You are on page 1of 10

JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)

Volume 6, Nomor 1, Januari 2018 (ISSN: 2356-3346)


http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

FAKTOR RISIKO KEJADIAN KARIES GIGI PADA ORANG DEWASA


USIA 20-39 TAHUN DI KELURAHAN DADAPSARI,
KECAMATAN SEMARANG UTARA, KOTA SEMARANG

Ziyaan Azdzahiy Bebe, Henry Setyawan Susanto, Martini


Peminatan Epidemiologi dan Penyakit Tropik
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro
Email: Ziyaan.bebe@gmail.com

ABSTRACT

Caries is a disease of dental hard tissue, enamel, dentine and cementum, caused
by the activity of microorganism in carbohydrate that can be fermented. Based on
data from DKK Semarang in 2014-2016, the highest dental caries prevalence
belong to 20-44 age group. Calculus incidence reached largest increase and
continue at the age 30 years and increases by age. The population in this study
is 138 with sample size 103.The purpose of this study is to analyze risk factors of
dental caries among adults 20-39 years old. The type of research is analytic
observational with cross sectional study design. Dependent variable is dental
caries and independent variables are oral hygiene, teeth, pH saliva, score,
component of glucose consumption, and toothbrushing practice. Collecting data
with index (plaque, oral hygiene, pH saliva), observation, and interview. Data
analysis using chi square test. The result of bivariate analysis showed that teeth
(p=0.016, POR=5.6), pH saliva (p= 0.015, POR=4.0), plaque (p= 0.038,
POR=3.4), and consumption component glucose (p=0.011, POR=7.1) are a risk
factor . While, oral hygiene (p = 0.078, POR= 3.3) and tooth brushing practice (p
= 0.684, POR = 2.3) are not a risk factor for dental caries. It is recommended
adults do the correct steps of tooth brushing (movement of toothbrushes rotating
and up-down positioning 45°, duration 2-3 minutes, ei ght-fold per-septan, and
brushing teeth after consumpt glucose), toothbrush <15 minutes after eating, and
consumpt cariostatic and anticariogenic foods.

Keywords : Dental caries, Oral Hygiene, Saliva, Plaque

365
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 6, Nomor 1, Januari 2018 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

PENDAHULUAN gigi ialah bersifat permanen. Seiring


Karies merupakan suatu berjalannya proses pembusukan
penyakit jaringan keras gigi, yaitu gigi, akan muncul pula rasa sakit
email, dentin dan sementum, yang dan kematian jaringan gigi. Rasa
disebabkan oleh aktifitas suatu jasad sakit dapat semakin parah bila gigi
renik dalam suatu karbohidrat yang terpapar makanan atau minuman
dapat diragikan.1 Karies gigi yang panas, dingin, manis atau asam.8,9
disebut juga lubang gigi merupakan Karies yang tidak dilakukan
suatu penyakit dimana bakteri perawatan gigi sejak dini dapat
merusak struktur jaringan gigi yaitu menyebabkan kerusakan gigi
enamel, dentin dan sementum. menjadi lebih parah dan akhirnya
Jaringan tersebut rusak dan dicabut. Seseorang yang kehilangan
menyebabkan lubang pada gigi. gigi akibat karies akan mengalami
Karies gigi bersifat kronis dan dalam masalah pengunyahan dan akan
perkembangannya membutuhkan merasakan malu dalam tingkat
waktu yang lama, sehingga tertentu pada penampilan diri yang
sebagian besar penderita kemudian akan membatasi interaksi
mengalaminya seumur hidup.2,3 sosial dan komunikasi.10,11 Selain
Penegakkan diagnosis biasanya mengganggu fungsi pengunyahan,
didasarkan pada anamnesis, karies gigi juga dapat mempengaruhi
pemeriksaan klinis, dan radiologis. kesehatan secara umum. Walaupun
Diagnosis yang akurat secara klinis tidak sampai menimbulkan kematian
yaitu melakukan kombinasi sebagai akibat dari kerusakan gigi
pemeriksaan klinis secara visual, dan jaringan pendukung, karies
kacamata pembesar khusus, dapat menurunkan tingkat
rontgen foto, transiluminasi serat produktivitas seseorang, karena dari
optik, dan pemeriksaan individual aspek biologis akan dirasakan sakit.
lainnya.4 Karies gigi diklasifikasikan Penyakit gigi dan mulut juga dapat
menurutkavitas (kelas I, kelas II, menjadi sumber infeksi yang dapat
kelas III, kelas IV, kelas V), menurut mengakibatkan ataupun
kedalaman (karies insipien, karies mempengaruhi beberapa penyakit
superfisialis, karies media dan karies sistemik. Lubang pada gigi
profunda), menurut keparahan atau merupakan tempat jutaan bakteri.
kecepatan berkembangnya (karies Jika bakteri masuk ke dalam
ringan, sedang, dan parah).5,6,7 perubahan pembuluh darah bisa
Tandanya adalah adanya menyebar ke organ tubuh lainnya
demineralisasi jaringan karies gigi dan menimbulkan infeksi, seperti
yang kemudian diikuti kerusakan masalah sistem pernafasan, otak
bahan organiknya.1 Terdapat banyak dan jantung.12
tanda awal pembusukan termasuk Berdasarkan data yang
adanya bintik putih kapur atau tanda diperoleh dari Dinas Kesehatan Kota
dan gejala yang tidak nampak. Semarang, total penderita karies
Seiring kondisi berjalan, bintik putih pada tahun 2014 yaitu sebanyak
kapur akan berubah menjadi coklat 2003 kasus dengan persentase
atau hitam dan pada akhirnya tertinggi pada kelompok usia 20-44
berubah menjadi rongga atau lubang tahun di tahun 2013 yaitu sebanyak
di gigi. Sebelum rongga terbentuk, 41% (824 kasus), kelompok usia 5-
proses yang terjadi reversible, 19 tahun sebanyak 20% (397
namun sekali saja rogga terbentuk, kasus), dan kelompok usia 0-4 tahun
maka kerusakan yang terjadi pada sebanyak 6% (114 kasus).

