You are on page 1of 12

JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT,

Volume 1, Nomor 2, Tahun 2012, Halaman 423 - 434


Online di http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jkm

GAMBARAN KEGIATAN PENEMUAN KASUS PNEUMONIA


PADA BALITA DI PUSKESMAS SE- KOTA SEMARANG
TAHUN 2011
Resti Paramita Handayani
Mahasiswa Peminatan Epidemiologi dan Penyakit Tropik Universitas Diponegoro
Semarang, Indonesia

ABSTRACK
Pneumonia is a lung infection and or characterized by cough, fever, rapid
breathing and chest pain. Insisden pneumonia in 2010 amounted to 4,01 and the
coverage of the discovery of cases of pneumonia toddler in 2010 was 40,11%.
The purpose of this study was to describe the activities pneumona case finding in
infants as Semarang City Health Center and describes the resources used in
these activities. This study used descriptive research. T The population in this
study was the officer holder P2 ISPA program with a total of 37 people. Data
analysis was performed with a frequency distribution table on each variabel
studied. Results showed coverage of the discovery of cases of pneumonia in a
city clinic semarang categorized 83.8% less, how the discovery of cases of
pneumonia in the city of Semarang 100% passive categorized, the method of
determining the case of 100% less categorized, all the officers have been doing
data processing and analysis data, as well as all the officers have done reporting
the percentage of 100%. ISPA P2 officer training status at a health center of
Semarang 100% categorized fairly, educational level 59.5% educated workers
S1, ability skills in data processing personnel categorized either 67.6%, 54.1%
state of knowledge workers categorized less, availability of measure breathing
73% categorized, availability of data processing facilities and transportation
facilities classified 100% there and fit for use and the availability of 100%
financing programs pneumonia categorized nothing.

Keywords : Case finding, Pneumonia


Bibliography: 43, 1982 – 2010

Pendahuluan Proporsi pneumonia balita di


Indonesia dari pada tahun 2008
Pneumonia balita adalah
adalah 49,45%, tahun 2009 adalah
penyakit yang menyerang jaringan
49,23% dan tahun 2010 adalah
paru-paru dan atau ditandai dengan
39,38% dari jumlah balita di
batuk dan kesulitan bernapas, yang
Indonesia. Rata-rata insidens
biasa disebut sebagai napas cepat
pneumonia nasional dari tahun 2001
atau sesak napas pada anak usia
sampai 2010 berada pada daerah
balita. Pneumonia merupakan
kuning atau daerah yang memiliki
penyakit batuk pilek disertai napas
insidens rate antara 1-4 per 100.000
cepat.1

1
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT,
Volume 1, Nomor 2, Tahun 2012, Halaman 423 - 434
Online di http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jkm

penduduk dan termasuk kategori wilayah kerja UPK berdasarkan


sedang, hanya pada tahun 2001 dan kriteria gejala klinis. Penderita yang
2004 pernah berada di kategori dinyatakan positif berdasarkan
merah atau daerah yang memiliki gejala klinis kemudian dilakukan
insidens rate lebih dari >4 per konfirmasi laboratorium darah dan
100.000 penduduk dan termasuk sputum dan hasil rotgen thorax. Data
2
kategori tinggi. dari hasil konfirmasi laboratorium,
Insidens pneumonia di Jawa rotgen dan pemeriksaan gejala klinis
Tengah dari tahun 2005 sampai kemudian dikumpulkan yang
2009 rata-rata berada pada daerah kemudian dikirim untuk dilakukan
kuning (1-4 per 100.000 penduduk), analisis dan pelaporan data. Analisis
hanya pada tahun 2009 tidak ada data dilakukan berdasarkan kategori
kasus yang dilaporkan.3 Sedangkan kelompok umur untuk
untuk kota Semarang, insidens mempermudah pengambilan
pneumonia pada tahun 2009 kebijakan dalam rangka
sebesar 2,04 per 100.000 penduduk. pengendalian dan pencegahan
Hal ini menurun dibandingkan tahun pneumonia. Data hasil analisis
2010 yaitu sebesar 4,01 per 100.000 kemudian dilaporkan dalam bentuk
4
penduduk. laporan mingguan ke pusat (Dinas
Penemuan kasus pneumonia Kesehatan), serta dilakukan umpan
merupakan salah satu strategi dalam balik dan penyebarluasan informasi
pengendalian pneumonia. kepada publik berupa buletin,
Penemuan kasus pneumonia website dan laporan hasil kegiatan
dilakukan secara aktif maupun pasif. penemuan kasus.5
Penemuan kasus secara pasif Rata-rata cakupan pneumonia
dilaksanakan diseluruh Unit di Kota Semarang pada tahun 2008
Pelayanan Kesehatan (UPK) yang yaitu 33,5%, tahun 2009 yaitu
ada dengan melihat data jumlah 40,35% dan tahun 2010 yaitu
penderita yang datang untuk berobat 40,11%. Hal ini masih jauh dari
ke Unit Pelayanan Kesehatan (UPK) target nasional yaitu 60% dari 10%
tersebut. Penemuan kasus secara jumlah balita.4 Berdasarkan hal
aktif dilaksanakan oleh petugas UPK tersebut, kegiatan penemuan kasus
dengan mendatangi pasien di

