You are on page 1of 6

Jurnal Medika Veterinaria Feb 2017 11 (1):20-25

I-SSN : 0853-1943; E-ISSN : 2503-1600 DOI:https://doi.org/10.21157/j.med.vet..v1 1i1.4065

Hemoglobin and hematocrit Levels of the Sumatran elephants


(Elephas maximus sumatranus) at the Elephant Conservation
Center (ECC) of Saree, Aceh Besar
Ayu Andella Agustina1, Al Azhar2, Nuzul Asmilia3, Amiruddin3, Arman Sayuti3, Sri Wahyuni4
1
Program Studi Pendidikan Dokter Hewan Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh
2
Laboratorium Biokimia Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh
3
Laboratorium Klinik Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh
4
Laboratorium Anatomi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh
E-mail: ayuandellaagustina@gmail.com

ABSTRACT

This research was done to determine the levels of hemoglobin (Hb) and hematocrit (Ht) of the
sumatran elephants captivated at the Elephant Conservation Center (ECC) of Saree, Aceh Besar. In this
study blood samples were drawn from 16 sumatran elephants at the ECC using EDTA as an
anticoagulant. The levels of Hb and Ht were determined using Sahli and micro-hematocrit methods,
respectively. Data was analyzed using t-test. The results showed that Hb concentrations in male and
female sumatran elephans were 11.74±0.58 g/dL and 11.84±0.55 g/dL, respectively. Hb levels in
sumatran elephants aged 10-30 and >30 years old were 11.87±0.56 g/dL and 11.79±0.50 g/dL,
respectively. There was no significant different of Hb levels (P>0.05) according to sex and age. Ht values
9% and significantly lower (P<0.05) than that in female
-30
and >30 years old, 40.45±1.21% and 40.22±1.48%, respectively, were not significantly different
(P>0.05). In conclusion, in the sumatran elephants Hb values were not influenced by sex and age, but Ht
values were influenced by sex.

Key words: hemoglobin, hematocrit, sumatran elephant, ECC, Aceh

PENDAHULUAN Manajemen pemeliharaan dan kesehatan


yang tidak optimal serta pasokan nutrisi yang
Domestikasi dan pelatihan gajah sumatera di kurang dalam waktu lama dapat menyebabkan
pusat konservasi, taman safari, taman hewan malnutrisi, stres, dan perubahan prilaku, yang
atau kebun binatang merupakan bentuk selanjutnya dapat mempengaruhi parameter
konservasi di luar habitat alami (ex situ) yang biokimiawi dan hematologis hewan (Ogunrinade
diterapkan oleh pemerintah Indonesia dalam dkk., 1981). Oleh sebab itu, profil hematologi
rangka pelestarian satwa langka ini. Kegiatan ini darah hewan dan perubahannya dari nilai normal
juga berupaya memadukan kegiatan konservasi merupakan cerminan terdapatnya perubahan
dengan program pengendalian konflik gajah- metabolisme atau kondisi fisiologis pada hewan
manusia dan ekowisata (Dirjen Perlindungan tersebut (Jain, 1986).
Hutan dan Konservasi Alam, 2007). Kadar hemoglobin (Hb) dan hematokrit (Ht)
Permasalahan yang sering menjadi sorotan merupakan dua diantara profil hematologi yang
dalam domestikasi dan pemeliharaan satwa liar, sering digunakan untuk mengevaluasi status
termasuk gajah, adalah kurangnya informasi kesehatan hewan yang berkaitan dengan anemia
biologi, perawatan kesehatan dan ketersediaan dan hemokonsentrasi (Feldman dkk., 2000).
nutrisi serta manajemen pemeliharaan. Kasus anemia pada gajah sumatera pernah
Pemeriksaan hematologis dan kimiawi darah dilaporkan oleh Budiman dkk. (2010) di Pusat
relatif jarang dan tidak secara terprogram Pelatihan Gajah (PLG) Sebanga, Riau. Kadar Hb
dilakukan akibat keterbatasan sumber daya dan nilai Ht pada gajah sumatera jantan (masing-
(Alikodra, 2010). masing sebesar 10,85±1,28 g/dL dan