366
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 6, Nomor 1, Januari 2018 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

Sedangkan, total penderita karies Asam ini menyebabkan nilai pH lokal


pada tahun 2015 yaitu sebanyak jatuh di bawah nilai kritis yang
1.648 kasus dengan persentase mengakibatkan demineralisasi
tertinggi pada kelompok usia 20-40 jaringan gigi. Jika difusi kalsium,
tahun sebanyak 41% (684 kasus), fosfat, dan karbonat dari gigi ini
kelompok usia 5-19 tahun sebanyak dibiarkan berlanjut, kavitasi pada
20% (317 kasus), dan kelompok usia akhirnya akan terjadi. Demineralisasi
0-4 tahun sebanyak 4% (65 kasus). dapat diatasi pada tahap awal
Total penderita karies pada tahun melalui penyerapan kalsium, fosfat,
2016 yaitu sebanyak 3.588 dengan dan fluor. Fluor bertindak sebagai
persentase tertinggi pada kelompok katalis untuk difusi kalsium dan
usia 20-44 tahun sebanyak 42% fosfat dalam gigi, yang
(1521 kasus), kelompok usia 5-19 meremineralisasi struktur kristal
tahun sebanyak 20% (717 kasus), dalam lesi. Permukaan kristal
dan kelompok usia 0-4 tahun dibangun kembali, terdiri dari
sebanyak 3% (93 kasus). Penurunan hidroksiapatit berfluoride dan
angka penderita karies gigi di tahun fluorapatite, jauh lebih tahan
2013-2014 pada kelompok usia 20- terhadap serangan asam daripada
44 sempat mengalami penurunan struktur aslinya. Enzim bakterial juga
dari 824 kasus menjadi 684 kasus. dapat terlibat dalam perkembangan
Brunson juga berpendapat bahwa karies. Proses karies dimulai dari
insiden kakulus mencapai kenaikan permukaan gigi (pit, fissur dan
terbesar pada usia 30 tahunan dan daerah interproksimal) meluas ke
akan semakin meningkat seiring arah pulpa.9,10
dengan bertambahnya usia.13 Beberapa faktor risiko karies
Wilayah Kerja Puskesmas gigi diantaranya ialah faktor lokal
Bandarharjo merupakan Puskesmas seperti pengalaman karies, oral
yang mengalami peningkatan angka hygiene, plak gigi, susunan gigi,
prevalensi karies yang tertinggi dari kebiasaan konsumsi kariogenik,
tahun 2015-2016 yaitu Kerja praktik sikat gigi dan faktor lainnya
Puskesmas Bandarharjo sebanyak seperti seperti usia, jenis kelamin,
7,68% dengan peningkatan angka ras dan budaya, merokok, status
prevalensi dari 0,65% naik menjadi ekonomi, dan tingkat pendidikan.2,3,14
8,33%. Mekanisme proses karies Karies dapat terjadi bila ada faktor
sama untuk semua jenis karies. penyebab yang saling berhubungan
Sukrosa atau gula dari sisa dan mendukung, yaitu host (saliva
makanan dan bakteri berproses dan gigi), mikroorganisme, substrat
menempel pada waktu tertentu. dan waktu.1,15
Bakteri endogen (sebagian besar Kelurahan Dadapsari
Streptococcus mutans merupakan Kelurahan yang
[Streptococcus mutans dan mengalami peningkatan angka
Streptococcus sobrinus] dan proporsi tertinggi sebanyak 0,02016.
Lactobacillus spp) dalam plak Dibandingkan dengan Diikuti
menghasilkan asam organik lemah Kelurahan Kuningan sebanyak
sebagai produk dari metabolisme 0,0076327, Kelurahan Bandarharjo
karbohidrat. Streptococcus mutans sebanyak 0,00557, dan Kelurahan
dan Lactobacillus merupakan kuman Tanjung Mas sebanyak 0,00084.
yang kariogenik karena mampu Oleh karena tinggiya angka proporsi
segera membuat asam dari karies gigi pada usia 20-39 tahun di
karbohidrat yang dapat diragikan. Kelurahan Dadapsari, maka peneliti