2
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT,
Volume 1, Nomor 2, Tahun 2012, Halaman 423 - 434
Online di http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jkm

mempengaruhi hasil cakupan status pelatihan, tingkat


penemuan penderita pneumonia. pengetahuan, dan
Tujuan penelitian ini adalah : keterampilan pengolahan
1. Tujuan Umum data) dalam pelaksanaan
Menggambarkan kegiatan kegiatan penemuan kasus
penemuan kasus pneumonia Pneumonia di Puskesmas
pada balita di Puskesmas se- se- Kota Semarang
Kota Semarang dan f. Mendeskripsikan sarana
menggambarkan sumberdaya yang digunakan (sarana
yang digunakan dalam kegiatan pengolahan data, sarana
tersebut. transportasi dan alat ukur
2. Tujuan Khusus napas) dalam pelaksanaan
a. Mendeskripsikan kegiatan kegiatan penemuan kasus
penemuan kasus dan Pneumonia di Puskesmas
pengumpulan data kasus se- Kota Semarang.
pneumonia di Puskesmas se- g. Mendeskripsikan
Kota Semarang. pembiayaan kegiatan
b. Mendeskripsikan proses penemuan kasus Pneumonia
pengolahan data kasus di Puskesmas se- Kota
Pneumonia di Puskesmas Semarang
se- Kota Semarang. Metode dan Subjek Penelitian
c. Mendeskripsikan proses Penelitian ini merupakan jenis
analisa data penemuan penelitian Deskriptif, yaitu penelitian
kasus Pneumonia di yang menggambarkan pelaksanaan
Puskesmas se- Kota kegiatan penemuan kasus
Semarang. pneumonia pada balita di
d. Mendeskripsikan proses Puskesmas se- Kota Semarang.
pelaporan data dari hasil Sampel dalam penelitian ini adalah
kegiatan penemuan kasus sama dengan Total Sampling yaitu
Pneumonia di Puskesmas seluruh petugas pengelola program
se- Kota Semarang. P2 ISPA atau tim surveilans
e. Mendeskripsikan karakteristik epidemilogi penyakit Pneumonia di
petugas (tingkat pendidikan,

3
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT,
Volume 1, Nomor 2, Tahun 2012, Halaman 423 - 434
Online di http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jkm

Puskesmas se-Kota Semarang yang dalam melakukan kegiatan


berjumlah 37 orang. penemuan kasus. Hal ini juga
Data hasil wawancara dan disebabkan kurangnya tenaga
pencatatan dokumen dianalisis kesehatan yang ada di
secara deskriptif untuk mendapatkan puskesmas sehingga
gambaran suatu keadaan mengakibatkan petugas harus
sebenarnya, kemudian dibandingkan merangkap pekerjaan pekerjaan
dengan keadaan yang seharusnya.6 lain sehingga menghambat
Analisa data kuantitatif kegiatan penemuan kasus.
dilakukan dengan membuat table Penelitian ini sejalan
distribusi frekuensi pada setiap dengan penelitian sebelumnya
variabel yang diteliti. Analisis ini yang menyatakan bahwa
bertujuan untuk melihat karakteristik rendahnya cakupan penemuan
masing-masing variabel dengan kasus pneumonia disebabkan
melihat persentasenya. oleh beberapa faktor antara lain
yaitu faktor jumlah tenaga
kesehatan, pengetahuan
petugas, keterampilan petugas
Hasil dan Pembahasan dan ketersediaann sarana
A. Cakupan Penemuan Kasus pendukung.7
Pneumonia di Puskesmas se- B. Kegiatan Penemuan Kasus
Kota Semarang Pneumonia di Puskesmas se-
Pada penelitian ini Kota Semarang
didapatkan Puskesmas se- Kota Cakupan penemuan kasus
Semarang yang memiliki dinilai berdasarkan cara
cakupan puskesmas yang penemuan kasus dan cara
cukup sebesar 16,2% penentuan kasus. Berdasarkan
sedangkan yang memiliki hasil penelitian menunjukkan
cakupan puskesmas yang semua puskesmas di Kota
kurang sebesar 83,8%. Semarang melaksanakan
Cakupan penemuan kasus penemuan kasus secara pasif,
rendah disebabkan oleh kinerja yaitu melaksanakan kegiatan
petugas yang kurang maksimal penemuan kasus dengan