20
Jurnal Medika Veterinaria Ayu Andella Agustina, dkk

41,00±4,90%) dan betina (masing-masing needle, lalu dimasukkan ke tabung venoject yang
adalah 9,92±1,06 g/dL dan 34,00±2,53%) di berisi EDTA dan dihomogenkan. Sampel darah
PLG ini lebih rendah dari kadar Hb dan nilai Ht diletakkan pada suhu dingin lalu dibawa ke
yang dilaporkan oleh Mikota dkk. (2000) untuk Laboraturium Klinik Fakultas Kedokteran
gajah sumatera jantan (masing-masing adalah Hewan Universitas Syiah Kuala Banda Aceh.
13,34±2,15 g/dl dan 39,97±5,50%) dan betina untuk pemeriksaan selanjutnya
(masing-masing adalah 13,61± 1,54 g/dl dan Pemeriksaan hemoglobin
37,80±6,26%) di PLG tersebut. Kondisi anemia Lima tetes HCl 0,1 N dimasukan ke dalam
pada gajah–gajah tersebut diperkirakan terkait tabung hemometer Sahli. Darah diambil dengan
dengan toksisitas logam plumbum dan infeksi pipet Sahli sampai tanda garis 20. Ujung pipet
sekunder (Budiman dkk., 2010) dibersihkan dengan kertas tisu. Selanjutnya
Akan tetapi, dimungkinkan bahwa kadar Hb darah disemprotkan ke dalam tabung yang berisi
dan Ht yang dilaporkan oleh Mikota dkk. (2000) HCl 0,1 N. Pipet dibilas beberapa kali hingga
dan Budiman dkk. (2010) tersebut merupakan darah yang terdapat di dalamnya bersih. Pipet
karakteristik gajah sumatera sebagai salah satu diangkat dan dikeluarkan dari tabung hemometer
subspesies gajah asia. Hasil penelitian Maswari sambil meniupnya. Campuran darah dan HCl
(2003) pada 10 ekor gajah sumatera yang berada diaduk, dibiarkan selama 3 menit, lalu
di Terminal Penanggulangan Gangguan Gajah diencerkan dengan akuades sambil diaduk.
Liar (TPG2L) Saree, yang kini dinamakan Pusat Pengenceran dilakukan sampai warna cairan
Konservasi Gajah (PKG) Saree, menunjukkan dalam tabung tersebut sama dengan warna
bahwa kadar Hb gajah sumatera pada musim standar. Volume larutan setelah pengenceran
hujan, yaitu 10,80±0,54 g/dl, tidak berbeda dalam tabung hemometer menyatakan kadar
nyata (P>0,05) dengan kadar Hb pada gajah hemoglobin dalam satuan g/dL (Gandasoebrata,
sumatera pada musim kemarau, yaitu 2007).
11,28±1,16 g/dl. Nilai Ht untuk gajah di PKG Pemeriksaan hematokrit
tersebut belum pernah dilaporkan. Oleh sebab Darah dimasukan ke dalam pipet hematokrit
itu ingin dilakukan penelitian tentang kadar Hb sampai jarak 1 cm dari ujungnya. Salah satu
dan nilai Ht gajah sumatera di PKG Saree, Aceh ujung pipet disumbat dengan crystaseal. Pipet
Besar. hematokrit dimasukan ke dalam sentrifus
MATERI DAN METODE mikrohematokrit dengan bagian yang terbuka
Tempat dan waktu penelitian menghadap ke tengah. Pipet hematokrit
Pengambilan sampel darah dilakukan di kemudian disentrifus dengan kecepatan 16.000
PKG Saree, Aceh Besar. Pemeriksaan kadar Hb rpm selama 3 menit. Nilai hematokrit dibaca
dan nilai Ht dilakukan di Laboratorium Klinik dengan mikrohematokrit reader dan hasilnya
Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Syiah dinyatakan dalam % (Gandasoebrata, 2007).
Kuala. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Analisis Data
Februari sampai Maret 2016. Data hasil penelitian ditabulasi dan
Populasi dan sampel dianalisis dengan menggunakan software
Populasi dalam penelitian ini adalah gajah Graph Pad Prism 6.
sumatera yang dipelihara di PKG Saree, Aceh HASIL DAN PEMBAHASAN
Besar. Sampel adalah 16 ekor gajah dengan Nilai Hb gajah sumatera
kisaran umur 10-47 tahun Kadar Hb gajah sumatera di PKG Saree,
Pengambilan dan persiapan sampel darah Aceh Besar pada penelitian ini dikelompokkan
Darah diambil 3 ml dari vena aurikularis menurut jenis kelamin dan umur sebagaimana
posterior setiap gajah dengan menggunakan disajikan pada Tabel 1 dan 2.

