarkoplasma serta fungsi jantung, dan kematian 8-10.
perbaikan mikro sirkulasi, sedangkan pada jumlah Pada keadaan sepsis NO yang dihasilkan oleh
yang berlebih dapat membawa efek buruk dengan iNOS akan membentuk peroksinitrit dan superoksida
mendepresi fungsi jantung melalui pembentukan per- yang bersifat sitotoksik terhadap sel bakteri maupun
oksi nitrit dan hambatan dalam pembentukan energi sel otot jantung, NO dapat bersifat sebagai bakterisidal
pada tingkat seluler di otot jantung 3. NO endogen melalui pembentukan radikal bebas NO (Gambar 3)
dihasilkan oleh sel otot jantung dan endotel pembuluh dan merupakan salah satu mediator inflamasi untuk
darah yang diinduksi oleh nitric oxide sintase (NOS), mengeliminasi bakteri, NO juga dapat mengakibat-
pada sistem kardiovaskular NO menimbulkan efek kan gangguan dalam keseimbangan kalsium pada
plethora, mempengaruhi keseimbangan fungsi jantung tingkat selular, mempengaruhi fungsi kontraktilitas
dan pembuluh darah secara langsung karena perannya otot jantung dan dapat merusak kontraktil apparatus
dalam pengaturan kontraktilitas otot jantung, tonus yang berupa aktin dan myosin terutama pada keadaan
arteri koroner dan mempengaruhi sifat trombogenik shock septic 8. Efek buruk yang dihasilkan oleh NO
dinding endotel pembuluh darah 1,3. berasal dari efek sekunder NO sebagai oksidan kuat,
Nitric oxide sintase (NOS) adalah enzim yang peroksinitrit yang dihasilkan oleh reaksi antara NO
berperan dalam produksi NO, terdapat tiga jenis NOS dengan berbagai radikal bebas atau anion superoksida
yaitu neuronal NO (nNOS), inducible NOS (iNOS) akan berinteraksi dengan lipid, DNA dan protein
dan endothelial NOS (eNOS), iNOS disekresikan oleh yang bersifat sangat toksik sehingga mendepresi fungsi
sel otot jantung, endotel granulosit, monosit dan sel jantung dan menginduksi terjadinya proses apoptosis
otot polos sebagai respon terhadap paparan agen pro pada sel otot jantung (gambar 4) 8,9.
inflamasi (TNF – α & IL – 1) atau endotoksin (LPS) NO endogen juga berkontribusi terhadap proses
seperti pada saat sepsis, iNOS akan menghasilkan NO adaptif otot jantung berupa keadaan hibernasi fungsi
dalam jumlah yang besar (1000 kali lipat dari keadaan jantung pada saat terjadi iskemia dan hipoksia, den-
normal) sehingga dapat mendepresi fungsi jantung. gan terjadinya hibernasi otot jantung konsumsi ok-
eNOS dan nNOS yang juga disekresikan oleh sel otot sigen dan kebutuhan sel terhadap energi (ATP) akan
jantung pada keadaan normal dan sepsis memiliki
sebagai respon terhadap peningkatan kaslium intra-
sel memiliki efek protektif terhadap fungsi jantung,
stimulasi eNOS dan nNOS akan meningkatkan NO