367
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 6, Nomor 1, Januari 2018 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

tertarik untuk menganalisis “Faktor sekitar wilayah RW 008 dengan


Risiko Kejadian Karies Gigi Pada kriteria Inklusi; berusia 20-39 tahun,
Orang Dewasa Usia 20-39 Tahun di merupakan penduduk yang tinggal di
Kelurahan Dadapsari, Kecamatan sekitar RW 008, dan bersedia
Semarang Utara, Kota Semarang”. menjadi responden dan dengan
kriteria eksklusi ; bukan penduduk
METODE PENELITIAN usia 20-39 tahun, bukan merupakan
Penelitian ini Penelitian ini penduduk yang tinggal di sekitar RW
menggunakan metode observasional 008, dan tidak bersedia menjadi
analitik dengan desain studi cross responden. Analisis data
sectional. Variabel terikat dalam menggunakan uji chi square.
penelitian ini adalah kejadian karies
gigi, dan variabel bebas yaitu oral HASIL ANALISIS
hygiene, susunan gigi, pH saliva, Tabel 1. Hasil Analisis Faktor Risiko
skor plak, konsumsi kariogenik, dan Kejadian Karies Gigi pada
praktik sikat gigi. Pemeriksaan Orang
dengan indeks (karies, plak, oral Dewasa Usia 20-39 tahun
hygiene, pH Saliva ), observasi, dan di
wawancara. Populasi target dalam Kelurahan Dadapsari,
penelitian ini adalah orang dewasa Kecamatan
usia 20-39 tahun yang tinggal di Semarang Utara, Kota
sekitar Kelurahan Dadapsari yang Semarang
terdiri dari 10 RW dengan total 60
RT. Sedangkan Populasi Terjangkau No Variabel p value POR 95%CI
Pemilihan populasi studi dalam
penelitian ini menggunakan teknik 1 Oral Hygiene 0,078 3,3 0,9-10,7
simple random sampling dimana 2 Susunan Gigi 0,016* 5,6 1,2-26,0
peneliti melakukan pengundian
terhadap 10 RW lalu didapatkan RW 3 pH Saliva 0,015* 4,0 1,4-11,7
008 dengan jumlah 4 RT. Oleh 4 Skor Plak 0,038* 3,4 1,2-9,6
karena itu, populasi target dalam
penelitian ini ialah seluruh orang 5 Komponen 0,011* 7,1 1,5-32,9
dewasa usia 20-39 tahun yang Konsumsi
tinggal di sekitar wilayah RW 008, Glukosa
Dadapsari, Semarang Utara yaitu 6 Praktik Sikat 0,684 2,3 0,4-4,3
sebanyak 138 orang. Populasi Gigi
penelitian ini ialah orang dewasa Tanda “*” menjelaskan signifikan
usia 20-39 tahun yang tinggal di pada α=0,05
bukan merupakan faktor risiko.
PEMBAHASAN Secara hubungan, penelitian ini
Oral Hygiene bukan merupakan sejalan dengan yang dilakukan
Faktor Risiko A.J.M Rattu terkait bahwa tidak ada
Hasil perhitungan statistik hubungan antara status kebersihan
menunjukan nilai p= 0,078 yang mulut dengan kejadian karies gig p=
berarti tidak terdapat hubungan 0,117.16 Hasil penelitian didukung
antara oral hygiene dengan kejadian oleh penelitian yang dilakukan oleh
karies gigi. Sedangkan nilai POR Rehman MM, Mahmood N, Rehman
yang didapat ialah sebesar 3,3 B yang menunjukkan tidak terdapat
dengan nilai 95%CI 0,9-10,7. Hal ini hubungan antara status kebersihan
menunjukkan bahwa oral hygiene mulut dengan karies pada remaja.17