21
Jurnal Medika Veterinaria Ayu Andella Agustina, dkk

Tabel 1. Nilai Hb gajah sumatera di PKG Saree Aceh Besar berdasarkan jenis kelamin.
Jumlah Hemoglobin (g/dL)

Jenis Kelamin
Sampel Rata-rata (±SD) Min-Maks

Jantan 7 11,74±0,58 10,00-14,00

Betina 9 11,84±0,55 9,00-14,40


SD : standar deviasi, Min : minimum, Maks : maksimum

Tabel 2. Nilai Hb gajah sumatera di PKG Saree Aceh Besar berdasarkan umur
Umur Jumlah Hemoglobin (g/dL)

(tahun) sampel Rata-rata Min-Maks

10-30 7 11,87±0,56 10,0-14,0

>30 9 11,79±0,53 9,0-14,0


SD : standar deviasi, Min : minimum, Maks : maksimum.

Kadar Hb pada gajah sumatera jantan bekisar 13,34±2,15 g/dL dan 13,61±1,54 g/dL
dari 10,00-14,00 g/dL dengan rata-rata Perbedaan ini mungkin disebabkan oleh faktor
11,74±0,58 g/dL. Pada gajah sumatera betina Hb subspesies.
berkisar dari 9,00-14,40 g/dL dengan rata-rata Hutt (1964) menyatakan bahwa setiap hewan
11,84±0,55 g/dL. Hasil uji t menunjukkan mempunyai karakteristik fenotip dan genotip
bahwa kadar Hb gajah sumatera jantan dan berbeda baik dalam satu spesies maupun lain
betina tidak berbeda nyata (P>0,05). Hasil yang spesies sehingga dikenal istilah subspesies.
diperoleh dalam penelitian ini mirip dengan Gajah sematera adalah subspesies gajah asia
yang dilaporkan oleh Allwin dkk. (2015) bahwa sehingga dimungkinkan kadar Hbnya berbeda
kadar Hb gajah asia jantan, yaitu 11,55±0,47 dari subspesies gajah asia lain. Coles (1992)
g/dL, tidak berbeda dengan kadar Hb gajah asia mengatakan tidak hanya faktor spesies
betina, 11,56±0,38 g/dL. Mikota dkk. (2000) temperatur tempat juga mempengaruhi, kadar
juga melaporkan bahwa kadar Hb pada gajah Hb seekor hewan. Binatang yang hidup di
sumatera jantan dan betina tidak menunjukkan dataran tinggi biasanya mempunyai nilai Hb
perbedaan. Kadar Hb gajah sumatera yang yang lebih tinggi daripada binatang yang hidup
diperoleh dalam penelitian ini lebih rendah dari di dataran rendah.
kadar Hb pada gajah sumatera jantan dan betina Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa
yang dilaporkan oleh Mikota dkk. (2000) di gajah sumatera kelompok umur 10-30 dan >30
PLG Sebanga, Riau yang masing-masing adalah tahun mempunyai kadar Hb masing-masing