Gambar 4. Proses terjadinya apoptosis sel otot jantung pada


Gambar 3. NO sebagai mediator inflamasi dan oksidan7 keadaan sepsis5

Jurnal Kardiologi Indonesia • Vol. 31,No. 3 • September-Desember 2010 181


Jurnal Kardiologi Indonesia

berkurang, sehingga fungsi kontraksi otot jantung respon normal tubuh terhadap paparan dengan agen
akan dipertahankan dengan cara menjaga sensitivitas asing, SIRS, sepsis dan syok septic biasanya dihubung-
membrane sel terhadap kalsium dan mencegah aktifasi kan dengan infeksi bakteri 11. SIRS dikatakan positif
jalur apoptosis 5,9. Pada beberapa penelitian didapatkan apabila pasien memiliki dua atau lebih kriteria berikut;
bahwa gangguan fungsi jantung yang terjadi pada saat 1) Suhu > 38oC atau < 36oC; 2) Denyut jantung > 90
sepsis dihubungkan dengan proses hibernasi fungsi kali permenit; 3) Frekuensi nafas > 20x/menit atau
jantung dan merupakan proses adaptif untuk menjaga PaCO2<32 mmHg; 4) Leukosit > 12.000/mm3 atau
fungsi jantung agar tetap utuh setelah sepsis tertangani > 10% sel imatur 1-3. Sepsis adalah keadaan klinis yang
dan mengembalikan potensi otot jantung untuk dapat diawali oleh timbulnya SIRS disertai dengan bukti
berfungsi seperti pada keadaan normal 8-10. adanya infeksi (biakan postif terhadap organisme dari
Gangguan fungsi jantung pada keadaan sepsis tempat yang seharusnya tidak ditemukan kuman
dapat secara objektif dinilai dengan pemeriksaan ek- pathogen), pada keadaan sepsis biakan darah tidak
hokardiografi, pemeriksaan seromarker terhadap fungsi harus positif dan tidak harus ditemukan bakteriemia,
jantung pada keadaan sepsis berupa pemeriksaan kadar bakteriemia yang bersifat sementara seperti yang biasa
troponin dan natriuretik peptide (BNP) (gambar 5) dijumpai setelah jejas pada permukaan mukosa dapat
yang dapat memberikan gambaran secara tidak lang- bersifat primer (tanpa fokus infeksi yang teridenti-
sung tentang fungsi structural dan fungsional organ fikasi) atau sekunder dengan ditemukannya fokus
jantung 4. Peningkatan BNP memberikan informasi infeksi pada intra atau extra vaskuler 2,11.
tentang kemampuan fungsional otot jantung yang Sepsis berat adalah keadaan klinis yang disertai
merefleksikan peningkatan wall stress (volume) pada dengan adanya disfungsi organ dan hipoperfusi (hipo-
saat diastolic, sedangkan peningkatan kadar troponin tensi), kelainan hipoperfusi pada sepsis berat ditandai
pada keadaan sepsis dihubungkan dengan derajat se- oleh; asidosis laktat, oliguria atau perubahan status
veritas sepsis yang tinggi, adanya gangguan structural mental. CRP (C – rective protein) dan PCT (procalci-
(hilangnya integritas membrane sel) pada sel otot tonin) berdasarkan konfrensi internasional tahun 2001
jantung dan prognosis yang buruk, sehingga troponin dimasukkan sebagai biomarker untuk mendeteksi
direkomendasikan sebagai seromarker untuk monitor- adanya sepsis pada tahap awal. Dalam managemen
ing dan menilai prognosis pasien dengan sepsis berat pasien sepsis, implementasi sistem tingkatan PIRO
dan shock septic.1,3,4 (Predisposition, insult infection, response and organ
disfunction) sangat penting untuk diterapkan, sebagai
acuan dalam menentukan pengobatan dan mencari
Diagnosis
Sistemik inflamasi respon sindrom (SIRS) adalah suatu
kumpulan gejala yang dimiliki oleh pasien sebagai

Gambar 5. Mekanisme peningkatan Troponin dan BNP


pada keadaan sepsis4 Gambar 6. Efek statin sebagai terapi sepsis10

182 Jurnal Kardiologi Indonesia • Vol. 31, No. 3 • September-Desember 2010


Priyantoro K dkk: Gangguan fungsi Jantung pada Keadaan Sepsis

Tabel 1. Kriteria diagnosis sepsis1

Tabel 2. Terapi dan indikator fungsi kardiovaskular pada keadaan sepsis12

penyebab (sumber infeksi) secara komperhensif dan guan fungsi jantung pada keadaan sepsis, mekanisme
optimal berdasarkan karakteristik pasien dengan gejala selular yang mendasari terjadinya kelainan jantung
dan resiko yang bervariasi antar individu 11. pada saat sepsis masih belum sepenuhya dimengerti,
penelitian dalam bidang ini masih terus berkembang
yang membuka kesempatan luas dan memberikan an-
Penatalaksanaan tusiasme tersendiri bagi para peneliti untuk menjelas-
kan patofisiologi pada tingkat seluler yang mendasari
Prinsip utama penanganan sepsis adalah mengeliminasi timbulnya gangguan fungsi jantung pada keadaan
agen penyebab infeksi dengan pemberian antibiotik sepsis sehingga didapatkan strategi yang tepat dalam
dan mengilangkan fokus infeksi melalui tindakan penatalaksanaannya 1-3.
bedah namun hingga saat ini belum ada strategi Penatalaksanaan gangguan fungsi jantung pada
khusus yang terbukti efektif dalam menangani gang- keadaan sepsis hingga saat ini terfokus pada terapi