368
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 6, Nomor 1, Januari 2018 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

Hal ini tidak sejalan dengan susunan gigi teratur. Penelitian ini
penelitian yang dilakukan oleh tidak sejalan dengan yang dilakukan
Pintauli Sondang bahwa terdapat oleh Tri Widyastuti bahwa tidak
hubungan oral hygiene dengan terdapat hubungan antara susunan
kejadian karies gigi (p= 0,009).18 gigi dengan kejadian karies gigi (p=
Selain itu, penelitian ini juga tidak 1,00). Nilai POR yaitu sebesar 1,4
sejalan dengan penelitian yang dengan 95%CI 0,1-16,1. Hal ini
dilakukan oleh Tri Widyastuti bahwa menunjukkan bahwa susunan gigi
terdapat hubungan oral hygiene bukan merupakan faktor risiko
dengan kejadian karies gigi (p= kejadian karies gigi.19 Namun,
0,012). Sedangkan nilai POR yang penelitian ini sejalan dengan yang
didapat ialah sebesar 1,9 dengan dilakukan oleh Anggriani NLPM
nilai 95%CI 1,17-3,10. Hal ini bahwa maloklusi gigi berhubungan
menunjukkan bahwa oral hygiene dengan karies gigi (p= 0,000).20
buruk berisiko 1,9 kali mengalami Hasil penelitian diperkuat dengan
karies gigi dibandingkan dengan oral penelitian yang dilakukan oleh
hygiene baik.19 penelitian Dewi Oktavia bahwa
Dari data hasil pemeriksaan susunan gigi merupakan faktor risiko
didapatkan sebanyak 90,9% kejadian karies pada remaja (p=
responden memiliki nilai kalkulus 0,001). Nilai POR yang didapat ialah
lebih tinggi dibandingkan nilai debris sebesar 4,5 dan posisi CI= 1,8-11,2.
88,5%. Brunson berpendapat bahwa Hal ini menunjukkan bahwa
insiden kakulus mencapai kenaikan maloklusi gigi berisiko 4,5 kali
terbesar pada usia 30 tahunan dan mengalami karies gigi dibandingkan
akan semakin meningkat seiring dengan tidak maloklusi gigi.21
dengan bertambahnya usia. Selain Beberapa kondisi maloklusi
plak, akumulasi kalkulus juga salah seperti gigi berjejal memiliki
satunya dipengaruhi oleh diet.19 pengaruh terhadap kejadian karies
Sebanyak 97,1 % responden pada gigi permanen. Kondisi gigi-
mengaku sering mengkonsumsi geligi yang berjejal mengakibatkan
makanan atau minuman manis. makanan terselip disela-sela gigi
Kebiasaan mengkonsumsi makanan dan sulit untuk dibersihkan, hal ini
kariogenik ini yang mempengaruhi akan terus berlanjut hingga sisa
timbulnya kalkulus pada gigi. Selain makanan tersebut diakumulasikan
itu, orang dewasa sudah dapat oleh bakteri membentuk kalkulus
memelihara kesehatan gigi nya kemudin menjadi pemicu terjadinya
sendiri dengan cara menggosok gigi. karies atau gigi berlubang, penyakit
gusi (gingivitis), dan yang lebih
Susunan Gigi merupakan Faktor parah dapat terjadi kerusakan
Risiko jaringan pendukung gigi
Hasil perhitungan statistik (periodontitis).20,22
menunjukan nilai p= 0,016 yang
berarti terdapat hubungan antara pH Saliva merupakan Faktor
susunan gigi dengan kejadian karies Risiko
gigi. Sedangkan nilai POR yang Hasil perhitungan statistik
didapat ialah sebesar 5,6 dengan menunjukan nilai p= 0,015 yang
nilai 95%CI 1,2-26. Hal ini berarti terdapat hubungan antara pH
menunjukkan bahwa susunan gigi saliva dengan kejadian karies gigi.
berjejal berisiko 5,6 kali mengalami Sedangkan nilai POR yang didapat
karies gigi dibandingkan dengan ialah sebesar 4,0 dengan nilai

369
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 6, Nomor 1, Januari 2018 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