4
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT,
Volume 1, Nomor 2, Tahun 2012, Halaman 423 - 434
Online di http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jkm

melihat dan mengumpulkan berhubungan dengan


data penderita yang bersumber pneumonia balita.
dari seluruh Unit Pelayanan Cara penentuan kasus
Kesehatan (UPK) yang ada. pneumonia balita di Puskesmas
Data yang dikumpulkan wilayah Kota Semarang
oleh semua petugas P2 ISPA dilakukan dengan pemeriksaan
bersumber dari Pokesdes atau gejala klinis tanpa diikuti dengan
Posyandu dan Puskesmas pemeriksaan rotgen.
sendiri. Sedangkan yang Pemeriksaan gejala klinis yaitu
bersumber dari Puskesmas dengan melihat tarikan dinding
Pembantu hanya 51,4%, hal ini dada bagian bawah dan jumlah
dikarenakan tidak semua tarikan napas.
Puskesmas memiliki C. Kegiatan Pengolahan Data
Puskesmas Pembantu. Hasil Penemuan Kasus
Dalam pelaksanaan Pneuomonia di Puskesmas
penemuan kasus di UPK, bidan se- Kota Semarang
yang bekerja di UPK lebih Pada penelitian ini semua
banyak berperan, hal ini dapat petugas P2 ISPA di 37
dilihat dari persentase dari hasil Puskesmas se- Kota Semarang
penelitian ini yaitu sebesar telah melakukan pengolahan
81,1%, yang kemudian diikuti data. Pengolahan data
oleh peran perawat sebesar dilakukan setiap satu bulan
54,1%. sekali. Pengolahan data di
Pada hasil penelitian ini, puskesmas sebagian besar
jenis data yang dikumpulkan dilakukan oleh petugas P2 ISPA
dari UPK kepada petugas P2 sendiri yaitu sebesar 81,1%.
ISPA semuanya merupakan Namun, ada beberapa
hasil pemeriksaan gejala klinis Puskesmas (18,9%)
dan data demografi pasien. UPK mempekerjakan petugas khusus
tidak mengumpulkan hasil untuk pengolahan data.
rotgen, data pemakaian vaksin, Pengolahan dilakukan dengan
data penggunaan antivirus serta cara rekapitulasi data dari
data faktor resiko yang sumber data dan sudah

5
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT,
Volume 1, Nomor 2, Tahun 2012, Halaman 423 - 434
Online di http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jkm

mengelompokkan data menurut Beban kerja petugas yaitu


variabel orang. Namun petugas merangkap pekerjaaan lain
belum melakukan pengolahan dapat menghambat untuk
data berdasarkan variabel melakukan penemuan kasus.
tempat dan waktu. Hal ini Kurangnya petugas kesehatan
dikarenakan adanya di puskesmas merupakan
pemahaman pengolahan data alasan petugas mendapat
hanya berdasarkan variabel pekerjaan rangkap. Dalam
orang dan tidak memerlukan melaksanakan tugasnya
pengolahan data berdasarkan pegawai akan merasa ringan
variabel tempat maupun waktu. apabila dapat berbagi kerja
Pada penelitian ini data dengan orang lain tentang
disajikan hanya dalam bentuk pekerjaan yang menjadi
grafik tahunan, tabel bulanan tanggung jawabnya, tetapi akan
dan IR serta CFR. Hal ini menjadi berat apabila telah
dikarenakan petugas dibebani tanggung jawab
merangkap pekerjaan lain pekerjaan yang lebih dari satu
sehingga tidak ada waktu untuk pekerjaan (tugas rangkap).
membuatnya. Permasalahan yang akan
D. Kegiatan Analisis Data Hasil dihadapi bahwa pekerjaan yang
Penemuan Kasus Pneumonia dipikulnya akan menambah
di Puskesmas se- Kota beban tanggung jawabnya.8
Semarang E. Kegiatan Pelaporan Hasil
Berdasarkan penelitian ini, Penemuan Kasus Pneumonia
semua Puskesmas di wilayah di Puskesmas se- Kota
Kota Semarang tidak melakukan Semarang
analisa data. Hal ini dikarenakan Berdasarkan penelitian ini,
beban kerja petugas dan semua petugas P2 ISPA
pemahaman bahwa kegiatan Puskesmas se- Kota Semarang
penemuan kasus hanya sebagai telah melakukan pelaporan data
kegiatan pencatatan dan hasil penemuan kasus
pelaporan dalam pengumpulan pneumonia. Pelaporan
data. dilakukan agar data yang