22
Jurnal Medika Veterinaria Ayu Andella Agustina, dkk

11,87±0,56 g/dL dan 11,79±0,53 g/dL (Tabel 2). Didalam sum-sum tulang terdapat banyak sel
Hasil uji t menunjukan tidak terdapat perbedaan stem hemopoetik pluripoten yang dapat
(P>0,05) kadar Hb menurut kelompok umur. membentuk berbagai jenis sel darah merah. Sel-
Hasil yang ditemukan ini berbeda dengan hasil sel ini akan terus diproduksikan selama
yang diperoleh oleh Woodford (1976) pada kehidupan suatu makhluk, namun jumlahnya
gajah afrika yang menunjukkan adanya semakin berkurang sesuai dengan bertambahnya
perbedaan kadar Hb berdasarkan kelompok umur. Hal ini menyebabkan individu yang lebih
umur. Semakin tua umur gajah maka kadar Hb tua memiliki kadar Hb yang lebih rendah.
semakin menurun. Jones dan Johansen (1972) Nilai hematokrit gajah sumatera
serta Guyton (1995) juga mengatakan bahwa Kadar Ht gajah sumatera di PKG Saree, Aceh
umur mempengaruhi kadar Hb. Menurut Guyton Besar pada penelitian ini juga dikelompokkan
(1995) pada individu yang berusia muda kadar menurut jenis kelamin dan umur sebagaimana
Hb lebih tinggi dibandingkan pada usia tua. disajikan pada Tabel 3 dan 4.

Tabel 3. Nilai Ht gajah sumatera di PKG Saree Aceh Besar berdasarkan jenis kelamin
Jenis Jumlah Hematokrit (%)

Kelamin Sampel Rata-rata (±SD) Min-Maks

Jantan 7 38,14±00,79a 35,00-41,00

Betina 9 42,00±10,37b 35,00-48,00


SD : standar deviasi, Min : minimum, Maks : maksimum

Tabel 4. Nilai Ht gajah sumatera di PKG Saree, Aceh Besar Berdasarkan Umur
Umur Jumlah Hematokrit (%)
(tahun) Sampel Rata-rata Min-Maks
(±SD)
10-30 7 40,43±1,21 35,0-45,0
>30 9 40,22±1,48 35,0-48,0
SD : standar deviasi, Min : minimum, Maks : maksimum

23
Jurnal Medika Veterinaria Ayu Andella Agustina, dkk

Hematokrit Kadar Ht pada gajah sumatera yang diperiksa


Nilai Ht pada gajah sumatera jantan yang lebih rendah dibandingkan gajah afrika. Hal ini
diperiksa berkisar dari 35,00-41,00%, dengan menunjukkan bahwa subspesies juga
rata-rata 38,14±0,79%. Pada gajah sumatera mempengaruhi kadar Ht. Pengaruh spesies
betina nilai Ht berkisar dari 35,00-48,00% terhadap Ht juga telah dilaporkan oleh White
dengan rata-rata 42,00±1,37%. Hasil uji t dan Brown (1978). Dilihat dari stuktur tubuh,
menunjukkan perbedaan nyata (P<0,05) antara gajah asia cenderung memiliki ukuran tubuh
nilai Ht menurut jenis kelamin. Nilai Ht yang lebih kecil dari gajah afika (Ungerer, 1987). Hal
diperoleh ini tidak berbeda jauh dari yang ini mungkin berpengaruh terhadap nilai
dilaporkan oleh Mikota dkk. (2000) untuk gajah hematologi termasuk Ht.
sumatera jantan dan betina di PLG Sebanga KESIMPULAN
Riau, yang masing-masing sebesar 39,97±5,50% Berdasarkan hasil penelitian dapat
dan 37,80±6,26%. Salakij dkk. disimpulkan bahwa kadar hemoglobin gajah
(2005)melaporkan Nilai Ht yang lebih rendah sumatera di PKG Saree Aceh Besar tidak
untuk gajah asia jantan dan betina yang masing- dipengaruhi oleh jenis kelamin dan kelompok
masing sebesar 30,30±2,30% dan 32.60±0.50%. umur, sedangkan nilai hematokritnya
Perbedaan nilai Ht yang di peroleh diatas dipengaruhi oleh jenis kelamin.
mungkin disebabkan oleh temperatur dan
kondisi fisiologi hewan. Guyton (1995) DAFTAR PUSTAKA
mengatakan bahwa jika tubuh hewan mengalami Alikodra, H.S. 2010. Pengelolaan Satwa
perubahan fisiologis maka komponen darah juga Liar. jilid 1. IPB Press, Bogor.
akan mengalami perubahan. Perubahan Allwin, B., P.A. Kalalgnan, G.S. Kumar,
fisiologis ini dapat disebabkan oleh faktor N.R. Senthil, S. Vairamuthu and U.S
internal dan eksternal. Faktor internal yang Kalyaan. 2015. Haematology of the
mempengaruhi perbedaan nilai Ht diantaranya
asian elephants. Adv. Multidis
umur, status gizi, latihan, kesehatan, stres dan
suhu tubuh. Faktor eksternal yang Aplinari Res. 2(3): 82-86.
mempengaruhi nilai Ht adalah infeksi kuman, Budiman, H., A. Azhar, dan I. Yusuf . 2010.
patah tulang, dan perubahan suhu lingkungan. Analisis kadar timbal dan gambaran
Pengaruh umur terhadap nilai Ht gajah darah gajah sumatera (Elephas
sumatera juga diperiksa pada penelitian ini. maximus sumatranus) di Pusat Latihan
Hasil uji t menunjukkan nilai Ht gajah berumur Gajah Sebanga Riau.Jurnal
10-30 dan >30 tahun masing-masing adalah veteriner. 11(2): 64-9.
40,43±1,21% dan 40,22±1,48%. Analisis Coles, E.H. 1992. Veterinary Clinical
statistik menunjukkan tidak terdapat perbedaan th
(P>0,05) nilai Ht menurut kelompok umur. Hasil Pathology. 3 ed. WB Sunders,
yang diperoleh ini berbeda dengan hasil Philadelphia-Toronto
penelitian Woodford (1976) pada gajah afrika Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan
bahwa semakin tua umur gajah maka semakin Konservasi Alam. 2007. Strategi dan
menurun nilai Ht.