95%CI 11,4-11,7. Hal ini sedang berisiko 3,4 kali mengalami


menunjukkan bahwa pH saliva karies gigi dibandingkan dengan
sedang berisiko 5,6 kali mengalami skor plak baik. Penelitian ini sejalan
karies gigi dibandingkan dengan pH dengan yang dilakukan oleh Sri
saliva normal. Penelitian ini tidak Utami, bahwa plak gigi berhubungan
sejalan dengan penelitian yang dengan kejadian karies gigi (p=
dilakukan oleh Corvenis Novanus 0,000). Nilai POR yang didapat
bahwa pH saliva tidak berhubungan sebesar 3,3 dengan posisi 95%CI=
kejadian karies gigi (p=0,261). Nilai 2,1-4,8. Hal ini menunjukkan bahwa
POR yang didapat ialah 0,613. Hal indeks plak gigi tinggi 3,3 kali lebih
ini menunjukkan bahwa pH saliva besar mengalami karies gigi
bukan merupakan faktor risiko.23 dibandingkan dengan indeks plak
Namun, penelitian ini sejalan dengan rendah.27 Penelitian ini diperkuat
yang dilakukan oleh Quroti A’yun dengan penelitian yang dilakukan
bahwa pH saliva berhubungan oleh Iswari KAR bahwa plak gigi
dengan karies (p= 0,001).24 Hasil berhubungan dengan karies gigi (p=
penelitian diperkuat dengan 0,042). Nilai POR yang didapat ialah
penelitian Zaeni yang dilakukan oleh 2,5 dengan posisi 9%CI= 1,0-5,9.
Dahlan bahwa terdapat hubungan Hal ini menunjukkan bahwa semakin
antara pH saliva dengan karies pada matang dan semakin banyak plak
remaja yaitu dengan nilai p= 0,001.25 pada permukaan gigi akan membuat
Penurunan pH saliva dapat gigi lebih rentan mengalami karies
menyebabkan demineralisasi gigi.28 Selain itu, penelitian ini
elemen-elemen gigi dengan cepat, didukung oleh penelitan yang
sedangkan kenaikan pH dapat dilakukan oleh Lanny Sunarjo bahwa
membentuk kolonisasi bakteri yang plak gigi merupakan faktor risiko
menyimpan juga meningkatnya karies gigi (OR= 3,5).29 Hal ini
pembentukan kalkulus. Derajat menunjukkan bahwa plak gigi buruk
keasaam dan kapasistas buffer berisiko 3,5 kali mengalami karies
saliva salah satunya dipengaruhi gigi dibandingkan dengan plak gigi
oleh makanan/minuman yang masuk baik.
ke dalam tubuh mulut melalui lulut Plak akan tumbuh dan
yang dapat menyebabkan ludah melekat pada permukaan gigi bila
bersifat asam maupun basa. Ketika kita mengabaikan kebersihan gigi
seseorang telah mengkonsumsi dan mulut. Plak merupakan media
makanan terutama makanan manis lunak non mineral yang menempel
dan lengket seperti coklat, maka pH erat pada gigi. Setelah 24 jam
saliva akan menurun dari pH saliva terbentuk koloni mikroorganisme di
normal ke asam.26 pelikel akan terikat bahan lain
misalnya karbohidrat dan unsur-
Skor Plak merupakan Faktor unsur yang ada dalam saliva lalu
Risiko terbentuklah plak Substrat adalah
Hasil perhitungan statistik campuran makanan halus dan
menunjukan nilai p= 0,038 yang minuman yang dikonsumsi sehari-
berarti terdapat hubungan antara hari.Substrat ini berpengaruh
skor plak dengan kejadian karies terhadap karies secara lokal di
gigi. Sedangkan nilai POR yang dalam mulut. Karbohidrat ini
didapat ialah sebesar 3,4 dengan menyediakan substrat untuk
nilai 95%CI 1,2-9,6. Hal ini pembuatan asam bagi bakteri dan
menunjukkan bahwa skor plak sintesa polisakarida ekstra sel.

370
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 6, Nomor 1, Januari 2018 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

Komponen Konsumsi Glukosa ketika proses sedang berlangsung.