Jurnal Kardiologi Indonesia • Vol. 31,No. 3 • September-Desember 2010 183


Jurnal Kardiologi Indonesia

suportif berupa resusitasi cairan, penggunaan va- inotropik lain seperti levosimedan dapat menjadi terapi
sopresor, inotropik, dan perbaikan keadaan umum alternatif yang dapat menggantikan katekolamin kon-
dengan tranfusi sel darah merah, penggunaan ventilasi vensional, levosimedan adalah suatu inodilator yang
mekanik dan hemodialisa 12. Resusitasi cairan dengan biasa digunakan dalam penanganan gagal jantung akut
monitoring ketat menggunakan pengukuran tekanan dan memiliki efek vasodilatasi sistemik serta pulmonal
vena sentral, saturasi mix oksigen atrium kanan (cen- melalui aktifasi jalur Katp chanel dan mampu mening-
tral vein) dan penilaian respon hemodinamik dengan katkan kontraktilitas dan metabolisme energi sel otot
echokardiografi merupakan terapi suportif lini pertama jantung melalui peningkatan cAMP dan konsentrasi
dalam mengatasi timbulnya gangguan jantung pada kalsium ditingkat seluler 3,13,15.
saat sepsis 13. Penggunaan vasopresor dan inotropik Dalam suatu penelitian pada kelompok pasien
yang ditujukan untuk meningkatkan tekanan perfusi sepsis (EGDT) ditemukan sebesar 9% pasien dengan
jaringan diberikan setelah status volum (preload) dinilai MAP > 90 mmHg dan membutuhkan terapi pengu-
cukup, resusitasi dengan target nilai kardiak indek rangan afterload dengan vasodilator 12. Nitrogliserin
(CI) melebihi keadaan fisiologis terbukti secara klinis sebagai vasodilator dapat diberikan pada pasien sepsis
tidak membawa dampak signifikan dalam peningkatan yang memiliki peningkatan tahanan vascular perifer
angka kelangsungan hidup pasien sepsis, bahkan dapat (afterload) karena memiliki efek pada preload, after-
membawa dampak buruk pada pasien yang memiliki load, arteri koroner dan mikro sirkulasi. Penggunaan
gangguan fungsi jantung 12,13. vasodilator pada keadaan sepsis harus diberikan dengan
Sepsis menimbulkan gangguan hemodinamik hati – hati karena umumnya pada saat sepsis terjadi
yang komplek berupa vasodilatasi sistemik, penu- vasodilatasi sistemik dan disertai penurunan tahanan
runan tahanan vaskular perifer dan gangguan pompa vascular perifer 2,12.
jantung 14. Gangguan sistem kardiovaskular pada Pada keadaan endotoxemia epineprin merupakan
keadaan sepsis pada beberapa penelitian dikatakan katekolamin pilihan karena memiliki efek inhibisi
memiliki efek adaptif yang menguntungkan, akan terhadap agen proinflamasi, aktifasi jalur koagulasi
tetapi data penelitian terbaru menggunakan echokar- dan mengaktifkan jalur anti inflamasi, efek inhibisi
diografi menemukan adanya hubungan peningkatan dan aktifasi ini tidak terlihat pada agen vasoaktif lain-
mortalitas pada pasien sepsis yang memiliki gangguan nya seperti dobutamin dan dopamine 1,2. Penggunaan
fungsi jantung, ketidak sesuaian data ini disebabkan kombinasi agen vasoaktif dan pemilihan katekolamin
oleh penilaian fungsi jantung yang kompleks meliputi pada shock septik berdasarkan telaah sistematik meng-
fungsi kontraktilitas, preload dan afterload pada pasien hasilkan temuan tidak adanya suatu katekolamin yang
dengan sakit berat yang dapat dipengaruhi oleh banyak lebih superior dibanding dengan katekolamin lainnya,
faktor 3. dalam praktek klinis kombinasi antara norepineprin
Tujuan utama optimalisasi hemodinamik pada sebagai vasopresor dan dobutamin sebagai inotropik
keadaan sepsis adalah mengembalikan tekanan perfusi merupakan kombinasi yang paling sering dijumpai
jaringan global dan regional serta metabolisme selular 12-14.