6
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT,
Volume 1, Nomor 2, Tahun 2012, Halaman 423 - 434
Online di http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jkm

didapatkan bisa dimanfaatkan penyuluhan baik langsung


sebagaimana mestinya. Data maupun melalui perantara
hasil pelaporan selanjutnya (kader kesehatan dan bidan
digunakan untk perencanaan desa). Sedangkan pelaporan
penanggulangan khusus dan untuk tingkat puskesmas sendiri
program pelaksanaannya, untuk yaitu melalui pertemuan rutin
kegiatan tindak lanjut, untuk yang disampaikan secara lisan
melakukan koreksi dan oleh petugas P2 ISPA dan
perbaikan-perbaikan program laporan tertulis setiap bulannya.
dan pelaksanaan program, serta F. Sumber Daya Dalam Kegiatan
untuk kepentingan evaluasi atau Penemuan Kasus Pneumonia
hasil kegiatan. di Puskesmas se- Kota
Bentuk pelaporan yang Semarang
harus dilakukan berdasarkan 1. Pendidikan
pedoman Departemen Berdasarkan hasil penelitian
Kesehatan adalah laporan dapat diketahui bahwa dari
bulanan , PWS dan laporan care seluruh petugas P2 ISPA di
7
seeking. Namun pada Puskesmas se- Kota
penelitian ini, semua petugas Semarang 59,5%
puskesmas hanya melaporkan berpendidikan strata satu
laporan bulanan saja. Laporan yang terdiri atas S1
bulanan menggunakan blanko keperawatan, S1 kebidanan
pelaporan yang terdiri dari jenis dan S1 kesehatan
penyakit pneumonia dan jumlah masyarakat serta 40,4%
penderita berdasarkan umur. berpendidikan D3 terdiri atas
Pelaporan dilakukan setiap D3 kebidanan, D3
bulan dan penerima laporan keperawatan dan D3
adalah Dinas Kesehatan Kota kesehatan lingkungan.
Semarang yang kemudian 2. Pelatihan
dilanjutkan ke Dinas Kesehatan Dari penelitian ini diketahui
Provinsi. Sebagian puskesmas bahwa semua Puskesmas
telah melakukan pemberian mempunyai tenaga terlatih
informasi ke masyarakat melalui yang cukup (100%), namun

7
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT,
Volume 1, Nomor 2, Tahun 2012, Halaman 423 - 434
Online di http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jkm

cakupan penemuan sebesar 67,6%


penderita di puskesmas se- dikategorikan baik dan
Kota Semarang belum 32,4% dikategorikan kurang.
sesuai dengan target yang Petugas sebagian besar
telah ditetapakan. Ada mampu membuat tabel
kemungkinan pelatihan yang kasus dan grafik trend
pernah diikuti tidak secara manual maupun
menambah ilmu komputer. Petugas juga
pengetahuan petugas sudah mampu membuat IR
sehingga tidak berdampak dan CFR. Namun,
pada kinerja petugas. keterampilan petugas yang
Penyelenggaraan program baik tidak diikuti dengan
pelatihan yang sangat peningkatan kinerja petugas
komprehensif sekalipun dalam pengolahan data.
belum menjamin bahwa para 5. Alat ukur napas
pegawai dapat Sarana alat ukur
melaksanakan tugas dengan pernapasan merupakan alat
memuaskan. bantu hitung pernapasan,
3. Pengetahuan dari hasil penelitian ini
Berdasarkan penelitian ini menunjukkan 73%
dapat diketahui bahwa puskesmas memiliki alat
sebagian besar ukur napas lebih dari tiga
pengetahuan petugas P2 buah dan dalam kondisi baik
ISPA di Puskesmas se- Kota serta layak digunakan.
Semarang dikategorikan Sebagian besar alat ukur
kurang sebesar 54,1% dan napas di Puskesmas
dikategorikan baik terdapat di BP Umum dan
4. Keterampilan pengolahan BP KIA, dimana masing-
data masing berjumlah lebih dari
Berdasarkan penelitian ini satu alat ukur napas.
diketahui bahwa 6. Ketersedian sarana
keterampilan pengolahan pengolahan data
data oleh petugas P2 ISPA