Hasil perhitungan statistik Ion hidrogen dengan mudah
menunjukan nilai p= 0,011 yang melarutkan mineral, membebaskan
berarti terdapat hubungan antara kalsium, dan fosfat dalam larutan
skor plak dengan kejadian karies yang dapat menyebar dari gigi.
gigi. Sedangkan nilai POR yang Asam laktat dengan lebih mudah
didapat ialah sebesar 7,1 dengan memisahkan dibandingkan asam
nilai 95%CI 1,5-32,9. Hal ini lainnya, menghasilkan ion hidrogen
menunjukkan bahwa komponen dengan cepat menurunkan pH
konsumsi glukosa tinggi berisiko 7,1 dalam plak. Maka pH diturunkan,
kali mengalami karies gigi asam dengan cepat menyebar
dibandingkan dengan komponen kedalam enamel ataupun dentin.36
konsumsi glukosa rendah. Penelitian
ini tidak sejalan dengan yang Praktik Sikat Gigi bukan
dilakukan Herna Alifiani bahwa merupakan Faktor Risiko
terdapat hubungan antara Hasil perhitungan statistik
komponen konsumsi glukosa menunjukan nilai p= 0,684 yang
dengan kejadian karies gigi (p= berarti tidak terdapat hubungan
0,741).30 Namun, penelitian ini antara praktik sikat gigi dengan
sejalan dengan penelitian yang kejadian karies gigi. Sedangkan nilai
dilakukan oleh Masriadi Tamrin POR yang didapat ialah sebesar 2,3
terdapat hubungan antara dengan nilai 95%CI 0,4-4,3. Hal ini
komponen konsumsi glukosa menunjukkan bahwa praktik sikat
dengan karies gigi (p= 0,004).31 gigi bukan merupakan faktor risiko
Penelitian ini diperkuat dengan kejadian karies gigi. Secara
penelitian yang dilakukan oleh Galih hubungan, penelitian ini sejalan
Saputra bahwa konsumsi kariogenik dengan yang dilakukan oleh Siti A.S
berhubungan dengan kejadian bahwa tidak terdapat hubungan
karies gigi (p= 0,007).32 Selain itu antara kebiasaan menggosok gigi
penelitian ini di dukung oleh Putri dengan kejadian karies (p= 0,346).
B.A bahwa konsumsi makanan Penelitian ini juga didukung oleh
kariogenik berhubungan kejadian penelitian yang dilakukan oleh
karies gigi (p= 0,002). Nilai POR Fitrohpiyah bahwa tidak terdapat
yang didapat ialah sebesar 12,0. Hal hubungan kebiasaan menggosok
ini menunjukkan kebiasaan gigi dengan kejadian karies gigi (p=
mengonsumsi makanan manis 0,778).37 Namun, penelitian ini tidak
berisiko 1200 kali mengalami karies sejalan dengan yang dilakukan oleh
gigi dibandingkan dengan yang tidak Indah Permatasari bahwa terdapat
mengonsumsi makanan manis.33 hubungan antara praktik sikat gigi
Jenis karbohidrat yang dengan kejadian karies gigi (p=
bersifat fermentasi (seperti glukosa, 0,016).38 Selain itu, penelitian ini
sukrosa, fruktosa atau pati yang juga tidak sejalan dengan penelitian
telah dimasak) dapat dimetabolisme yang dilakukan oleh Tri Widyastuti
oleh bakteria yang bersifat bahwa terdapat hubungan antara
asidogenik dan membuat asam kebiasaan menyikat gigi dengan
organik sebagai produknya.34,35 kejadian karies gigi (p=0,002).
Asam menyebar melalui plak dan Sedangkan nilai POR yang didapat
kedalam enamel bawah permukaan ialah sebesar 2,3 dengan nilai
pori (dentin, bila terpapar), terpisah 95%CI 1,39-3,88. Hal ini
untuk menghasilkan ion hidrogen menunjukkan bahwa kebiasaan

371
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 6, Nomor 1, Januari 2018 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