kedalam batas normal, peningkatan mediator inflamasi Obat – obatan lain seperti isoproterenol, esmolol,
pada keadaan sepsis mengakibatkan gangguan dalam levimedan dan cobinamid memiliki efek yang men-
penggunaan oksigen dan zat nutrisi lainnya sebagai janjikan dalam memperbaiki gangguan fungsi jantung
bahan metabolisme seluler meskipun perfusi jaringan dan meningkatkan saturasi oksigen sentral (mixed vein)
berada dalam batas normal, mekanisme ini dijadikan pada pada saat sepsis masih dalam tahap penelitian
dasar dalam penggunaan zat vasoaktif sebagai terapi intensif 1-3,8,9. Penggunaan steroid dosis rendah dan
suportif pada keadaan sepsis dengan mempertimbang- stain dalam banyak penelitian dihubungkan dengan
kan tekanan darah arteri dan perfusi jaringan ketika peningkatan angka kelangsungan hidup pasien dengan
memilih agen terapi dan memonitor efikasinya ber- sepsis berat, steroid dosis rendah telah terbukti secara
dasarkan parameter klinis dan hemodinamik 12-14. klinis mampu menginhibisi jalur proinflamasi dan
Mempertahankan curah jantung, optimalisasi menurunkan angka mortalitas jangka pendek pada
sirkulasi mikro dan regional kedalam batas normal pasien sepsis 10,16. Inhibitor 3 hidroksi 3 metilglutarat
pada keadaan shock septic tidak semudah menaikkan coenzim A reduktase atau statin, memiliki efek anti
tekanan darah, dobutamin dalam hal ini merupakan inflamasi, anti oksidan, memperbaiki fungsi endotel
inotropik pilihan lini pertama pada keadaan sepsis, dan meningkatkan bioavailabilitas NO yang dikenal

184 Jurnal Kardiologi Indonesia • Vol. 31, No. 3 • September-Desember 2010


Priyantoro K dkk: Gangguan fungsi Jantung pada Keadaan Sepsis

sebagai efek pleiotropic, statin juga memiliki efek bukti kelainan pembuluh darah koroner pada keadaan
imuno modulator melalui interaksi dengan metabolit sepsis mengindikasikan terjadinya gangguan fungsi
mevalonat (non steroid isoprenoid produk) mengu- jantung yang bermakna dan dihubungkan dengan
rangi ekspresi monosit dan faktor adhesi pada endotel prognosis yang buruk.
molekul (LFA – 1) dengan menghambat jalur produksi Penatalaksanaan pasien sepsis dengan gangguan
Rho GTPases 10. fungsi jantung hingga saat ini masih berupa terapi
Penelitian tentang statin pada sub populasi kelom- suportif, adanya gangguan jantung presisten setelah
pok sepsis dengan DM dan gagal jantung sebagai terapi resusitasi volum yang optimal mengindikasikan
terbukti mampu meningkatkan angka kelangsungan penggunaan terapi vasoaktif dengan vasopresor dan
hidup dan menurunkan angka perawatan di ICU inotropik Dobutamin merupakan inotropik pilihan
sedangkan statin yang diberikan sebelum terjadinya utama pada keadaan sepsis, pengguaan inotropik baru
sepsis dapat menurunkan angka kejadian sepsis dan seperti levosimedan dan obat lainnya yang memiliki
sepsis berat, efek terapi ini dicapai pada penggunaan efek terhadap kalsium intrasel akhir – akhir ini banyak
statin dosis rendah ataupun dosis tinggi, statin secara menarik perhatian dunia penelitian dan diharapkan
klinis juga terbukti mampu mempertahankan fungsi mampu memberikan strategi baru dalam mengatasi
ginjal (memperlambat penurunan fungsi ginjal) dan gangguan jantung pada keadaan sepsis, obat – obatan
menurunkan angka kematian pada pasien dengan yang lain seperti nitrogliserin dosis rendah berdasarkan
memiliki gangguan fungsi diastolic seperti yang terjadi beberapa penelitian dikatakan mampu memperbaiki
pada keadaan sepsis 1-3,10. gangguan mirkrosirkulasi sedangkan kortikosteroid
dosis rendah dan statin telah terbukti secara klinis
memiliki efek yang dapat meningkatkan angka ke-
Kesimpulan langsungan hidup dan menurunkan angka kematian
pada pasien sepsis.
Kelainan intrinsik fungsi jantung ditemukan pada
40% pasien sepsis meskipun curah jantung pada
keadaan sepsis berada dalam batas normal atau bahkan Daftar Pustaka
meningkat, gangguan fungsi jantung pada keadaan
sepsis dapat meningkatkan resiko terjadinya kematian 1. Merx MW and Weber C. Sepsis and the Heart. Circulation.
karena penurunan curah jantung dan gangguan per- 2007;116;793-802.
fusi perifer. Penurunan curah jantung pada keadaan 2. Wheeler AP. Recent Developments in the Diagnosis and Man-
sepsis yang disertai gangguan respon intrinsik (neuro agement of Severe Sepsis. Chest. 2007;132;1967-1976.
hormonal) organ kardiovaskular bermanifestasi pada 3. Hunter JD and Doddi M. Sepsis and the heart. Br J Anaesth.
timbulnya gangguan hemodinamik yang ditandai oleh 2010; 104: 3–11.
penurunan tonus pembuluh darah perifer, gangguan 4. Maeder M, Fehr T, Rickli H, and Ammann P. Sepsis-Associated
perfusi sistem organ dan terjadinya penurunan pompa Myocardial Dysfunction Diagnostic and Prognostic Impact
jantung (sistolik) yang diakibatkan oleh dilatasi ruang of Cardiac Troponins and Natriuretic Peptides. Chest. 2006;
– ruang jantung (ventrikel) disertai gangguan compli- 129:1349–1366.
ance (diastolik). 5. Sharma AC. Sepsis – Induced Myocardial Dysfunction. Shock.
Mekanisme yang mendasari timbulnya gangguan 2007;28: 265-269.
fungsi jantung pada keadaan sepsis belum sepenuhnya 6. Kumar V, Abbas AK, Fausto N. Robbins and Cotran Pathologic
dimengerti dan masih banyak pertanyaan yang belum Basis of Disease. 7th ed. Elsevier Inc; 2005.
terjawab tentang patofisiologi pada tingkat selular, 7. Silbernagl S: Heart and Circulation. Silbernagl S, Lang F. Color
akan tetapi peran agen proinflamasi seperti sitokin dan Atlas of Pathophysiology, Thieme, 2000.p.230 – 234.
nitrix oxide sebagai dasar terjadinya gangguan fungsi 8. Broderick KE, Feala J, McCulloch A, Paternostro G, Sharma
jantung pada keadaan sepsis sangat kuat. Perbaikan VS, Pilz R, and Boss G. The nitric oxide scavenger cobinamide
fungsi jantung secara bertahap dijumpai pada pasien profoundly improves survival in a Drosophila melanogaster
yang sembuh dari sepsis sedangkan perburukan fungsi model of bacterial sepsis. Faseb J. 2006; 20: 1865–1873.
jantung akan terlihat setelah 48 jam sejak awitan sepsis 9. Hauser B, Bracht H, Matejovic M, Radermacher P, and
timbul dan disertai dengan peningkatan kadar tro- Venkatesh B. Nitric Oxide Synthase Inhibition in Sepsis?
ponin, peningkatan troponin jantung tanpa disertai Lessons Learned from Large-Animal Studies. Anesth Analg.