8
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT,
Volume 1, Nomor 2, Tahun 2012, Halaman 423 - 434
Online di http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jkm

Berdasarkan penelitian ini untuk program P2 ISPA


diketahui bahwa 37 secara keseluruhan saja.
puskesmas memiliki sarana Dana digunakan untuk
pengolahan data dalam pembelian keperluan dan
kategori baik (100%). perbaikan sarana di dalam
Semua puskesmas telah gedung. Sehingga dana
memiliki komputer untuk tidak teralokasi kepada
mengolah data, blanko untuk kegiatan penemuan kasus
pelaporan dan buku register yang mengakibatkan kurang
penderita. maksimalnya kegiatan
7. Ketersediaan sarana penemuan kasus pneumonia
transportasi dan cakupan penemuan
Berdasarakan penelitian ini kasus tidak pernah
diketahui bahwa semua mencapai target yang telah
puskesmas telah ditetapkan.
mempunyai alat transportasi Kesimpulan
berupa mobil puskesmas. 1. Cakupan penemuan kasus
Jumlah mobil puskesmas di pneumonia oleh petugas P2
setiap puskesmas sebagain ISPA di puskesmas se- Kota
besar mempunyai satu Semarang 83,8% hasil
mobil. Mobil puskesmas cakupan kurang dari 60%
digunakan dalam penemuan dari 10% jumlah balita.
kasus dan saat ada kegiatan 2. Cara penemuan kasus
puskesmas keliling. pneumonia oleh petugas P2
8. Pembiayaan ISPA di puskesmas se- Kota
Berdasarkan penelitian ini Semarang 100% melakukan
diketahui bahwa semua penemuan kasus secara
puskesmas tidak pasif. Cara penentuan kasus
mempunyai alokasi dana yang dilakukan petugas
khusus untuk kegiatan dengan melakukan
pencarian kasus pneumonia. pemeriksaan gejala klinis
Puskesmas hanya tanpa dilakukan
mempunyai alokasi dana pemeriksaan rotgen.

9
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT,
Volume 1, Nomor 2, Tahun 2012, Halaman 423 - 434
Online di http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jkm

3. Semua petugas P2 ISPA di persenatase 100%. Jenis


puskesmas se- Kota pelaporan yang dilakukan
Semarang telah melakukan adalah laporan bulanan
pengolahan data dari hasil tanpa adanya pelaporan
penemuan kasus pneumonia PWS dan Seeking Care.
dengan persentase 100%. Pelaporan ditujukan kepada
Pengolahan data dilakukan Dinas Kesehatan Kota
berdasarkan karakteristik Semarang (100%) dan
orang (100%). Pengolahan masyarakat (24,3%)
data disajikan dalam bentuk 6. Tingkat pendidikan pada
tabel (100%), grafik (100%), petugas P2 ISPA di
IR (100%) dan CFR (100%). puskesmas se- Kota
Pada pengolahan data Semarang sebagian besar
sebesar 81,1% tidak ada berpendidikan S1 dengan
keterlibatan petugas lain. persentase 59,5% dan D3
4. Semua petugas P2 ISPA di sebesar 40,5%.
puskesmas se- Kota 7. Status pelatihan petugas P2
Semarang tidak melakukan ISPA di puskesmas se- Kota
analisa dari hasil Semarang 100%
pengolahan data kasus dikategorikan cukup.
pneumonia dengan Petugas telah mengikuti dua
persentase 100%. Hal ini kali pelatihan yaitu pelatihan
dikarenakan petugas Tatalaksana ISPA dan
merangkap pekerjaan lain pelatihan Manajemen
dan adanya pemahaman Program P2 ISPA yang
bahwa kegiatan penemuan diselenggarakan oleh Dinas
kasus hanya sebagai Kesehatan Kota Semarang.
kegiatan pencatatan dan 8. Kemampuan keterampilan
pelaporan. pengolahan data petugas P2
5. Semua petugas P2 ISPA di ISPA di puskesmas se-
puskesmas se- Kota Kota Semarang 67,6%
Semarang telah melakukan dikategorikan baik.
pelaporan dengan