menyikat gigi tidak tepat berisiko 2,3 sebanyak 25,2 %, posisi sikat gigi
kali mengalami karies gigi membentuk sudut 450 sebanyak
dibandingkan dengan kebiasaan 24,3%, menyikat gigi 8 kali
menyikat gigi tepat.19 sikatan/sektan sebanyak 31,1%,
Pada penelitian ini jumlah menyikat gigi dengan durasi 2-3
tahapan sikat gigi yang digunakan menit sebanyak 27,2%, menyikat
untuk penelitian yaitu sebanyak 15 gigi setelah makan pagi sebanyak
tahapan. Dari 15 tahapan, terdapat 4 1.9%, dan menyikat gigi setelah
tahapan yang memiliki jawaban “YA” konsumsi kariogenik sebanyak
sebanyak 100% yaitu seperti 12,6%. Hasil skoring akhir pada
tahapan memakai pasta gigi terlebih tahapan sikat gigi setelah diketahui
dahulu, berkumur kembali setelah nilai median yaitu sebanyak 8. Hal
menyikat gigi, membersihkan sikat inilah yang menyebabkan praktik
gigi usai menyikat gigi, dan menyikat sikat gigi dengan kejadian karies gigi
gigi minimal 2x dalam sehari. tidak berhubungan dan bukan
Padahal, hasil penelitian merupakan faktor risiko.
menunjukkan terdapat beberapa
tahapan sikat gigi yang masih belum KESIMPULAN
benar dipraktikan oleh respoden a. Oral hygiene dan praktik sikat gigi
hingga akhirnya tahapan yang bukan merupakan faktor risiko
memiliki jawaban “YA” tidak kejadian karies gigi pada orang
mencapai angka 50% yaitu seperti dewasa usia 20-39 tahun di
tahapan membersihkan gigi bagian Kelurahan Dadapsari, Kecamatan
depan atas dengan gerakan atas Semarang Utara, Kota Semarang.
bawah/memutar sebanyak 34%, b. Susunan gigi, pH saliva, skor plak
membersihkan gigi bagian samping dan komponen konsumsi glukosa
rahang atas dan bawah dengan merupakan faktor risiko kejadian
gerakan atas bawah/memutar karies gigi pada orang dewasa
sebanyak 26,2%, membersihkan usia 20-39 tahun di Kelurahan
bagian dalam dan belakang gigi Dadapsari, Semarang Utara, Kota
dengan gerakan ke atas ke bawah Semarang.

DAFTAR PUSTAKA 6. Baum L, Philips R, Lund M. Buku


1. Kidd EAM, Bechal SJ. Dasar- ajar ilmu konservasi gigi. 3rd ed.
dasar Karies Gigi: Penyakit dan Jakarta: EGC; 1997. p. 297-299.
Penanggulangannya. Jakarta: 7. Sihotang F. Karakteristik penderita
EGC; 2012. p. 1, 41-44. karies gigi permanen yang berobat
2. Sumawinata N. Evaluasi dan di rsud dr. hadrianus sinaga
pengendalian faktor risiko karies. pangururan kabupaten samosir
JKG UI. 2000;p. 418–9. tahun 2008.
3. Tmis T, I D. Socioeconomic status 8. Universitas Sumatera Utara;
and oral health. J Prev Med. 2010:p.1 3-16.
2005;13(2):p. 3–5. 9. American Dental Association.
4. Nursasongko B. Diagnosis karies. Tooth decay [Internet]. 2016 [cited
J Kesehat Gigi Univ Indones. 2017 Apr 16]. p. 1.
2000;p. 425–6. http://www.mouthhealthy.org/en/az
5. Karpiński TM, Szkaradkiewicz AK. -topics/d/decay
Microbiology of dental caries. J 10. Yadav K, Prakash S. Dental
Biol eart Sci. 2013;201(31):p. 2–3. caries: a review. Asian J Biomed
Pharm Sci. 2016;53(6):p. 5.

372
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 6, Nomor 1, Januari 2018 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