Jurnal Kardiologi Indonesia • Vol. 31,No. 3 • September-Desember 2010 185


Jurnal Kardiologi Indonesia

2005;101:488 –498. porary Findings. Chest. 2006;130; 1579-1595.


10. McGown CC and Brookes ZLS. Beneficial effects of statins on 13. Overgaard CB and Dzavík V. Inotropes and Vasopressors: Re-
the microcirculation during sepsis: the role of nitric oxide. Br J view of Physiology and Clinical Use in Cardiovascular Disease.
Anaesth. 2007; 98:163–175. Circulation. 2008;118;1047-1056.
11. Guntur AH.Sepsis. In: Sudoyo AW, Satyohadi B, Alwi I, Simadi- 14. Hollenberg Steven M. Vasopressor Support in Septic Shock.
brata MK, Setiati S, editors. Buku ajar Ilmu Penyakit Dalam. Chest. 2007;132:1678-1687.
5th ed. Jakarta: Pusat penerbitan Departemen Ilmu Penyakit 15. Duraira Lj, and Schmidt . Fluid Therapy in Resuscitated Sepsis.
Dalam FKUI; 2009.p.2889-2895. Chest. 2008; 133:252–263.
12. Otero RM, Nguyen HB, Huang DT, Gaieski DF, Goyal M, 16. Annane D, Bellissant E, Bollaert PE, Briegel J, Confalonieri
Gunnerson KJ, Trzeciak S, Sherwin R, Holthaus CV, Osborn M, De Gaudio R, Keh D, Kupfer Y, Oppert M, Meduri GU.
T, Rivers EP. Early Goal-Directed Therapy in Severe Sepsis and Corticosteroids in the Treatment of Severe Sepsis and Septic
Septic Shock Revisited: Concepts, Controversies, and Contem- Shock in Adults. JAMA. 2009;301:2362-2375.

186 Jurnal Kardiologi Indonesia • Vol. 31, No. 3 • September-Desember 2010

You might also like