24
Jurnal Medika Veterinaria Ayu Andella Agustina, dkk

Rencana Aksi konservasi Gajah Mikota, S.K., H. Hammatt, W. Azmi and


Sumatera dan Gajah Kalimantan. B.O Manullang. 2000. Medical
Departemen Kehutanan RI, Jakarta. Evaluation of Captive Elephants
Feldman, B.F., G.J. Zinkl, C.N. Jain and Sebanga, Duri. Elephants
W.O. Schalm. 2000. Schalm’s Conservation Center Riau Province,
th Sumatra, Indonesia. Report of
Veterinary Hematology. 5 ed.
Lippincott Wiliam and Wilkins, Sumatran Elephants Conservation.
Philadelphia. Ogunrinade, A., J. Fajimi, and A. Adenike.
Gandasoebrata R. 2007. Penuntun 1981. Biochemical indices in the
Laboratorium Klinik. Edisi ke-3. White Fulani (Zebu) cattle in Nigeria.
Dian Rakyat, Jakarta. Rev. Elev. Med. Vet. Phys. 3(4): 41.
Guyton, C.A. 1995.Buku Ajar Fisiologi Salakij, J., C. Salakij, N.A. Norkkong, S.
Kedokteran. Edisi ke -7. EGC, Apibal, P. Suthunmapinuntra,J.
Jakarta. Hutt, F.B. 1964. Animal Rattanakukuprakarn, G. Nunklang and
Genetic. John Willey and Sons, New M. Yindee. 2005. Hematology,
York cytochemistry and ultrastructure of
Jain, N.C. 1986. Schalm’s Veterinary blood cells from asian elephant.
th Kasetsart J. 39: 482-493
Haematology. 4 ed. Philadelphia, Ungerer, T. 1987. Pedoman Pemanfaatan
Lea and Febiger, USA. Gajah. Direktorat Pelestarian
Jones, D.R., and K. Johansen. 1972. The Alam.Direktorat Jenderal
th
Blood Vascular System of Birds. 2 PerlindunganHutan dan Pelestarian
ed. Famer DS King Academic, New Alam Lembaga penelitian IPB, Bogor.
York. White, P.T. and I.R.F. Brown. 1978.
Maswari. 2003. Kadar Hemoglobin Gajah Hematologic studies on wild african
Sumatera (Elephas maximus elephants, Loxodanta africana. J.
sumatranus) di Terminal Zool. 185:491-503.
Penanggulangan Gangguan Gajah Liar Woodford, M.H. 1976. Blood
(TPG2L) Saree Aceh Pada Musim Characteristics of the african
Hujan dan Musim Kemarau. Skripsi. elephants. Wildllfe Dis. 15(3): 111-
Fakultas Kedokteran Hewan 113.
Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh.

25

You might also like