11. Limeback H. Comprehensive tercatat di Posyandu Wilayah


preventive Dentistry: The role of Kerja Puskesmas Mohammad
diet in the prevention of dental Ramdan Kota Bandung tahun
diseases. 1st ed. Limeback H, 2010 dan faktor yang
editor. Wiley-Blackwell. mempengaruhinya. Universitas
Pondicherry: John Wiley & Sons, Indonesia; 2010: p. 10, 42
Ltd; 2012. p. 99. 20. Anggraini NLPM, Hutomo LC,
12. Pratiwi PE, Sawitri AAS, Adiputra Wirawan IMA. Hubungan tingkat
N. Hubungan persepsi tentang keparahan maloklusi berdasarkan
karies gigi dengan kejadian karies icon (index of complexity, outcome
gigi pada calon pegawai kapal and need dengan risiko karies
pesiar yang datang ke dental klinik ditinjau dari lama perlekatan plak
di denpasar tahun 2012. 2013;1:p. pada remaja di smpn 2 marga.
78–83. 2017;1(2):p. 70.
13. Swastini IGAAP. Kerusakan gigi 21. Dewi O. Analisis hubungan
merupakan fokal infeksi penyebab maloklusi dengan kualitas hidup
timbulnya penyakit sistemik. pada remaja smu kota medan
Jurrnal Kesehat Gigi. 2013;1(1):p. tahun 2007. 2008;p. 75.
63. 22. Quroti A, Hendrartini J, Supartinah
14. Petersen PE. The World oral A. pengaruh keadaan rongga
health report 2003 who global oral mulut, perilaku ibu, dan lingkungan
health programme. Community terhadap risiko karies pada anak.
Dent Oral Epidemiol. 2003;31 2016;2(2):p. 88.
Suppl 1:p. 3–23. 23. Dahlan Z, Widyastuti T,
15. Karies Gigi Masalah Kesehatan Insanuddin I. Hubungan antara
Serius di Indonesia [Internet]. ukuran karateristik saliva dan
Jakarta; 2011 [cited 2017 Mar 28]. kejadian karies pada anak usia
http://www.beritasatu.com/kesehat sekolah dasar sasaran program
an/14088-karies-gigi-masalah- ukgs binaan jurusan kesehatan
kesehatan-serius-di- gigi. J Ris Kesehat. 2017;2(2):p.
indonesia.html 116.
16. Rattu A, Wicaksono D, Wowor VE. 24. Marasabessy FA. Hubungan
Hubungan antara status volume dan ph saliva pada lansia.
kebersihan mulut dengan karies Universitas Hasanuddin; 2013: p.
siswa sekolah menengah atas 13-14.
negeri 1 manado. 117:p. 4. 25. Praptiningsih RS, Ningtyas EAE.
17. Petersen PE. The World oral Pengaruh metode menggosok gigi
health report 2003 who global oral sebelum makan terhadap
health programme. Community kuantitas bakteri dan ph saliva.
Dent Oral Epidemiol. 2003;31 Khusus FKG. Vol. 48. Semarang:
Suppl 1:p. 3–23. Universitas Sultan Agung; 2012. p.
18. Pintauli S. Analisis hubungan 6-7.
perilaku pemeliharaan kesehatan 26. Utama S. Hubungan antara plak
gigi dan mulut terhadap status gigi dengan tingkat keparahan
kesehatan gigi dan mulut siswa sD karies gigi anak usia prasekolah.
dan sMP di medan. J Insisiva Dent J. 2013;2(2):p. 13.
Kependidikan dan Kebud. 27. Iswari KAR, Giri PRK, Septarini
2010;16(4):p. 387. NW. Hubungan antara plak gigi
19. Widyastuti T. Kejadian karies aktif dengan risiko karies gigi pada
pada anak usia 3-5 tahun yang siswa kelas 4-6 di sd negeri 4

373
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 6, Nomor 1, Januari 2018 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

sanur. Bali Dent J. 2017;1(2):p. kelas 4-6 di sdn ciputat 6


81. tangerang selatan provinsi banten
28. Sunarjo L, Salikun, Ningrum PW. tahun 2013. Universitas Islam
Faktor penyebab tingginya angka Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta;
karies gigi tetap pada siswa sd 2014: p. 31, 47-52.
negeri 02 banjarsari kecamatan 37. Permatasari I, Andhini D.
talun kabupaten pekalongan. J Hubungan perilaku menggosok
ARSA. 2016;I:p. 22–8. gigi dan pola jajan anak dengan
29. Alifiani H, Jamaludin. Hubungan kejadian karies gigi pada murid sd
kebiasaan gosok gigi dan negeri 157 palembang. J
konsumsi makanan kariogenik. Keperawatan Sriwij.
Faletehan Heal J. 2017;4(4):p. 2014;1(2355):p. 43.
231.
30. Tamrin M, Afrida, Jamaluddin M.
Dampak konsumsi makanan
kariogenik dan kebiasaan
menyikat gigi terhadap kejadian
karies gigi pada anak sekolah. J
Pediatr Nurs. 2014;1(1):p. 16.
31. Saputra G. Hubungan antara
konsumsi makanan kariogenik dan
kebiasaan menggosok gigi
terhadap timbulnya karies gigi
sulung pada anak usia 4-6 tahun
di tiga tk kelurahan sudiang raya
kecamatan biring kanaya kota
makasar. Universitas Islam Negeri
Alauddin; 2010: p. 8.
32. Putri AB, Sary L. Perilaku menjaga
kebersihan gigi dan mulut
terhadap kejadian karies gigi pada
siswa kelas iv sdn 1 gunung sulah
kecamatan sukarene bandar
lampung. J Dunia Kesmas.
2012;1(3):p. 172
33. Hauswirth R. Oral composition for
stabilization, (re) calcification and
(re) mineralization of tooth enamel
and dentine. 2008;1(19):p. 3.
34. Moynihan P, Petersen PE. Diet,
nutrition and the prevention of
dental diseases. Public Health
Nutr. 2004;7(1A):p. 12.
35. Featherstone JD. The science and
practice of caries prevention. J Am
Dent Assoc. 2000;131(7):p. 887–
9.
36. Sari SA. Hubungan kebiasaan
menggosok gigi dengan timbulnya
karies gigi pada anak usia sekolah

374

You might also like