10
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT,
Volume 1, Nomor 2, Tahun 2012, Halaman 423 - 434
Online di http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jkm

9. Status pengetahuan petugas Dari hasil penelitian yang


P2 ISPA di puskesmas se- dilakukan pada petugas P2
Kota Semarang 54,1% ISPA di puskesmas se- Kota
dikategorikan kurang. Semarang, maka ada beberapa
10. Ketersediaan alat ukur saran yang dapat disampaikan :
napas di puskesmas se-
Kota Semarang 73%
dikategorikan ada yaitu alat
ukur napas lebih dari tiga 1. Bagi Dinas Kesehatan
buah dan dalam keadaan a. Menyediakan sarana
bisa untuk digunakan. dan anggaran biaya
11. Ketersediaan sarana untuk program
pengolahan data di pneumonia di
puskesmas se- Kota Puskesmas.
Semarang 100% b. Melakukan penyegaran
dikategorikan ada yaitu, kembali pada petugas
Puskesmas telah memiliki yang telah mengikuti
komputer untuk mengolah pelatihan.
data, blanko untuk 2. Bagi Puskesmas
pelaporan dan buku register a. Mendeteksi dini kasus
penderita. pneumonia dengan
12. Ketersediaan sarana pencarian kasus aktif
transportasi data di dan pasif.
puskesmas se- Kota b. Melatih kader kesehatan,
Semarang 100% desa dan posyandu
dikategorikan ada dan layak dalam mengenal tanda-
untuk digunakan. tanda pneumonia,
13. Ketersedian pembiayaan pemberitahuan dan
program pneumonia di upaya pencegahannya.
puskesmas se- Kota c. Melakukan pengaturan
Semarang 100% kerja secara merata
dikategorikan tidak ada. untuk menghindari
Saran perangkapan tugas yang

11
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT,
Volume 1, Nomor 2, Tahun 2012, Halaman 423 - 434
Online di http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jkm

banyak bagi seorang Cakupan Penemuan Penderita


petugas. Pneumonia Balita di Provinsi
DAFTAR PUSTAKA Sumatera Selatan. Tesis, Pasca
1. David, Rubenstein, dkk. FKM UI, 2002.
Kedokteran Klinis edisi VI. PT 10. Umar, H. Evaluasi Kinerja
Gelora Aksara Pratama, Perusahaan. PT Gramedia
Jakarta, 2007. Pustaka Utama, Jakarta, 2002.
2. Kemenkes RI. Buletin Jendela 11. Notoatmodjo. Pendidikan
Epidemiologi Volume III. 2010. Kesehatan dan Ilmu Perilaku
3. Kemenkes RI. Profil Kesehatan Kesehatan. Adi Offset,
Indonesia. 2010. Yogyakarta, 2003.
4. Dinkes Kota Semarang. 12. Sumarsono, Purwadi. Beberapa
Laporan P2P. Semarang : Faktor Yang Berakaitan Dengan
Dinkes Kota Semarang, 2010. Pelaksanaan Kegiatan
5. WHO. WHO Regional Office for Surveilans Epidemiologi
Europe Guidance for Sentinel Penyakit Demam Berdarah
Influenza Surveillance in Tingkat Puskesmas di
Humans. Copenhagen, 2011. Kabupaten Wonogiri. FKM
6. Sugiyono. Statistika untuk UNDIP, 2000.
penelitian. Alfabeta Bandung, 13. Rosidah, dkk. Manajemen
Bandung, 2007. Sumber Daya Manusia. Graha
7. Warsihayati, Rita. Faktor-faktor Ilmu, Yogyakarta, 2003.
Yang Berhubungan Dengan 14. Kemenkes RI. Pedoman
Cakupan Penemuan Kasus Tatalaksana Pneumonia Balita.
Pneumonia Pada Puskesmas di Dijen PP dan PL, Jakarta, 2010.
Kabupaten Bekasi. Tesis, Pasca
FKM UI, 2002.
8. Mangkunegara AP. Evaluasi
Kinerja Sumber Daya Manusia.
Refika Aditama, Bandung, 2009.
9. Matdani, Nurcik. Hubungan
Profesionalisme Petugas P2
ISPA Puskesmas Dengan

12

You might also like